Professional Documents
Culture Documents
PENDAPATAN
1. IAS 18 par 20(d) yang menjadi PSAK 23 (R 2010) par 19(d) dengan menghilangkan
catatan kaki yang mengacu ke SIC 27 Evaluating the Substance of Transactions
Involving the Legal Form of a Lease dan SIC 31 Revenue – Barter Transactions
Involving Advertising Services karena SIC 27 belum diadopsi bersamaan dengan
adopsi IAS 18 dan SIC 31 tidak diadopsi
2. IAS 18 par 37 yang menjadi PSAK 23 (R 2010) par 35 mengenai tanggal efektif
3. IAS 18 par 38 mengenai tanggal efektif amandemen pengaturan alokasi dividen yang
berasal dari laba sebelum akuisisi tidak diadosi karena paragraph tersebut tidak
relevan
5. IAS 18 Illustrative Example Par 14 yang menjadi PSAK 23 (R 2010) lampiran par 13
mengenai imbalan jasa keuangan dengan menghilangkan catatan kaki perubahan
istilah “biaya langsung” menjadi “biaya transaksi” karena tidak relevan
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
a. Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual
dan barang yang dibeli untuk dijual kembali (seperti barang dagang yang dibeli
pengecer atau tanah dan property lain yang dimiliki untuk dijual kembali
c. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan
dividen.
Bunga yaitu pembebanan untuk menggunakan kas atau setara kas, atau
jumlah terutang kepada entitas
c. Kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi
Asuransi Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa
d. Perubahan nilai wajar dari asset dan liabilitas keuangan atau pelepasannya
(PSAK 55 R 2006: Instrumen keuangan, Pengakuan dan Pengukuran)
f. Ekstrasi hasil tambang (PSAK 29: Akuntansi Mintak dan Gas Bumi dan PSAK
33: Akuntansi Pertambangan Umum)
D. Pengukuran Pendapatan
1. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan (berbentuk kas atau setara kas) yang
diterima atau dapat diterima.
2. Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai
yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang
menghasilkan pendapatan. Dan sebaliknya
E. Pengidentifikasian Transaksi
e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut
dapat diukur secara andal
Bill and hold sales terjadi ketika pengiriman ditunda sesuai permintaan pembeli
tetapi pembeli mendapatkan hak milik dan menerima tagihan, dan pendapatan diakui
pada saat:
a. Instalasi dan inspeksi --> diakui pada saat pembeli menerima pengiriman,
instalasi, dan inspeksi selesai
Lay Away Sales penjualan yang mana barang akan dikirimkan ketika pembeli
telah melakukan pembayaran terakhir dalam suatu rangkaian cicilan
Penjualan kepada pihak perantara diakui ketika manfaat dan risiko kepemilikan
telah beralih.Namun jika pembelu bertindak substansi sebagai agen, maka penjualan
diperlakukan sebagai penjualan konsinyasi.
Langganan publikasi & hal serupa pendapatan diakui dengan dasar garis lurus
selama periode hal tersebut dikirim
Penjualan cicilan ketika imbalan dapat diterima secara cicilan pendapatan
yang dapat diatribusikan pada harga jual, tidak termasuk bunga, diakui pada tanggal
penjualan.Elemen bunga diakui sebagai pendapatan pada saat diterima dengan
menggunakan metode suku bunga efektif
2. Penjualan jasa, diakui jika hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika
seluruh kondisi berikut terpenuhi:
c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat
diukur secara andal; dan
d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur secara andal.
Metode yang digunakan untuk mengestimasi suatu penjualan jasa ada dua
yaitu:
Contoh penjualan jasa antara lain imbalan instalasi, imbalan jasa termasuk dalam
harga produk, komisi iklan, komisi agen asuransi, imbalan jasa keuangan, imbalan
yang diterima atas jasa yang diberikan, imbalan yang diperoleh atas pelaksanaan
aktivitas signifikan, imbalan admisi, imbalan pendidikan, imblaan inisiasi,
penerimaan & keanggotaan, imbalan waralaba, imbalan dari pengembangan piranti
lunak
Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.
Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
Contoh pendapatan bunga, royalti, dan dividen adalah imbalan lisensi dan royalti
F. Pengungkapan
2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari penjualan barang, jasa, bunga,
royalty, dividen
3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup
dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan
Diterapkan bagi entitas yang memulai tahun buku pada atau setelah 1 Januari 2011.
Pernyataan ini menggantikan PSAK 23 (1994) Pendapatan
PSAK 25
KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN
KESALAHAN
PSAK 25 memiliki tujuan untuk menentukan kriteria dalam pemilihan dan perubahan
kebijakan akuntansi, bersama dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas perubahan
kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan. PSAK ini
dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan keandalan laporan keuangan entitas, daya
banding laporan keuangan sepanjang waktu dan daya banding laporan keuangan entitas
dengan laporan keuangan entitas lainnya.
Ruang Lingkup
PSAK 25 ini diterapkan dalam pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, serta
pencatatan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi
kesalahan periode lalu.
Definisi
Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu
yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
Kesalahan periode lalu adalah kelalaian untuk mencantumkan dan kesalahan dalam
mencatat, dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang
timbul dari kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan, informasi
andal yang:
a) Tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan
b) Secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan
Kesalahan tersebut termasuk dampak kesalahan perhitungan matematis, kesalahan
penerapan kebijakan akuntansi, kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta, dan
kecurangan
Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan
Penerapan prospektif suatu perubahan kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak
perubahan estimasi akuntansi, masing-masing adalah:
a) Penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain
yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut
b) Pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan
periode mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut
Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode
lalu tidak pernah terjadi
Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas,
atau jumlah pemakaian periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini dari, dan
ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.
Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru
dan, oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan
KEBIJAKAN AKUNTANSI
Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau kondisi lain,
kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan PSAK tersebut. Dalam
hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lain
maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan
suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang:
a) Persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan
terkait; dan
b) Definisi, kriteria, pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, liabilitas,
penghasilan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan
Selain itu, manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi terkini yang dikeluarkan
badan penyusun standar akuntansi lain yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk
mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi lain, dan praktik akuntansi industri
yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan sumber yang telah dijelaskan di atas.
Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi,
peristiwa dan kondisi lain yang serupa, kecuali suatu PSAK secara spesifik mengatur atau
mengizinkan pengelompokan pos-pos dengan kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal
yang tepat. Jika suatu PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokan tersebut maka
kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan secara konsisten Untuk setiap
kelompok.
Pengguna laporan keuangan perlu untuk mampu membandingkan laporan keuangan entitas
dari waktu ke waktu untuk mengidentifikasikan kecenderungan dalam posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kasnya. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang sama diterapkan
pada setiap periode dan dari suatu periode dengan periode berikutnya.
a) Penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lain yang
berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan
b) Penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lain
yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material
Penerapan awal penilaian aset sesuai PSAK 16: Aset Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak
Berwujud adalah suatu perubahan dalam kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan
suatu revaluasi sesuai dengan PSAK 16 atau PSAK 19, bukan sesuai dengan PSAK ini.
Penerapan perubahan kebijakan akuntansi bergantung pada:
1. Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu
PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika
ada;
2. Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara sukarela
maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.
a) Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling
awal
b) Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya
Jika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau periode lalu,
akan memiliki dampak terhadap periode tersebut kecuali tidak praktis untuk menentukan
jumlah penyesuaian, atau mungkin memiliki dampak pada periode mendatang, maka entitas
mengungkapkan:
1. Judul PSAK;
2. Bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan ketentuan transisinya,
ketika dapat diterapkan;
5. Ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode mendatang, ketika dapat
diterapkan;
6. Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah
penyesuaian:
ii. LPS dasar dan dilusian, jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;
Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada periode berjalan atau
periode lalu, akan memiliki dampak terhadap periode tersebut kecuali tidak praktis untuk
untuk menentukan jumlah penyesuaian, atau mungkin memiliki dampak pada periode
mendatang, maka entitas mengungkapkan:
2. Alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan;
3. Jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang
praktis,:
Sebagai akibat ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis, banyak pos dalam laporan
keuangan yang tidak dapat diukur dengan tepat tetapi hanya dapat diestimasi. Estimasi
melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan andal. Misalnya
estimasi mungkin diperlukan untuk:
a) Piutang tidak tertagih
b) Persediaan yang usang
c) Nilai wajar aset keuangan atau liabilitas keuangan
d) Umur manfaat dari, atau ekspektasi pola konsumsi dari manfaat ekonomi masa depan
yang melekat pada, aset tersusutkan; dan
e) Kewajiban garansi
Suatu perubahan dalam dasar pengukuran yang digunakan merupakan perubahan kebijakan
akuntansi, bukan perubahan estimasi akuntansi. Ketika sulit untuk membedakan suatu
perubahan kebijakan akuntansi dengan perubahan estimasi akuntansi, maka perubahan
tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi.
Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut:
a) Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau
KESALAHAN
Laporan keuangan tidak sesuai dengan SAK jika mengandung kesalahan material,
atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.
Potensi kesalahan periode berjalan yang yang ditemukan pada periode tersebut
dikoreksi sebelum laporan keuangan diselesaikan
Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:
Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka
menyajikan kembali saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode lalu
sajian paling awal
Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua
periode lalu maka:
Laba Per Saham dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas
entitas;
Jika penyajian kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu
tertentu, keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan
bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi.
Dalam beberapa keadaan adalah tidak praktis untuk menyesuaikan informasi komparatif
untuk satu atau lebih periode lalu untuk mencapai daya banding dengan periode berjalan.
Untuk suatu periode lalu tertentu, adalah tidak praktis untuk menerapkan suatu perubahan
kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan kembali secara retrospektif untuk
mengoreksi kesalahan, jika:
dampak penerapan retrospektif atau penyajian kembali retrospektif tidak dapat
ditentukan;
√ menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah
tersebut diakui, diukur atau diungkapkan; dan
√ akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk diterbitkan
dari informasi lain.
PSAK 46
PAJAK PENGHASILAN
A. Latar Belakang
Karena antara SAK dan ketentuan perpajakan banyak memiliki perbedaan, penentuan
laba akuntansi (pretax financial income) dan penghasilan kena pajak atau laba fiskal
(taxable income) juga seringkali menghasilan perbedaan.
Di dalam tabel di bawah ini, diberikan gambaran adanya perbedaan yang disebabkan
oleh penyusutan aktiva tetap, beban lain-lain, dan penghasilan bunga.
1. Di dalam akun Penyusutan Aktiva Tetap menurut akuntansi dan menurut ketentuan
fiskal terjadi perbedaan karena PT X menggunakan metode penyusutan yang
berbeda antara akuntansi dan fiskal.
2. Sebagian pengeluaran yang dicatat di akun Beban Lain-lain tidak diakui di dalam
penghitungan taxable income karena pengeluaran tersebut tidak didukung oleh
bukti-bukti yang diterima menurut ketentuan fiskal dan atau tidak berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha PT X.
BEBAN USAHA
Berdasarkan ilustrasi di atas, secara akuntansi (sesuai PSAK) beban PPh (Income Tax
Expense) yang diakui PT X pada tahun 2014 sebesar Rp 169.844.000.000, sedangkan
menurut ketentuan perpajakan Hutang PPh (IncomeTaxPayable) yang harus dilunasi
paling lambat pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak sebesar Rp
25.613.000.000.
PSAK 46 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan (PPh)
termasuk PPh final, terutama tentang bagaimana mempertanggungjawabkan
konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang dari transaksi-transaksi
yang dicatat sebagai aktiva maupun kewajiban di neraca dan transaksi periode berjalan
yang diakui di laporan keuangan.
Selain itu, PSAK 46 juga mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari
sisa rugi yang dapat dikompensasikan ke tahun berikut, penyajian PPh di laporan
keuangan, dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan PPh. Dengan
berlakunya PSAK 46 yang dimulai pada tanggal 1 Januari 1999 untuk perusahaan go
public dan 1 Januari 2001 untuk perusahaan lainnya, paragraf 77 PSAK 16 dinyatakan
tidak berlaku.
Prinsip dasar PSAK 46 yang harus diketahui adalah pemahaman tentang Laba Akuntansi
dan Penghasilan Kena Pajak, Rekonsiliasi Fiskal, dan Konsep Beda Tetap dan Perbedaan
temporer.
PT X
Dimisalkan perbedaan antara ilustrasi Penghasilan Kena Pajak Komparatif dan Laba
Akuntansi Komparatif di atas disebabkan oleh penyusutan aktiva tetap komputer. Secara
akuntansi PT X menyusutkan komputer (nilai perolehan Rp 2.400.000) berdasarkan metode
garis lurus tanpa nilai residu dan masa manfaat 3 tahun. Secara fiskal metode penyusutannya
juga garis lurus tanpa nilai residu, tapi masa manfaatnya 4 tahun.
Selanjutnya, tabel Laba Akuntansi Komparatif dan Penghasilan Kena Pajak Komparatif di
atas digabung sehingga terlihat perbandingan Hutang PPh dan Beban PPh berikut ini.
PT X
Berdasarkan perbandingan di atas, pada tahun 2011 s.d. 2014 PT X akan menjurnal sbb.:
Pada tahun 2011 s.d. 2013 PT X mendebit akun Aktiva Pajak Tangguhan (APT). Sesuai
dengan paragraf 45 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan. Merujuk pada definisi aktiva tersebut, pengakuan APT di atas
memberikan konsekuensi bahwa di masa mendatang manfaat ekonomis, khususnya terkait
dengan pajak, akan diperoleh perusahaan. Ini terlihat dari tahun 2014.Secara akuntansi diakui
beban PPh sebesar Rp 390.000, tapi pajak yang dibayarkan ke kas negara hanya sebesar Rp
210.000.Selisih sebesar Rp 180.000 ini merupakan manfaat ekonomis yang diperoleh PT X di
tahun 2014.
Rekonsiliasi Fiskal
Ketentuan perpajakan mengatur bahwa setiap perusahaan sebagai Wajib Pajak Badan wajib
membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh
Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Berdasarkan hal tersebut, setiap perusahaan sebagai wajib pajak dituntut harus menyesuaikan
laporan keuangannya dengan ketentuan perpajakan sehingga dapat diketahui jumlah pajak
yang sebenarnya terutang. Proses inilah yang disebut dengan rekonsiliasi fiskal. Dengan
proses rekonsiliasi fiskal ini laba akuntansi dapat ditandingkan dengan penghasilan kena
pajak yang menjadi dasar penghitungan PPh Badan.
Perbedaan Temporer
Perbedaan temporer adalah perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak yang
disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan memberikan pengaruh di masa mendatang dalam
jangka waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap laba akuntansi dan penghasilan kena pajak
akhirnya menjadi sama. Perbedaan ini terdiri dari
penyisihan/akrual dan realisasi,
penyusutan,
amortisasi, dan
kompensasi rugi.
a. Jumlah pajak kini (current tax expense) yang belum dibayar harus diakui sebagai
kewajiban (tax payable).
b. Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode-periode
sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode-periode tersebut,
selisihnya diakui sebagai aktiva (tax receivable)
Semua taxable temporary difference atau perbedaan temporer kena pajak (nilai basis
akuntansi > nilai basis pajak) yang akan mengakibatkan penambahan penghasilan
kena pajak di masa mendatang diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan (deferred tax
liability), kecuali jika timbul dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat
dikurangkan (non deductible) untuk tujuan fiskal pengakuan awal aktiva atau
kewajiban dari suatu transaksi yang bukan merupakan transaksi penggabungan usaha;
dan pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan penghasilan kena
pajak.
Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh deductible temporary difference atau
perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (nilai basis akuntansi < nilai basis
pajak), sepanjang besar kemungkinan perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi penghasilan kena pajak pada masa yang akan datang, kecuali aset pajak
tangguhan yang timbul dari
o goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan; atau
o pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi yang
bukan merupakan kombinasi bisnis; dan
pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena
pajak (rugi pajak).
Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aset pajak tangguhan
apabila besar kemungkinan bahwa penghasilan kena pajak di masa yang akan datang
memadai untuk dikompensasi dengan rugi fiskal.
PT Agra Astro Lestari Tbk (AAL) adalah anak perusahaan dari PT Astra International Tbk
yang memiliki bidang usaha agribisnis, terutama dalam bidang perkebunan kelapa sawit
dan produksi minyak sawit.
AAL didirikan 34 tahun lalu, AAL berkomitmen untuk mengatur perkebunan kelapa
sawitnya yang tersebar di berbagai lokasi dari Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, dengan
memproduksi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil / CPO) berkualitas tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
Selain memproduksi CPO, perusahaan juga memproduksi produk derivative dari minyak
sawit dan kilang minyaknya di dirikikan di Sulawesi Barat.Produk derivative dari minyak
sawit ini ditujukan untuk memuaskan permintaan pasar ekspor.
Sejak 1997, perusahaan telah terdaftar di BEI dimana persentase sahamnya mencapai
20.32%. Harga pasar saham pada saat diperdagangkan pertama kali ditutup pada harga
Rp24,450 per lembar saham. Sampai akhir tahun 2014, perusahaan telah memiliki 297,579
hektar perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari 235,311 hektar perkebunan nucleus dan
62,268 hektar perkebunan plasma.
Perusahaan terus menjadi role model dan berkontribusi dalam perkembangan serta
kemakmuran negara. Maka dari itu, penerapan CSR yang berfokus pada 4 pilar yaitu
pendidikan, kesehatan, perkembangan ekonomi untuk komunitas, dan penjagaan
lingkungan, memegang peranan penting untuk membantu usaha perusahaan dalam
mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.
B. Jenis Penjualan
2. Penjualan ekspor
1. Mulai Maret 2014, seluruh anak perusahaan AAL mulai menjual CPO & Kernel.
Anak perusahaan yang tidak memiliki pabrik, melakukan “titip olah” kepada anak
perusahaan yang memiliki pabrik. Tidak ada dampak signifikan dalam proses
penjualan, namun muncul tipe pendapatan baru dari jasa titip olah ke pihak berelasi.
Di tahun 2014, penjualan titip olah ini hanya berkontribusi sebanyak 0.36% dari total
pendapatan sebelum eliminasi. Namun, di level konsolidasi, saldo dari penjualan ini
akan 0 karena dieliminasi.
2. Di tahun berjalan, seluruh penjualan ekspor penjualan langsung dari TSL ke Astra
KLK (JV) dimana kepemilikannya sebesar 49% dimiliki oleh AAL. Sehingga,
penjualan ekspor perusahaan selama 2014 dilakukan ke pihak berelasi.
D. Revenue Stream
E. Aset Biologis
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perusahaan memperoleh pendapatan nya
dari penjualan hasil kelapa sawit.Kelapa sawit termasuk ke dalam aset biologis.Aset
biologis tanaman perkebunan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).Keduanya dimasukkan ke dalam
aset tidak lancar.
F. Kebijakan Akuntansi yang Digunakan AAL terkait PSAK 23, 25, dan 46
1. PSAK 23 - Pendapatan
2. PSAK 25 – Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan
2. Walaupun Indonesia belum menerapkan IAS 41 pada PSAK nya, namun AAL
telah mengukur aset biologisnya dengan fair value sesuai dengan IAS 41 karena di
atur dalam group accounting policy nya.
Selisih antara nilai wajar dengan yang tercatat atas aset biologis yang dimiliki,
masuk ke dalam laba rugi komprehensif.
Daftar Referensi
Standar Akuntansi Keuangan. Per 1 Juni 2012. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia