Professional Documents
Culture Documents
OLEH
Siti Nurul Muharrom
H1A 0130 060
PEMBIMBING
dr. Danang Nur Adiwibawa , Sp.KJ
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan Naskah Refleksi Kasus yang berjudul
Skizoafektif tipe Manik (F25.0) tepat pada waktunya. Tugas ini merupakan salah satu prasyarat
dalam rangka mengikuti kepaniteraan klinik madya di bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Mataram Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik dari dalam
institusi maupun dari luar institusi Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dan jajaran RSJ
Mutiara Sukma. Melalui kesempatan ini penulis megucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada dr. Danang Nur Adiwibawa , Sp.KJ selaku pembimbing dan juga
seluruh pihak yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekian.
Penulis
2
STATUS PSIKIATRI
Pasien dibawa oleh perawat ke IGD Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB
pada hari Minggu 12 Maret 2017 pukul 16.30 WITA. Ini adalah kelima belas kalinya pasien
dirawat inap di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.
3
A. Keluhan Utama:
Berbicara sendiri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Alloanamnesis
Pasien dibawa ke IGD RSJ Mutiara Sukma oleh kakak misannya karena sering
berbicara sendiri. Menurut penuturan Bapak pasien, sebelum dibawa ke RSJ, pasien
berbicara sendiri selama 3 hari 3 malam dan tidak tidur. pasien sering membicarakan
tentang sains dan agama. Bapaknya juga mengatakan bahwa pasien menghafal semua
nama-nama penemu sains tersebut.
Awalnya pasien mulai sakit pada tahun 2008 dan Bapaknya langsung membawa
pasien berobat ke dukun. Setelah dibawa berobat ke dukun, penyakit pasien lebih parah
dari sebelumnya yaitu lebih sering berbicara sendiri dan apabila diajak berbicara pasien
tidak nyambung. Oleh sebab itu, Bapak pasien langsung membawanya ke RSJ dan rawat
inap selama 2 minggu. Setalah itu, pasien sembuh selama 2 tahun. Pada tahun 2010
penyakit pasien kambuh lagi dan langsung dibawa ke RSJ dan begitu seterusnya sampai
tahun 2017.
Pasien sudah beberapa kali dirawat inap di RSJ Mutiara Sukma sebelumnya.
Bapak pasien mengaku bahwa pasien jarang ingin kontrol ke RSJ, karena pasien tidak
mau minum obat. Bapak pasien juga mengatakan, setiap kali pasien diperbolehkan
pulang dari rawat inap di RSJ, pasien selalu minum obat, akan tetapi apabila penyakitnya
kambuh, pasien tidak mau meminum obat tersebut, karena merasa dirinya sudah
membaik.
Pasien mulai kambuh sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit. Hal tersebut
diakui oleh Bapaknya karena pasien tidak mengonsumsi obatnya selama sekitar 2 bulan
bulan.
Menurut Bapak pasien sebelum keluhan muncul, menyangkal pasien memiliki
riwayat trauma kepala, kejang-kejang (+), demam tinggi (+), ataupun penyakit berat
lainnya. Keluarga juga menyangkal adanya kebiasaan minuman keras, merokok (+), dan
penggunaan narkoba disangkal.
4
Autoanamnesis
Menurut pengakuan pasien, ia dibawa ke RSJ Mutiara Sukma oleh misannya
karena suka berbicara sendiri. Pasien mengatakan di bawa ke RSJ karena suka berbicara
sendiri dan mengaku mendengar suara Tuhan dari hati. Pasien membicarakan tentang
tekhnologi dan tentang Alqur’an dengan Tuhan. Pasien mengaku tidak pernah marah-
marah dan memukul keluarganya. Pada saat dibawa ke RSJ, pasien merasa tenang dan
tidak mengamuk.
Wawancara :
DM : “Selamat siang Pak, perkenalkan nama saya Nurul, dokter muda yang sedang
bertugas disini, kalau boleh tau nama Bapak siapa?”
Pasien : “Darminto”
Pasien : “iya”
DM : “jadi pak Darminto saya akan meminta waktunya 15-20 menit untuk ngobrol-
ngobrol mengenai kondisi Bapak saat ini, Bapak jangan khawatir, segala yang Bapak
ceritakan akan saya rahasiakan dan menjadi kepentingan RSJ, Bapak bersedia?”
Pasien : “iya“
Pasien : “saya lahir tanggal 5 mei 1980, jadi umur saya 37 tahun ”
Pasien : “belum, adek saya yang sudah menikah dan memiliki anak, cantik sekali
anaknya mbak”
DM: iya pak, kalau boleh tau bapak tinggal dengan siapa di Rumah?
Pasien : “Sama bapak, adek saya 2 dan saya. Ibu saya sudah meninggal”
5
DM : “ baik pak. Kalau boleh tau pendidikan terakhirnya apa ya pak?”
Pasien : “Saya berbicara sendiri di Rumah, saya juga tidak tau kenapa saya berbicara
sendiri”
Pasien : “saya berbicara dengan Tuhan dan wujud Tuhan tidak bisa dilihat mbak
(muhalafatuhulilhawadis)”
DM : “Jadi bapak berbicara dari hati dengan Tuhan? Tidak langsung dari telinga ya
pak?”
Pasien : “ Tidak”
DM : “Baiklah pak…tadi bapak mengatakan sudah tau bahwa ini adalah rumah sakit
jiwa bukan jasmani. Kalo rumah sakit kan tempanya orang sakit ya pak. Kalo bapak
gimana? Bapak merasa sakit tidak?”
Pasien : “iya saya sering berbicara sendiri makanya dibawa ke Rumah Sakit Jiwa
bukan jasmani”
6
Pasien : “kakak misan saya”
Pasien : “ sering mbak, sudah 15 kali saya dibawa kesini, karena sering berbicara
sendiri”
Pasien : “ sering mbak, tapi saya kasian lihat bapak saya mengantri lama, bapak saya
juga sudah tua dan umurnya sudah 77 tahun. Bayangkan mbak, tua kan?”
DM : “Begitu ya pak… berarti bapak sudah pernah tidak minum obat selama bapak di
Rumah?”
Pasien : “iya mbak, karena saya tidak memiliki SIM dan bapak saya yang mengantar
ke RSJ, pokoknya besok saya harus memiliki SIM supaya saya bisa kontrol sendiri ke
RSJ”
Pasien : “ iya, kalau saya tidak minum obat saya tidak bisa tidur, tapi kalau saya
minum obat saya bisa tidur”
DM : “baik pak, bapak masih ingat dulu waktu SD? Pak Darminto seperti apa
orangnya? ”
Pasien : “ SMP saya juga pintar dan selalu juara satu juga”
Pasien : “ kalau waktu STM saya nakal mbak, saya sering ikut-ikutan teman saya
minum alcohol, semua orang saya lihat seperti monyet”
7
Pasien : “tetangga saya sering mengolok saya, kalau saya jalan misalnya ke Masjid,
saya dianggap orang gila.”
Pasien : “ terserah mereka mau bilang apa, saya tetap jalan ke Masjid”
Pasien : “Nggak pernah. Saya tidak berani kalau sampai memukul orang mbak”
DM : “Nggih pak. O iya pak, sebelum kesini bapak pernah ada akit kejang-kejang atau
panas tinggi?
Pasien : “Sudah mbak waktu saya STM, soalnya saya ikut-ikutan sama teman-teman
saya”
DM : “ Baik pak, saya mau tanya misalnya dijalan bapak ketemu dompet dan isinya
ada banyak uang, dompetnya mau diapain Pak?”
Pasien : “Ya saya antar dompet itu ke polisi, supaya yang punya dompet bisa
mengambil dompetnya kembali”
DM : “iya pak, baik kalau begitu, ngobrol-ngobrolnya cukup dulu ya Pak, terimakasih
banyak ya.. sekarang Bapak bisa kembali ke ruangan, istirahat dulu ya pak”
8
C. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien sebelumnya sudah beberapa kali di rawat inap di RSJ Mutiara Sukma. Pasien
biasanya kontrol ke ke RSJ untuk mengambil obat dan Bapak pasien selalu
mengawasi pasien dalam meminum obat.
2) Riwayat Gangguan Medis
Pasien tidak pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat
di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat
ini. Riwayat trauma kepala (-), kejang (+), demam tinggi (-), tekanan darah tinggi (-),
sesak napas atau asma (-) dan penyakit lainnya (-).
3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain
Riwayat penggunaan NAPZA disangkal oleh pasien. Pasien mengaku tidak pernah
mengonsumsi alkohol, ataupun mengonsumsi obat-obatan lainnya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi:
Keluarga pasien mengaku bahwa pasien tumbuh dan berkembang sesuai usia dan
seperti anak lainnya. Pasien tidak pernah mengalami keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Riwayat sakit yang berat disangkal. Terdapat
riwayat kejang.
9
4) Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)
Pasien dapat bergaul dengan teman-teman dan tetangganya dengan baik.
5) Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalankan pendidikan hingga SMA dan selalu mendapatkan juara
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien bekerja membantu Bapaknya berdagang di Rumah.
c. Riwayat Psikoseksual
Pasien belum menikah
d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam
e. Aktivitas Sosial
Menurut keluarga pasien memiliki banyak teman sejak kecil hingga dewasa.
Pasien merupakan seorang yang pendiam dan berwibawa. Pergaulan dengan
tetangga dan orang di sekitar rumah cukup baik.
E. Riwayat Keluarga:
Pasien adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Pasien tinggal bersama orang tuanya.
Saudara pasien yang lain sudah menikah dan sudah memiliki anak. Keluarga mengaku
ada riwayat keluhan serupa atau gangguan jiwa lainnya dalam keluarga pasien yaitu
Nenek dari Bapaknya.
F. Riwayat Pengobatan:
Menurut keluarga pasien, setelah dipulangkan dari RSJ Mutiara Sukma, pasien kontrol ke
RSJ, terkadang pasien menolak untuk mengonsumsi obat karena merasa sudah membaik.
10
H. Persepsi dan Harapan Keluarga
Menurut Bapak pasien, berharap pasien dapat berhenti ngomong sendiri. Keluarga ingin
pasien dapat sembuh sehingga pasien dapat menjalani kehidupannya kembali dan bisa
beraktivitas seperti sebelumnya. Bapak pasien menganggap keluhan pasien yang timbul itu
dikarenakan pasien tidak dapat mengendalikan pikiran dan perasaannya. Selain itu gejala -
gejala yang dialami pasien dianggap berkaitan dengan kepintaran yang pasien miliki.
Bapaknya juga menyadari selama ini lalai tidak mengawasi pasien untuk kontrol dan
minum obat, sehingga keluarga akan lebih memperhatikan kondisi pasien. Bapak pasien
telah memahami mengenai pengobatan pasien yang harus selalu dikontrol dan tidak boleh
putus pengobatannya.
A. Deskripsi Umum
1) Penampilan
Pasien seorang Laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi, perawatan diri
baik, baju bersih.
2) Kesadaran
3) Psikomotor
Hiperaktif
5) Pembicaraan
Spontan, volume suara kesan keras, dan artikulasijelas.
B. Alam perasaan dan emosi
Mood : Elasi/hipertimik
Afek : Luas
11
Keserasian : Serasi
C. Gangguan Persepsi
Halusinasi (-)
D. Pikiran
Proses pikir : Inkoheren
Isi pikir : waham bizar (+)
E. Fungsi Intelektual
b. Orientasi :
Orang kesan baik. Pasien mengenali beberapa perawat yang bertugas di
RSJ
Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dirinya berada di
RSJ Mutiara Sukma.
Waktu kesan baik. Pasien mengetahui waktu saat dilakukan wawancara
adalah pagi menuju siang, pasien mengetahui jam, hari, tanggal, bulan, dan
tahun.
c. Daya Ingat :
Jangka panjang baik. Pasien dapat mengingatdan menyebut nama
sekolahnya saat SD.
Jangka sedang baik. Pasien dapat mengingat saat rawat inap yang
sebelumnya di antar siapa.
Jangka pendek kesan baik. pasien dapat mengingat menu sarapan tadi
pagi.
Jangka segera kesan baik. Pasien dapat mengulang tiga nama benda yang
disebutkan oleh pemeriksa.
Status Internus
a. Status Generalis
13
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi radialis : 87x/mnt
Pernapasan : 18x/mnt
Suhu axila : 36˚C (suhu aksila)
b. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pucat : (-)
Sianosis : (-)
Konjungtiva anemis : (-)/(-)
Ikterus : (-) /(-)
Leher :tidak tampak adanya pulsasi vena jugularis,tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening.
c. Pemeriksaan Thorax
14
Celah kelopak mata
Ptosis : (-/-)
Eksoftalmus : (-/-)
Posisi bola mata : ortotropia ODS
Pupil
Ukuran atau bentuk : bulat (3 mm/3 mm)
Isokor atau anisokor : Isokor
Refleks cahaya langsung : (+) pada ODS
Refleks cahaya tidak langsung : (+) pada ODS
Gerakan bola mata
Parese ke arah : tidak ada parese pada ODS
Nistagmus : tidak ada
d. N V (Trigeminus)
Sensibilitas :
N VI : baik
N V2 : baik
N V3 : baik
Motorik : baik
e. N VII ( Fasialis )
Motorik
Motorik M frontalis M Orbikularis M Orbi Oris
okuli
Istirahat Normal Normal Normal
15
f. N VIII ( Auditorius )
Pendengaran : kesan baik ADS
Tes rinne/ weber : tde
Fungsi vestibularis : kesan baik
g. N IX / X ( Glosopharingeus/ vagus )
Posisi arkus pharinks(istirahat/AAH) : di tengah, tidak ada deviasi uvula
Refleks menelan atau muntah : tde
Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : tde
Suara : baik, tidak ada disfonia
Takikardi/ bradikardi : (-)
h. N XI ( Accesorius)
Memalingkan kepala dengan atau tanpa tahanan :baik
Angkat Bahu : baik
i. N XII ( Hipoglosus)
Deviasi lidah : tidak ada deviasi lidah
Atropi :tidak ada atropi
Tremor : tidak ada tremor
Ekstremitas Motorik
Motorik Superior Inferior
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Pergerakan Bergerak Bergerak Bergerak Bergerak
aktif aktif aktif aktif
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Bentuk otot Normal Normal Normal Normal
Refleks Fisiologis
a. Biceps : ++ / ++
b. Triceps : ++ / ++
c. KPR : ++ / ++
16
d. APR : ++ / ++
Refleks Patologis
a. Hoffman dan Tromer : (- / -)
b. Babinsky : (- / -)
c. Chaddock : (- / -)
d. Scaeffer : (- / -)
e. Gordon :(- / -)
f. Oppenhelm : (- / -)
17
Pemeriksaan Fungsi Luhur (Fungsi Bicara)
Fluency atau kelancaran :baik
Pemahaman :baik
Repetisi atau mengulang :baik
Kesan tidak ditemukan afasia baik sensorik, motorik, ataupun campuran
18
2.6 FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta
status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan
yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam berbagai fungsi baik psikososial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari
pasien. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami suatu gangguan jiwa.1,2
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami
trauma kepala akan tetapi terdapat riwayat kejang dan demam lama pada saat usia 5
tahun. Oleh karenanya, gangguan mental organik belum dapat disingkirkan (F00-F09).
Pada pasien, tidakdidapatkan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif, atau riwayat
penggunaan alkohol sebelumnya. Oleh karenanya, gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-F19).1
Berdasarkan anamnesis langsung terhadap pasien atau autoanamnesis didapatkan
gejala berupa waham bizar dengan tema keagamaan dan sains. Gejala yang muncul
tersebut adalah gejala psikotik akibat gangguan penilaian realita yang menyebabkan
terganggunya kehidupan dan fungsi global pasien maka keadaan tersebut telah memenuhi
kriteria skizofrenia (F20). Pada pasien juga didapatkan adanya elasi atau suasana
perasaan yang meningkat, harga diri yang membumbung, gagasan yang menjadi waham
bizar serta iritabilitas. Sehingga pada pasien ditemukan gejala skizofrenia dan gangguan
afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, berdasarkan
PPDGJ III diagnosis untuk aksis I adalah F.25.0 Skizoafektif Tipe Manik.1
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya gangguan kepribadian, sehingga untuk
Aksis II tidak ada diagnosis. Pada pasien ini juga tidak ditemukan adanya gangguan
medis secara umum, sehingga Aksis III juga tidak ada diagnosis. Pada pasien ini, untuk
Aksis IV dapat ditemukan masalah yang diduga menjadi pencetusnya yaitu masalah
riwayat putus obat.
Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) scalesesuai pengamatan
pemeriksa adalah 60-51 yaitu terdapat beberapa gejala sedang (moderate) dengan
disabilitas sedang.1,2
19
2.7 EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : F25.0Skizoafektif Tipe Manik
Aksis II: Tidak ada diagnosis
Aksis III: Tidak ada diagnosis
Aksis IV: Masalah keluarga
Aksis V: GAF Scale saat diperiksa 60-51
B. Psikologi :
Waham bizar
RTA terganggu
Inkoheren
Psikoedukasi
Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa antipsikotik dapat
membantu mencapai dan memelihara respon klinis yang diinginkan. Pada pasien ini gejala
psikotik yang muncul yaitu gejala positif seperti gangguan isi pikir berupa waham serta gejala
negatif berupa gangguan afek. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal
dan atipikal. Golongan tipikal disebut juga sebagai Dopamin Antagonis (DA) karena hanya
22
memblok reseptor dopamin, sedangkan golongan atipikal disebut juga sebagai Dopamin
Serotonin Antagonis karena memblok reseptor dopamin dan serotonin.Golongan obat
antipsikotik atipikal seperti risperidon bekerja dengan meningkatkan reseptor dopamin pada
jalur mesokortikal sehingga gejala-gejala positif yang sekarang dialami pasien dapat
berkurang serta menurunkan/memblok reseptor dopamin pada jalur mesolimbik
sehinggagejala negatif pada pasien dapat berkurang. Selain itu, dalam penggunaan
antipsikotik atipikal efek ekstra piramidal sindrome lebih minimal terjadi, sehingga
penggunaannya lebih aman untuk dipilih.2,3
Pada pasien ini diberikan dosis awal terapeutik yaitu digunakan dosis anjuran
Risperidon tablet 2 x 2 mg. Pada pengaturan dosis pemberian antipsikotik, setelah 1-3 minggu
pengobatan pasien akan memasuki tahap stabilisasi dimana gejala-gejala sudah banyak
teratasi sehingga membuat pasien berhenti minum obat. Namun, pada tahap ini risiko relaps
masih tinggi terutama bila pengobatan terputus tiba-tiba. Dosis optimal pada tahap stabilisasi
ini dipertahankan selama 8-10 minggu baru kemudian diturunkan secara perlahan tiap 2
minggu hingga mencapai dosis maintenance. Dosis maintenance pada serangan sindrom
psikosis yang akut pertama kali maka terapi diberikan selama 2 tahun, sedangkan sindrom
psikosis yang berjalan kronis atau multi-episode diberikan paling sedikit selama 5 tahun
sehingga dapat menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru dapat dilakukan tappering
off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat.Selain itu, pasien memiliki gejala sulit untuk
mempertahankan tidur, maka diberikan obat sedasi long acting agar mudah mempertahankan
tidur yaitu clobazam.2,3
Selain terapi farmakologi, adanya tererapi non farmakologis juga memegang peranan
yang cukup penting pada pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap
pasien ini adalah psikoterapi suportif dan psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis
menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat,
ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan
dilindungi. Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalamigangguan dalam
penilaian realita, dan gangguan proses pikir.
Pada terapi non farmakologi atau psikoterapi, peranan keluarga juga memegang sangat
penting sebagai primary care-givers atau primary care-support.Pada psikoedukasi keluarga
23
diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi
pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.
Hal yang ingin saya pelajari dari kasus ini yaitu saya dapat mengenali gejala-gejala dari
pasien dengan skizoafektif tipe manik. Hal-hal penting yang saya pelajari dari kasus ini yaitu
saya dapat mengenali gambaran klinis penyakit, mampu mendiagnosis sesuai pedoman, mampu
melakukan penatalaksanaan awal pada pasien dan mampu memperkirakan prognosis pada
pasien.
24
2013 2015 2017
2011
25
Grafik Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien
Rawat
Rawat Rawat Rawat Rawat
inap
inap inap inap inap
Pasien merupakan seseorang Permulaan perubahan Rutin rawat jalan ke poliklinik Tiap bulan kadang
yang dihormati oleh orang lain perilaku yang disadari psikiatri RSJ MS. Pasien bosan gejala muncul namun
karena merupakan orang yang oleh keluarga IQ minum obat. Dalam setahun, beberapa kali pasien
sabar, tidak banyak bicara, terlalu tinggi pasien bisa kambuh beberapa kali dapat mengontrol
ceria, selalu semangat dalam banyak bicara, dengan gejala banyak bicara, gejalanya tesebut.
mengerjakan sesuatu. Pasien DAFTAR
pembicaraan yang Rutin control namun
jarang menceritakan tidak masuk akal, tidak mau minum
masalahnya pada orang lain sehingga dibawa ke obat
RSJ
26
PUSTAKA
1. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2013.
2. Kusumawardhani A, Husain AB, dkk. Buku Ajar Psikiatrik. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010.
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Jiwa Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Gangguan
Skizofrenia. Jakarta : PDSKJI. 2011
27