Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 TUJUAN
Mengetahui definisi, etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan
Ante Partum Bleeding.
2
I.4 MANFAAT
I.4.1 Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya,
dan ilmu kebidanan dan kandungan pada khususnya
I.4.2 Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang
mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu kebidanan dan
kandungan
3
BAB II
STATUS PASIEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
II.4 Ringkasan
Anamnesa :
Pasien mengeluh keluar darah flek-flek 11.00. Kemudian keluar darah
tanpa disertai nyeri perut dan kenceng-kenceng pada pukul 17.00
sehingga Pada pukul 18.00 pasien dibawa ke Puskesmas darah yang keluar
6
Rencana tindakan :
1. IVFD RL 20 tpm
2. Pasang DC
3. Asam traneksamat 3x1
4. Observasi TTV
5. Pemeriksaan USG
7
Lembar Follow Up
23 Oktober 2011
S = perdarahan (+)
O = T = 100/80 mmHg
N = 85x/menit
S = 36,5⁰C
RR = 18x/menit
Pemeriksaan obstetric luar : TFU ½ pusat prossecus xypoideus, DJJ :
141x/menit, regular.
Pemeriksaan obstetric dalam : inspeksi flek (+)
A = GI1P2002Ab000 uk 30-32 minggu dengan APB
P= 1. IVFD RL 20 tpm
2. Asam traknesamat 3x1
3. Observasi TTV
24 Oktober 2011
S = flek (-)
O = T = 110/70 mmHg
N = 84x/menit
S = 36,7⁰C
RR = 18x/menit
Pemeriksaan obstetric luar : TFU ½ pusat prossecus xypoideus, DJJ :
143x/menit, regular.
A = GI1P2002Ab000 uk 30-32 minggu dengan APB
P= 1. IVFD RL 20 tpm
2. Asam traknesamat 3x1
8
3. Observasi TTV
25 Oktober 2011
S = flek (-)
O = T = 120/80 mmHg
N = 86x/menit
S = 36,6⁰C
RR = 18x/menit
Pemeriksaan obstetric luar : TFU ½ pusat prossecus xypoideus, DJJ :
143x/menit, regular.
A = GI1P2002Ab000 uk 30-32 minggu dengan APB
P = BLPL
Edukasi pasien untuk banyak istirahat, kontrol kandungannya secara rutin
setiap bulan ke bidan atau dokter.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir dari trektus genitalis
setalah kehamilan 28 minggu, karena perdarahan antepartum terjadi pada
kehamilan diatas 28 minggu maka sering disebut ata digolongkan perdarahan pada
trisemester ketiga. Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada
akhir kehamilan dan merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan jiwa baik
ibu maupun anak. (M Hakimi, 1995: 425).
Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester ketiga,
akan tetapi tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28 minggu karna sejak itu
segmen bahwa uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis. Dengan
bertambah tuanya kehamilan, segmen bawa uterus akan tambah melebar lagi, dan
seviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,
pelebaran segmen uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada
saat itu mulailah terjadi perdarahan.
Perdarahan antepartum yang berbaya umumnya bersumber dari kelainan
plasenta. Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber pada kelainan plasenta
biasanya lebih banyak sehingga dapat menganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta
nutrisi ibu kejanin. Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber dari kelainan
plasenta seperti kelainan serviks biasanya relatif tidak berbahaya. Oleh karna itu,
pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa
hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
KLASIFIKASI
Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta yang
secara klinis biasanya tidak terlalu sukar untuk menentukannya adalah plasenta
10
previa dan solusio plasenta. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan
antepartum dibagi sebagai berikut :
a. Plasenta previa
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplant pada tempat
abnormal, yaitu segmen bawah rahim sehingga menutupi sebahagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internum ).
Klasifikasi plasenta pervia dibuat atas dasar hubungan dengan ostium uteri
internum waktu diadakan pemeriksaan. Dalam hal ini dikenal empat macam
plasenta previa, yaitu :
a. Plasenta previa totalis, apabila seluruh pembukaan jalan lahir (ostium
uteri internum ) tertutup oleh plasenta.
b. Plasenta previa lateralis, apabila hanya sebahagian dari jalan lahir
(ostium uteri internum ) tertutup oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginalis, apabila tepi plasenta berada tepat pada
pinggir pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal ).
d. Plasenta letak rendah, apabila plasenta mengadakan implantasi pada
segme bawah uterus, akan tetapi belum menutupi pembukaan jalan
lahir. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm di atas pinggir
pembukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
Luas plasenta yang terlepas lebih dari ¼ bagian tapi belum sampai 2/3
bagian, perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit diraba, jumlah
darah yang keluar lebih banyak dari 250 ml tapi belum mencapai 1000
ml, ibu mungkin telah jatuh ke dalam syok, janin dalam keadaan
gawat, tanda-tanda persalinan biasanya telah ada dan dapat
berlangsung cepat sekitar 2 jam.
c. Solusio plasenta berat
Luas plasenta yang terlepas telah mencapai 2/3 bagian atau lebih,
uterus sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri, serta bagian janin
sulit diraba, ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janin telah
meninggal, jumlah darah yang keluar telah mencapai 1000 ml lebih,
terjadi gangguan pembekuan darah dan kelainan ginjal. Pada dasarnya
disebabkan oleh hipovolemi dan penyempitan pembuluh darah ginjal.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
EPIDEMIOLOGI
a. distribusi frekuensi
Perdarahan antepartum terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan yang
terdiri dari plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya. Seperti yang dikutip oleh D.Anurogo inseden rate (IR) plasenta previa
di Amerika serikat terjadi pada 0,3-0,5% dari semua kelahiran. Menurut FG
Cuningham di Amerika serikat (1994) ditemukan IR Perdarahan antepartum yang
disebabkan oleh plasenta previa 0,3% atau 1 dari 260 persalinan.
Di indonesia, plasenta previa terjadi kira-kira 1 diantara 200 persalinan (IR
0,5%). Menurut penelitan HR soedarto di RSU Uli Banjarmasin tahun 1998-2001
tercatat proporsi plasenta previa 82,9% atau 99 kasus dari 111 perdarahan
antepartum. Di RS santa Elisabeth di medan (1999-2003) ME simbolon
14
PATOFISOLOGI
Plasenta previa
Pendarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 10
minggu saat segmen bawah uterus membentuk dari mulai melebar serta menipis,
umumnya terjadi pada trismester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan servik
menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Pendarahan tidak dapat
dihindarkan karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal. (Mansjoer, 2002)
15
Solusio plasenta
GAMBARAN KLINIS
Perdarahan antepartum yang bersumber dari kelainan plasenta, yang secara
klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa
dan solusio plasenta.
Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri merupakan tanda khas plasenta
previa, apalagi jila disertai tanda-tanda lainnya seperti bagian bawah janin belum
masuk ke dalam pintu panggul atas atau kelainan letak janin. Karna tanda
pertamanya adalah perdarahan, pada umumnya penderita akan segera datang
untuk mendapatkan pertolongan. Beberapa penderita menggalami perdarahan
sedikit-sedikit, mungkin tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan
pertolongan karena dianggap sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Setelah
perdarahannya berlangsung banyak, meraka datang untuk mendapatkan
pertolongan.
Lain halnya dengan solusio plasenta, kejadiannya tidak segera ditandai
dengan perdarahan pervaginam sehingga penderita tak segera datang untuk
16
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan fisik :
a. anamnesis
plasenta previa
a. perdarahan pervaginam yang tanpa nyeri.
b. Warna darah merah terang
Solusio plasenta
a. Perdarahan pervaginam dengan nyeri terus-menerus
b. Warna darah merah gelap disertai bekuan-bekuan darah
c. Inspeksi
1. Perdarahan yang keluar pervaginam
2. Pada perdarahan yang banyak ibu nampak anemia
d. Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
3. Pada pmeriksaan dapat dijumpai tekanan darah, nadi dan perdarahan.
17
e. Palpasi abdomen
Plasenta previa
1. TFU masih normal
2. Uterus teraba lunak dan lembut
3. Bagian janin mudah diraba
Solusio plasenta
1. TFU tambah naik karena terbentuknya hematoma retroplasenter.
2. Uterus teraba tegang dan nyeri tekan ditempat plasenta terlepas.
3. Bagian janin sulit teraba karena uterus tegang.
f. Auskultasi denyut jantung bayi (DJJ)
Plasenta previa : bila keadaan janin masih baik, DJJ mudah didengar.
Solusio plasenta : sulit karena uterus tegang.
g. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan dari
uterus atau dari kelainan serviks dan vagina seperti erosio partionis uteri,
carcinoma partionis uteri, polypus cervitis uteri, varices vulva, dan trauma.
Apabila berasal dari uterus adanya Plasenta previa dan Solusio plasenta
harus dicurigai.
h. Penentuan letak plasenta tidak langsung
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
radiografi, radioisotop, dan ultrasonografi
i. Penentuan letak plasenta langsung
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat maka dilakukan pemeriksaan
dalam secara langsung meraba plasenta. Pemeriksaan dalam harus
dilakukan dimeja operasi dan siap untuk mengambil tindakan operasi
persalinan atau hanya memecahkan ketuban.
PENANGANAN
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada kehamilan trimester
ketiga, dirawat di rumah sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan
syok karena pendarahan yang banyak, harus segera diperbaiki keadaan umumnya
dengan pemberian infus atau tranfusi darah.
18
Plasenta previa
Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung kepada :
• Keadaan umum pasien, kadar hb.
• Jumlah perdarahan yang terjadi.
• Umur kehamilan/taksiran BB janin.
• Jenis plasenta previa.
• Paritas clan kemajuan persalinan.
Penanganan Ekspektif
Kriteria :
- Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
- Perdarahan sedikit
- Belum ada tanda-tanda persalinan
- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
1. Istirahat baring mutlak.
2. Infus D 5% dan elektrolit
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
7. Apabila ada tanda-tanda plasenta previa tergantung keadaan pasien ditunggu
sampai kehamilan 37 minggu selanjutnya penanganan secara aktif.
Penanganan aktif
Kriteria
• umur kehamilan >/ = 37 minggu, BB janin >/ = 2500 gram.
• Perdarahan banyak 500 cc atau lebih.
• Ada tanda-tanda persalinan.
• Keadaan umum pasien tidak baik ibu anemis Hb < 8 gr%.
Untuk menentukan tindakan selanjutnya SC atau partus pervaginum,
dilakukan pemeriksaan dalam kamar operasi, infusi transfusi darah terpasang.
Indikasi Seksio Sesarea :
1. Plasenta previa totalis.
19
Solusio plasenta
1. Konservatif
Menunda pelahiran mungkin bermamfaat pada janin masih imatur serta
bila solusio plasenta hanya berderajat ringan. Tidak adanya deselerasi tidak
menjamin lingkungan intra uterine aman. Harus segera dilakukan langkah-
langkah untuk memperbaiki hipovolemia, anemia dan hipoksia ibu sehingga
fungsi plasenta yang masih berimplantasi dapat dipulihkan. Tokolisis harus di
anggap kontra indikasi pada solusio plasenta yang nyata secara klinis
2. Aktif
Pelahiran janin secara cepat yang hidup hampir selalu berarti seksio caesaria.
Seksio sesaria kadang membahayakan ibu karena ia mengalami hipovolemia berat
20
KOMPLIKASI
Plasenta previa
1. Perdarahan dan syok.
2. Infeksi.
3. Laserasi serviks.
4. Plasenta akreta.
5. Prematuritas atau lahir mati.
6. Prolaps tali pusar.
7. Prolaps plasenta
Solusio plasenta
1. Syok
2. Gagal ginjal
3. Kelainan pembekuan darah
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada janin :
1. Fetal distress
2. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
3. Hipoksia dan anemia
4. Kematian
PROGNOSIS
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena
plasenta rendah sekali atau tak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya
penanganan pasif pada tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat
diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan
prematuritas tetap memegang peranan utama.
21
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pasien mengeluh keluar darah flek-flek 11.00. Kemudian keluar darah tanpa
disertai nyeri perut dan kenceng-kenceng pada pukul 17.00 sehingga Pada pukul
18.00 pasien dibawa ke Puskesmas darah yang keluar bertambah banyak sehingga
pasien dirujuk ke RSU kanjuruan dan tiba pada pukul 23.00
Pasien hamil anak ke 2, HPHT 19-04-2011, HPL 26-01-2012, Ukuran
kehamilan 30-32 minggu. anak 1 lahir tahun 2001 lahir spontan di bidan, cukup
bulan, laki-laki (♂), dengan BB 3400 kg. Tahun 2008 Anak 2 lahir spontan di
bidan, cukup bulan, laki-laki (♂) dengan BB 3700 kg. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, tekanan darah :
100/80mmHg, nadi : 82x/menit, suhu: 36,8⁰C, pernapasan : 20x/menit.
Pada pemeriksaan luar didapatkan tinggi fundus uteri 2 jari diatas pusat, bunyi
jantung janin : 151x/menit, regular. Pada pemeriksaan dalam inspeksi flek (+),
pembukaan (-). Diagnose awal GIIP2002Ab000 uk 30-32 minggu dengan antepartum
bleeding setelah beberapa hari dirawat di RS akhirnya pasien keluar RS dengan
diagnose akhir GIIP2002Ab000 uk 30-32 minggu.
SARAN
1. Kepada tenaga kesehatan diharapkan lebih memberikan informasi kepada
ibu hamil mengenai penyakit dan komplikasi yang timbul selama
kehamilan
2. Ibu-ibu yang mempunyai faktor-faktor resiko untuk terjadinya perdarahan
antepartum, agar waspada dan selalu memeriksakan kehamilannya kepada
tenaga ahli secara teratur
23
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo. S, 1992. Ilmu Kebidanan, Ed. III, cet.II, Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, ,hal.365-376.
http://www.scribd.com/doc/16343591/Makalah-Askep-Solusio-Plasenta