You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia yang paling umum ditemukan pada masyarakat adalah anemia
defisiensi besi. Diperkirakan 25% dari penduduk dunia atau setara dengan 3,5
milyar orang menderita anemia. Estimasi prevalensi secara global sekitar 51%
dimana penyakit ini cenderung berlangsung pada negara yang sedang
berkembang. Pada negara berkembang terdapat 36% dari total perkiraan 3800
juta penduduknya menderita anemia, sedangkan pada negara maju hanya
terdapat 8% dari total perkiraan 1200 juta penduduknya. Kandungan zat besi
dalam tubuh total adalah sekitar 2 gr untuk perempuan dan 6 gr untuk laki-
laki. Sekitar 80% zat besi dalam tubuh fungsional terdapat dalam Hb, sisanya
terdapat di mioglobin dan enzim yang mengandung zat besi. Dewasa ini
wanita rentan akan penyakit ini. Hal ini dapat dikarenakan jumlah kebutuhan
sel darah merah pada wanita lebih banyak bila dibandingkan dengan laki –
laki. Wanita mengalami fase menstruasi dan fase kehamilan dan disaat itulah
wanita banyak memerlukan pasokan sel darah merah. Prevalensi anemia
defisiensi besi pada wanita hamil sangatlah tinggi, yaitu sekitar 55% - 60%.
Dalam suatu survei pada 42 desa di Bali yang melibatkan 1684 perempuan
hamil didapatkan prevalens anemia defisiensi besi sebesar 46%, sebagian
besar derajat anemia ialah ringan. Faktor risiko yang dijumpai adalah tingkat
pendidikan dan kepatuhan meminum pil besi (Bakta, 2007).
Di Indonesia, anemia gizi besi masih merupakan masalah gizi yang utama,
disamping tiga masalah gizi lainya yaitu KKP (Kurang Kalori Protein), kurang
vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi yang
disebut Anemia gizi besi (Wulansari, 2008).
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia defisiensi besi sangat kompleks.
Menurut Ros dan Horton (1998), anemia defisiensi besi berdampak pada
menurunnya kemampuan motorik anak, menurunnya kemampuan kognitif, 1
menurunnya kemampuan mental anak, menurunnya produktivitas kerja pada

1
orang dewasa, yang akhirnya berdampak pada keadaan ekonomi, dan pada
wanita hamil akan menyebabkan buruknya persalinan, berat bayi lahir rendah,
bayi lahir premature, serta dampak negatif lainnya seperti komplikasi
kehamilan dan kelahiran. Akibat lainnya dari anemia defisiensi besi adalah
gangguan pertumbuhan, gangguan imunitas, rentan terhadap pengaruh racun
dari logam-logam berat, dan seterusnya (Wulansari, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Apa landasan teori yang dapat mendukung dalam pemberian asuhan
keperawatan dengan Anemia?
2. Bagaimana penatalaksanaan untuk penderita Anemia?
3. Bagaimana asuhan keperawatan untuk penderita Anemia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis penyakit Anemia.
2. Untuk mengetahui konsep keperawatan penyakit Anemia.

D. Manfaat
1. Dapat mengetahui konsep medis penyakit Anemia.
2. Dapat mengetahui konsep keperawatan penyakit Anemia.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit atau hitung

eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan

oksigen oleh darah. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan

merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit (gangguan) tubuh. (Nurarif

& Kusuma, 2015)

Anemia didefinisikan sebai penrunan volume eritrosit atau kadar Hb

sampai di bawah rentan nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah

kuarangnya hingga di bawah nialai normal jumlah SDM, kualitas hemoglobin,

dan volume packed red blood cell (hematokrit) per 100ml darah.

Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah

merah dan kadar hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan

penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit

(gangguan) fungsi tubuh.( Wijaya & Putri, 2013)

B. Klasifikasi

Berdasarkan faktor morfologik SDM dan indeksnya

a. Anemia Makroskopik/ Normositik Makrositik

Memiliki SDM besar dari normal (MVC > 100) tetapi normokromk

karena konsentrasi hemoglobin normal (MCHC normal). Keadaan ini

disebabkan oleh terganggunya atau terhentinya sintesis asam

deoksibonukleat (DNA) sperti yang di temukan pada defesiensi B12,

3
atau asam folat, dan bisa juga terjadi pada pasien yang mengalami

kemoterapi kanker karena agen-agen yang mengganggu sintesi DNA.

 Anemia yang megaloblastic berkaitan dengan kekurangan dari

vitamin B12 dan asam folic (atau kedua-duanya) tidak cukup

atau penyerapan yang tidak cukuo. Kekurangan folate secara

normal tidak menghasilkan gejala, selagi B12 cukup. Anemia

yang Megaloblastic adalah yang paling umum penyebab

anemia yang makrositik.

 Anemia pernisiosa adalah suatu kondisi autoimmune yang

melawan sel parietal dari perut. Sel parietal menghasilkan

faktor intrinsik, yang diperlukan dalam menyerap vitamin B12

dari makanan. Oleh karena itu, penghancuran dari sel parietal

menyebabkan suatu ketiadaan faktor intrinsik, mendorong

penyerapan yang buruk dari vitamin B12.

 Yang sakit karena banyak minum

 Methotrexate, zidovudine, dan lain obat yang menghalangi

replikasi DNA. ini adalah etiologi yang paling umum pada

pasien tanpa alkohol.

b. Anemia Mikrositik

Anemia Hipokromik mikrositik, Mikrositik: sel kecil, hipokromik :

pewarnaan yang berkurang, karena darah berasal dari Hb, sel-sel ini

memngandung hemoglobin dalam jumalah yang kurang dari jumalah

yang normal. Keadaan ini umumnya mencerminkan isufisiensi sintesis

heme/ kekurangan zat besi, seperti anemia pada defisiensi besi,

keadaan sideroblastik dan kehilangan darah kronis, dan gangguan

sintesis globin.

4
 Anemia kekurangan besi adalah jenis anemia yang paling

umum dari keseluruhan, dan paling sering adalah mikrositik

hipokromik. Anemia kekurangan besi disebakan karena ketika

penyerapan atau masukan dari besi tidak cukup. Besi adalah

suatu bahan penting dari hemoglobin, dan kekurangan besi

mengakibatkan berkurangnya hemoglobin ke sel darah merah.

 Hemoglobinophaties lebih jarang (terlepas dari masyarakat

dimana kondisi ini adalah lazim)

Anemia sel sabit, thalassemia

c. Anemia Normositik

SDM memiliki ukuran dan bentuk normal serta mengandung jumlah

hemoglobin yang normal. Kekurangan sel darah merah yang

Normocytic adalah ketika cadangan HB dikurangi, tetapi ukuran sel

darah yang merah (MCV) sisa yang normal. Penyebab meliputi:

peradangan yang akut.

 Anemia dari penyakit kronis

 Anemia yang Aplastic ( kegagalan sumsum). (Wijaya & Putri,

2013)

C. Etiologi

Ada beberapa jenis anemia sesuai dengan penyebabnya;

a. Anemia pasca pendarahan

Terjadi sebagai akibat pendarahan yang pasif seperti kecelakaan,

operasi dan persalinan dengan pendarahan atau yang menahun seperti

penyakit cacingan.

b. Anemia defisiensi

5
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembuat sel darah.

c. Anemia hemolitik

Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena;

1) Faktor intrasel

Misalnya talasemia, hemoglobnopatia (talasemia HbE, sickle cell

anemia), sferositas, defisiensi enzim eritrosit

2) Faktor ekstrasel

Karena intoksikasi, infeksi (malaria), imonologis (inkompatibilitas

golongan darah, reaksi hemolitik pada tranfusi darah).

d. Anemia aplastik

Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah sumsum tulang (

kerusakan sumsum tulang). (Wijaya & Putri, 2013)

D. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang

atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan

sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi

tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah

merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus

yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak

sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor

diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik

atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai

hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan

masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah

6
(hemolisis) segera direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma

(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan

ikterik pada sclera.

Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,

seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan

muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya

melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat hemoglobin bebas)

untuk mengikat semuanya (mis., apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100

mg/dL), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam

urin (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan

hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran

sel darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat

merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat hemolitik tersebut.

Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu

disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah

yang tidak mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung

retikulosit dalam sirkulasi darah, (2) derajat proliferasi sel darah merah muda

dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan

biopsy; dan (3) ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia defisiensi zat besi adalah anemia yang paling sering menyerang

anak-anak. Bayi cukup bulan yang lahir dari ibu non anemik dab bergizi baik,

memiliki persediaan cukup zat besi sampai berat badan lahirnya menjadi dua

kali lipat umumnya saat berusia 4-6 bulan. Sesudah itu zat besi harus tersedia

dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari

makanan tidak tercukupi terjadi anemia defisiensi zat besi. Hal ini paling

sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum

7
usia 4-6 bulan) di hentikannya formula bayi yang mengandung zat besi atau

ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi yang berlebihan tanpa ada

tambahann makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi

denga pendarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi

dan kurang zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi

ini beresiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum 6 bulan.

Anemia aplastik diakibatka oleh karena rusaknya sumsum tulang,

gangguan berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat

terhentinya pembentukan sel hemopoetik sumsum tulang.

Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik.

Asam folat merupakan bahan esensial untuk sistesi DNA dan RNA, yamg

penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel.

Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya

kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah

membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini

kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat

menghambat kerja organ-organ penting. Salah satunya otak, otak terdiri dari

2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti

komputer yang memorinya lemah, lambat menangkap. Dan kalau sudah

rusak, tidak bisa diperbaiki.( Wijaya & Putri, 2013)

E. Manifestasi Klinis

1. Manifestasi klinis yang sering muncul

a. Pusing

b. Mudah berkunang-kunang

c. Lesu

8
d. Aktifitas kurang

e. Rasa mengantuk

f. Susah konsentrasi

g. Cepat lelah

h. Prestasi kerja fisik/pikiran menurun

2. Gejala khas masing-masing anemia:

a. Pendarahan berulang/kronik pada anemia paca pendarahan, anemia

defisiensi

b. Ikterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut mrongkol/ makain

buncit pada anemia hemolitik

c. Mudah infeksi pada anemia aplastik

Selain beratnya anemia, berbagai faktor mempengaruhi berat dan adanya

gejala: (1) kecepatan kejadian anemia, (2) durasinya, (3) kebutuhan

metabolism pasien bersangkutan, (4) adanya kelainan lain atau kecacatan,

dan (5) komplikasi tertentu atau keadaan yang mengakibatkan anemia.

Semakin cepat perkembangan anemia, semakin berat gejalanya. Pada

orang yang normal penurunan hemoglobin, hitung darah merah, atau

hematokrit tanpa gejala yang tampak atau ketidakmampuan yang jelas secara

bertahap biasanya dapat ditoleransi sampai 50%, sedangkan kehilangan cepat

sebanyak 30% dapat menyebabkan kolaps vaskuler pada individu yang

sama. Individu yang telah mengalami anemia selama waktu yang cukup

lama, dengan kadar hemoglobin antara 9 dan 11 g/dl, hanya mengalami

sedikit gejala atau tidak ada gejala sama sekali selain takikardi ringan di saat

latihan. Dispneau latihan biasanya terjadi hanya di bawah 7,5 g/dl;

kelemahan hanya terjadi di bawah 6 g/dl; dispneau istirahat di bawah 3 g/dl;

dan gagal jantung pada kadar yang sangat rendah 2 - 2,5 g/dl.

9
Secara umum gejala klinis anemia yang muncul merefleksikan gangguan

fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik,

gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan

perilaku, anorexia. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan

fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal

anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5

gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah

munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).

Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan

kepala terasa melayang. Namun pada anemia berat, bisa menyebabkan

stroke atau serangan jantung. (Kiswari, 2014)

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Diagnostik

a. Jumlah darah lengkap (JDL) : HB & HT menurun

 Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik),

MCV & MCH menurun, & mikrositik dengan eritrosit

hipokromik (DB), peningkatan (AP), pansiitopenia

(aplastik)

 Jumlah retikulosit bervariasi : menurun (AP), meningkat

(hemolisis)

 Perwarnaa SDM: mendeteksi perubahan warna dan bentuk

( dapat mengidentifikasi tipe khusus anemia)

 LED : peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi

 Massa hidup SDM : membedakan diagnosa anemia

 Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB)

10
 SDP : jumlah sel total Sma dengan jumlah SDM

(diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun

(aplastik)

b. Jumlah trombosit : menurun (AP), meningkat (DB), normal

(hemolitik)

c. Hb elektroforesis :mengidentifikasi stipe struktur Hb

d. Bilirubin serum (tidak terkonjugasi) : meningkat (AP, hemolitik)

e. Folat serum dan vit. B12 : membantu mendiagnosa anemia

f. Besi serum :tidak ada (DB), tinggi (hemolitik)

g. TIBC serum : menurun (DB)

h. Masa pendarahan : memenjang (aplastik)

i. LDH serum :mungkin meningkat (AP)

j. Tes schilling : penurunan eksresi vit.B12 uri (AP)

k. Guaiac : mungkin positif untuk darah pada urin, feses, dan isi

gaster, menunjukkan pendarahan akut/ kronis(DB)

l. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan

tidak adanya asam hidrokolorik bebas(AP)

m. Aspirasi sumsum tulang / pemeriksaan biopsy: sel mungkin tampak

berubah dalam jumlah, bentuk, dan membedakan tipe anemia. (

Wijaya & Putri, 2013)

2. Pemeriksaan laboratorium non hematologis : faal gijal, faal endokrrin,

asam urat, faal hati, biakan kuman.

3. Radiologi : toraks, bone survey, USG, atau linfangiografi

4. Pemeriksaan sitogenetik

5. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polimerase chain raction, FISH

= flourecence in situ hybridization). (Nurarif & Kusuma, 2015)

11
G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti

darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu:

1. Anemia aplastik

Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif atau

antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan memlalui jalur sentral

selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang

tidak berhasil. Bila diperlukan dapat memberikan transfusi RBC

rendah leukosit dan platelet.

2. Anemia pada defisiensi zat besi dan asam folat

Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi bsei

diberikan sulfas ferosus 3x10mg/hari. Transfusi darah diberikan bila

kadar Hb kurang dari 5 gr%.

3. Anemia megaloblastik

 Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin

B12, bila defisensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak

tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12

dengan injeksi IM.

 Untuk mencegah kekambuhan anemia , terapi vitamin B12

harus diteruskan selama hidup pasien yan menderita anemia

pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

 Pada anemia defisiensi asam folat di berikan asam folat 3x5

mg/hari

 Anemia defesiensi asam folat pada pasien gangguan absorbs,

penanganannya dengan diet dan tambahan asam folat 1 mg/hari

4. Anemia pasca pendarahan

12
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan

darurat, di berikan cairan intravena dengan cairan infuse apa saja yang

tersedia.

5. Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang

hemolisis. ( Nurarif & Kusuma, 2015)

H. Komplikasi

a. Perkembangan otot buruk

b. Daya konsentrasi menurun

c. Hasil uji perkembangan menurun

d. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun

e. Sepsis

f. Sensitisasi terhadap antigen donor yang bereaksi silang me nyebabkan

pendarahan yang tidak terkendali

g. Cangkokan vs penyakit hopses (timbul setelah pencangkokan sumsum

tulang)

h. Kegagalan cangkokan sumsum tulang

i. Leukimia mielogen akkut berhubungan dengan anemia faconi. (Wijaya &

Putri, 2013)

13
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas klien dan keluarga

Nama, umur, TTL, nama ayah atau ibu, pekerjaan ayah atau ibu, agama ,

pendidikan, alamat.

2. Keluhan utama

Biasanya pasien dating ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelemahan,

kelelahan, pusing.

3. Riwayat kehamilan dan persalinan

a. Prenatal :ibu selama hamil menderita penyakit berat, pemeriksaan

kehamilan berapa kali, kebiasaan pemakaian obat-obatan dalam

jangka waktu lama.

b. Intranatal :usia kehamilan cukup, proses persalinan, dan berapa

panjang, dan BB aktu lahir

c. Postnatal :keadaan bayi setelah masa neonatorum, ada trauma

postpartum akibat tindakan mis ; forcep, vakum dan pemberian ASI

4. Riwayat kesehatan dahulu

a. Adanya menderita penyakit anemia sebelumnya, riwayat imunisasi

b. Adanya riwayat trauma, perdarahan

c. Adanyan riwayat demam tinggi

d. Adanya riwayat penyakit ISPA

5. Keadaan saat ini

Klien pucat, kelemahan, sesak naas, sampai ada gejala

gelisah,diaphoresis, takhikardi, dan penuruna kesadaran.

14
6. Riwayat keluarga

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum :keadaan tampak lemah sampai sakit berat

b. Kesadaran :composmentis kooperatif sampai terjadi penurunan tingkat

kesadaran apatis, somnolen spoor, koma

c. Tanada-tanda vital

TD :tekanan darah menurun

Nadi : frekwensi nadi meningkat, kuat sampai lemah (60-100 kali/i)

Suhu : bisa meningkat atau menurun

Pernapasan :meningkat

d. BB dan TB

e. Kulit :teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat,

f. Kepala :biasanya bentuk dalam batas normal

g. Mata :kelainan bentuk tidak ada, konjungtiva anemis, sclera tidak

ikterik, terdapat perdarahan sub conjungtiva, reflex cahaya biasanya

tidak ada kelainan

h. Hidung :keadaan atau bentuk hidung, mukosa hidung, cairan yang

keluar dari hidung, ungsi penciuman biasanya tidak ada kelainan

i. Telinga : bentuk dan fungsi pendengaran tidak ada kelainan

j. Mulut :entuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering, bibir

pecah, atau perdarahan

k. Leher: terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tyhiroid lidah

membesar, tidak ada distensi vena jugularis

l. Thoraks :pergerkan dada, biasanya pernafasan cepat ,irama tidak

teratur, fremitus yang meninggi, percusi sonor, irama jantung tidak

teratur

15
m. Abdomen :cekung pembesaran hati, nyeri, bising usung bisa normal,

isa dibbawah normal, bisa juga meningkat

n. Genitalia :laki-laki :testis sudah turun kedalam skrotum

Perempuan :labia minoratertutupi laia mayora

o. Eksttremitas :terjadi kelemahan umum, nyeri ekstremitas, tonus otot

kurang, akral dingin

p. Neurologis :refleks fisiologis normal

8. Pemeriksaan penunjang

9. Riwayat social ;siapa yang merawat klien dirumah, kebersihan didaerah

tempat tinggal, orang yang terdekat dengan klien, keadaan lingkungan

sekitar klien.

10. Kebutuhan dasar :meliputi kebutuhan nutrisi klien sehubungan dengan

anoreksia, diet yang harus dijalani, pasang NGT, pola tidur bisa

terganggu,aktivitas dapat terganggu berhubungan dengan kelemahan fisik,

eliminasi biasanya terjadi perubahan frekuensi.

11. Data psikologis

B. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan

absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.

3. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen

seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

16
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya

pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan

granulosit (respons inflamasi tertekan).

C. Intervensi
Intervensi keperawatan

no Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Intoleransi Dapatmempertahan Kaji kemampuan Mempengaruhi pilihan


aktivitas kanataumeningkatk ADL pasien. intervensi atau bantuan.
berhubungan an ambulasi atau Kaji kehilangan Menunjukkan perubahan
dengan aktivitas. ataugangguankesei neurology karena
ketidakseimbang Melaporkanpening mbangan, gaya jalan defisiensi vitaminB12
an antara suplai katan toleransi dankelemahan otot. mempengaruhi keamanan
oksigen aktivitas(ADL) pasien atau risiko cedera.
(pengiriman) dan Menunjukkanpenur Observasi tanda- Manifestasi
kebutuhan. unantanda tanda vital sebelum kardiopulmonal dari
intolerasi fisiologis, dan sesudah upaya jantung dan paru
misalnya nadi, aktivitas. untuk membawa jumlah
pernapasan, dan oksigen adekuat ke
tekanan darah jaringan.
masih dalam Berikan lingkungan Meningkatkan istirahat
rentang normal. tenang, batasi untuk menurunkan

pengunjung, dan kebutuhan oksigen tubuh

kurangi suara bising, dan menurunkan

pertahankan tirah regangan jantung dan

baring bila di paru.

indikasikan.
Gunakan teknik Meningkatkan aktivitas

menghemat energi, secara bertahap sampai

17
anjurkan pasien normaldanmemperbaikit
istirahat bila terjadi onus otot atau stamina
kelelahan dan tanpakelemahan.
kelemahan, anjurkan Meningkatkan harga diri
pasien melakukan dan rasa terkontrol.
aktivitas
semampunya (tanpa
memaksakan diri).
2. Perubahan nutrisi menunujukkan Kaji riwayat nutrisi, Mengidentifikasi
kurangdarikebutu peningkatan atau termasuk makan defisiensi, memudahkan
han tubuh mempertahankan yang disukai. intervensi.
berhubungan berat badan dengan Observasi dan catat Mengawasi masukkan
dengan nilai laboratorium masukkan makanan kalori atau kualitas
kegagalan untuk normal,tidak pasien. kekurangan konsumsi
mencerna atau mengalami tanda makanan.
ketidak malnutrisi. Berikanmakan Menurunkan kelemahan,
mampuan Menununjukkan sedikitdenganfrekue meningkatkan
mencerna perilaku, perubahan nsi sering dan atau pemasukkandan
makanan pola hidup untuk makandiantara mencegah distensi gaster.
absorpsi nutrient meningkatkan dan waktu makan.
yang diperlukan ataumempertahank Observasi dan catat Gejala GI dapat
untuk an berat badan kejadian mual atau menunjukkan efek
pembentukan sel yang sesuai. muntah, flatus dan anemia (hipoksia) pada
darah merah. dan gejala lain yang organ.
berhubungan.
Kolaborasi pada ahli Membantudalam rencana
gizi untuk rencana diet untuk memenuhi
diet. kebutuhan individual

3. Perubahan peningkatan perfusi kaji tanda vital Memberikan informasi


4perfusi jaringan jaringanmenunjukk ,pengisiankapiler,wa tentang derajat atau

18
4berhubungan an perfusi adekuat, rnakulitataumembra keadekuatan perfusi
4denganpenuruna misalnya tanda ne mukosa, dasar jaringan dan membantu
4nkomponen vital stabil. kuku. menetukan kebutuhan
4seluleryang intervensi.
4diperlukan untuk Berikan oksigen Memaksimalkan
3pengiriman tambahan sesuai transport oksigen ke
3oksigenatau indikasi. jaringan.
3nutrient ke sel. kebutuhan seluler.
3 Catat :kontraindikasi Dispneagemericik
3 bila ada hipotensi. menununjukkan
3 Awasiupayapernapas gangguan jantung karena
3 anauskultasi buny regangan jantung lama
napas. ataupeningkatankompens
asi curah jantung.
Selidiki keluhan Iskemiaselulermempenga
nyeri dada atau ruhi jaringan miokardial
palpitasi. atau potensial risiko
infark.
Kolaborasi Mengidentifikasi
pengawasan hasil defisiensi dan kebutuhan
pemeriksaanlaboratu pengobatan atau respons
rium. Berikan sel terhadap terapi
darahmerah lengkap
atau packed produk
darahsesuai indikasi.
4. Risiko tinggi Infeksitidak terjadi. Tingkatkancuci Mencegah kontaminasi
terhadap infeksi mengidentifikasi tangan yang baik; silang atau kolonisasi
berhubungan perilaku untuk olehpemberi bacterial. Catat: pasien
dengan tidak mencegah atau perawatandanpasien. dengan anemia berat
adekuatnyapertah menurunkan risiko aplastik dapat berisiko

19
anan sekunder infeksi. akibat flora normal kulit.
(penurunanhemo Meningkatkan Pantau suhu tubuh. Adanya proses inflamasi
globinleucopenia penyembuhan luka, Catatadanyamenggig atauinfeksimembutuhkan
,atau penurunan bebasdrainase il dan takikardia evaluasi atau pengobatan.
granulosit(respon purulen dengan atau tanpa
sinflamasi ataueritema,dan demam.
tertekan). demam. Berikan perawatan Menurunkan risiko
kulit, perianal dan kerusakan kulit atau
oral dengan cermat. jaringan dan infeksi.
Kolaorasi Berikan digunakansecarapropilakt
antiseptic topical; ikuntuk menurunkan
antibioticsistemik kolonisasi atau untuk
pengobatan proses
infeksi local

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah sel
darah merah, kuantitas hemoglobin, dan volume packed red blood cells
(hematokrit) per 100 ml darah. Dengan demikian, anemia bukan suatu
diagnosis melainkan suatu cerminan perubahan patofisiologik yang mendasar
yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium.
Beberapa ahli epidemiologi mengkalkulasikan sedikitnya satu setengah
populasi di dunia yang menderita anemia. Data tersebut memberi gambaran
bahwa masalah anemia perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik
karena kalau tidak akan menimbulkan komplikasi. Dalam hal ini perawat
penting memberi penyuluhan tentang istirahat, pola makanan yang baik serta
pengobatan yang teratur untuk membantu dalam proses penyembuhan dan
peningkatan penyakit.

B. Saran

Makalah ini masih perlu penyempurnaan supaya bisa digunakan sebagai

acuan untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan. Oleh karena itu kami

berharap atas sumbangan kritk dan saran untuk perbaikan kedepannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Marisa. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
1. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Askep Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC, Jilid 1 Edisi Revisi. Jogjakarta : Mediaction
Jogja.
Kiswari, Rukman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Jakarta : Erlangga.
Bakta, I Made. 2007. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.

Wulansari, Yulia. 2008. Estimasi Kerugian Ekonomi Akibat Anemia Gizi Besi

diberbagai Provinsi di Indonesia dan Biaya Penanggulangan melalui

Suplementasi. Skripsi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. http://

iirc.ipb.ac.id/jspui/handle/123456789/2254. Diakses pada tanggal 21 September

2017.

22

You might also like