You are on page 1of 6

Jurnal Saintia Kimia

Vol. 1, No. 2, 2013

PENENTUAN BERAT MOLEKUL DAN DERAJAT POLIMERISASI


α – SELULOSA YANG BERASAL DARI ALANG-ALANG
(Imperata cylindrica) DENGAN METODE VISKOSITAS
Rudnin Habibah, Darwin Yunus Nasution, Yugia Muis

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Sumatera Utara
Jl. Bioteknologi No.1 Kampus USU, Medan

Abstract
Research of the determination of molecular weight and degree of polymerization α-cellulose from
seagegrass (Imperata cylindrica) by viscosity method had been done. To obtain the α-cellulose, it
was done using delignification process. Furthermore, the α-cellulose was characterized by infra red
spectrum (FTIR) testing by compared with the infra red spectrum of α-cellulose standard. The α-
cellulose viscosity was measured by using Ostwald viscometer and measurement of molecular weight
and degree of polymerization based on Mark-Kuhn-Houwink equation. The results showed that the
molecular weight and degree of polymerization of the α-cellulose from seagegrass (Imperata
cylindrica) were 8.242,7g/mol and 45,8, respectively with the percentage of seagegrass α-cellulose was
45%.

Keywords: seagegrass (Imperata cylindrica), viscosity intrinsic, molecular weight, degree of


polymerization

1. Pendahuluan terus-menerus setiap tahunnya. Melihat


Banyak tumbuhan liar dianggap sebagai potensi yang demikian besar, namun
parasit oleh masyarakat karena merugikan maka perlu diupayakan
pertumbuhannya yang cepat dan peningkatan pemanfaatan alang-alang
mengganggu habitat tumbuhan lain, yang berguna bagi masyarakat. Salah
sehingga sering dihancurkan tanpa mencari satunya yaitu memanfaatkan alang-alang
tahu manfaatnya. Sedangkan masih banyak untuk diisolasi menjadi selulosa.
tumbuhan liar yang memiliki manfaat
Selain itu, alang-alang
penting bagi kehidupan manusia seperti
mempunyai kelebihan dari jerami dan
alang-alang (Febrisari, 2008).
merang padi yaitu mempunyai serat lebih
Alang-alang merupakan panjang dan mengandung alpha selulosa
tumbuhan liar yang berkembang sangat yang tinggi ( Ismanto, 2011). Penelitian
cepat dan sulit dikendalikan. Di Indonesia, yang telah dilakukan oleh (Sutiya, 2012)
jutaan hektar alang-alang tumbuh sendiri menyebutkan bahwa kandungan
tanpa dipelihara (Onggo, 2000). Luas -selulosa alang-alang yaitu 40,22%, akan
padang alang-alang di Indonesia adalah 8,6 tetapi berat molekul dan derajat
juta ha (4,5% dari luas daratan). Areal polimerisasinya tidak disebutkan.
alang-alang yang paling luas terdapat di
Sumatera dan Kalimantan yang masing- Selulosa merupakan bahan dasar
masing 2,13 dan 2,19 juta ha. Pada tahun yang penting bagi industri-industri yang
2005 Provinsi Sumatera Utara mempunyai memakai selulosa sebagai bahan baku,
2,4 juta hektar lahan kritis (biasanya misalnya: pabrik kertas, pabrik sutera
didominasi oleh alang-alang) (Manan, tiruan dan lain sebagainya
2006) dengan laju pertumbuhan mencapai (Dumanauw, 1990).
200.000 hektar yang berlangsung secara
Jurnal Saintia Kimia
Vol. 1, No. 2, 2013

Selulosa merupakan bahan organik molekul polimer yang berhubungan


yang melimpah, penggunaan polimer ini dengan berat molekul.
sebagai bahan dasar kimia dimulai sejak
150 tahun yang lalu, dengan penemuan Berat molekul selulosa dengan
dari turunan selulosa yang pertama. menggunakan metode viskositas pernah
Selulosa dihasilkan dari alam yang dilakukan oleh Agnemo (2009)
bergabung dengan lignin dan berdasarkan persamaan Mark-Kuhn-
hemiselulosa, sehingga perlu dihilangkan Houwink dengan menggunakan pelarut
dengan menggabungkan transformasi dan cupri etilendiamin (CED) dimana nilai
pemecahan secara kimia, dan ketetapan untuk K = 9,8x10-3 dan  = 0,9.
meninggalkan komponen selulosa dalam
bentuk padatan (Klemm, 1998). Berdasarkan latar belakang di atas,
peneliti ingin meneliti tentang berat
Metode penyediaan -selulosa molekul dan derajat polimerisasi selulosa
telah banyak dilaporkan dalam literatur yang diperoleh dari alang-alang (Imperata
seperti yang telah dilakukan oleh cylindrica).
Okhamafe menggunakan proses
3. Metode Penelitian
delignifikasi, yaitu dengan mengambil
serat halus dan kering dari tongkol jagung 3.1 Bahan-bahan
yang kemudian direndam dalam HNO3 Alang-alang, Akuades, HNO3 3,5%,
3,5% yang mengandung sejumlah NaNO2 NaNO2 , NaOH 2%, NaSO3 2%, NaOCl
selama 2 jam pada suhu 90oC untuk 1,75%, NaOH 17,5%, H2O2 10%, Cupri
menghilangkan lignin. Campuran tersebut Etilena Diamin.
kemudian direndam dan dipanaskan
dengan 2% NaOH dan 2% Natrium Sulfit 3.2 Alat-alat
pada suhu 50oC selama 1 jam. Selanjutnya Alat-alat yang dipergunakan berupa alat-
diputihkan dengan NaOCl pada alat kaca yang biasa dipergunakan di
temperatur mendidih selama 0,5 jam. laboratorium, Alat-alat gelas, Viskometer
Untuk menghilangkan holoselulosa Ostwald, Neraca analitik, Termometer,
menggunakan NaOH 17,5% selama 0,5 Oven, Desikator, Seperangkat alat FT-IR,
jam. Alpha selulosa yang dihasilkan Hot Plate Stirrer.
selanjutnya dicuci dengan air. Selulosa
kemudian dikeringkan pada suhu 60oC 3.3. Cara Kerja
(Ohwoavworhua, 2005). 3.3.1 Preparasi Serat Alang-alang
Alang-alang dicuci dengan air. Selanjutnya
Berat molekul merupakan variabel direndam di dalam air selama 2 jam.
yang teristimewa penting sebab Dikeringkan di bawah sinar matahari
berhubungan langsung dengan sifat kimia selama 2 hari. Digunting – gunting hingga
polimer. Umumnya polimer dengan berat membentuk serat halus. Dihaluskan hingga
molekul tinggi mempunyai sifat yang lebih membentuk serat.
kuat. Banyak sekali bahan polimer yang
tergantung pada massa molekulnya
(Cowd, 1991). Teknik yang lebih umum 3.3.2 Ekstraksi - Selulosa dari Alang-
digunakan untuk penetapan berat molekul alang
polimer salah satunya adalah pengukuran Metode yang digunakan untuk ektraksi -
viskositas larutan pada konsentrasi sekitar selulosa dari alang-alang yaitu
0,5 g/100 ml pelarut dengan cara delignifikasi. Serat alang-alang sebanyak
menetapkan lamanya aliran sejumlah 37,5 g dimasukkan ke dalam beaker glass,
volume larutan melalui kapiler yang kemudian ditambahkan 0,5 L campuran
panjangnya tetap. Metode ini lebih umum HNO3 3,5% dan 5 mg NaNO2, dipanaskan
digunakan karena lebih cepat dan lebih di atas hot plate pada suhu 90o C selama 2
mudah, alatnya sederhana, serta jam. Setelah itu disaring dan ampas dicuci
perhitungan hasilnya lebih sederhana hingga filtrat netral. Selanjutnya didigesti
(Steven, 2001). Sedangkan derajat dengan 375 mL larutan yang mengandung
polimerisasi dapat menunjukkan ukuran NaOH 2% dan Na2SO3 2% pada suhu 50o
Jurnal Saintia Kimia
Vol. 1, No. 2, 2013

C selama 1 jam. Kemudian disaring dan Dihitung viskositas dengan


ampas dicuci sampai netral. Selanjutnya membandingkan waktu alir dari masing-
dilakukan pemutihan dengan 125 mL masing -selulosa dengan CED. Lalu
larutan NaOCl 1,75% pada temperatur dicari nilai viskositas intrinsik dari
mendidih selama 0,5 jam. Kemudian selulosa tersebut dengan cara
disaring dan ampas dicuci sampai pH menggunakan metode Least Square.
filtrat netral. Setelah itu dilakukan
pemurnian Alfa Selulosa dari sampel 3.3.4 Penentuan Nilai Berat Molekul
dengan 250 mL larutan NaOH 17,5% pada Dengan Menggunakan
suhu 80o C selama 0,5 jam. Kemudian Persamaan Mark-Houwink
disaring, dicuci hingga filtrat netral.
Dilanjutkan dengan pemutihan dengan Dihitung berat molekul yaitu
H2O2 10% pada suhu 60o C dalam oven menggunakan persamaan Mark-Houwink :
selama 1 jam. Kemudian disimpan dalam
desikator. Selanjutnya dikarakterisasi [] = KMα
dengan spektroskopi FTIR.
Dengan
3.3.3 Penentuan Viskositas Alang- K,α = Konstanta Mark-Houwink
alang (K= 9,8 x 10-3 dan α= 0,9).
[] = Viskositas intrinsik
3.3.3.1 Penentuan Waktu Alir Cupri
Etilen Diamin (CED)
Menggunakan Metode 3.3.5 Penentuan Derajat Polimerisasi
Viskositas Dihitung derajat polimerisasi yaitu dengan
Diukur pelarut murni (Cupri Etilen membandingkan antara berat molekul yang
Diamin) sebanyak 10 mL. Dimasukkan ke diperoleh dengan berat molekul unit
dalam viskometer Ostwald. Dicatat waktu strukturnya.
yang dibutuhkan dari larutan untuk
mengalir dari batas atas sampai batas
bawah tabung viskometer. Dilakukan DP =
sebanyak tiga kali.
3.3.3.2 Penentuan Waktu Alir
-Selulosa Menggunakan 3.3.6 Uji FT - IR ( Fourier Transform –
Metode Viskositas Infra Red )
Ditimbang 0 , 0 2 5 g r a m  - s e l u l o s a . Mula – mula pengujian dilakukan dengan
Dimasukkan ke dalam labu ukur menjepit film hasil pencampuran pada
2 5 mL dan dilarutkan sedikit demi tempat sampel. Kemudian film diletakkan
sedikit dengan CED hingga garis batas pada alat ke arah sinar infrared. Hasilnya
labu takar. Setelah larut dihomogenkan akan di rekam ke dalam kertas berskala
campuran. Dimasukkan 10 mL larutan ke berupa aluran kurva bilangan gelombang
dalam viskometer Ostwald. Dicatat waktu terhadap intensitas.
alir dari campuran tersebut. Dilakukan
sebanyak tiga kali. Dilakukan prosedur 4. Hasil dan Pembahasan
yang sama untuk setiap selulosa dengan
variasi konsentrasi larutan (0,0375 g/25 Dari perhitungan berat molekul
mL; 0,05 g/25 mL; 0,0625 g/25 mL; 0,075 -selulosa dari alang-alang diperoleh
g/25 mL; 0,0875 g/25 mL; 0,1 g/25 sebesar 8.242,7g/mol. Sedangkan derajat
mL; dan 0,1125 g/25 mL). polimerisasi (DP) selulosa dari alang-alang
sebesar 45,8.
3.3.3.3 Mencari Nilai Viskositas
Instrinsik Menggunakan Pembahasan dari hasil penelitian ini
Metode Least Square terletak pada berat molekul dan derajat
polimerisasi yang diperoleh berdasarkan
Jurnal Saintia Kimia
Vol. 1, No. 2, 2013

nilai viskositas intrinsik dengan metode


viskositas.

Adapun pembahasan dari hasil penelitian 4.2.3. Analisis Spektrum Infra-Merah


ini yaitu sebagai berikut: (FTIR)
Penerapan analisis spektrum FTIR dalam
4.2.1. Penentuan Nilai Viskositas penelitian polimer mencakup dua aspek,
Intrinsik dan Berat Molekul yaitu aspek kualitatif dan aspek kuantitatif.
Selulosa Penelitian ini lebih menekankan pada
Viskositas diukur pada konsentrasi sekitar aspek kualitatif berupa penentuan struktur
0,5 g/100 mL pelarut. Untuk memperoleh -selulosa yang dapat dilakukan dengan
nilai viskositas intrinsik dapat dicari cara mengamati frekuensi-frekuensi yang
dengan menggunakan metode “Least khas dari gugus fungsi spektra FT-IR dari
Square”. Dari persamaan least square -selulosa.
diperoleh suatu kurva garis lurus, sehingga
didapat intersept dari garis lurus tersebut. Teknik spektroskopi IR banyak
Intersept dari garis lurus tersebut digunakan dalam tahap karakterisasi
dinamakan dengan viskositas intrinsik. selulosa karena metode ini relatif mudah
Sedangkan untuk memperoleh nilai berat dan dapat memberikan informasi awal
molekul dapat dicari dengan menggunakan tentang komposisi kimia, konformasi
persamaan Mark-Kuhn-Houwink. Dari molekular, serta pola ikatan hidrogen.
persamaan tersebut dapat dilihat bahwa
viskositas intrinsik berbanding lurus Pada polimer yang dikarakterisasi
dengan berat molekul. Berat molekul terdapat juga gugus-gugus seperti uluran
selulosa sangat bervariasi tergantung pada O-H, uluran C-H, uluran C-O, dan tekukan
asal sampelnya dan pada viskositas dari untuk rantai >4 yang terlihat pada Tabel 1.
larutannya.
Spektrum FT-IR dari -selulosa
yang diperoleh dari alang-alang telah
4.2.2. Penentuan Nilai Derajat menunjukkan gugus-gugus fungsi yang
Polimerisasi Selulosa seharusnya ada di dalam polimer
Jumlah unit berulang dalam rantai disebut -selulosa. Besarnya bilangan gelombang
dengan derajat polimerisasi (DP), pada gugus -selulosa dapat dibandingkan
dilambangkan dengan n atau P. Hasil dari dengan spektrum FT-IR dari -selulosa
derajat polimerisasi n dan berat molekul standar untuk melihat kualitas dari
dari unit monomer sama dengan berat -selulosa yang dihasilkan, terlihat bahwa
molekul polimer. terdapat kesamaan bentuk spektrum antara
-selulosa yang diperoleh dengan
-selulosa standar seperti yang terlihat
pada Gambar 1, sehingga menunjukkan
Mpolimer = n Munit bahwa senyawa yang dihasilkan pada
penelitian adalah -selulosa.
Derajat polimerisasi dipengaruhi oleh
metode isolasi dan perlakuan kimia yang
diberikan.
Jurnal Saintia Kimia
Vol. 1, No. 2, 2013

Tabel 1. Bilangan Gelombang FT-IR


α-Selulosa dari Alang-alang
(Imperata cylindrica)

Sampel Bilangan Gugus


Gelombang fungsi
(cm-1)
3417,86 Uluran O-H
α-Selulosa 2900,94 Uluran C-H
1373,32 Uluran C-O
609,51 Tekukan
untuk rantai
>4

Gambar 1. Spektrum FT-IR -Selulosa dari Alang-alang (Imperata cylindrica) dengan


Spektrum FT-IR -Selulosa Standar

5.Kesimpulan dan Saran cylindrica) adalah 45,8 dengan persentase


5.1. Kesimpulan kandungan -selulosa dari alang-alang
(Imperata cylindrica) yang diperoleh yaitu
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
45%.
mengenai penentuan berat molekul dan
derajat polimerisasi α-selulosa yang
berasal dari alang-alang (Imperata
cylindrica) dengan metode viskositas, 5.2. Saran
maka dapat disimpulkan : Berdasarkan penelitian dan hasil yang
Berat molekul -selulosa dari alang-alang diperoleh , maka disarankan agar
(Imperata cylindrica) adalah penelitian selanjutnya untuk menentukan
8.242,7g/mol. Sedangkan derajat berat molekul dengan menggunakan
polimerisasi (DP) yang dihasilkan untuk metode lainnya, seperti hamburan cahaya.
-selulosa dari alang-alang (Imperata
Jurnal Saintia Kimia
Vol. 1, No. 2, 2013

DAFTAR PUSTAKA Manan, A. 2006. Motif Pembakaran


Alang-alang (Imperata cylindrica)
Di Daerah Tapanuli Selatan.
Agnemo, R. 2009. Methods to Analyze
Bogor : Fakultas Kehutanan IPB .
Cellulose Pulps for Viscose
Production. Paper presented at 4th Ohwoavworhua, F.O. 2005. Phosphoric
Workshop on Cellulose, Acid-Mediated Depolymerization
Regenerated Cellulose and and Decrystallization of α-
Cellulose Derivates. Sweden : Cellulose Obtained from Corn
Karlstad University. Cob : Preparation of Low
Crystallinity Cellulose and Some
Cowd, M.A. 1991. Kimia Polimer.
Physicochemical Properties.
Bandung : Penerbit ITB.
Tropical Journal of
Dumanauw, J.F. 1990. Mengenal Kayu. Pharmaceutical. Nigeria :
Yogyakarta : Kanisius. University of Benin.

Febrisari, A. 2008. Pendayagunaan Onggo, H. 2000. Pengaruh Perlakuan


Tumbuhan Liar, Alang-alang Proses Pulping Terhadap Warna
(Imperata cylindrica) Sebagai Kertas Seni dari Alang-alang
Softdrink Herbal Dalam Rangka (Imperata cylindrica). Jilid XXI.
Optimalisasi Lingkungan. Bogor : No 1-2. Bandung : Puslitbang
Institut Pertanian Bogor. Fisika Terapan LIPI.

Ismanto, S. 2011. Studi Pemanfaatan Serat Stevens, M.P. 2007. Kimia Polimer.
Rumput Alang-alang dan Serat Cetakan Kedua. Jakarta : PT
Tandan Kosong Sawit (TKS) Pradnya Paramita.
Untuk Pembuatan Papan Serat
Sutiya, B. 2012. Kandungan Kimia dan
Semen. Padang : Fakultas
Sifat Serat Alang-alang (Imperata
Pertanian Universitas Andalas.
cylindrica) Sebagai Gambaran
Klemm, D. 1998. Fundamentals and Bahan Baku Pulp dan Kertas.
Analytical Methods. Volume 1. Bioscientiae. Volume 9, Nomor 1,
New York : Wiley-VCH. Halaman 8-19. Kalimantan Selatan
: Universitas Lambung Mangkurat.

You might also like