Professional Documents
Culture Documents
2. Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat kendaraan melakukan gerakan
melingkar. Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi gerak perputaran
kendaraan rencana sedemikian sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajurnya.
3. Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kendaraan rencana (lihat gambar III.7
s/d III.9. Modul 2 ), dan besarnya ditetapkan sesuai tabel II.21 dan II.22. di bawah ini.
4. Pelebaran yang lebih kecil dari 0.6 meter dapat diabaikan.
5. Untuk jalan 1 jalur 3 lajur, nilai-nilai dalam tabel II.21.harus dikalikan 1,5.
6. Untuk jalan 1 jalur 4 lajur, nilai-nilai dalam tabel II.21. harus dikalikan 2.
Pelebaran pada tikungan untuk jalan perkotaan, jalur lalu lintas sebaiknya dilebarkan pada
bagian tikungannya sesuai dengan tipe jalan, kelas dan jari-jari tikungannya. Nilai-nilai
pelebaran sebaiknya seperti tabel II.23. dibawah ini. Dan untuk jalan type II dapat memakai
nilai-nilai pada tabel II.22. diatas.
R3
R2
R1
Lengkung Bundar
Lengkung Bundar
Keadaan ini tidak dikehendaki, karena pengendara mungkin mendapat kesulitan, paling tidak
ketidaknyamanan dalam mengemudi. Pada prinsipnya lengkung peralihan harus dipasang di
titik balik ( lihat gambar II.13. ).
Dalam hal perbedaan jari-jari pada lengkung yang berdampingan tidak melampaui 1:1,5,
lengkung dapat dihubungkan langsung hingga membentuk lengkung gabungan seperti pada
gambar II.14. Suatu garis lurus yang dipasang pada titik balik untuk pencapaian kemiringan
dapat membantu lengkung gabungan tersebut ( lihat gambar II.15. ).
R2
R1
R3
Garis Singgung
Lengkung Bundar
Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus di antara
kedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 20 m (lihat gambar II.19. ).
Gambar II.18. Tikungan Gabungan Balik Gambar II.19. Tikungan Gabungan Balik
Arah. (Dihindarkan) dengan sisipan bagian lurus minimum
sepanjang 20 meter.