Professional Documents
Culture Documents
PLTMH di desa Padasuka, telah dibangun pada tahun 1982, dengan kapasitas daya
sebesar 25 kVA. Pada mulanya digunakan untuk mensuplai daya listrik perkebunan teh,
dan penduduk setempat. Bertambahnya beban listrik membuat kapasitas daya listrik yang
ada sudah tidak mampu lagi mensuplay beban, sehingga direncanakan untuk
menambah kapasitas daya listrik. Sehingga perlu dilakukan studi analisis lebih lanjut.
Tujuan yang ingin di capai adalah meningkatkan daya listrik terpasang dari 25 kVA,
menjadi 60 kVA, sesuai kemampuan daya teoritis PLTMH, debit air tersedia, saluran
penghantar air, menghasilkan data beban listrik tersambung, sehingga dapat
direncanakan kapasitas turbin dan generator, serta type jaringan listrik, dan menghasilkan
tegangan listrik yang konstan antara -5% s.d + 10 % dari tegangan listrik efektif sesuai
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000). Metodologi yang dilakukan adalah melakukan
pengukuran ulang debit air ( Q), diamater pipa pesat (d), tinggi jatuh air ( H), mendata
jumlah beban terpasang, hingga dapat menentukan turbin dan generator. Hasil yang
diperoleh debit air (Q) di sungai mencapai 3,9 m3/dt, , serta tinggi jatuh air 12 m, sehingga
daya teoritis PLTMH yang dapat dibangkitkan sebesar 450 kW. Sementara debit air yang
digunakan sebesar 0,9 m3/dt, dengan ketinggian jatuh air 12 meter, efisiensi turbin 0,88 dan
efisiensi generator 0,9, maka daya yang diperoleh sebesar 105 kW. Berdasarkan hasil
survai pendataan beban listrik jumlah daya terpasang direncanakan sebesar 50,325 kW,
sehingga dapat dipilih type turbin Francis dan generator sinkron kapasitas 60 kW atau 75
kVA.
1. PENDAHULUAN
PLTMH mulai dibangun pada tahun 1982 di desa Padasuka, Kecamatan Pegalaran
Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Pada mulanya digunakan untuk keperluan
perkebunan Teh. Tenaga penggerak berupa kincir air over shoot untuk menggerakan
dynamo listrik. Unjuk kerja PLTMH sangat buruk, efisiensi daya listrik hanya 40 %, tidak
aman dan mudah rusak. Daya listrik yang dibangkitkan 20 kVA pada sistem tegangan listrik
380/220 volt. (Yayasan Mandiri, 2007).
Beberapa upaya yang telah dilakukan adalah memodifikasi instalasi PLTMH, mulai
perbaikan bendungan, konstruksi kincir air menggunakan plat baja, tetapi masih banyak
masalah karena berat dan tidak balance menyebabkan bantalan poros mudah rusak, selain
dari itu putaran kincir air sangat rendah ( 512 rpm), membutuhkan sistem transmisi daya
yang komplek, dan hasilnya tidak memuaskan, frekuensi listrik tidak stabil dan merusak
peralatan elektronik. Sementara beban listrik setiap tahunya terus bertambah dari tahun
2002, 20 kVA dan pada tahun 2006 menjadi 45 kVA (Yayasan Mandiri, 2007).
Tujuan yang ingin dicapai adalah, meningkatkan daya listrik terpasang dari 25 kVA,
menjadi 60 kVA, sesuai kemampuan daya teoritis PLTMH, debit air tersedia, saluran
penghantar air, menghasilkan data beban listrik tersambung, sehingga dapat
direncanakan kapasitas turbin dan generator, serta type jaringan listrik, dan menghasilkan
tegangan listrik yang konstan antara -5% s.d + 10 % dari tegangan listrik efektif sesuai
Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL 2000).
1. TINJAUAN PUSTAKA
Secara teknis, mikrohidro mempunyai tiga komponen utama yaitu air sumber energi,
turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dengan
ketinggian tertentu melalui pipa pesat menuju rumah instalasi (powerhouse). Di rumah
instalasi, air tersebut akan menumbuk turbin sehingga akan menghasilkan energi mekanik
berupa berputarnya poros turbin. Putaran poros turbin ini akan memutar generator sehingga
dihasilkan energi listrik. Secara skematis ditunjukkan pada gambar 2.1. berikut ini :
a. Aliran sungai dibendung agar mendapatkan debit air ( Q) dan tinggi jatuh air (H),
kemudian air yang dihasilkan disalurkan melalui saluran penghantar air menuju kolam
penenang,
b. Kolam penenang dihubungkan dengan pipa pesat, dan pada bagian paling bawah di pasang
turbin air.
c. Turbin air akan berputar setelah mendapat tekanan air ( P ), dan perputaran turbin
dimanfaatkan untuk memutar generator,
d. Setelah mendapat putaran yang constan maka generator akan menghasilkan tegangan
listrik, yang dikirim kekonsumen melalui saluran kabel distribusi ( JTM atau JTR).
Dimana :
ρ : Masa jenis air (kg/m3)
Q : Debita air dalam (m3/dt)
H : Tinggi jatuh air dalam (m)
Daya teoritis PLTMH tersebut di atas, akan berkurang setelah melalui turbin dan generator,
yang diformulasikan sebagai berikut :
Dimana :
eff T : Efisiensi Turbin antara ( 0,8 s/d 0,95)
eff G : Efisiensi Generador ( 0,8 s/d 0,95)
Dimana :
ns = Kecepatan medan putar (rpm)
f = Frekuensi (Hz)
p = Jumlah kutub motor induksi
Kecepatan putar rotor tidak sama dengan kecepatan medan putar, perbedaan tersebut
dinyatakan dengan slip :
Dimana :
s = slip
ns = kecepatan medan putar stator (rpm)
nr = kecepatan putar rotor (rpm)
Kegiatan pokok di dalam lapangan (survai, pengukuran, dan lain-lain) pada survai potensi
antara lain sebagai berikut :( WIBAWA,U. 2006)
Penentuan debit dan head pada PLTMH mempunyai arti yang sangat penting dalam
menghitung potensi tenaga listrik.Seperti pada gambar 2. Variabel debit “diwakili” oleh
jumlah rata-rata bulan kering dalam satu tahun. Artinya dicari areal-areal yang jumlah bulan
keringnya kecil atau bahkan tidak ada bulan keringnya sama Pengukuran debit air (Q)
sungai pada dasarnya terdapat banyak metode pengukuran debit air. Untuk sistem konversi
energi air skala besar pengukuran debit bisa berlangsung bertahun-tahun. Sedangkan untuk
sistem konversi energi air skala kecil waktu pengukuran dapat lebih pendek, misalnya untuk
beberapa musim yang berbeda saja. (WIBAWA,U. 2006). Tingkat kemiringan yang diwakili
oleh indikator gradien skematik, semakin miring areal, semakin besar kemungkinan untuk
ditemukannya head yang cukup untuk PLTMH.
Dimana :
h1 = Elevasi titik tertinggi (m)
h2 = Elevasi titik terendah (m)
A = Luas areal (m2)
Terdapat banyak metode pengukuran debit air. Sistem konversi energi air skala
besar pengukuran debit dapat berlangsung bertahun-tahun. Sedangkan untuk sistem
konversi energi air skala kecil waktu pengukuran dapat lebih pendek, misalnya untuk
beberapa musim yang berbeda saja. . (WIBAWA,U. 2006) Menegukur luas permukaan
sungai, dan kecepatan aliran air sungai dapat dilakukan seperti langkah – langkah
pengukuran berikut: ( SUBROTO, I . 2002).
a. Pengukuran kedalaman sungai dilakukan di beberapa titik berbeda X1 – Xn (seperti
ditunjukkan gambar 2.3).
d. Luas diperoleh dengan mengalikan kedalaman rata-rata dengan lebar sungai, yaitu :
A = X(rata). l
trata = (sigma t) / n
D. Kecepatan aliran air sungai (v) diperoleh dengan membagi jarak sungai (s) dengan waktu
tempuh rata-rata dari pelampung tersebut, yaitu :
Setelah luas dan kecepatan aliran sungai diketahui, maka besar debit pada sungai tersebut
dapat dianalisis:
Q = A xv (m3/det)
3. METODOLOGI PENELITIAN
b. Alat Kerja, rol meter, alat tulis, slang plastic, papan mistar, serta beberapa alat pendukung
lainnya.
Beberapa alat ukur dan alat pengujian yang digunakan adalah, debit meter 1 unit,
spidometer 1 unit, volt meter, amper meter dan watt meter masing-masing satu unit,
osiloskop kapasitas 20MHz, unit dan taco meter 1 unit, serta beberapa Mini Circuit
Breaker.
Setelah dilakukan pengukuran ulang diperoleh tinggi jatuh air 12 meter dan debit air di
sungai Cisuka pada musim kemarau 2,6 m3/dt dan pada musim hujan mencapai 5,2 m3/dt,
dan rata-rata debit harian 3,9 m3/dt. Mengacu persamaan (2.1), maka daya listrik yang
dapat dibangkitkan secara teoritis :
P = 9,8 x 3,9 x 12
= 460 kW.
Debit air dan tinggi jatuh air diperlihatkan pada gambar 4.1 berikut.
Dan bentuk dari grafik beban listrik diperlihatkan pada gambar 4.5 berikut.
Efisiensi adalah perbandingan daya output maksimum dengan daya input yang dapat
dibangkitkan. Mengacu persamaan ( 2.7) dihasilkan efisiensi :
5. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka kesimpulan yang dapat
diambil dari peningkatan kapasitas daya listrik dari PLTMH di Padasuka dari 25 kVA
menjadi 60 kVA dapat dilakukan dengan cara:
a. Debit air sungai yang tersedia cukup besar yaitu 3,9 m3/dt, sementara yang dimanfaatkan
hanya 0,996 m3/dt, dan dapat menghasilkan daya listrik 105 kW. pada ketinggian jatuh air
12 meter, efisiensi turbin 88%, dan generator 90%, sehingga dari debit 0,996 m3/dt tersebut
di atas masih banyak yang terbuang.
b. Beban maksimum 42 kW, terjadi pada pukul 09.00 – 12.00 dan 17.00 – 22.00, dan rata-
rata konsumsi energy listrik sebanyak 702 kWh perhari, sementara daya terpasang 60 kVA
atau 51 kW.
c. Tegangan listrik yang dibangkitkan pada saat melayani beban maksimum dan minimum
berkisar 378 – 382 volt ( system phasa-ke phasa), masih memenuhi ketentuan PUIL 2000
yaitu ( - 5 % s.d + 10 % ) dari tegangan efektif.
6. DAFTAR PUSTAKA
Mandiri. Y, 2007. Perencanaan PLTMH- Padasuka. Yayasan Bina Desa Mandiri. Bandung
Masonyi. 2007. Water Power Development. Volume – 1. Low Head Power Plants.
Akademiai Kiado, Budapest.
Mashudi, D. 2005. Pembangkit Energi Listrik. Erlangga. Jakarta. Hal 138.
PUIL. 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik. PLN. Jakarta. Hal 602
Theraja, BL.2001 . Electrical of Tehnology. 8 th. Prentice Hall International Inc. New York. 1.215
hal.
Wibawa, U. 2006. Sumber Daya Energi. Universitas Brawijaya. Malang. Hal 128.
Zuhal. 2001. Dasar Tenaga Listrik dan Elektronika Daya. Jembatan, Jakarta, Hal 88.
ANALISIS PERENCANAAN
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
PADA RUMAH TANGGA KAPASITAS 500 W, 220 V
Saat ini, sebanyak 52 % dari rumah tangga yang ada di Indonesia mendapat
pasokan energi listrik dari PLN ( Perusahaan Listrik Negara), sisanya belum mendapat
aliran daya listrik dan rata-rata pertambahan beban listrik setiap tahun mencapai 8,2 %.
Penyedian pembangkit tenaga listrik sangat terbatas, diperkirakan pada tahun 2015
Indonesia akan mengalami krisis energi listrik . Untuk menanggulangi permasalahan
tersebut di atas diperlukan usaha dan pemikiran, mencari sumber pembangkit energi listrik,
salah satunya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Perencanaan PLTS pada
rumah tangga berkapasitas 500 watt, 220 volt. Prinsip kerja PLTS memanfaatkan energi
matahari yang mengenai permukaan modul surya (Photovoltaik(PV)) yang mampu
menyerap energi matahari kemudian mengkonversinya menjadi tegangan listrik. Arus listrik
yang dihasilkan oleh PV dihasilkan masih berupa arus searah (dc), dengan menggunakan
Baterai Control Regulator(BCR), tegangan dc tersebut dapat disimpan di dalam Baterai yang
berfungsi sebagai suplay daya utama terutama pada malam hari. Umumnya beban rumah
tangga mendapat suplay tegangan arus bolak-balik (ac), sehingga tegangan dc dari PV
maupun baterai harus di ubah oleh inverter ke tegangan ac. Penelitian dilakukan melalui
simulasi komputer dengan mempergunakan program Pspices. Hasil yang diperoleh untuk
memenuhi kebutuhan daya listrik 500 W, pada tegangan 220 Volt pada rumah
tangga, diperlukan 16 unit PV, 16 buah baterai dengan kapasitas 400Ah, 48 Volt,
BCR pengisian baterai 8 A dan output inverter 2,5 Amper.
1. PENDAHULUAN
Permintaan daya listrik setiap tahun meningkat. PT. PLN ( Perusahaan Listrik
Negara) saat ini hanya dapat mensuplai daerah perkotaan dan industri, serta beberapa
desa yang memang dianggap mampu disuplai karena telah memiliki jaringan
listrik. Sebanyak 52 % dari rumah tangga yang ada di Indonesia, tingga di pedesaan
dan 78 % belum mendapat pasokan energi listrik. Rata-rata pertambahan beban listrik
setiap tahun mencapai 8,2 %. Sementara penyedian pembangkit tenaga listrik sangat
terbatas, diperkirakan pada tahun 2015 Indonesia akan mengalami krisis energi
listrik. (Lokakarya PLN 2008).
Berbagai kendala yang dihadapi untuk mensuplai energi listrik, khususnya di daerah
pedesaan, terbatasnya daya listrik yang dibangkitkan, lokasi daerah pedesaan jauh dari
pusat pembangkit sehingga harus membangun jaringan distribusi dan beban tidak terpusat,
sehingga dinilai tidak ekonomis. Kondisi seperti ini merupakan suatu permasalahan, yang
perlu diselesaikan.
Secara geografis Indonesia berada pada garis katulistiwa dengan batas 6 oLU
sampai 11 o LS dan 95o BT sampai 141 oBT, dengan pancaran sina rmatahari rata-rata
adalah mencapai 7 jam perhari, dan puncak penyinaran matahari maksimum rata-rata setiap
hari mencapai 4,5 jam. ( LIPI. 2007)
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar PLTS.
Energi matahari yang diterima langsung diluar atmosfir bumi adalah kontinu dengan
laju daya sebesar 1.350 watt/m2. Energi ini dikenal dengan sebagai insolation(incident solar
radiation) bersifat stabil sehingga dapat dinyatakan sebagai “konstanta surya ( solar
constant)”. Pada permukaan bumi, tingkat daya matahari berfluktuasi sebagai fungsi dari
perputaran bumi pada sumbunya dan pergerakan bumi mengelilingi matahari. Daya surya
maksimum yang dapat diterima pada permukaan horizontal yang diukur pada permukaan
laut sebesar 1.000 watt /m2. ( Matthew, B. 2003)
Modul surya atau photovoltaic merupakan gabungan beberapa sel surya yang
terhubung secara seri. Satu sel surya mengahasilkan tegangan sebesar 0,45 Volt.
Tegangan ini sangat rendah untuk dapat dimamfaatkan secara praktis, sehingga diperlukan
sejumlah sel surya yang dihubungkan secara seri.
Besar nilai tegangan serta arus pada system maksimum power point tracker
(MPPT) solar cell tergantung dari karakteristik solar cell tersebut. Besar arus solar cell ditulis
dengan persamaan: ( Green, A.M. 1982)
Dimana :
k.T/q : tegangan thermal =0.02586 V pada suhu 300 oK
I SC : Arus hubung singkat (A)
Io : Arus beban nol (A)
Dan besar tegangan solar cell pada saat hubungan terbuka ditulis dengan persamaan :
maka dari persamaan (3) tersebut diatas diperoleh titik tegangan maksimum (Vm), dan
titik arus maksimum (Im) yang ditulis :
Daya yang dihasilkan modul surya pada titik daya maksimum dinyatakan dalam satuan
watt-puncak ( peak watt (Wp)), dan masih perlu ditambah 20 % sehingga diperoleh
persamaan :
Dimana :
P = Jumlah daya listrik (watt)
KPM = Kapasitas daya modul surya (watt)
Bagian ketiga pada pembangkit listrik tenaga surya selain modul surya adalah
pengatur muatan baterai atau Battery Charge Regulator (BCR) dan Inverter. Inverter
merupakan suatu rangkaian elektronik yang dapat mengubah tegangan input DC menjadi
tegangan output AC, yang diinginkan . Tegangan output yang berubah-ubah dapat diperoleh
dengan mengubah-ubah tegangan input DC dan menjaga agar penyalaan inverter tetap
konstan ( Norris, C. 2006).
2.6 Baterai
Waktu otonomi baterai dapat dikatakan estimasi lama waktu operasional Baterai, saat
tidak ada suplai dari modul surya. Makin lama waktu otonomi, makin tinggi kapasitas Baterai
yang diperlukan, dapat diperlihatkan dengan menggunakan persamaan ( Marsudi, D. 2005
)
dimana :
Q = muatan arus baterai harian (Ah)
E = enerji (Wh)
V = tegangan batería (volt)
Besar teganan dan arus baterai dapat dihasilkan dengan melakkan dua cara
menghubungkan baterai . Hubungan Seri, berfungsi untuk menghasilkan jumlah tegangan
yang lebih besar sesuai yang direncanakan. ( Marsudi, D. 2005)
Hubungan pararel, berfungsi untuk memperoleh arus listrik yang besar sesuai yang
direncanakan.
Ada tiga macam jenis beban listrik pada rumah tangga yaitu : (Zuhal. 2001)
a. Beban listrik bersifat tahanan murni ( R), contoh beban seperti setrika, elemen pemanas, dan
lampu pijar.
b. Beban listrik bersifat induktip ( XL), contoh beban seperti motor-motor listrik, lampu yang
menggunakan balaz yangberbentuk belitan.
c. Beban listrik bersifat kapasitif ( XC), contoh beban seperti lampu hemat enerji yang banyak
mengandung kapasitor.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Pengukuran intensitas matahari dan pengukuran arus dan tegangan dilakukan pada
tanggal 1 s.d 7 mei 2007. Lama penelitian hingga laporan selesai 6 April 2007 hingga 8
Agustus 2008. Tempat penelitian di lakukan di CV. Maharani Teknik, di Jl. Cemara Kipas II
No 11 A. Taman Yasmin Bogor, Telp ( 0251- 8400602).
Kapasitas modul solar sell harus lebih besar dari kapasitas beban terpasang, seperti
yang dijelaskan pada bab 2, bahwa satu unit modul surya yang terdiri 36 hingga 40 cell
surya, mempunyai kapasitas antara 15 hingga 50 Watt. Data spesifikasi Modul Solar Cell
dapat dilihat pada tabel 4-2 berikut:
Tabel 4-2 Spesifikasi Modul Sel Surya
Keunggulan modul surya type ini dapat menyerap energi listrik dengan baik antara 12%
sampai dengan 15 % walaupun posisi matahari sudah miring 75 o (dipandang dari
permukaan PV), dan efisiensi PV type ini dapat lebih meningkat jika dipergunakan pada
daerah-daerah tropis. Memperhatikan setiap alat mempunyai efisiensi tidak 100 %,
maka beban tersebut di atas masih ditambahkan sebesar 20 %. Sehingga total
beban berdasarkan persamaan :
Memperhatikan gambar tersebut di atas, jumlah enam belas panel (16) dibagi menjadi 4
group panel terdiri dari:
Besar tegangan listrik yang berasal dari modul surya berdasarkan persamaan (26), dengan
memperhatikan spesifikasi dari PV diperoleh:
Setelah besaran arus listrik diketahui dan durasi penggunaan daya juga diketahui,
kapasitas baterai berdasarkan persamaan:
Berdasarkan gambar tersebut di atas besar tegangan output dari enam belas unit
baterai yang di hubungankan seri dan pararel dihasilkan :
Baterai yang tersedia dipasaran 12 volt, perencanaan menggunakan tegangan 48 volt 400
Ah, sehingga diperlukan baterai sebanyak 16 atau 4 unit/group yang dipasang secara seri
dan pararel sehingga menghasilkan tegangan 48 volt, dan berdasarkan persamaan (10)
arus output dari baterai 400 Amper hour . Jika diasumsikan arus yang disuplai ke Inverter
pada beban penuh 10 A, maka pengosongan baterai dapat di hitung berdasarkan
persamaan:
Berdasarkan tabel 4-1 tersebut di atas jika beban listrik 630 watt, enerji 2.780
Wh tegangan 220 Volt, arus sisi beban 2,75 A dan arus disisi primer 10 A, maka baterai
mampu bertahan dalam waktu 20 hour, ( bataerai akan kosong pada batas 50 %).
Pengisian kembali dilakukan oleh BCR ketika PV sudah mendapat intensitas matahari,
lama waktu pengisian baterai hingga kondisi penuh membutukan waktu 6 jam.
Rangkian tersebut di atas BCR yang berfungsi sebagai pengisi baterai dan
pensuplai beban listrik. Cara kerja rangkaian dijelaskan sebagai berikut:
a. Tegangan sebesar 48 Volt diperoleh dari output Photovoltaik (PV). Untuk pengisian
arus listrik digunakan IC 555D yang berfungsi sebagai regulator tegangan dan
arus, charger.
b. Sebagai proteksi arus lebih pada output IC 555D digunakan Diode MV2201, dan
diode M8D101 hal ini berfungsi sebagai bloking arus balik dari baterai.
c. Sebagai Baterai menggunakan resistasi sebesar 3 ohm yang merupakan
hasil pengukuran pada saat baterai tidak mempunyai arus dan tegangan.
d. Jika baterai telah terisi penuh maka arester (LA) berfungsi membuang arus dan
tegangan listrik ketanah.
BCR yang direncanakan mempunyai kapasitas 730 watt, hal ini di maksudkan agar
BCR mampu mensuplai beban 500 watt. Kapasitas daya tersebut dapat tercapai jika
menggunakan komponen-komponen seperti ditunjakkan pada rangkaian tersebut diatas.
Untuk mencegah pengisian baterai berlebih, disisi tegangan positif di pasang arrester (LA)
yang berfungsi untuk membuang arus listrik dan tegangan ketanah. Bentuk grafik tegangan
dan arus listrik yang keluar dari BCR diperlihatkan pada gambar 4-4 dan 4-5 berikut:
Gambar 4-7. Arus keluaran inverter Gambar 4-8. Tegangan Output Inverter
Dari benttuk grafik arus dan tegangan yang keluar dari Inverter terlihat bahwa arus dan
tegangan telah berbentuk sinussoida pada tegangan 220 volt, dengan frekuensi 50 Hz
sehingga sudah siap untuk memberikan suplay ke beban. Bentuk grafik tegangan pada
titik-titik a, b c dan d diperlihatkan pada lampiran 9 dan 10.
4.7 Efisiensi
Mengacu pada persamaan (8), diperoleh efisiensi dari PLTS, yaitu dengan
membandingkan Pout terhadap P input
5. KESIMPULAN
Setelah dilakukan simulai dan analisa terhadap peralatan pendukung PLTS untuk
mensuplay beban 500 Watt pada tegangan 220 volt diperoleh hasil :
a. Kebutuhan PV berjumlah 16 unit, dibagi menjadi 4 group yang dipasang seri, dan terminal
output ke empat group dipasang pararel, menghasilkan daya 800 Watt.
b. Baterai berjumlah 16 unit, masing-masing berkapasitas 100 Ah, 12 Volt dipasang secara
seri 4 baterai dalam satu group dan empat group baterai dipasang pararel sehingga
menghasilkan tegangan 48 volt dan arus 400 Ah. Pengosongan baterai dari 100 % menjadi
50 %, jika digunakan pada enerji 2.780 Wh.
e. Beban maksimum 630 watt, kapasitas PLTS 800 watt, sehingga PLTS dapat
mensuplai dengan lancar.
f. Baterai tidak diizinkan mengalami pengosongan, karena dapat merusak baterai dan
memperpendek usia baterai, kapasitas baterai dari 100 % hingga 50 % setelah
baterai bekerja selama 20 jam, pada energi 2,78 kWh, dan pada siang hari kekosongan
baterai diisi kembali oleh BCR setelah modul surya menghasilkan arus dan tegangan
6. DAFTAR PUSTAKA
A Green, M. 2002. Solar Cells Operating Principles Technology and System Aplication. Prentice
Hall. Sidney.
Buresch, M. 2003. Photovoltaic Energy System Design and Installation. Mc Graw Hill. New York
Court Norris. 2006. A Guide to Photovoltaic (PV) System Design and Installation. Endecon
Engineering. Washington
Djojodiharjo, H. 2001. Pengantar Ringkas Sistem Listrik Tenaga Surya; Intitut Teknologi
Bandung.
Lokakarya PLN. 2006. PT. Perusahan Listrik Negara, Tbk ( PLN) Pusat. Jakarta
Marsudi, D. 2005. Pembangkit Energi Listrik. Erlangga; Jakarta.
Rashid H M. 1981. Power Electronics. Prentice Hall International Inc, 2st . New Jersey
Vladimirescu A . 2006. The PSipes Book Electronics and Circuit Analysis Using. New
York;
Panduan Sederhana Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro
Hidro (PLTMH)
Posted on Juni 11, 2011 by pimpii
Standar
Saat ini Indonesia masih sepenuhnya bergantung pada bahan bakar fosil seperti minyak bumi,
batubara dan gas. Bahan bakar fosil di Indonesia digunakan oleh 95 persen penduduk maupun
pelaku industri, dengan konsumsi energi meningkat tujuh persen setiap tahunnya. Padahal
bahan bakar fosil ini ikut ‘berkontribusi’ terhadap total emisi energi CO2, yang hingga 2008
tercatat mencapai 351 juta ton. Selain itu bahan bakar fosil jelas merupakan energi yang tidak
bisa dibarukan. Jika terus digunakan, tentu persediaan bahan bakar akan habis.
Sementara, sumber-sumber energi terbarukan, yang notabene jauh lebih banyak ketimbang
bahan bakar fosil, belum dimanfaatkan secara optimal. Energi terbarukan seperti hydrogen,
air, panas bumi dan sebagainya masih dianggap sebagai energi alternatif, dimana
penggunaannya hanya mencapai lima persen!
Salah satu energi terbarukan yang sangat potensial adalah penggunaan energi air untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). PLTMH adalah istilah yang digunakan
untuk instalasi pembangkit listrik yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa
dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas
aliran dan ketinggian tertentu dan instalasi. Semakin besar kapasitas aliran maupun
ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk
menghasilkan energi listrik.
Biasanya Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di
suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah kapasitas mengacu
kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangan beda ketinggian
daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head.
Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources dengan terjemahan bebas bisa dikatakan
“energi putih”. Dikatakan demikian karena instalasi pembangkit listrik seperti ini
menggunakan sumber daya yang telah disediakan oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu
kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang menjadi tempat air
mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air beserta energi perbedaan
ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat diubah menjadi
energi listrik, Seperti dikatakan di atas, Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya
kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam prakteknya, istilah ini tidak merupakan sesuatu yang
baku namun bisa dibayangkan bahwa Mikrohidro pasti mengunakan air sebagai sumber
energinya.
Yang membedakan antara istilah Mikrohidro dengan Miniihidro adalah output daya yang
dihasilkan. Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dari 100 W, sedangkan untuk
minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 sampai 5000 W. Secara teknis, Mikrohidro
memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator. Air yang
mengalir dengan kapasitas dan ketinggian tertentu di salurkan menuju rumah instalasi (rumah
turbin).
Di rumah turbin, instalasi air tersebut akan menumbuk turbin, dalam hal ini turbin dipastikan
akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa
berputamya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian
ditransmisikan/dihubungkan ke generator dengan mengunakan kopling.
Dari generator akan dihasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik
sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringkas
proses Mikrohidro, merubah energi aliran dan ketinggian air menjadi energi listrik. Terdapat
sebuah peningkatan kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah pedesaan di sejumlah negara,
sebagian untuk mendukung industri-industri, dan sebagian untuk menyediakan penerangan di
malam hari.
Gambar 1 menunjukkan betapa ada perbedaan yang berarti antara biaya pembuatan dengan
listrik yang dihasilkan.
Gambar 1. Skala
Ekonomi dari Mikro-Hidro (berdasarkan data tahun 1985)
Keterangan gambar 1
Average cost for conventional hydro = Biaya rata-rata untuk hidro konvensional.
Band for micro hydro = Kisaran untuk mikro-hidro
Capital cost = Modal Capacity = Kapasitas (kW)
Berikut contoh PLTMH dengan menggunakan sistem run off river, dimana air tidak ditahan
pada sebuah bendungan. Pada sistem run off river, sebagian air sungai diarahkan ke saluran
pembawa, kemudian dialirkan melalui pipa pesat (penstock) menuju turbin.
Gambar 2.
Komponen-komponen Besar dari sebuah Skema Mikro Hidro
• Diversion Weir dan Intake : (Dam/Bendungan Pengalih dan Intake) Dam pengalih berfungsi
untuk mengalihkan air melalui sebuah pembuka di bagian sisi sungai (‘Intake’ pembuka) ke
dalam sebuah bak pengendap (Settling Basin) atau perangkap pasir (Sand Trap).
Intake
• Settling Basin (Bak Pengendap) : Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-
partikel pasir dari air. Fungsi dari bak pengendap adalah sangat penting untuk melindungi
komponen-komponen berikutnya dari dampak pasir.
Sand Trap
• Headrace (Saluran Pembawa) : Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk
menjaga elevasi dari air yang disalurkan.
Headrace
• Headtank (Bak Penenang) atau Forebay : Fungsi dari bak penenang adalah untuk mengatur
perbedaan keluaran air antara sebuah penstock dan headrace, dan untuk pemisahan akhir
kotoran dalam air seperti pasir, kayu-kayuan.
Head Tank
• Penstock (Pipa Pesat/Penstock) Penstock dihubungkan pada sebuah elevasi yang lebih
rendah ke sebuah roda air, dikenal sebagai sebuah Turbin.
Penstock
• Turbine dan Generator Perputaran gagang dari roda dapat digunakan untuk memutar sebuah
alat mekanikal (seperti sebuah penggilingan biji, pemeras minyak, mesin bubut kayu dan
sebagainya), atau untuk mengoperasikan sebuah generator listrik. Mesin-mesin atau alat-alat,
dimana diberi tenaga oleh skema hidro, disebut dengan ‘Beban’ (Load)
Turbin
Tentu saja ada banyak variasi pada penyusunan disain ini. Sebagai sebuah contoh, air dapat
dimasukkan secara langsung ke turbin dari sebuah saluran tanpa sebuah penstock. Tipe ini
adalah metode paling sederhana untuk mendapatkan tenaga air, tetapi belakangan ini tidak
digunakan untuk pembangkit listrik karena efisiensinya rendah. Pada beberapa kondisi
saluran pembawa (headrace) dapat dihilangkan dan sebuah penstock dapat langsung ke turbin
dari bak pengendap pertama. Variasi seperti ini akan tergantung pada karakteristik khusus
dari lokasi dan skema keperluan-keperluan dari pengguna.
Namun meskipun PLMTH adalah energi alternatif yang potensial, namun kemampuan
pemerintah yang terhalang oleh biaya terbatas, sering membuat sumber air yang potensial
untuk pembangkit listrik terabaikan. Padahal dalam beberapa kasus PLTMH juga dapat
dijadikan alasan untuk melestarikan lingkungan, minimal di sepanjang Daerah Aliran Sungai
(DAS) sumber air ditengah menggebu-gebunya pembalakan hutan dan pembukaan kawasan
perkebunan yang tidak ramah lingkungan. Sehingga mencari dana dari lembaga donor untuk
membangun PLTMH di daerah-daerah terpencil dapat menjadi alternatif pilihan.
Informasi dan konsultasi seputar PLTMH dapat disampaikan ke Lembaga Energi Hijau via
email: lembagaenergihijau@yahoo.com