You are on page 1of 8

NAMA : Anugrah Dwi Riski

NIM : 2013730011

Soal ujian remedial filsafat kedokteran

1. Siapakah Filsuf dibawah ini dan apa aliran mereka?


a. Thales
b. Plato
c. Socrates
d. Aristoteles
e. Immanuel Kant
2. Aliran filsuf postmodernisme karena kritik yang tajam mengenai modernism. Terangkan
dengan jelas kritik itu?
3. Siapakah filsuf yang pertama kali mengatakan “Tuhan telah mati di Eropa” terangkan
mengapa filsuf itu berpikir seperti itu?
4. Menurut Ken Wilber hubungan antara nafas, tubuh, hati adalah sebagai berikut, terangkan
pandangan saudara?
5. Mengapa Al-Ghazali pada akhirnya meninggalkan filsafat?

JAWABAN

1. A. Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat barat pada abad ke-6
SM. Thales menyatakan bahwa air adalah prinsip dasar segala sesuatu. Air menjadi
pangkal, pokok, dan dasar dari segala-galanya yang ada di alam semesta. Berkat
kekuatan dan daya kreatifnya sendiri, tanpa ada sebab-sebab di luar dirinya, air
mampu tampil dalam segala bentuk, bersifat mantap, dan tak terbinasakan.
Argumentasi Thales terhadap pandangan tersebut adalah bagaimana bahan makanan
semua makhluk hidup mengandung air dan bagaimana semua makhluk hidup juga
memerlukan air untuk hidup. Selain itu, air adalah zat yang dapat berubah-ubah
bentuk (padat, cair, dan gas) tanpa menjadi berkurang. Selain itu, ia juga
mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi dipandang sebagai
bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di atasnya.
B. Plato lahir sekitar 427 SM - meninggal sekitar 347 SM adalah seorang filsuf dan
matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi
Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid
Socrates. Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea.
Pandangan Plato terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang
definisi. Idea yang dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern.
Orang-orang modern berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam
pemikiran saja Menurut Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak
tergantung pada pemikiran manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada
idea. Idea adalah citra pokok dan perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak
berubah. Idea sudah ada dan berdiri sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling
berkaitan satu dengan yang lainnya. Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat
terlepas dari idea dua, idea dua itu sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap.
Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang paling tinggi di antara hubungan idea-idea
tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang “indah”. Idea ini melampaui segala idea
yang ada.

Dunia indrawi adalah dunia hitam yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret,
yang dapat dirasakan oleh panca indera kita. Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah
refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi
ini. Segala sesuatu yang terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat
mati.

Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada
perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang
bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya
merujuk kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai
konsep-konsep pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai
"kebajikan" dan "kebenaran".
C. Socrates, 469 SM - 399 SM adalah filsuf dari Athena , Yunani dan merupakan salah
satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan
merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato
dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar
Aristoteles. Semasa hidupnya, Socrates tidak pernah meninggalkan karya tulisan apapun
sehingga sumber utama mengenai pemikiran Socrates berasal dari tulisan muridnya,
Plato. Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat
dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika.
Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi
para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia
juga dikatakan sebagai jasa dari Socrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting
setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang
manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di
kemudian hari.

D. Aristoteles 384 SM – 322 SM adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru
dari Alexander yang Agung. Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk
fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi.
Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang
filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.

Filsafat Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan yang pertama ketika dia masih belajar
di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut, kemudian
ketika dia mengungsi, dan terakhir pada waktu ia memimpin Lyceum mencakup enam
karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya
yang paling penting, selain kontribusinya di bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik,
Ilmu Kedokteran, Ilmu Alam dan karya seni. Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang
pertama yang mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara
sistematis. Karyanya ini menggambarkan kecenderungannya akan analisis kritis, dan
pencarian terhadap hukum alam dan keseimbangan pada alam.
Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda,
Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).
Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju
satu tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis. Karena benda tidak
dapat bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus
mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak
yang kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani
sekarang dianggap berarti logika. Aristoteles adalah suatu sistem berpikir
deduktif(deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar
dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian
ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir.Induktif
(inductive thinking).

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah
silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari
dua kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis)

 Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).


 Sokrates adalah manusia (premis minor)

 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan
dari bentuk demokrasi dan monarki

Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap


berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-
bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Psikologi,
Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang
alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku.


Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia
mengatakan bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan.
Menurut Aristoteles keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material.
Menurut Aristoteles sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang
merupakan hasil disertai dengan estetika.Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan
perasaan yang dicurahkan ke luar. Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif.
Dorongan normatif yang dimaksud adalah dorongan yang akhirnya memberi wujud
khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari apa yang ada di dalam kenyataan .
Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu Sejarah merupakan satu sistem
yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa
yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang
mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

E. Immanuel Kant lahir di Königsberg, Kerajaan Prusia, 22 April 1724 – meninggal di


Königsberg, Kerajaan Prusia, 12 Februari 1804 pada umur 79 tahun). Kota itu sekarang
bernama Kaliningrat di Rusia. Dia berasal dari keluarga pengrajin yang sederhana. Ketika
Kant masih muda, usaha ayahnya bangkrut. Kehidupan meraka harus didukung oleh
keluarga besar orang tuanya. Kant penuh dengan kerendahan hati dan sangat disiplin. Ia
dikenal sebagai tokoh kritisisme. Filsafat kritis yang ditampilkannya bertujuan untuk
menjembatani pertentangan antara kaum Rasionalisme dengan kaum Empirisme. Bagi
Kant, baik Rasionalisme maupun Empirisme belum berhasil memberikan sebuah
pengetahuan yang pasti berlaku umum dan terbukti dengan jelas. Kedua aliran itu
memiliki kelemahan yang justru merupakan kebaikan bagi seterusnya masing-masing.

Menurut kant, pengetahuan yang dihasilkan oleh kaum Rasionalisme tercermin dalam
putusan yang bersifat analitik-apriori, yaitu suatu bentuk putusan dimana predikat sudah
termasuk dengan sendirinya kedalam subyek. Memang mengandung kepastian dan
berlaku umum, tetapi tidak memberikan sesuatu yang baru. Sedangkan yang dihasilkan
oleh kaum Empirisme itu tercermin dalam putusan yang bersifat sintetik-aposteriori,
yaitu suatu bentuk putusan dimana predikat belum termasuk kedalam subyek. Meski
demikian, sifat sintetik-apesteriori ini memberikan pengetahuan yang baru, namun
sifatnya tidak tetap, sangat bergantung pada ruang dan waktu. Kebenaran disini sangat
bersifat subyektif. Dengan melihat kebaikan yang terdapat diantara dua putusan tersebut,
serta kelemahannya sekaligus, kant memadukaa keduanya dalam suatu bentuk putusan
yang bersifat umum-universal, dan pasti di dalamnya, “akal budi dan pengalaman
indrawi dibutuhkan serentak”.
Bagaimana cara untuk mendapatkan putusan sintetik-apriori?
Dalam hal ini kant menunjukan pada 3 bidang sebagai tahapan yang harus dilalui, yaitu:
a. Bidang indrawi
b. Bidang Akal
c. Bidang Rasio

Selain itu Immanual kant juga mengangkat aliran Aufk Larung ke puncak
perkembangannya sekaligus mengantar keruntuhannya. Pendapatnya adalah;
a. Ajarannya tentang pengetahuan.
b. Ajarannya tentang kesusilaan,

2. kritik tajam atas semua jenis epistemologi. Kritik tajam secara terbuka merupakan asas
pemikiran filsafat postmodernisme. Pemikiran ataupun setiap postulat—yang bersifat
prinsip—yang berkaitan dengan keuniversalan, kausalitas, kepastian dam sejenisnya akan
diingkari. Berbeda halnya pada zaman Modernis, semua itu dapat diterima oleh manusia
modernis. Tentu, hal itu bukan berarti bahwa semua pemikiran yang dulu terdapat pada
masa modernisme ditolak mentah-mentah oleh postmodernisme. Rencana
postmodernisme pada kasus tersebut adalah dalam rangka mengevaluasi kembali segala
pemikiran yang pernah diterima pada masa modernisme, dengan cara mengkritisi dan
menguji ulang. Henry Girao, seorang interpretator postmodernisme mengatakan, “Tugas
filsafat adalah untuk meminimilir kedekatan jarak antara modernisme dan
postmodernisme, terutama dalam bidang tujuan maupun target pendidikan dan
pengajaran.”
3. Tuhan sudah mati" (bahasa Jerman: "Gott ist tot") adalah sebuah ungkapan yang banyak
dikutip dari Friedrich Nietzsche. Ungkapan ini pertama kali muncul dalam Die fröhliche
Wissenschaft, seksi 108 (New Struggles), dalam seksi 125 (The Madman), dan untuk
ketiga kalinya dalam seksi 343 (The Meaning of our Cheerfulness).

Pengertian Tuhan sudah mati yang dikemukakan Nietzsche sering ditafsirkan beragam:
Ada yang mengekukakan sebagai kritiknya terhadap modernitas/kebudayaan modern;
Kritik terhadap ilmu pengetahuan (tuhan) zaman modern; Kritik terhadap rasionalitas;
serta kritik terhadap seni dan moral. “Tuhan mati” bisa juga berarti tuhan yang diciptakan
manusia sendiri yang dinyatakan sebagai sumber nilai-nilai. Ada juga yang mengartikan
bahwa pernyataan Nietzsche itu, sebagai satu ramalan akan munculnya zaman modern
(abad XX) di mana manusia Barat tidak lagi mempercayai Tuhan. Sehingga tidak ada lagi
bukti kepercayaan itu dalam kehidupan keseharian mereka. Jelas sekali bagi Nietzsche
bahwa kepercayaan agama Kristen irrasional (tidak masuk akal) sedangkan moralitas
yang muncul dari agama itu menindas dan menyebabkan orang bersifat lemah. Itulah
yang kemudian disebutnya dengan moralitas budak. Karena itu pernyatannya tentang
kematian Tuhan, sebagai satu serangan pada sikap hipokrit kaum beragama, serangan
terhadap basis kepercayaan dan moralitas budak tersebut.
Nietzsche menganggap bahwa kepercayaan manusia Barat pada Tuhanlah yang
merupakan pangkal semua masalah kemunduran dan butanya masyarakat. Dengan
mematikan Tuhan Nietzsche berharap dapat menjadikan manusia sebagai manusia unggul
yang menentukan segalanya berdasarkan kemauannyanya sendiri. Setelah membunuh
Tuhan maka akan timbul kekosongan nilai-nilai universal yang berlaku, kondisi
kekosongan inilah yang disebut Nietzsche dengan nihilisme. Untuk mengubah kondisi
kekosongan nilai-nilai itu diperlukan keberanian untuk menjadikan semua potensi dan
kemampuan manusia untuk mengatasi semua keterbatasannya. Potensi dan semua
kemampuan manusia yang ada di dalam dirinya itulah yang disebut Nietzsche
dengan Ubermensch. Kepercayaan pada Tuhan dalam pandangan Nietzsche bertentangan
dengan konsep manusia yang sebenarnya, karena menunjukkan kelemahan manusia itu.
Manusia terdiri dari badan dan jiwa, badan berproses dan tumbuh menurut hukum
biologis, sementara jiwa hanyalah sebuah nama yang terdapat dalam badan manusia.
4. Kita sering mendengar tentang kemajuan terakhir di ilmu fisika sebagai satu langkah
lebih dekat menuju penjelasan lengkap tentang alam semesta kita. Tetapi filsuf Ken
Wilber terhenyak oleh fakta bahwa teori ini hanya berhubungan dengan dunia fisik.
Di titik ini dalam perkembangan umat manusia, ia merasa bahwa sudah tugas kita
untuk mengembangkan kosmologi yang tidak hanya membahas tentang materi, tetapi
juga pikiran, jiwa, diri dan budaya – memahami seni, fisika, sosiologi, politik,
kedokteran, dan bisnis selain juga gerakan partikel dan planet. “A Theory of
Everything” semacam ini selalu sulit dimengerti, tetapi mengingat sifat dunia yang
terfragmentasi dan terpisah pisah, ia berpendapat, “Sepotong kecil keutuhan lebih
baik daripada tidak ada sama sekali.”

A Theory of Everything meneruskan gagasan yang ada dalam tulisan Wilber bahwa
ada tiga tahapan dasar kesadaran manusia, berpuncak pada “transpersonal” , suatu
kesadaran tentang alam semesta yang tidak diselubungi ego atau diri biasa. Wilber
mendefinisikan perkembangan manusia sebagai “suatu penurunan bertahap dalam
egosentrisme”, artinya masa depan kita bergantung pada kemampuan menyingkirkan
penutup mata dan memiliki pandangan yang lebih luas tentang sejarah. Dalam
konsepsi ini, sejumlah kecil orang bisa menjadi tepian yang meningkatkan pusat
gravitasi kesadaran dunia. Tetapi ini tidak akan memberikan hasil bagi kita kecuali
perhatian penuh diberikan pada mayoritas orang yang belum berada di tahapan yang
tinggi.

5.

You might also like