You are on page 1of 34

PSAK 23

PENDAPATAN

A. Perbedaan dengan IFRS

PSAK 23 (revisi 2010): Pendapatan mengadopsi seluruh pengaturan dalam IAS 18


Revenue per April 2009, kecuali:

1. IAS 18 par 20(d) yang menjadi PSAK 23 (R 2010) par 19(d) dengan menghilangkan
catatan kaki yang mengacu ke SIC 27 Evaluating the Substance of Transactions
Involving the Legal Form of a Lease dan SIC 31 Revenue – Barter Transactions
Involving Advertising Services karena SIC 27 belum diadopsi bersamaan dengan
adopsi IAS 18 dan SIC 31 tidak diadopsi

2. IAS 18 par 37 yang menjadi PSAK 23 (R 2010) par 35 mengenai tanggal efektif

3. IAS 18 par 38 mengenai tanggal efektif amandemen pengaturan alokasi dividen yang
berasal dari laba sebelum akuisisi tidak diadosi karena paragraph tersebut tidak
relevan

4. IAS 18 Illustrative Example mengenai penjelasan penjualan barang yang dipengaruhi


oleh pengaturan hokum di suatu negara tidak diadopsi karena tidak relevan

5. IAS 18 Illustrative Example Par 14 yang menjadi PSAK 23 (R 2010) lampiran par 13
mengenai imbalan jasa keuangan dengan menghilangkan catatan kaki perubahan
istilah “biaya langsung” menjadi “biaya transaksi” karena tidak relevan

B. Tujuan

Perbedaan penghasilan dan pendapatan

PENGHASILAN (INCOME) PENDAPATAN (REVENUE)

- Kenaikan manfaat ekonomi selama - Penghasilan yang timbul dari


suatu periode akuntansi dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang
bentuk pemasukan atau penambahan normal dan dikenal dengan
asset atau penurunan liabilitas yang sebutan yang berbeda, seperti
mengakibatkan kenaikan ekuitas penjualan, penghasilan jasa,
yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal. bunga, dividen, royalty, dan sewa

- Meliputi pendapatan maupun - Pendapatan hanya meliputi arus


keuntungan masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang diterima dan dapat
diterima oleh entitas untuk entitas
itu sendiri. Jumlah yang ditagih
untuk kepentingan pihak ketiga
seperti PPN atau PPn dikeluarkan
dari pendapatan.

C. Ruang Lingkup

1. Diterapkan dalam akuntansi pendapatan yang timbul dari transaksi

a. Penjualan barang  meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual
dan barang yang dibeli untuk dijual kembali (seperti barang dagang yang dibeli
pengecer atau tanah dan property lain yang dimiliki untuk dijual kembali

b. Penjualan jasa  dapat menyangkut pelaksanaan tugas yang telah disepakati


secara kontraktual untuk periode tertentu, contohnya kontrak konstruksi (lebih
jelas di PSAK 34: Akuntansi Kontrak Konstruksi),

c. Penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan
dividen.

 Bunga yaitu pembebanan untuk menggunakan kas atau setara kas, atau
jumlah terutang kepada entitas

 Royalti yaitu pembebanan untuk penggunaan asset jangka panjang


entitas, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan piranti lunak
computer

 Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai


dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.

2. Pernyataan ini tidak mengatur pendapatan yang timbul dari:

a. Perjanjian sewa (PSAK 30 R 2007: Sewa)


b. Dividen yang timbul dari investasi yang diperlakukan dengan metode ekuitas
(PSAK 15 R 2009: Investasi Pada Entitas Asosiasi)

c. Kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28: Akuntansi
Asuransi Kerugian dan PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa

d. Perubahan nilai wajar dari asset dan liabilitas keuangan atau pelepasannya
(PSAK 55 R 2006: Instrumen keuangan, Pengakuan dan Pengukuran)

e. Perubahan nilai asset lancer lain

f. Ekstrasi hasil tambang (PSAK 29: Akuntansi Mintak dan Gas Bumi dan PSAK
33: Akuntansi Pertambangan Umum)

D. Pengukuran Pendapatan

1. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan (berbentuk kas atau setara kas) yang
diterima atau dapat diterima.

2. Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai
yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang
menghasilkan pendapatan. Dan sebaliknya

E. Pengidentifikasian Transaksi

1. Penjualan barang, diakui jika seluruh kondisi berikut dipenuhi:

a. Entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara


signifikan kepada pembeli

b. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan


kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual

c. Jumlah pendapatan dapat diukur sevcara andal

d. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut


akan mengalir ke entitas, dan

e. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut
dapat diukur secara andal
Bill and hold sales terjadi ketika pengiriman ditunda sesuai permintaan pembeli
tetapi pembeli mendapatkan hak milik dan menerima tagihan, dan pendapatan diakui
pada saat:

o Terdapat kemungkinan besar bahwa pengiriman akan dilakukan

o Barang sudah ditangan, teridentifikasi dan siap untuk dikirimkan ke pembeli


pada saat penjualan diakui

o Pembeli secara khusus menyatakan instruksi pengiriman ditangguhkan

o Berlaku syarat-syarat pembayaran yang lazim

Barang dikirim tunduk pada suatu kondisi:

a. Instalasi dan inspeksi --> diakui pada saat pembeli menerima pengiriman,
instalasi, dan inspeksi selesai

b. Persetujuan saat pembeli telah menegosiasikan hak terbatas atas pengembalian

c. Penjualan konsinyasi ketika penerima (pembeli) berjanji untuk menjual barang


untuk kepentingan pengirim (penjualan)  pendapatan diakui oleh pengirim
ketika barang dijual oleh penerima ke pihak ketiga

d. Pembayaran secara kas pada pengiriman penjualan  diakui jika pengiriman


dilakukan dank as diterima oleh penjual atau agennya.

Lay Away Sales penjualan yang mana barang akan dikirimkan ketika pembeli
telah melakukan pembayaran terakhir dalam suatu rangkaian cicilan

Sales and repurchase agreement perjanjial perlu dianalisa apakah secara


substansi penjual telah mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan kepada pembeli
agar pendapatan dapat diakui. Namun jika tidak, maka transaksi tersebut merupakan
perjanjian pendanaan dan tidak menimbulkan pendapatan (untuk sales and buyback
asset keuangan diterapkan di PSAK 55)

Penjualan kepada pihak perantara diakui ketika manfaat dan risiko kepemilikan
telah beralih.Namun jika pembelu bertindak substansi sebagai agen, maka penjualan
diperlakukan sebagai penjualan konsinyasi.

Langganan publikasi & hal serupa  pendapatan diakui dengan dasar garis lurus
selama periode hal tersebut dikirim
Penjualan cicilan ketika imbalan dapat diterima secara cicilan pendapatan
yang dapat diatribusikan pada harga jual, tidak termasuk bunga, diakui pada tanggal
penjualan.Elemen bunga diakui sebagai pendapatan pada saat diterima dengan
menggunakan metode suku bunga efektif

2. Penjualan jasa, diakui jika hasil transaksi dapat diestimasi secara andal jika
seluruh kondisi berikut terpenuhi:

a. Jumlah pendapatan dapat diukur secara andal

b. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut


akan mengalir ke entitas

c. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada akhir periode pelaporan dapat
diukur secara andal; dan

d. Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur secara andal.

Metode yang digunakan untuk mengestimasi suatu penjualan jasa ada dua
yaitu:

a. Metode persentase penyelesaian (percentage completion method)

b. Metode beban yang dapat dipulihkan (cost recovery method)

Contoh penjualan jasa antara lain imbalan instalasi, imbalan jasa termasuk dalam
harga produk, komisi iklan, komisi agen asuransi, imbalan jasa keuangan, imbalan
yang diterima atas jasa yang diberikan, imbalan yang diperoleh atas pelaksanaan
aktivitas signifikan, imbalan admisi, imbalan pendidikan, imblaan inisiasi,
penerimaan & keanggotaan, imbalan waralaba, imbalan dari pengembangan piranti
lunak

3. Bunga, Royalti, dan Dividen:

a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut


akan mengalir ke entitas

b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

Bunga diakui menggunakan suku bunga efektif (seuai PSAK 55).

Royalti diakui dengan dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan.
Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.

Contoh pendapatan bunga, royalti, dan dividen adalah imbalan lisensi dan royalti

F. Pengungkapan

1. Kebijakan akuntansi yang digunakan, termasuk metode yang digunakan untuk


menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan

2. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari penjualan barang, jasa, bunga,
royalty, dividen

3. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup
dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan

G. Tanggal Efektif & Penarikan

Diterapkan bagi entitas yang memulai tahun buku pada atau setelah 1 Januari 2011.
Pernyataan ini menggantikan PSAK 23 (1994) Pendapatan
PSAK 25
KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN
KESALAHAN

PSAK 25 memiliki tujuan untuk menentukan kriteria dalam pemilihan dan perubahan
kebijakan akuntansi, bersama dengan perlakuan akuntansi dan pengungkapan atas perubahan
kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi kesalahan. PSAK ini
dimaksudkan untuk meningkatkan relevansi dan keandalan laporan keuangan entitas, daya
banding laporan keuangan sepanjang waktu dan daya banding laporan keuangan entitas
dengan laporan keuangan entitas lainnya.

Ruang Lingkup

PSAK 25 ini diterapkan dalam pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, serta
pencatatan perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi dan koreksi
kesalahan periode lalu.

Definisi

Beberapa pengertian dalam PSAK ini antara lain:

 Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu
yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
 Kesalahan periode lalu adalah kelalaian untuk mencantumkan dan kesalahan dalam
mencatat, dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang
timbul dari kegagalan untuk menggunakan, atau kesalahan penggunaan, informasi
andal yang:
a) Tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan untuk periode tersebut; dan
b) Secara rasional diharapkan dapat diperoleh dan dipergunakan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan
Kesalahan tersebut termasuk dampak kesalahan perhitungan matematis, kesalahan
penerapan kebijakan akuntansi, kekeliruan atau kesalahan interpretasi fakta, dan
kecurangan
 Penerapan retrospektif adalah penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi,
peristiwa, dan kondisi lain seolah-olah kebijakan tersebut telah diterapkan
 Penerapan prospektif suatu perubahan kebijakan akuntansi dan pengakuan dampak
perubahan estimasi akuntansi, masing-masing adalah:
a) Penerapan kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa dan kondisi lain
yang terjadi setelah tanggal perubahan kebijakan tersebut
b) Pengakuan dampak perubahan estimasi akuntansi pada periode berjalan dan
periode mendatang yang dipengaruhi oleh perubahan tersebut
 Penyajian kembali retrospektif adalah koreksi pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan jumlah unsur-unsur laporan keuangan seolah-olah kesalahan periode
lalu tidak pernah terjadi
 Perubahan estimasi akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau liabilitas,
atau jumlah pemakaian periodik aset, yang berasal dari penilaian status kini dari, dan
ekspektasi manfaat masa depan dan kewajiban yang terkait dengan, aset dan liabilitas.
Perubahan estimasi akuntansi dihasilkan dari informasi baru atau perkembangan baru
dan, oleh karena itu, bukan dari koreksi kesalahan

KEBIJAKAN AKUNTANSI

Ketika suatu PSAK secara spesifik berlaku untuk suatu transaksi, peristiwa atau kondisi lain,
kebijakan akuntansi yang diterapkan untuk pos tersebut menggunakan PSAK tersebut. Dalam
hal tidak ada PSAK yang secara spesifik berlaku untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lain
maka manajemen menggunakan pertimbangannya dalam mengembangkan dan menerapkan
suatu kebijakan akuntansi yang menghasilkan informasi yang:

a) Relevan untuk kebutuhan pengambilan keputusan ekonomi pengguna; dan


b) Andal, dalam laporan keuangan yang:
i. Menyajikan secara jujur posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas;
ii. Mencerminkan substansi ekonomi transaksi, peristiwa, atau kondisi lainnya
dan bukan hanya bentuk hukum
iii. Netral, yaitu bebas dari bias;
iv. Pertimbangan sehat; dan
v. Lengkap dengan semua hal yang material

Dalam membuat pertimbangan tersebut manajemen mengacu dan mempertimbangkan


keterterapan dari sumber-sumber berikut ini sesuai dengan urutan menurun:

a) Persyaratan dan panduan dalam SAK yang berhubungan dengan masalah serupa dan
terkait; dan
b) Definisi, kriteria, pengakuan dan konsep pengukuran untuk aset, liabilitas,
penghasilan dan beban dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan

Selain itu, manajemen juga mempertimbangkan standar akuntansi terkini yang dikeluarkan
badan penyusun standar akuntansi lain yang menggunakan kerangka dasar yang sama untuk
mengembangkan standar akuntansi, literatur akuntansi lain, dan praktik akuntansi industri
yang berlaku, sepanjang tidak bertentangan dengan sumber yang telah dijelaskan di atas.

Entitas memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi secara konsisten untuk transaksi,
peristiwa dan kondisi lain yang serupa, kecuali suatu PSAK secara spesifik mengatur atau
mengizinkan pengelompokan pos-pos dengan kebijakan akuntansi yang berbeda adalah hal
yang tepat. Jika suatu PSAK mengatur atau mengizinkan pengelompokan tersebut maka
kebijakan akuntansi yang tepat dipilih dan diterapkan secara konsisten Untuk setiap
kelompok.

Entitas mengubah suatu kebijakan akuntansi hanya jika perubahan tersebut:

a) Disyaratkan oleh suatu PSAK; atau


b) Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan informasi yang andal dan lebih
relevan tentang dampak transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi
keuangan, kinerja keuangan, atau arus kas entitas

Pengguna laporan keuangan perlu untuk mampu membandingkan laporan keuangan entitas
dari waktu ke waktu untuk mengidentifikasikan kecenderungan dalam posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kasnya. Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang sama diterapkan
pada setiap periode dan dari suatu periode dengan periode berikutnya.

Hal berikut ini bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi:

a) Penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lain yang
berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan
b) Penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lain
yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material
Penerapan awal penilaian aset sesuai PSAK 16: Aset Tetap atau PSAK 19: Aset Tidak
Berwujud adalah suatu perubahan dalam kebijakan akuntansi yang berhubungan dengan
suatu revaluasi sesuai dengan PSAK 16 atau PSAK 19, bukan sesuai dengan PSAK ini.
Penerapan perubahan kebijakan akuntansi bergantung pada:
1. Entitas mencatat perubahan kebijakan akuntansi akibat dari penerapan awal suatu
PSAK sebagaimana yang diatur dalam ketentuan transisi dalam PSAK tersebut, jika
ada;
2. Jika tidak ada ketentuan transisi atau perubahan kebijakan dilakukan secara sukarela
maka entitas menerapkan perubahan tersebut secara retrospektif.

Ketika perubahan kebijakan akuntansi diterapkan secara retrospektif, maka entitas


menyesuaikan hal berikut.

a) Saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode sajian paling
awal
b) Jumlah komparatif lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian seolah-olah
kebijakan akuntansi baru tersebut sudah diterapkan sebelumnya

Keterbatasan Penerapan Retrospektif

Jika penerapan retrospektif disyaratkan, maka perubahan kebijakan akuntansi diterapkan


secara retrospektif, kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak spesifik
periode atau dampak kumulatif periode tersebut.

Jika tidak praktis untuk menentukan:

 Dampak periode-spesifik akibat perubahan kebijakan akuntansi dalam informasi


komparatif, maka entitas menerapkan kebijakan akuntansi baru untuk jumlah tercatat
aset dan liabilitas pada awal periode paling awal dimana penerapan retrospektif
adalah praktis, mungkin periode berjalan, dan membuat penyesuaian saldo awal setiap
komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode itu.
 Dampak kumulatif dari, pada awal periode berjalan, penerapan kebijakan akuntansi
baru untuk seluruh periode lalu, maka entitas menyesuaikan informasi komparatif
untuk menerapkan kebijakan akuntansi baru secara prospektif sejak tanggal praktis
paling awal

Jika penerapan awal suatu PSAK memiliki dampak pada periode berjalan atau periode lalu,
akan memiliki dampak terhadap periode tersebut kecuali tidak praktis untuk menentukan
jumlah penyesuaian, atau mungkin memiliki dampak pada periode mendatang, maka entitas
mengungkapkan:

1. Judul PSAK;
2. Bahwa perubahan kebijakan akuntansi dilakukan sesuai dengan ketentuan transisinya,
ketika dapat diterapkan;

3. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;

4. Penjelasan ketentuan transisi, ketika dapat diterapkan;

5. Ketentuan transisi yang memiliki dampak pada periode mendatang, ketika dapat
diterapkan;

6. Untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang praktis, jumlah
penyesuaian:

i. Untuk setiap item laporan keuangan yang terkena dampak; dan

ii. LPS dasar dan dilusian, jika PSAK 56 diterapkan atas entitas;

7. Jumlah penyesuaian terkait dengan periode-periode sebelum disajikan, sepanjang


praktis; dan
8. Jika penerapan retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu, atau
periode-periode sebelum disajikan, keadaan yang mendorong ke keberadaan kondisi
itu dan penjelasan bagaimana dan mulai kapan perubahan kebijakan akuntansi
diterapkan.

Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan di atas.

Ketika perubahan kebijakan akuntansi sukarela memiliki dampak pada periode berjalan atau
periode lalu, akan memiliki dampak terhadap periode tersebut kecuali tidak praktis untuk
untuk menentukan jumlah penyesuaian, atau mungkin memiliki dampak pada periode
mendatang, maka entitas mengungkapkan:

1. Sifat dari perubahan kebijakan akuntansi;

2. Alasan kenapa penerapan kebijakan akuntansi baru memberikan informasi yang andal
dan lebih relevan;

3. Jumlah penyesuaian untuk periode berjalan dan setiap periode lalu sajian, sepanjang
praktis,:

a) Penyesuaian untuk setiap pos laporan keuangan yang terpengaruh;dan


b) Penyesuaian LPS dasar dan dilusian;
4. Jumlah penyesuaian yang terkait dengan periodeperiode sebelum periode-periode
tersebut disajikan, sepanjang praktis; dan
5. Keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan bagaimana dan sejak
kapan perubahan kebijakan akuntansi diterapkan, jika penerapan retrospektif tidak
praktis untuk suatu periode tertentu, atau untuk periode-periode sebelum periode-
periode tersebut disajikan.
Laporan keuangan periode selanjutnya tidak perlu mengulang pengungkapan ini.
Ketika entitas belum menerapkan suatu PSAK baru yang telah diterbitkan tetapi belum
efektif berlaku, maka entitas mengungkapkan:
a) Fakta tersebut
b) Informasi relevan yang dapat diestimasi secara wajar atau dapat diketahui untuk
menilai dampak yang mungkin atas penerapan PSAK baru tersebut pada laporan
keuangan pada periode awal penerapannya.

PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI

Sebagai akibat ketidakpastian yang melekat dalam aktivitas bisnis, banyak pos dalam laporan
keuangan yang tidak dapat diukur dengan tepat tetapi hanya dapat diestimasi. Estimasi
melibatkan pertimbangan berdasarkan informasi terkini yang tersedia dan andal. Misalnya
estimasi mungkin diperlukan untuk:
a) Piutang tidak tertagih
b) Persediaan yang usang
c) Nilai wajar aset keuangan atau liabilitas keuangan
d) Umur manfaat dari, atau ekspektasi pola konsumsi dari manfaat ekonomi masa depan
yang melekat pada, aset tersusutkan; dan
e) Kewajiban garansi

Suatu perubahan dalam dasar pengukuran yang digunakan merupakan perubahan kebijakan
akuntansi, bukan perubahan estimasi akuntansi. Ketika sulit untuk membedakan suatu
perubahan kebijakan akuntansi dengan perubahan estimasi akuntansi, maka perubahan
tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi.

Entitas harus mengakui efek dari perubahan estimasi secara prospektif sebagai berikut:

 Sepanjang perubahan estimasi akuntansi mengakibatkan perubahan aset dan liabilitas,


atau terkait dengan suatu pos ekuitas, perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui
dengan menyesuaikan jumlah tercatat pos aset, liabilitas, atau ekuitas yang terkait
pada periode perubahan.
 Dampak perubahan estimasi akuntansi, selain perubahan penerapan tersebut di atas,
diakui secara prospektif dalam laporan laba rugi pada:

a) Periode perubahan, jika dampak perubahan hanya pada periode itu; atau

b) Periode perubahan dan periode mendatang, jika perubahan berdampak pada


keduanya.

Entitas mengungkapkan sifat dan jumlah perubahan estimasi akuntansi yang:

 Berdampak pada periode berjalan, atau


 Diperkirakan akan berdampak pada periode mendatang, kecuali pengungkapan
dampak pada periode mendatang tidak praktis untuk mengestimasi dampak tersebut
Jika jumlah dampak pada periode mendatang adalah tidak diungkapkan karena estimasinya
tidak praktis, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut.

KESALAHAN

 Kesalahan dapat timbul dalam pengakuan, pengukuran, penyajian atau pengungkapan


unsur-unsur laporan keuangan.

 Laporan keuangan tidak sesuai dengan SAK jika mengandung kesalahan material,
atau tidak material yang disengaja untuk mencapai suatu penyajian laporan posisi
keuangan, kinerja keuangan atau arus kas tertentu.

 Potensi kesalahan periode berjalan yang yang ditemukan pada periode tersebut
dikoreksi sebelum laporan keuangan diselesaikan

 Entitas mengoreksi kesalahan material periode lalu secara retrospektif pada laporan
keuangan lengkap pertama yang diterbitkan setelah ditemukannya dengan:

 Menyajikan kembali jumlah komparatif untuk periode lalu sajian dimana


kesalahan terjadi; atau

 Jika kesalahan terjadi sebelum periode lalu sajian paling awal, maka
menyajikan kembali saldo awal aset, laibilitas, dan ekuitas untuk periode lalu
sajian paling awal

 Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan penyajian kembali secara retrospektif


kecuali sepanjang tidak praktis untuk menentukan dampak periode tertentu atau
dampak kumulatif kesalahan.
 Jika tidak praktis untuk menentukan:

 Dampak spesifik periode kesalahan maka:

 Entitas menyajikan kembali saldo pembuka aset, liabilitas, dan ekuitas


untuk periode paling awal di mana penyajian kembali retrospektif
adalah praktis (mungkin periode berjalan).

 Dampak kumulatif, pada awal periode berjalan, dari kesalahan pada semua
periode lalu maka:

 Entitas menyajikan kembali informasi komparatif untuk mengoreksi


kesalahan secara prospektif dari tanggal paling praktis paling awal.

 Pengungkapan koreksi kesalahan:

 Sifat dari kesalahan periode lalu;

 Jumlah koreksi untuk setiap periode sajian, sepanjang praktis:

 Untuk setiap item laporan keuangan yang terpengaruh; dan

 Laba Per Saham dasar dan dilusian jika PSAK 56 diterapkan atas
entitas;

 Jumlah koreksi pada awal periode sajian paling awal; dan

 Jika penyajian kembali retrospektif tidak praktis untuk suatu periode lalu
tertentu, keadaan yang membuat keberadaan kondisi itu dan penjelasan
bagaimana dan sejak kapan kesalahan telah dikoreksi.

 Laporan keuangan periode berikutnya tidak perlu mengulang pengungkapan


ini

KETIDAKPRAKTISAN PENERAPAN RETROSPEKTIF DAN PENYAJIAN


KEMBALI RETROSPEKTIF

Dalam beberapa keadaan adalah tidak praktis untuk menyesuaikan informasi komparatif
untuk satu atau lebih periode lalu untuk mencapai daya banding dengan periode berjalan.
Untuk suatu periode lalu tertentu, adalah tidak praktis untuk menerapkan suatu perubahan
kebijakan akuntansi secara retrospektif atau menyajikan kembali secara retrospektif untuk
mengoreksi kesalahan, jika:
 dampak penerapan retrospektif atau penyajian kembali retrospektif tidak dapat
ditentukan;

 penerapan retrospektif atau penyajian kembali retrospektif memerlukan asumsi


mengenai maksud manajemen yang ada pada periode lalu tersebut; atau

 penerapan retrospektif atau penyajian kembali retrospektif memerlukan estimasi


signifikan atas jumlah dan tidak mungkin untuk membedakan secara obyektif
informasi mengenai estimasi yang:

√ menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal di mana jumlah
tersebut diakui, diukur atau diungkapkan; dan

√ akan tersedia ketika laporan keuangan periode lalu disahkan untuk diterbitkan
dari informasi lain.
PSAK 46
PAJAK PENGHASILAN

A. Latar Belakang

Sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan


(KDPPLK), tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.Pemakai laporan
keuangan yang dimaksud dalam KDPPLK tersebut adalah investor, karyawan, pemberi
pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan
masyarakat.Sementara itu, tugas akuntan adalah untuk melindungi pemakai tersebut dari
kesalahan membaca informasi dalam akuntansi keuangan yang disajikan oleh akuntan.

Di dalam praktiknya, perusahaan-perusahaan yang merupakan Wajib Pajak Badan harus


menghitung penghasilan dengan dua cara yang berbeda. Di satu sisi, akuntan perusahaan
harus menyajikan laporan keuangan kepada pemegang saham sesuai dengan GAAP
(Generally Accepted Accounting Principle) atau SAK (Standar Akuntansi Keuangan).
Sementara itu, di sisi lain akuntan juga harus menyajikan laporan keuangan kepada
pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan ketentuan perpajakan
dalam sebuah Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Badan atau disingkat
SPT Tahunan PPh Badan.

Karena antara SAK dan ketentuan perpajakan banyak memiliki perbedaan, penentuan
laba akuntansi (pretax financial income) dan penghasilan kena pajak atau laba fiskal
(taxable income) juga seringkali menghasilan perbedaan.

Di dalam tabel di bawah ini, diberikan gambaran adanya perbedaan yang disebabkan
oleh penyusutan aktiva tetap, beban lain-lain, dan penghasilan bunga.

1. Di dalam akun Penyusutan Aktiva Tetap menurut akuntansi dan menurut ketentuan
fiskal terjadi perbedaan karena PT X menggunakan metode penyusutan yang
berbeda antara akuntansi dan fiskal.

2. Sebagian pengeluaran yang dicatat di akun Beban Lain-lain tidak diakui di dalam
penghitungan taxable income karena pengeluaran tersebut tidak didukung oleh
bukti-bukti yang diterima menurut ketentuan fiskal dan atau tidak berhubungan
langsung dengan kegiatan usaha PT X.

3. Penghasilan bunga dikoreksi seluruhnya menurut ketentuan fiskal karena


pengenaan PPh-nya bersifat final. Artinya, PPh yang telah dipotong oleh bank
sebagai pemberi penghasilan menurut ketentuan fiskal tidak boleh dijadikan
sebagai Uang Muka Pajak (PrepaidTax) atau pun Beban Usaha (TaxExpense)
dalam penghitungan PPh Badan. Dengan demikian, penghasilan bunganya pun
harus dikeluarkan dari penghitungan Taxable Income.
PT X

REKONSILIASI FISKAL TAHUN 2014


(dalam jutaan Rupiah)

Komersial Koreksi Fiskal Fiskal


PENDAPATAN USAHA

Penjualan tenaga listrik 28.275.982 - 28.275.982

Penyambungan pelanggan 265.857 - 265.857

Lain-lain 82.907 - 82.907

Jumlah Pendapatan Usaha 28.624.746 - 28.624.746

BEBAN USAHA

Bahan bakar 14.007.295 - 14.007.295

Pembelian tenaga listrik 8.717.140 - 8.717.140

Penyusutan aktiva tetap 3.404.113 123.456 3.527.569

Pemeliharaan 2.630.359 - 2.630.359

Kepegawaian 2.086.329 - 2.086.329

Lain-lain 1.094.147 (6.543) 1.087.604

Jumlah Beban Usaha 31.939.383 116.913 32.056.296

LABA USAHA (3.314.637) (116.913) (3.431.550)

PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Penghasilan bunga 363.856 (363.856) -

Beban bunga dan keuangan (2.619.507) - (2.619.507)

Rugi selisih kurs – bersih (458.948) - (458.948)

Lain-lain - bersih 6.595.383 - 6.595.383

Pendapatan (Beban) Lain-lain - Bersih 3.880.784 (363.856) 3.516.928

LABA (RUGI) SEBELUM BEBAN PAJAK 566.147 (480.769) 85.378

Pajak Penghasilan (30%) 169.844 (144.231) 25.613

Berdasarkan ilustrasi di atas, secara akuntansi (sesuai PSAK) beban PPh (Income Tax
Expense) yang diakui PT X pada tahun 2014 sebesar Rp 169.844.000.000, sedangkan
menurut ketentuan perpajakan Hutang PPh (IncomeTaxPayable) yang harus dilunasi
paling lambat pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun pajak sebesar Rp
25.613.000.000.

Perbedaan pengakuan IncomeTaxExpense menurut standar akuntansi keuangan dan


IncomeTaxPayable menurut ketentuan perpajakan di atas itulah yang menjadi fokus
diterapkannya PSAK 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
B. Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 46

PSAK 46 bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan (PPh)
termasuk PPh final, terutama tentang bagaimana mempertanggungjawabkan
konsekuensi pajak pada periode berjalan dan periode mendatang dari transaksi-transaksi
yang dicatat sebagai aktiva maupun kewajiban di neraca dan transaksi periode berjalan
yang diakui di laporan keuangan.

Selain itu, PSAK 46 juga mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari
sisa rugi yang dapat dikompensasikan ke tahun berikut, penyajian PPh di laporan
keuangan, dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan PPh. Dengan
berlakunya PSAK 46 yang dimulai pada tanggal 1 Januari 1999 untuk perusahaan go
public dan 1 Januari 2001 untuk perusahaan lainnya, paragraf 77 PSAK 16 dinyatakan
tidak berlaku.

C. Prinsip Dasar PSAK 46

Prinsip dasar PSAK 46 yang harus diketahui adalah pemahaman tentang Laba Akuntansi
dan Penghasilan Kena Pajak, Rekonsiliasi Fiskal, dan Konsep Beda Tetap dan Perbedaan
temporer.

Laba Akuntansi vs. Penghasilan Kena Pajak

Sebagaimana dijelaskan di atas, Laba Akuntansi merupakan terminologi yang dipakai


menurut SAK yang berarti laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi
dengan beban pajak, sedangkan Penghasilan Kena Pajak atau Laba Fiskal merupakan
terminologi pajak yang berarti laba atau rugi selama satu periode yang dihitung
berdasarkan peraturan perpajakan dan menjadi dasar penghitungan PPh.

Untuk memperjelas bagaimana perbedaan antara SAK dan ketentuan perpajakan


mempengaruhi Laba Akuntansi dan Penghasilan Kena Pajak, ilustrasi di atas
disederhanakan lagi dan dibuat dalam bentuk laporan keuangan komparatif sehingga
terlihat sebagai berikut:
PT X

LABA AKUNTANSI KOMPARATIF 2011-2014


(dalam Rupiah)

2011 2012 2013 2014 Total


Pendapatan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Beban usaha (800.000) (800.000) (800.000) 0
Laba Akuntansi 200.000 200.000 200.000 1.000.000 1.600.000
Beban PPh (30%) 60.000 60.000 60.000 300.000 480.000

Di dalam ilustrasi di atas PT X melaporkan Laba Akuntansinya sebesar Rp 200.000 setiap


tahun mulai 2011-2013 dan Rp 1.000.000 untuk 2014. sementara itu, Penghasilan Kena
Pajaknya dilaporkan sebesar Rp 400.000 di tahun 2011-2014, seperti terlihat di bawah ini.

PT X

PENGHASILAN KENA PAJAK KOMPARATIF 2011-2014


(dalam Rupiah)

2011 2012 2013 2014 Total


Pendapatan 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000
Beban usaha (600.000) (600.000) (600.000) (600.000)
Penghasilan kena
pajak 400.000 400.000 400.000 400.000 1.600.000

Hutang PPh (30%) 120.000 120.000 120.000 120.000 480.000

Dimisalkan perbedaan antara ilustrasi Penghasilan Kena Pajak Komparatif dan Laba
Akuntansi Komparatif di atas disebabkan oleh penyusutan aktiva tetap komputer. Secara
akuntansi PT X menyusutkan komputer (nilai perolehan Rp 2.400.000) berdasarkan metode
garis lurus tanpa nilai residu dan masa manfaat 3 tahun. Secara fiskal metode penyusutannya
juga garis lurus tanpa nilai residu, tapi masa manfaatnya 4 tahun.
Selanjutnya, tabel Laba Akuntansi Komparatif dan Penghasilan Kena Pajak Komparatif di
atas digabung sehingga terlihat perbandingan Hutang PPh dan Beban PPh berikut ini.
PT X

Beban PPh dan Hutang PPh (Rp)


(dalam Rupiah)

2011 2012 2013 2014 Total


Beban PPh (30%) 60.000 60.000 60.000 300.000 480.000
Hutang PPh (30%) 120.000 120.000 120.000 120.000 480.000
Selisih 60.000 60.000 60.000 (180.000) 0

Berdasarkan perbandingan di atas, pada tahun 2011 s.d. 2014 PT X akan menjurnal sbb.:

Tahun Nama Akun Debit Kredit

2011 Beban PPh 60.000

Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax 60.000


Asset)

Hutang PPh 120.000

2012 Beban PPh 90.000

Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax 60.000


Asset)

Hutang PPh 150.000

2013 Beban PPh 120.000

Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax 60.000


Asset)

Hutang PPh 180.000

2014 Beban PPh 390.000

Aktiva Pajak Tangguhan (Deferred Tax 180.000


Asset)

Hutang PPh 210.000

Pada tahun 2011 s.d. 2013 PT X mendebit akun Aktiva Pajak Tangguhan (APT). Sesuai
dengan paragraf 45 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan. Merujuk pada definisi aktiva tersebut, pengakuan APT di atas
memberikan konsekuensi bahwa di masa mendatang manfaat ekonomis, khususnya terkait
dengan pajak, akan diperoleh perusahaan. Ini terlihat dari tahun 2014.Secara akuntansi diakui
beban PPh sebesar Rp 390.000, tapi pajak yang dibayarkan ke kas negara hanya sebesar Rp
210.000.Selisih sebesar Rp 180.000 ini merupakan manfaat ekonomis yang diperoleh PT X di
tahun 2014.

Rekonsiliasi Fiskal

Ketentuan perpajakan mengatur bahwa setiap perusahaan sebagai Wajib Pajak Badan wajib
membayar pajak yang terutang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.Jumlah pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang disampaikan oleh
Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Berdasarkan hal tersebut, setiap perusahaan sebagai wajib pajak dituntut harus menyesuaikan
laporan keuangannya dengan ketentuan perpajakan sehingga dapat diketahui jumlah pajak
yang sebenarnya terutang. Proses inilah yang disebut dengan rekonsiliasi fiskal. Dengan
proses rekonsiliasi fiskal ini laba akuntansi dapat ditandingkan dengan penghasilan kena
pajak yang menjadi dasar penghitungan PPh Badan.

Perbedaan Temporer

Perbedaan temporer adalah perbedaan antara laba akuntansi dan penghasilan kena pajak yang
disebabkan oleh ketentuan perpajakan dan memberikan pengaruh di masa mendatang dalam
jangka waktu tertentu sehingga pengaruh terhadap laba akuntansi dan penghasilan kena pajak
akhirnya menjadi sama. Perbedaan ini terdiri dari
 penyisihan/akrual dan realisasi,
 penyusutan,
 amortisasi, dan
 kompensasi rugi.

Pengakuan Aset Pajak Kini dan Liabilitas Pajak Kini

a. Jumlah pajak kini (current tax expense) yang belum dibayar harus diakui sebagai
kewajiban (tax payable).

b. Apabila jumlah pajak yang telah dibayar untuk periode berjalan dan periode-periode
sebelumnya melebihi jumlah pajak yang terutang untuk periode-periode tersebut,
selisihnya diakui sebagai aktiva (tax receivable)

Pengakuan Aset Pajak Tangguhan dan Liabilitas Pajak Tangguhan

 Semua taxable temporary difference atau perbedaan temporer kena pajak (nilai basis
akuntansi > nilai basis pajak) yang akan mengakibatkan penambahan penghasilan
kena pajak di masa mendatang diakui sebagai liabilitas pajak tangguhan (deferred tax
liability), kecuali jika timbul dari goodwill yang amortisasinya tidak dapat
dikurangkan (non deductible) untuk tujuan fiskal pengakuan awal aktiva atau
kewajiban dari suatu transaksi yang bukan merupakan transaksi penggabungan usaha;
dan pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan penghasilan kena
pajak.
 Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh deductible temporary difference atau
perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (nilai basis akuntansi < nilai basis
pajak), sepanjang besar kemungkinan perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi penghasilan kena pajak pada masa yang akan datang, kecuali aset pajak
tangguhan yang timbul dari
o goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan; atau
o pengakuan awal aset atau liabilitas dari suatu transaksi yang
 bukan merupakan kombinasi bisnis; dan
 pada saat transaksi tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena
pajak (rugi pajak).
 Saldo rugi fiskal yang dapat dikompensasi diakui sebagai aset pajak tangguhan
apabila besar kemungkinan bahwa penghasilan kena pajak di masa yang akan datang
memadai untuk dikompensasi dengan rugi fiskal.

Penyajian Pajak Tangguhan


Saling Hapus
 Entitas melakukan saling hapus atas aset pajak kini dan liabilitas pajak kini jika dan
hanya jika, entitas:
a) Memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk melakukan saling hapus
atas jumlah yang diakui; dan
b) Bermaksud untuk menyelesaikan dengan dasar neto, atau merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitas secara bersamaan
 Entitas melakukan saling hapus aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan
jika dan hanya jika:
a) entitas memiliki hak secara hukum untuk saling hapus aset pajak kini terhadap
liabilitas pajak kini; dan
b) aset pajak tangguhan dan liabilitas pajak tangguhan terkait dengan pajak
penghasilan yang dikenakan oleh otoritas pajak atas entitas kena pajak yang sama
atau entitas kena pajak berbeda yang akan merelaisasikan secara bersama
Pengungkapan
Komponen utama beban (penghasilan) pajak diungkapkan secara terpisah yang mana
mencakup hal berikut.
– beban (penghasilan) pajak kini;
– Penyesuaian atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya;
– jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya
perbedaan temporer maupun dari realisasinya;
– jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif
pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru;
– jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui
sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang
digunakan untuk mengurangi beban pajak kini;
– jumlah manfaat dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak,
atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk
mengurangi beban pajak tangguhan;
– dan lain-lain
Penerapan PSAK 23, 25 & 46 pada PT Astra Agro Lestari, Tbk

A. Latar Belakang Perusahaan

PT Agra Astro Lestari Tbk (AAL) adalah anak perusahaan dari PT Astra International Tbk
yang memiliki bidang usaha agribisnis, terutama dalam bidang perkebunan kelapa sawit
dan produksi minyak sawit.

AAL didirikan 34 tahun lalu, AAL berkomitmen untuk mengatur perkebunan kelapa
sawitnya yang tersebar di berbagai lokasi dari Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi, dengan
memproduksi minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil / CPO) berkualitas tinggi untuk
memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Selain memproduksi CPO, perusahaan juga memproduksi produk derivative dari minyak
sawit dan kilang minyaknya di dirikikan di Sulawesi Barat.Produk derivative dari minyak
sawit ini ditujukan untuk memuaskan permintaan pasar ekspor.

Sejak 1997, perusahaan telah terdaftar di BEI dimana persentase sahamnya mencapai
20.32%. Harga pasar saham pada saat diperdagangkan pertama kali ditutup pada harga
Rp24,450 per lembar saham. Sampai akhir tahun 2014, perusahaan telah memiliki 297,579
hektar perkebunan kelapa sawit yang terdiri dari 235,311 hektar perkebunan nucleus dan
62,268 hektar perkebunan plasma.

Perusahaan terus menjadi role model dan berkontribusi dalam perkembangan serta
kemakmuran negara. Maka dari itu, penerapan CSR yang berfokus pada 4 pilar yaitu
pendidikan, kesehatan, perkembangan ekonomi untuk komunitas, dan penjagaan
lingkungan, memegang peranan penting untuk membantu usaha perusahaan dalam
mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

B. Jenis Penjualan

1. Penjualan lokal kepada pihak ketiga dan pihak berelasi

2. Penjualan ekspor

C. Pemahaman Proses Bisnis

1. Mulai Maret 2014, seluruh anak perusahaan AAL mulai menjual CPO & Kernel.
Anak perusahaan yang tidak memiliki pabrik, melakukan “titip olah” kepada anak
perusahaan yang memiliki pabrik. Tidak ada dampak signifikan dalam proses
penjualan, namun muncul tipe pendapatan baru dari jasa titip olah ke pihak berelasi.
Di tahun 2014, penjualan titip olah ini hanya berkontribusi sebanyak 0.36% dari total
pendapatan sebelum eliminasi. Namun, di level konsolidasi, saldo dari penjualan ini
akan 0 karena dieliminasi.

2. Di tahun berjalan, seluruh penjualan ekspor penjualan langsung dari TSL ke Astra
KLK (JV) dimana kepemilikannya sebesar 49% dimiliki oleh AAL. Sehingga,
penjualan ekspor perusahaan selama 2014 dilakukan ke pihak berelasi.

D. Revenue Stream

1. Barang jadi  CPO & kernel (lokal dan ekspor)

2. Jasa titip olah ke pihak berelasi

E. Aset Biologis

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa perusahaan memperoleh pendapatan nya
dari penjualan hasil kelapa sawit.Kelapa sawit termasuk ke dalam aset biologis.Aset
biologis tanaman perkebunan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).Keduanya dimasukkan ke dalam
aset tidak lancar.

Berdasarkan perkembangan PSAK terbaru, PSAK belum menerapkan IAS 41


“Agricultural” karena terdapat hal-hal yang tidak relevan dengan kondisi perkebunan di
Indonesia.Namun, AAL telah mengukur aset biologisnya dengan menggunakan Fair
Value Less Cost To Sell seperti yang diatur pada IAS 41 dikarenakan manual accounting
yang mereka miliki dari parent company telah mengadaptasi IFRS (Jardine Cycle and
Carriage Limited ("JC&C")

F. Kebijakan Akuntansi yang Digunakan AAL terkait PSAK 23, 25, dan 46
1. PSAK 23 - Pendapatan
2. PSAK 25 – Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

3. PSAK 46 - Pajak Penghasilan


4. Tambahan – Revenue Stream AAL
Kesimpulan

1. AAL telah menyusun laporan keuangan bagian pendapatan, estimasi akuntansi


serta perubahan kebijakan akuntansi, dan pajak penghasilan sesuai dengan PSAK
23, 25, dan PSAK 46. Dan dapat diketahui, tidak terdapat perubahan kebijakan
akuntansi selama tahun berjalan.

2. Walaupun Indonesia belum menerapkan IAS 41 pada PSAK nya, namun AAL
telah mengukur aset biologisnya dengan fair value sesuai dengan IAS 41 karena di
atur dalam group accounting policy nya.

Akan tetapi, untuk kepentingan laporan keuangan, perusahaan menggunakan


pendekatan metode biaya seperti yang diatur dalam PSAK 16 Aset Tetap dalam
mengukur tanaman perkebunannya, yaitu menggunakan masa manfaat 20 tahun
dan disusutkan dengan metode garis lurus.

Selisih antara nilai wajar dengan yang tercatat atas aset biologis yang dimiliki,
masuk ke dalam laba rugi komprehensif.
Daftar Referensi

Standar Akuntansi Keuangan. Per 1 Juni 2012. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia

You might also like