You are on page 1of 10

Sutan Syahrir adalah sebuah nama dengan jasa besar yang redup di tengah berkobarnya Api

revolusi. Dalam usianya yang muda, ia secepat kilat melejit ke atmosfer perjuangan dan
pergerakan dalam membebaskan Indonesia dari kolonialisme. Namun secepat kemunculannya,
redupnya pun tak disangka sebegitu cepat. Meski di usianya yang terbilang muda.

Terbuang dari satu penjara ke penjera lain. Baik dimasa pergolakan dan revolusi kemerdekaan
hingga pasca kemerdekaan. Hingga terpuruk dalam pengasingan dan terpental dan pergi
selama-lamanya dari bumi merdeka yang diperjuangkannya dengan peluh pepedihan yang
terpendam.

Yang yang terlihat hingga saat ini, sejarah begitu kerdil memandangnya. Pikiran dan jasanya
pun secuil saja ditonjolkan. Padahal, perannya diawal kemerdekaan, telah membuka mata
dunia, bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945, telah terbentuk sebuah negara berdaulat yang
bernama Indonesia.

Syahrir, adalah orang pertama yang mempublikasikan Indonesia ke dunia internasional. Hasil
dari upaya mentransmisikan kedaulatan Indonesia ke dunia internasional itu, pelemik seputar
penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia terselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu
lama melalui penanganan Dewan Keamanan Perserikata Bangsa-Bangsa (PBB). Hal tersebut
dilakoni Sjahrir pada 14 Agustus 1947 di Lake Success, New York Amerika Serikat. Di depan
negara negara-negara anggota PBB, Sjahrir menyampaikan ihwal kemerdekaan Indonesia
secara lantang, sembari mengingatkan pada negara luar ihwal keperkasaan Indonesia dalam
epos kejayaan Majapahit.

Syahrir mengurai Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berabad-abad berperadaban aksara
lantas dieksploitasi oleh kaum kolonial. Kemudian, secara piawai Syahrir mematahkan satu per
satu argumen yang sudah disampaikan wakil Belanda, Van Kleffens. Dengan itu, Indonesia
berhasil merebut kedudukan sebagai sebuah bangsa yang memperjuangan kedaulatannya di
gelanggang internasional.

PBB pun turut campur, sehingga Belanda gagal mempertahankan upayanya untuk menjadikan
pertikaian Indonesia-Belanda sebagai persoalan yang semata-mata urusan dalam negerinya.
Van Kleffens dianggap gagal membawa kepentingan Belanda dalam sidang Dewan Keamanan
PBB. Berbagai kalangan Belanda menilai kegagalan itu sebagai kekalahan seorang diplomat
ulung yang berpengalaman di gelanggang internasional dengan seorang diplomat muda dari
negeri yang baru saja lahir. Van Kleffens pun ditarik dari posisi sebagai wakil Belanda di PBB
menjadi duta besar Belanda di Turki

Sjahrir adalah sosok yang candikia. Ia berdarah Minang Padang Panjang) campur Medan dari
Ibunya. Meski dengan fisik yang kecil, pikirannya tajam dan mendunia. Politik diplomasinya
brilian. Dan mampu meluluhkan hati sesiapapun. Dalam merumuskan strategi-strategi
perjuangan, ia terbilang cerdas dan penuh taktis. Hal tersebut ditunjukkan dalam perjanjian
Linggar Jati yang dilaksanakan pada 15 November 1946.

Meski menuai tantangan dari sayap pemuda berhaluan sosialis komunis seperti Tan Malaka
dan pengikut-pengikutnya, perjanjian Linggar Jati yang diselenggarakan pada itulah yang telah
menghantarkan Indonesia melenggang ke pentas politik dunia. Belanda dianggap melanggar
perjanjian Linggar Jati, dan ihwal polemik Indonesia dan Belanda diserahkan pada PBB. Dan
disinilah, politik diplomasi berlangsung kencang, hingga Belanda terdesak menyerahkan
kedaulatan kepada RI. Belakangan terkuak, bahwa Linggar jati adalah politik strategi Syahrir
untuk menjebak Belanda.

Ideologi perjuangan Sjahrir semakin mengental sejak ia Studi di Belanda. Disana ia


berkecimpung dengan aktivis mahasiswa berhaluan sosialis democrat. Dalam tulisan
kenangannya, Salomon Tas berkisah perihal Syahrir yang mencari teman-teman radikal,
berkelana kian jauh ke kiri, hingga ke kalangananarkisyang mengharamkan segala hal
berbaukapitalismedengan bertahan hidup secara kolektif -saling berbagi satu sama lain kecuali
sikat gigi. Demi lebih mengenal dunia proletar dan organisasi pergerakannya, Syahrir pun
bekerja pada SekretariatFederasi Buruh Transportasi Internasional.

Lain waktu ia pun pernah bergabung aktivis sosialis radikal. Tapi itu tak berlangsung lama.
Namun geliatnya di dunia gerakan itulah yang menyebabkan kuliahnya tak selesai. Akihrinya
ia memilih kembali ke Indonesia atas saran temannya Hatta. Sekembalinya di Indonesia,
Sjahrir mengagendakan berbagai gerakan. Bahkan dengan kekehnya itu, ia tak hidup aman.
Dipenjara dari satu bui ke bui yang lain. Dibuang dari satu tempat ke tempat pembuangan yang
lain. Tapi semua itu tak membuatnya surut. Api perjuangan terus berkobar. Hingga suatu
waktu, Sjahrir mengendus kekalahan Jepang oleh sekutu. Sjahrir pun mendesak Sukarno_Hatta
untuk memproklamirkan kemerdekaan RI. Namun pasangan Dwi Tunggal ini belum
mempercayai kemenangan Sekutu. Sjahrir berang. Sukarno di dibilangnya banci dan penjilat
Belanda. Alhasil Sjahrir dan pengikut-pengikutnya terdesak memproklamirkan kemerdekaan
RI pada tanggal 15 Agustus 1945 di Cirebon, Jawa Barat (Hal : 63).
Setelah kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, Sjahrir terlibat dalam memberikan fondasi
bagunan republik baru. Meski tidak terlalu lama, Sjahrir pernah diberikan mandat sebagai
Perdana Menteri. Dan jabatan yang diembannya itu menjadikannya sebagai perdana menteri
pertama Indonesia di kabinet parlementer. Suatu terobosan kontroversialnya untuk
mencitrakan Indonesia di mata dunia adalah, memberikan bantuan beras pada India yang
terancam gagal panen. Dan langkahnya itu, memetik hasil diplomasi yang luar biasa. Nama
Indonesia melambung. Sebuah negara baru yang peduli terhadap negara lain.

Diakhir pemilihan umum 30 September 1955, partai yang di pimpin Syahrir Partai Sosialis
Indonesia (PSI) kalah telak. Tidak mendapat dukungan suara rakyat. Kekalahannya di pemilu
1955 ini, menjadi titik awal redupnya sang meteor. Disaat yang sama, hubungan Sjahrir dan
Sukarno pun memburuk. Puncaknya diawal 1962. Ia dituduh terlibat dalam upaya
pembrontakan dan kudeta. Akhirnya Sjahrir ditangkap pada 16 Januari 1962. Ia dipenjarakan
di Madiun. Sejak itu kondisi Sjahrir memburuk. Sukarno akhirnya berobat ke Swiss. Ditempat
inilah si Bungsu kecil menghembuskan nafas terakhir.

Review Buku Sjahrir "Peran Besar Bung Kecil"

SJAHRIR

Peran Besar Bung Kecil

Halo di post ke 4 ini saya akan review buku bigografi yg di terbitkan oleh TEMPO yang
berjudul Sjahrir "Peran Besar Bung Kecil". Saya memilih buku ini karena saya suka dengan
kepribadian Sjahrir dan cerita hidup nya yang sangat seru. langsung saja saya akan memberi
review dari buku ini

Siapa itu Sjahrir?

Sjahrir adalah seorang tokoh nasional dari Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia lewat banyak hal seperti perundingan contohnya perundingan linggarjati walaupun
banyak yang menentang perudingan itu, pidatonya yang sangat elegan saat di Lake Success
yang sangat berhasil membuat banyak negara mendukung kemerdekaan Indonesia yang
menjadi salah satu titik balik kemerdekaan Indonesia dan pada saat itu Sjahrir baru berumur 38
Tahun, dan bahkan pengaruhnya yang membuat proklamasi menjadi lebih cepat walaupun ia
tidak hadir di hari proklamasi tersebut. Sjahrir juga adalah perdana menteri pertama Indonesia.
lalu Sjahrir terkenal sebagai orang yang cerdas, teliti, hati-hati, demokratis, dan senang di kritik
yang membuatnya dikenal sebagai orang yang hebat. Sutan Sjahrir juga salah satu dari tujuh
"Bapak Revolusi Indonesia"

Kehidupan seorang Sjahrir

Sutan Sjahrir lahir di Padang Panjang, Sumatra Barat, 5 Maret 1909. Pada usia satu Tahun ia
langsung bermukim di Jambi yang mengikuti tugas sang Ayah, Muhammad Rasyad, sebagai
jaksa tinggi. lalu pada usia 4 tahun Sjahrir pindah ke Medan. lalu Sjahrir kecil dikenal sebagai
anak Laki-Laki terpandai di keluarganya karena nilainya selalu mendapat 9. Lalu Sjahrir
beruntung karena masih dapat mengenyam pendidikan. lalu Sjahrir pandai dalam bermain bola
dan sangat mempunyai jiwa seni yaitu dapat bermain biola. ia juga pandai bergaul dengan
teman-teman nya. lalu ia hidup di kalangan pro Belanda karena Ayahnya pegawai Belanda
namun setelah mendengar pidato Dr Tjipto Mangunkusumo ia mulai memiliki jiwa
nasionalismenya. Lalu Sjahrir kuliah di belanda dan kembali ke Indonesia. Oiya salah satu
temen yang saya ingat adalah Salomon Tas.

Lalu setelah kembali ke Indonesia karena beberapa faktor Sjahrir dan Hatta diasingkan ke
Cipinang di tahan itu Sjahrir tergolong tahanan yang beruntung karena banyak fasilitas yang
diberikan kepadanya. lalu tak berselang lama Sjahrir dan Hatta di pindah ke Boven Digul lalu
akhirnya ia dipindah ke Banda Neira. Di Banda Neira iya banyak mengajarkan anak-anak
disana lalu ia tidak dipengasingan lagi setelah 6 tahun di pengasingan.Sjahrir Juga sudah
menikah dengan wanita Belanda, Lalu akhirnya Sjahrir terus bergerak di bidang politik seperti
berunding dan melakukan gerakan bawah tanah dan juga membuat partai politik. sampai pada
akhirnya tiba-tiba Sjahrir mendengar bahwa berita kekalahan Jepang dan akhirnya tiba lah
suatu peristiwa.
Peristiwa Proklamasi

Disaat itu setelah Sjahrir mendengar bahwa berita kekalahan Jepang, Sjahrir langsung
mendesak Soekarno dan Hatta untuk memploklamirkan kemerdekaan secepatnya tanpa
menunggu Jepang agar tidak ada campur tangan Jepang saat kemerdekaan Indonesia. Lalu
terjadi lah perbedaan pendapat yang terjadi antara golongan tua dan muda dan akhirnya
golongan tua sepakat untuk mempercepat proklamasi. Dan akhirnya terjadi lah peristiwa
proklamasi namun Sjahrir memilih tidak datang ia memilih jalan elegan dengan yang Ia
lakukan.

Akhir Hayat Sutan Sjahrir

Setelah Soekarno menangkap Sjahrir dan Sjahrir pun sakit dan meninggal di Swiss

Paling Menarik dari Buku Ini

Yang paling menarik adalah disaat Sjahrir berpidato di depan dewan keamanan perserikatan
bangsa-bangsa di Lake Success. Sjahrir mampu memberikan pidato tentang Indonesia sebelum
dijajah dan sesudah dijajah. dan pidato nya itulah yang membuat banyak negara yang
mendukung kemerdekaan Indonesia dan Belanda makin terdesak dengan keadaan itu.

Tanggapan Tentang Buku ini

Buku ini sangat bagus karena berisi tentang biografi yang lengkap lalu penulisan dari buku ini
juga sangat bagus dan saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca.

Pelajaran yang dapat diambil adalah hargai lah pahlawan bangsa yang sudah memperjuangkan
bangsa ini sampai merdeka jadi jangan lah lupakan pahlwan Indonesia

sekian post review dari saya Terimakasih

Seri Buku Tempo : Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil

Perjalanan revolusi di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Sutan Syahrir. Menentukan
arah laju revolusi Indonesia tidak bisa di anggap kecil. Berawal dari pertemuannya dengan Dr.
Tjipto Mangunkusumo, rasa nasionalisme semakin terpupuk untuk memerdekakan Negara
Indonesia.

Buku Sjahrir, Peran Besar Bung Kecil hampir tidak melewatkan setiap sepak terjang politik
yang dilakukan oleh seorang Sjahrir. Berawal dari kesehariaannya di Belanda yang
mempertemukan dia dengan aktivis-aktivis sosialis, hingga dia menjadi tahanan politik
Presiden Indonesia saat itu, Soekarno. Buku ini pun memaparkan situasi penting ketika bapak-
bapak revolusi Indonesia macam Soedirman, Tan Malaka dan Soekarno mengalami
perpecahan. Perang dingin antara tiga kubu yang berbeda-beda pandangan untuk masa depan
Indonesia digambarkan secara detail. Adapun salah satu point penting yang bisa diambil dari
buku ini adalah ketika Sjahrir juga menjelaskan pentingnya diplomasi sebagai senjata untuk
mempertahankan kemerdekaan yang di raih saat itu. Pidatonya di hadapan beberapa pemimpin
negara-negara dunia dalam sidang Dewan Perserikatan Bangsa Bangsa, 14 Agustus 1947 di
Lake Success, New York, Amerika Serikat mampu menggetarkan nyali Belanda yang berusaha
untuk kembali mencengkeram kebebasan yang telah di raih Bangsa Indonesia.

Sjahrir paham akan pentingnya pengakuan negara-negara lain sebagai syarat berdirinya sebuah
Negara, meski berbeda jalan dengan dengan Bapak Revolusi yang lain. Kepada Panglima Besar
Jenderal Soedirman, Sjahrir menudingnya sebagai antek Jepang disebabkan karena Pasukan
Pembela Tanah Air (PETA) adalah bentukan Jepang. Berlaku sebaliknya, Sjahrir dianggap
mengkhianati perjuangan oleh Tan Malaka yang mempunyai karakter konfrontasi radikal
dengan Belanda. Tan Malaka dan Jenderal Soedirman merasa kecewa dengan politik diplomasi
Sjahrir dalam konferensi Linggarjati yang menyetujui pengakuan kedaulatan hanya pada Pulau
Jawa, Sumatera dan Madura.

Dalam sebuah karya tulisnya, Perjuangan Kita yang menimbulkan kontroversi di kalangan para
pejuang republik, Sjahrir memaparkan bagaimana seharusnya Republik Indonesia ditegakkan.
Ada dua hal yang berbeda antara Sjahrir dan para Founding Fathers dalam menegakkan
kedaulatan Republik Indonesia. Pertama, menurut Sjahrir, kekuatan bisa terbentuk bila itu di
mulai lewat revolusi yang disebutnya “revolusi kerakyatan”. Revolusi Kerakyatan adalah
revolusi yang harus dikomandoi oleh kaum demokrat, bukan kaum nasionalis yang
menghamba pada fasis. Kedua, kemerdekaan tetap harus diraih tapi dengan beberapa tahapan,
sistematis dan elegan bukan dengan bentrok fisik hingga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.
Meskipun Belanda melakukan embargo ekonomi terhadap Indonesia. Karena dua pola
pendekatan inilah pada akhirnya negara-negara di belahan dunia lainnya menoleh untuk
melihat perjuangan rakyat Indonesia. India yang saat itu mengalami gagal panen menerima
bantuan tangan Sjahrir lewat diplomasi barter beras dengan tekstil India. Ke Amerika Serikat
dan Inggris, Indonesia mengekspor karet dan Kopra. Dengan demikian terbongkarlah embargo
ekonomi Belanda secara perlahan-lahan.

Perjuangan diplomasi Sjahrir dalam kancah internasional sayangnya tidak berimbas di dalam
negeri. Rakyat ternyata tidak menjatuhkan pilihannya pada partai bentukan Sjahrir, Partai
Sosialis Indonesia saat pemilihan umum 1955. Kekalahan ini mengakibatkan peran Sjahrir
selangkah demi selangkah mulai memudar bagai matahari di senja hari. Keterlibatan beberapa
pentolan PSI dalam pemberontakan PRRI/PERMESTA pada akhirnya berakibat ditangkapnya
sejumlah top leader partai ini oleh Soekarno. Puncaknya adalah pembubaran Partai Sosialis
Indonesia melalui Kepres Nomor 200 Tanggal 15 Agustus 1960.

Menjadi tahanan politik Soekarno, Sjahrir menjadi pesakitan. Dua kali terserang stroke serta
komplikasi penyakit yang dideritanya, Sjahrir dibawa berobat ke Zurich, Swiss pada tanggal
21 Juli 1965. Hingga mengehembuskan nafas terakhirnya dan masih berstatus tahanan pada 9
April 1966.

Goodreads: Sjahrir Peran Besar Bung Kecil

Selasa, September 08, 2015

Sjahrir: Peran Besar Bung KecilSjahrir: Peran Besar Bung Kecil by Tim Buku TEMPO

My rating: 3 of 5 stars
Sjahrir adalah peletak dasar diplomasi Indonesia. Kebijakannya kurang populer, tapi sebagai
perdana menteri pertama Republik ia, saya pikir, telah melakukan tugasnya dengan baik. Ia
memang pragmatis, tetapi ia meletakkan dasar agar Indonesia benar-benar bisa merdeka
dengan cara diplomasi, tanpa perjuangan yang memakan banyak korban, karena salah satu
elemen kemerdekaan adalah pengakuan dari negara lain.

Dalam buku "Sjahrir: Peran Besar Bung Kecil" kita dikenalkan dengan Sjahrir yang punya
banyak andil dalam perjuangan pra-kemerdekaan dan pasca-kemerdekaan. Tentu banyak
elemen dari ideologi, tokoh, dan organisasi yang saling beririsan maupun saling bertentangan
tatkala awal-awal kemerdekaan. Sjahrir ikut bergumul di dalamnya. Saya kira penjelasan
tentang Sjahrir dan perjuangannya dijelaskan secara baik tanpa dilebih-lebihkan atau dikurang-
kurangkan.

Tentu ada banyak perdebatan tentang perbedaan sikap dan pendapatnya dengan tokoh-tokoh
lain, seperti Tan Malaka misalnya. Tetapi setelah saya baca dua buku dari Seri Tempo Bapak
Bangsa ini, baik Sjahrir atau Tan Malaka, aliran perjuangan dari keduanya memang ada kurang
dan lebihnya. Sayangnya kedua tokoh tidak seperti kita, mereka tidak punya kenikmatan untuk
mengkritisi perjuangan mereka seperti yang kita lakukan sekarang setelah membaca buku
tersebut.

Sjahrir dan banyak tokoh kemerdekaan lainnya punya akhir cerita yang tragis. Ia dibuang
sebagai tahanan politik. Sementara Tan ditembak mati. Sukarno dan Hatta juga tragis.
Beruntung kita hidup di jaman yang lebih baik dan bisa belajar banyak dari mereka.

Dengan kumpulan esai dan feature --atau ada yang menyebutnya jurnalisme sastrawi-- buku
ini layak dibaca untuk orang-orang, seperti saya, yang ingin tahu tentang Sjahrir awal-awal.
Artinya baru kenal Sjahrir. Buku ini adalah pengantarnya. Mungkin lebih baik setelah baca
buku ini, baca buku biografi Sjahrir "Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia", buku yang
banyak dirujuk dalam tulisan-tulisan di buku ini.
Seri Buku Tempo Bapak Bangsa yang terdiri dari empat edisi biografi bapak bangsa—
Soekarno, Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka—merupakan terbitan ulang majalah
tempo edisi khusus yang dibuat dalam rangka memperingati 100 tahun hari kelahiran para
pendiri bangsa tersebut dalam kemasan baru.

Buku ini merupakan kumpulan artikel yang menjelaskan secara singkat dan jelas tentang kisah
kehidupan Sutan Sjahrir mulai dari sewaktu ia masih kecil, sepak terjangnya dalam
membangun negeri lewat berbagai upaya diplomasi, dan juga kisah cintanya dengan beberapa
wanita.

Perdana menteri pertama Republik Indonesia yang dilahirkan di Padang Panjang ini adalah
seseorang yang mudah bergaul termasuk dengan orang-orang Belanda, khususnya kalangan
intelektual kelas atas. Selama bersekolah di Belanda, ia lebih banyak berdiskusi dan pergi
menikmati acara-acara kesenian daripada kuliah. Walaupun ia gagal meyelesaikan studi hukum
di Universiteit van Amsterdam, semasa bersekolah di Indonesia ia dikenal sebagai murid yang
cerdas secara akademis.

Sepulangnya dari negri kincir angin ia banyak melakukan pergerakan bersama Hatta, seperti
mendirikan Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Ia juga mendesak Soekarno-Hatta dalam
mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Akan tetapi Sjahrir lebih memilih berjuang melalui
jalur diplomasi dalam memperkenalkan kemerdekaan Indonesia ke dunia internasional.

Pergerakannya dalam membangun Indonesia dapat dijadikan contoh bagi anak muda. Hal ini
dikarenakan Sjahrir mulai melakukan pergerakan sejak ia duduk di bangku perguruan tinggi
dan masih berada dalam usia yang relatif muda, yaitu 22 tahun. Dengan bahasa yang cukup
ringan dan didukung dengan adanya foto-foto eksklusif yang didapat dari narasumber, buku
ini sangat informatif dan mudah diterima, sehingga cocok untuk dibaca bagi seorang yang ingin
mengenal para tokoh pendiri bangsa lebih dekat.

You might also like