You are on page 1of 7

 Pengertian Hemodialisa

Hemodialisa berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisa ” artinya pemisahan zat-zat
terlarut. Hemodialisa berarti proses pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses
penyaringan di luar tubuh. Hemodialisa menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.
Hemodialisa dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’. Haemodialisa dilakukan pada
keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk keracunan.

 Prinsip Hemodialisa
Prinsip mayor/proses hemodialisa
1. Akses Vaskuler :
Seluruh dialysis membutuhkan akses ke sirkulasi darah pasien. Kronik biasanya memiliki
akses permanent seperti fistula atau graf sementara. Akut memiliki akses temporer seperti
vascoth
2. Membran semi permeable
Hal ini ditetapkan dengan dialyser actual dibutuhkan untuk mengadakan kontak diantara
darah dan dialisat sehingga dialysis dapat terjadi.
3. Difusi
Dalam dialisat yang konvesional, prinsip mayor yang menyebabkan pemindahan zat terlarut
adalah difusi substansi. Berpindah dari area yang konsentrasi tinggi ke area dengan
konsentrasi rendah. Gradien konsentrasi tercipta antara darah dan dialisat yang menyebabkan
pemindahan zat pelarut yang diinginkan. Mencegah kehilangan zat yang dibutuhkan.
4. Konveksi
Saat cairan dipindahkan selama hemodialisis, cairan yang dipindahkan akan mengambil
bersama dengan zat terlarut yang tercampur dalam cairan tersebut.
5. Ultrafiltrasi
Proses dimana cairan dipindahkan saat dialysis dikenali sebagai ultrafiltrasi artinya adalah
pergerakan dari cairan akibat beberapa bentuk tekanan. Tiga tipe dari tekanan dapat terjadi
pada membrane :
- Tekanan positip merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan dalam membrane.
Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan resisten vena terhadap darah yang
mengalir balik ke fistula tekanan positip “mendorong” cairan menyeberangi membrane.
- Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane oleh pompa pada
sisi dialisat dari membrane tekanan negative “menarik” cairan keluar darah.
- Tekanan osmotic merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang berhubungan
dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut. Larutan dengan kadar zat terlarut yang
tinggi akan menarik cairan dari larutan lain dengan konsentrasi yang rendah yang
menyebabkan membrane permeable terhadap air.

 Indikasi
Indikasi Hemodialisis
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan GGA apabila terdapat indikasi
1. Hiperkalemia ( K > 6 mEq/l)
2. Asidosis
3. Kadar ureum/kreatinin tinggi dalam darah
4. Kelebihan cairan.
5. Perikarditis dan konfusi yang berat.
6. Hiperkalsemia dan hipertensi.

 Tujuan Hemodialisa
Sebagai terapi pengganti, tujuan dari Hemodialis yaitu:
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
5. Mempertahankan atau mengembalikan sysstem buffer tubuh.
6. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
 Peralatan Hemodialisa
Peralatan hemodialisa antara lain sebagai berikut:

1. Arterial – Venouse Blood Line (AVBL)


AVBL terdiri dari :
- Arterial Blood Line (ABL)
Arterial Blood Line (ABL) adalah tubing-tubing/ line plastic yang menghubungkan
darah dari tubing akses vaskular tubuh pasien menuju dialiser, disebut Inlet ditandai
dengan warna merah.
- Venouse Blood Line
Venouse Blood Line adalah tubing/ line plastic yang menghubungkan darah dari
dialiser dengan tubing akses vascular menuju tubuh pasien disebut outlet ditandai
dengan warna biru. Priming volume AVBL antara 100-500 ml. priming volume adalah
volume cairan yang diisikan pertama kali pada AVBL dan kompartemen dialiser.
Bagian-bagian dari AVBL dan kopartemen adalah konektor, ujung runcing, segmen
pump, tubing arterial/ venouse pressure, tubing udara, bubble trap, tubing infuse/
transfuse set, port biru obat, port darah/ merah herah heparin, tubing heparin, dan ujung
tumpul.
2. Dializer/ginjal buatan (artificial kidney)
Dializer/ ginjal buatan (artificial kidney) adalah suatu alat dimana proses dialisis terjadi
terdiri dari 2 ruang /kompartemen, yaitu:
- Kompartemen darah yaitu ruangan yang berisi darah
- Kompartemen dialisat yaitu ruangan yang berisi dialisat
- Kedua kompartemen dipisahkan oleh membran semipermiabel.
- Dialiser mempunyai 4 lubang yaitu dua ujung untuk keluar masuk darah dan dua
samping untuk keluar masuk dialisat.
3. Mesin Hemodialisa
Ada bermacam-macam mesin haemodilisis sesuai dengan mereknya. Tetapi prinsipnya
sama yaitu blood pump, system pengaturan larutan dilisat, system pemantauan mesin
terdiri dari blood circuit, dillisat circuit, dan bebagai monitor sebagai deteksi adanya
kesalahan. Dan komponen tambahan seperti heparin pump, tombol bicarbonate, control
ultrafiltrasi, program ultrafiltrasi, kateter vena, blood volume monitor.
4. Larutan Dialisat
Dialisat adalah larutan yang mengandung elektrolit dalam komposisi tertentu.
Dipasaran beredar dua macam dialisat yaitu dialisat asetat dan dialisat bicarbonate.
Dialisat asetat menurut komposisinya ada beberapa macam yaitu: jenis standart, free
potassium, low calsium dan lain-lain. Bentuk bicarbonate ada yang powder, sehingga
sebelum dipakai perlu dilarutkan dalam air murni/air water treatment sebanyak 9,5 liter
dan ada yang bentuk cair (siap pakai).
5. Air Water Treatment
Air dalam tindakan hemodialis dipakai sebagai pencampur dialisat peka (diasol). Air ini
dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air PAM dan air sumur yang harus
dimurnikan dulu dengan cara “water treatment” sehingga memenuhi standar AAMI
(Association for the Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan
untuk satu session hemodilaisis seorang pasien adalah sekitar 120 liter.

 Proses Hemodialisa
Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam sebuah mesin
di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran darah. Untuk itu dibuat
jalur buatan di antara pembuluh arteri dan vena atau disebut fistula arteriovenosa melalui
pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula, darah dialirkan dan dipompa ke dalam
mesin dialisis. Untuk mencegah pembekuan darah selama proses pencucian, maka diberikan
obat antibeku yaitu Heparin.
Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang bernama
dialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang berlangsung di dalam
ginjal. Pada dialiser terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput di tengahnya. Mesin
digunakan sebagai pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu, dan tekanan.
Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada kompartemen lainnya dialirkan
dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal.
Kedua kompartemen dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang mencegah dialisat
mengalir secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah
dapat berpindah melalui selaput semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama
penyaringan darah, terjadi peristiwa difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan
protein darah lebih besar dari zat sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput
semipermeabel. Darah yang telah tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh
penderita. Dialisat yang menjadi kotor karena mengandung zat racun dan sampah, lalu
dialirkan keluar ke penampungan dialisat.
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari bagian pekat ke bagian
yang lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada perbedaan kadar zat terlarut dalam darah dan
dalam dialisat. Dialisat berisi komponen seperti larutan garam dan glukosa yang dibutuhkan
tubuh. Jika tubuh kekurangan zat tersebut saat proses hemodialisa, maka difusi zat-zat
tersebut akan terjadi dari dialisat ke darah.
Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena perbedaan tekanan
hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang lebih tinggi dari dialisat memaksa
air melewati selaput semipermeabel. Air mempunyai molekul sangat kecil sehingga
pergerakan air melewati selaput diikuti juga oleh zat sampah dengan molekul kecil.
Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan dalam dialiser
selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian akan dialirkan kembali
ke dalam tubuh.
Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk menyaring
seluruh darah dalam tubuh. Tabi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali pertemuan selama
seminggu, jadi 3 - 5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga pada tingkat
kerusakan ginjalnya.

 Alasan Dilakukan Hemodialisa


Hemodialisa dilakukan jika gagal ginjal menyebabkan:
1. Kelainan fungsi otak ( ensefalopati uremik )
2. Perikarditis ( peradangan kantong jantung )
3. Asidosis ( peningkatan keasaman darah ) yang tidak memberikan respon
4. terhadap pengobatan lainnya.
5. Gagal jantung
6. Hiperkalemia ( kadar kalium yang sangat tinggi dalam darah ).
 Komplikasi Hemodialisa
Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi
adalah :
Komplikasi Penyebab
Demam Bakteri atau zat penyebab demam
(pirogen) di dalam darah
Dialisat terlalu panas
Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal Alergi terhadap zat di dalam mesin
(anafilaksis) Tekanan darah rendah
Tekanan darah rendah Terlalu banyak cairan yg dibuang
Gangguan irama jantung Kadar kalium & zat lainnya yg
abnormal dalam darah
Emboli udara Udara memasuki darah di dalam mesin
Perdarahan usus, otak, mata atau perut Penggunaan heparin di dalam mesin
untuk mencegah pembekuan
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan
hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain:
a. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
b. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan berat
cairan.
c. Pembekuan Darah
Pembekuan darah disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat ataupun
kecepatan putaran darah yang lambat.
d. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan faktor
risiko terjadinya perdarahan.
e. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala. Infeksi atau
peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
f. Kram Otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
g. Sindrom Ketidakseimbangan Dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-
osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah, yang
mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri.
Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama
dengan azotemia berat.
h. Gangguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan karena
hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.

You might also like