Professional Documents
Culture Documents
“PULPOTOMI”
Pembimbing:
drg. Sherli Diana, Sp. KG
Disusun oleh:
Sofi Arnesti Wahab
I731111320050
Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah diskusi klinik ini dengan lancar.
Makalah ini diawali dengan pendahuluan, dengan menjelaskan latar belakang,
tujuan, rumusan masalah serta metode penulisan. Pembahasan menjelaskan tentang
Pulpotomi. Makalah ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan
sumber dan referensi bahan dalam penyusunan makalah ini.
Saya sangat menyadari tentunya bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun sangat kami
harapkan, agar dapat kami perbaiki untuk yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
1.4 Metode Penulisan ............................................................................... 2
Bab II Isi
2.1 Diagnosa pulpa ................................................................................... 3
2.2 Penentuan diagnosa ............................................................................ 4
2.3 Pulpotomi ........................................................................................... 6
2.4 Irigasi .................................................................................................. 10
2.5 Sterilisasi ............................................................................................. 12
2.6 Bahan medikamen ............................................................................... 13
2.7 Bahan pengisi saluran akar ................................................................. 14
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 18
BAB I
PENDAHULUAN
Metode Literatur
Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada buku-buku
kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya yang relevan dengan topik.
Metode Teknologi
Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang valid.
BAB 2
ISI
2.3 Pulpotomi
Pulpotomi merupakan salah satu perawatan pada ilmu kedokteran gigi anak
pada pulpa gigi sulung dengan mengambil pulpa di ruang pulpa dan meninggalkan
pulpa di saluran akar tetap vital. Tujuan pulpotomi adalah merawat gigi dengan karies
yang dalam yang pulpanya baru terbuka. Pulpotomi pada gigi permanen muda
merupakan perluasan dari perawatan direct pulp capping. Jaringan pulpa pada bagian
mahkota yang terinfeksi, yang mengalami inflamasi reversible, dibersihkan agar
vitalitas pulpa radikular dapat dipertahankan, sehingga dapat terjadi apeksogenesis
atau penutupan bagian apeks dan terbentuk jembatan dentin (9,10).
Keuntungan perawatan pulpotomi (11):
1. Dapat diselesaikan dalam waktu singkat, yaitu dengan satu atau dua kali
kunjungan
2. Pengambilan pulpa hanya di bagian koronal. Hal ini menguntungkan karena
pengambilan pulpa di bagian radikular sulit dan sempit
3. Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi
2.4 Irigasi
Pembersihan dan pembentukan saluran akar merupakan hasil kombinasi dari
pembersihan secara mekanis dinding saluran akar dan eliminasi debris, pembuangan
lapisan kotoran endodontik dan sterilisasi saluran yang diinstrumentasi. Pembuangan
keseluruhan debris tidak dapat dicapai dengan hanya intrumentasi mekanik. Irigasi
digunakan sebagai suatu pembilasan fisikal yang menghilangkan debris, dan juga
berfungsi sebagai agen bakterisidal, pelarut jaringan, dan lubrikan. Beberapa macam
larutan irigasi saluran akar yang biasa digunakan adalah larutan sodium hipoklorit
(NaOCl), ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), dan klorheksidin (13).
a. Sodium hypochlorite (NaOCl)
Sodium hypochlorite adalah cairan bening, pucat, hijau kekuningan dengan
bau yang kuat dari chlorine. Mudah larut dengan air dan terdekomposisi oleh cahaya
(13).
Fungsi : Efek antibakteri dan kemampuan melarutkan jaringan
Spektrum : Spektrum luas, dapat membunuh bakteri Gram (+) dan Gram (-)
Keuntungan: memiliki kemampuan untuk melarutkan zat-zat organik yang
ada dalam sistem saluran akar seperti sisa-sisa pulpa dan jaringan nekrotik
Kekurangan: tidak dapat menghilangkan smear layer karena yang larut hanya
jaringan organik, bersifat toksis ketika dimasukkan ke dalam jaringan
periradikuler, berbau busuk dan berasa, dan dapat menyebabkan korosi pada
alat endodontik yang mengandung logam.
b. Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA)
Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) adalah chelator pertama kali yang
digunakan dalam bidang Kedokteran gigi. Chelation adalah proses fisikakimia yang
mendorong penyerapan ion positif multivalen yang bereaksi dengan ion kalsium yang
terkandung dalam hidroksiapatit sehingga menyebabkan perubahan struktur mikro
dentin dan perubahan rasio kalsium-fosfor dari permukaan dentin (13).
Fungsi : Disinfektan, dapat melarutkan smear layer
Spektrum : Sempit, Gram (+)
Keuntungan: Selain sebagai desinfektan, EDTA dapat melarutkan smear
layer dan mampu membersihkan dan melebarkan saluran akar yang
Kekurangan: EDTA memiliki sedikit atau tidak memiliki efek antibakteri
serta biaya yang tidak ekonomis.
c. Chlorhexidine
Chlorhexidine dikembangkan pada akhir tahun 1940an di laboratorium
penelitian. Chlorhexidine merupakan golongan bisbiguanida yang paling paten yang
telah dicoba. Memiliki basis yang sangat kuat dan paling stabil dalam bentuk
garamnya, contohnya chlorhexidine gluconate (13).
Fungsi: pada konsentrasi rendah bakteriostatik sedangkan pada konsentrasi
yang lebih tinggi akan menyebabkan koagulasi dan pengendapan sitoplasma
dan maka dari itu dia bekerja sebagai bakterisidal.
Spektrum: Luas, Gram (+), Gram (-), Bakteri Spora, Jamur dan Virus
Kelebihan: klorheksidin efektif terhadap Enterococcus facealis yang
merupakan bakteri dominan pada infeksi saluran akar, irigan ini tidak
mempengaruhi perlekatan bahan saluran akar adesif. Klorheksidin memiliki
toksisitas yang rendah, tidak menimbulkan erosi, tidak berbau dan tidak
menimbulkan rasa.
Kekurangan: tidak dapat menghilangkan biofilm dan debris organik lainnya.
Sisa jaringan organik memungkinkan timbulnya efek negatif pada kualitas
pengisian saluran akar secara permanen. Klorheksidin bukan merupakan
bahan larutan irigasi utama karena tidak efektif terhadap bakteri Gram negatif
dan tidak mampu melarutkan sisa-sisa jaringan nekrotik.
2.5 Sterilisasi
Sterilisasi saluran akar dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan semua
bentuk mikroorganisme dalam saluran akar agar benar-benar dalam keadaan steril.
Sebaiknya dalam pemilihan bahan sterilisasi harus memilih bahan yang tidak
mengiritasi jaringan periapikal serta mudah dalam penggunaannya (13,14).
a. ChKM
ChKM (Chlorphenol Kamfer Menthol) terdiri dari 2 bagian para klorophenol
dan kamfer. Klorofenol seperti ChKM merupakan antiseptik aktif dan disinfektan
yang baik untuk saluran akar. ChKM memiliki antibakteri yang lebih tinggi,
antiseptik dan disinfektan yang lebih potensial dibandingkan disinfektan golongan
fenol yang lain. Kamper sendiri juga toksik dan dapat meningkatkan toksisitas (14).
ChKM diindikasi untuk semua perawatan saluran akar dan pada gigi yang
memiliki kelainan periapikal. ChKM memiliki bau dan rasa yang tidak enak. ChKM
digunakan selama 24 jam (14).
b. Cresophene
Cresophene merupakan kortikosteroid yang mengandung paraformaldehid.
Dipakai pada gigi dengan periodontitis apikalis tahap awal akibat instrumentasi
berlebih, karena salah satu sifat kortikosteroid adalah mengurangi peradangan
periapikal dan menghilangkan nyeri dengan segera. Cresophene digunakan selama 3-
5 hari (14).
ZOE merupakan salah satu bahan pengisi saluran akar yang banyak
digunakan untuk gigi sulung. ZOE dibuat dari kombinasi seng oksida (zinc oxide)
dan eugenol yang terkandung dalam minyak cengkeh. ZOE sebagai bahan pengisi
digunakan dalam bentuk sediaan pasta dan produk lainnya tersedia dalam bentuk
powder dan liquid (13,14).
3.1 Kesimpulan
Pulpa gigi merupakan struktur jaringan lunak hidup yang terletak dalam
kamar pulpa dan saluran akar gigi sulung dan gigi permanen. Pulpa gigi berasal dari
jaringan mesenkim dan mempunyai banyak fungsi. Fungsi permulaan dari pulpa gigi
ialah untuk meletakkan dentin yang membentuk struktur dasar gigi, menentukan
morfologinya secara umum, dan memberikan kekuatan dan kekerasan mekanis.
Sistem sensori yang kompleks dari pulpa gigi ialah mengontrol peredaran darah dan
sensasi rasa sakit
Pulpotomi pada gigi permanen muda merupakan perluasan dari perawatan
direct pulp capping. Jaringan pulpa pada bagian mahkota yang terinfeksi, yang
mengalami inflamasi ireversibel, dibersihkan agar vitalitas pulpa radikular dapat
dipertahankan, sehingga dapat terjadi apeksogenesis atau penutupan bagian apeks dan
terbentuk jembatan dentin. Pada gigi permanen muda dipakai kalsium hidroksida
3.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber untuk menambah ilmu
pengetahuan bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Minasari. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. Medan: USU Press, 2008:
16.
2. Roberson, Heymann, Swift. Sturdevant’s Art and Science of Operative Dentistry.
5th Edition. India: Elsevier, 2009: 218-9.
3. Goodell GG, Tordik PA, Moss HD. Pulpal and periradicular diagnosis. Nav Dent School
J; 2005: 27(9): 15-8.
4. Gajari, Mirkarimi. Comparison of pulpotomy with formocresol and MTA in
primary molars: a systematic review and meta-analysis. 2008; 10: 45-9.
5. Harty fj. Endodonti klinis. Alih bahasa. Lilian Y. Jakarta: hipocrates, 1993: 296.
6. Sugiarto RH, Sumarsono SH dkk, Laporan penelitian perawatan singkat pada
infeksi pulpa gigi sulung (amputasi pulpa vital gigi sulung dengan formokresol)
Fakultas kedokteran gigi Universitas Indonesia. Jakarta.
7. Nikhil Marwah. Textbook of Pediatric Dentistry. Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) LTD. New Delhi, 2014: 653-661.
8. Suwandi. Perawatan awal penutupan diastema gigi goyang pada penderita
periodontitis kronis dewasa. 2010. Jurnal PDGI 59(3): hal.105-109.
9. Minguel, Antoniu, Luz. Mineral trioxide aggregate in primary teeth pulpotomy.
Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2010 Nov 1;15 (6):e942-6.
10. David, Joel. Mineral trioxide aggregate pulpotomies: A case series outcomes
assessment. The Journal of American Dental Association. 2006; 137; 610-618.
11. Kabaktchieva R, Gateva N. Vital pulpotomy in primary teeth with mineral
trioxide aggregate (MTA). Department of Pediatric Dentistry, Faculty of Dental
Medicine Sofia. 2009.
12. Airen P, dkk. Comparative Evaluation Of Formocresol And Mineral Trioxide
Aggregate In Pulpotomized Primary Molars – 2 Years Follow Up. The Journal of
Pediatric Dentistry. Diakses pada Februari 2016
13. Jha Mihir, et al. Pediatric Obturating Materials and Techniques. Journal of
Contemporary Dentistry. 2011; 1(2): 27-32.
14. Carlos Nurko. Clinical Section Resorption of a Calcium Hydroxide/Iodoform
Paste (Vitapex) in Root Canal Therapy for Primary Teeth: A Case Report. 2000.
Pediatric Dentistry San Antonio.
15. Orucoglu H, Cobankara FK. Effect of Unintentionally Extruded Calcium
Hydroxide Paste Including Barium Sulfate as aRadiopaquing Agent in Treatment
of Teeth with Periapical Lesions: Report of a Case. JOE. 2008; 34(7): 888-891.