Professional Documents
Culture Documents
2014
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
KABUPATEN BENGKALIS
[EXECUTIVE SUMMARY]
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan, Bukit
Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Kata Pengantar
Pemanasan global merupakan isu lingkungan hidup yang dapat
menyebabkan perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi secara perlahan dalam
jangka waktu yang cukup panjang, antara 50–100 tahun. Walaupun terjadi secara
perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan
mahluk hidup. Dampak yang terjadi antara lain: mencairnya es di kutub, pergeseran
musim, dan peningkatan permukaan air laut. Efek domino yang terjadi akibat
dampak peningkatan air laut adalah abrasi pantai dan rusaknya keanekaragaman
hayati di wilayah pesisir.
Bengkalis, November 2014
Penyusun
Executive Summary
Daftar Isi
DAFTAR ISI I
DAFTAR TABEL II
DAFTAR GAMBAR III
PENDAHULUAN 1
DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT 3
GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS 4
METODOLOGI KAJIAN 5
PERSIAPAN 5
PENGUMPULAN DATA / SURVEI 6
SURVEY LAPANGAN 6
ANALISIS DATA 8
ABRASI 8
FLORA DAN FAUNA 16
ANALISA KUALITAS AIR LAUT 19
ANALISA KUALITAS TANAH 24
Executive Summary i
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
ADAPTASI DAN MITIGASI 25
STRATEGI PROTEKTIF 26
STRATEGI MUNDUR (RETREAT) ATAU DO NOTHING 27
STRATEGI AKOMODATIF 27
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 29
KESIMPULAN 30
REKOMENDASI 31
Daftar Tabel
TABEL 1 PERBANDINGAN BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN HASIL UJI LABORATORIUM DI
KECAMATAN SIAK KECIL ___________________________________________________ 19
TABEL 2 PERBANDINGAN BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN HASIL UJI LABORATORIUM DI
KECAMATAN RUPAT UTARA DAN KECAMATAN BANTAN __________________________ 21
TABEL 3 PERBANDINGAN BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN HASIL UJI LABORATORIUM _________ 23
Executive Summary ii
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Daftar Gambar
GAMBAR 1 CITRA LANDSAT TAHUN 1996, 2002, 2010 DAN 2014 ____________________________ 9
GAMBAR 2 RED GREEN METHOD CITRA LANDSAT _______________________________________ 10
GAMBAR 3 LUAS ABRASI DI KABUPATEN BENGKALIS _____________________________________ 11
GAMBAR 4 LUAS AKRESI DI KABUPATEN BENGKALIS _____________________________________ 12
GAMBAR 5 PANJANG GARIS PANTAI TERABRASI DI KABUPATEN BENGKALIS __________________ 12
GAMBAR 6 PANJANG ABRASI DI KABUPATEN BENGKALIS _________________________________ 13
GAMBAR 7 LAJU ABRASI DI KABUPATEN BENGKALIS _____________________________________ 14
GAMBAR 8 RATA‐RATA LUAS ABRASI, LUAS AKRESI, LUAS DARATAN DAN LAJU ABRASI DI
KABUPATEN BENGKALIS __________________________________________________ 15
GAMBAR 9 ALTERNATIF STRATEGI PENANGANAN KENAIKAN PERMUKAAN ___________________ 26
Executive Summary iii
EXECUTIVE SUMMARY
Pendahuluan
Executive Summary 1
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Terjadi setiap tahun, Keanekaragaman Hayati, Kualitas Air dan Tanah yang ada di
sekitar wilayah pesisir.
a. Pengkajian latar belakang dan dasar pertimbangan perlunya dilakukan Kajian
Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Pesisir
Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat,
Rupat Utara
b. Perumusan tujuan dan sasaran penyusunan Kajian Pemantauan Dampak
Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan
Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat, Rupat Utara
c. Kegiatan survey lapangan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi
mengenai wilayah pesisir Kecamatan Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, Siak
Kecil, Rupat, Rupat Utara.
d. Perumusan kondisi eksisting wilayah pesisir Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat, Rupat Utara.
e. Kegiatan analisis data existing, meliputi analisis permasalahan dan kendala
lapangan serta solusi dan arahan pemulihan lingkungan khususnya wilayah
pesisir.
Executive Summary 2
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
f. Pembahasan dan analisis lain yang diperlukan untuk menyempurnakan hasil
kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Pesisir
Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat,
Rupat Utara.
Dampak perubahan iklim pada lingkungan pesisir dan laut bisa terjadi
dalam beberapa bentuk, antara lain: asidifikasi air laut, meningkatnya suhu
permukaan air laut, meningkatnya permukaan air laut, intensitas dan frekuensi
terjadinya gelombang pasang/tsunami. Dampak turunannya mengakibatkan
kerusakan pada terumbu karang (coral bleaching dan melemahnya struktur
aragonite karang), perendaman atau pergeseran formasi bakau ke arah daratan,
algal heating, menurunnya kemampuan reproduksi ikan, perubahan ratio‐sex pada
penyu dan perubahan susunan rakitan spesies.
Mengingat besarnya kerugian dari kehilangan keanekaragaman sumberdaya
hayati Laut sebagai dampak dari perubahan iklim global, Presiden Indonesia
mengajak lima negara lainnya (Malaysia (Sabah), Filipina, Papua New Guinea,
Kepulauan Solomon dan Timor Leste ) untuk melakukan aksi secara bersama‐sama
dalam melindungi sumberdaya tersebut. Prakarsa ini terkenal dengan sebutan Coral
Triangle Initiative (CTI) yang disambut oleh kelima negara lainnya di wilayah Segi‐
Tiga Karang dan didukung oleh Australia dan Amerika Serikat.
Executive Summary 3
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
(sea scape management), pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan,
penerapan ‘resilient principles’ dalam pembangunan jejaring kawasan konservasi
laut, mitigasi bencana, rehabilitasi pesisir dan perlindungan spesies yang
terancam punah. Semua komponen dalam rencana kerja ditujukan untuk
melindungi ketersedian sumberdaya hayati laut dan mengurangi dampak
kerusakan dari pengaruh perubahan iklim global.
Letak Kabupaten Bengkalis sangat strategis, karena disamping berada di tepi
alur pelayaran internasional yang paling sibuk di dunia, yakni Selat Malaka, juga
berada pada kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia‐Malaysia‐Singapura
(IMS‐GT) dan kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia‐Malaysia‐Thailand
(IMT‐GT).
Sebelah Utara : Selat Malaka
Sebelah Selatan : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti
Sebelah Barat : Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten
Rokan Hulu
Sebelah Timur : Selat Malaka dan Kabupaten Kepulauan Meranti
Executive Summary 4
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
sektor migas seperti minyak bumi maupun non migas, seperti hasil perkebunan,
hasil perikanan dan lain‐lainnya.
Secara Administrasi Pemerintah Kabupaten Bengkalis terdiri dari 8 (delapan)
wilayah Kecamatan, yaitu : Kecamatan Bengkalis (luas 514,00 Km2) , Kecamatan
Bantan (luas 424,40 Km2) , Kecamatan Bukit Batu (1.128,00 Km2) , Kecamatan
Mandau (luas 937,47 Km2), Kecamatan Rupat (luas 896,35 Km2), Kecamatan Rupat
Utara (628,50 Km2), Kecamatan Pinggir (luas 2.503,00 Km2), Kecamatan Siak Kecil
(luas 742,21 Km2). Wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan dataran rendah, rata‐
rata ketinggian antara 2‐6,1 meter diatas permukaan laut, sebagian besar
merupakan tanah organosol, yaitu jenis tanah yang banyak mengandung bahan
organic. Terdapat sungai, tasik (danau) serta pulau besar dan kecil yang berjumlah
17 buah. Adapun pulau‐pulau besar dimaksud, yaitu pulau Rupat (1.524,85 Km2)
Pulau Bengkalis (938,40 Km2). Indonesia memiliki garis pantai terpanjang keempat
di dunia dengan panjang mencapai lebih dari 95.181 kilometer (km).
Metodologi Kajian
Persiapan
Koordinasi dan mobilisasi tim
Persiapan dasar, merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempertajam
serta mendudukan rencana serta metoda pelaksanaan pekerjaan yang riil
akan dilaksanakan. Kegiatan persiapan dasar ini lebih ditekankan pada
Executive Summary 5
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
koordinasi intern dengan pemberi kerja untuk memperoleh kesepakatan
tentang:
o Metoda dan rencana kerja
o Rencana pelaksanaan survei
o Penyiapan perangkat survey : peta tematik untuk penunjang survey,
Ceklist data sekunder, lembar kuesioner dan wawancara
Survey Lapangan
Executive Summary 6
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Pengambilan sampel air dan tanah dapat dilihat pada Peta Lokasi Sampling
pada Gambar 11. Pengambilan Sampek air dan tanah diambil pada Desa Tanjung
Rhu, Desa Batu Panjang, Desa Prapat Tunggal, Desa Muntai, Desa Sepahat dan Desa
Lubuk Muda. Sedangkan untuk identifikasi flora dan fauna dilakukan pada 3 (tiga)
desa yaitu Desa Prapat Tunggal, Desa Muntai dan Desa Sepahat.
Titik‐titik sampling kualitas air disetiap desa dapat dilihat pada gambar 12
sampai dengan gambar 18 dibawah ini.
Executive Summary 7
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Identifikasi Flora dan Fauna
Identifikasi flora dan fauna dilakukan dengan pengamatan langsung ke
lapangan. Identifikasi ini dilakukan di Desa Prapat Tunggal, Desa Muntai dan Desa
Sepahat. Identifikasi yang dilakukan dengan cara pengamatan lapangan dan
wawancara dengan masyarakat setempat. Identifikasi flora dan fauna dilakukan
dengan mendokumentasikan sumber‐sumber dilapangan yang berkaitan dengan
flora yang terdapat di wilayah studi.
Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan: (1) Pendekatan Spasial; (2) Analisis Penentuan
Lebar Abrasi pantai di wilayah pesisir; (3) Analisis eksisting keanekaragaman hayati
pesisir; (4) Analisis kualitas air; (5) Analisis substrat/edafis.
Abrasi
Pada Kajian ini menggunakan citra Landsat 5, Landsat 7 dan Landsat 8.
Pengolahan citra tersebut meliputi pra pengolahan data, koreksi geometrik,
pemisahan awan dan bayangan awan dan Deteksi Perubahan Garis Pantai.
Pra pengolahan data citra meliputi download citra Landsat, Citra yang
digunakan disini yaitu Citra Landsat tahun 1996, 2002, 2010 dan 2014. Citra yang
digunakan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.
Executive Summary 8
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Gambar 1 Citra Landsat Tahun 1996, 2002, 2010 dan 2014
Sebelum melakukan pengolahan data untuk citra, awan dan bayangan awan
harus dihilangkan terlebih dulu.Hal ini dilakukan dengan menjadikan nilainya null.
Pada layer merah (red) menampung data tahun 1996 dan layer hijau (green)
menampung data tahun 2002, serta untuk perubahan garis pantai pada tahun
berikutnya layer merah (red) menampung data tahun 2002 dan layer hijau (green)
Executive Summary 9
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
menampung data tahun 2010 dan seterusnya. Hasil pencampuran warna (aditif),
merah dan kuning mengindikasian perubahan. Data yang cenderung merah
mengindikasikan perubahan obyek atau fenomena yang berkurang.
Pada Gambar 3 dibawah ini dapat dilihat Luas Abrasi yang terjadi di
Kabupaten Bengkalis. Dari data tersebut terlihat bahwa luas abrasi tertinggi terjadi
Executive Summary 10
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
di Kecamatan Bengkalis yang terjadi pada rentang waktu tahun 1996 sampai dengan
2010. Kecamatan Siak Kecil tidak mengalami abrasi pada rentang waktu 1996
sampai dengan 2002 dan 2010 sampai 2014.
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 794624.64 1939905.33 593165.58 0 547276.25 433599.12
Analisis 2002‐2010 1444694.43 3132370.77 1664464.43 47688.46 2326565.33 727848.33
Analisis 2010‐2014 462568.58 1103024.14 149516.16 0 133110.7 593398.49
Jika dilihat pada Gambar 50 luas akresi yang terjadi di Kabupaten Bengkalis
tertinggi adalah di Kecamatan Bengkalis. Pada Kecamatan Rupat tidak ada
mengalami akresi (Penambahan daratan). Penambahan daratan yang terjadi di
Kecamatan bengkalis terjadi dari tahun 1996 sampai dengan 2002, pada rentang ini
Kecamatan Bengkalis mengalami penambahan daratan yang tinggi.
Executive Summary 11
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Gambar 4 Luas Akresi Di Kabupaten Bengkalis
800000
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 129660.15 679821.22 77697.55 0 0 0
Analisis 2002‐2010 107345.11 628206.27 151897.33 59689.94 0 85626.52
Analisis 2010‐2014 0 406495.03 29864.27 23221.21 0 36570.1
Pada Gambar 51 dapat dilihat panjang garis pantai yang terabrasi di
Kabupaten Bengkalis. Dari gambar tersebut dapat dilihat Kecamatan Rupat
merupakan Kecamatan garis pantai terabrasi terpanjang. Pada gambar dapat dilihat
abrasi terparah terjadi pada kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2010.
80000
70000
60000
50000
40000
30000
20000
10000
0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 19324.95 21510.09 17888.18 0 21426.75 13746.05
Analisis 2002‐2010 44872.74 60468.87 58067.91 3030.21 68031.05 30079.09
Analisis 2010‐2014 27170.62 22414.53 5524.41 0 5320.47 17224.74
Executive Summary 12
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Gambar 6 Panjang Abrasi di Kabupaten Bengkalis
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 98.61 197.61 57.78 0 33.49 19.4
Analisis 2002‐2010 83.37 381.97 85.16 12.38 45.38 23.23
Analisis 2010‐2014 5.5 175.72 78.85 0 0 0
Jika dilihat dari panjang abrasi yang terjadi di Kabupaten Bengkalis, maka
Kecamatan Bengkalis merupakan kecamatan yang terparah mengalami abrasi hal ini
dapat dilihat dari panjang pantainya yang terabrasi. Pada gambar 52 dapat dilihat
panjang abrasi yang terjadi per kecamatan di Kabupaten Bengkalis.
Executive Summary 13
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Gambar 7 Laju Abrasi di Kabupaten Bengkalis
60
50
40
30
20
10
0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 16.435 32.935 9.63 0 5.581666667 3.233333333
Analisis 2002‐2010 10.42125 47.74625 10.645 1.5475 5.6725 2.90375
Analisis 2010‐2014 1.375 43.93 19.7125 0 0 0
Pada Gambar 53 dapat dilihat laju abrasi yang terjadi di Kabupaten Bengkalis
dimana kecamatan Bengkalis merupakan kecamatan yang paling tinggi laju
abrasinya. Jika dilihat pada grafik diatas terlihat pada Kecamatan Bukit Batu
mengalami peningkatan laju abrasi setiap tahunnya.
Executive Summary 14
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Gambar 8 Rata-Rata Luas Abrasi, Luas Akresi, Luas Daratan dan Laju
Abrasi di Kabupaten Bengkalis
Luas Abrasi (Ha/th) Luas Akresi (Ha/th)
321925.56 74104.63778
350000 80000
300000 70000
250000 60000
200000 143814.2011
167052.8528 50000
132971.1317
40000
150000 96903.41889
30000 13655.07389
100000 20000 6876.165 4606.185 6200.644444
50000 2649.360556 0
10000
0 0
Luas Daratan (Ha/th) Laju Abrasi (m/th)
105860098.3
120000000 50 41.96111111
100000000 40
80000000 62633891.4
52028242.05 30
60000000
26648251.21
23556587.33 20 10.41555556
12.32166667
40000000 20708629.09
4.381666667
20000000 10 0.687777778 2.368333333
0 0
Pada gambar 54 merupakan rata‐rata luas abrasi, luas akresi, luas daratan
dan laju abrasi yang terjadi di setiap kecamatan di Kabupaten Bengkalis. Dari
gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa abrasi dan akresi di Kabupaten Bengkalis
tertinggi terjadi di Kecamatan Bengkalis. Sedangkan luas daratan tertinggi adalah
pada Kecamatan Bukit Batu. Jika dilihat dari laju abrasi yang terjadi maka siak kecil
paling kecil mengalami abrasi.
Executive Summary 15
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Flora dan Fauna
Pemantauan dan pengamatan kerusakan mangrove pada studi ini dilakukan
pada 3 kecamatan di tiga desa yaitu desa Perapat Tunggal, Desa Muntai dan Desa
Sepahat.
Desa Perapat tunggal adalah desa baru, yang berada di bagian utara Pulau
Bengkalis dengan kondisi sangat memprihatinkan. Desa Prapat Tunggal tidak
terdapat mangrove di sepanjang bibir pantai sehingga berakibat terjadinya abrasi
pantai. Dari tinjauan apangan langsung abrasi yang terjadi diperkirakan 10‐15 m per
tahun. Kawasan Desa Prapat Tunggal sebagian besar dikuasai oleh perusahan kelapa
sawit.
Pada tahun 2008 kawasan pantai Desa Perapat Tunggal pernah dilakukan
penanaman mangrove secara besar besaran, namun akibat kurangnya
pemeliharaan banyak yang mati akibat gelombang dan pasang surut sehingga yang
hidup diperkirakan hanya 20%.
Adapun jenis Ikan yang sering dijumpai nelayan pada perairan Desa Perapat
Tunggal adalah ikan Parang, ikan Biang, Tenggiri, Buntal dan Selayar, Sembilang dan
ikan Lomek.
Hewan Vertebrata yang banyak dijumpai pada pesisir pantai Desa Perapat
Tunggal adalah Beruk/Monyet ekor panjang, Burung Bangau Putih, dan hitam,
Executive Summary 16
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
sedangkan jenis ular yang biasa dijumpai masyarakat setempat adalah Ular Bakau,
Sawo dan Kobra.
Desa Muntai saat ini terpecah menjadi dua yaitu Muntai barat dan Muntai
Timur yang mana pada saat ini Muntai Timur masih menjalani tahap Desa
Percobaan, Jumlah penduduk Desa Muntai keseluruhan diperkirakan lebih 900
kepala keluarga, 400 kepala keluarganya terdapat di Desa Muntai Timur, mata
pencarian Masyarakat Desa Muntai Pada umumnya adalah sebagai Nelayan dan
Berkebun.
Pada kawasan pantai Desa Muntai barat kondisi mangrove sekitarnya cukup
memprihatinkan, jumlah yang tersisa sangat sedikit dan memiliki kerapatan 3‐7
Meter, sehingga dampaknya meningkatkan lajunya abrasi. Jenis mangrove yang
Dominan ditemukan adalah jenis Avicennia Marina dan Avicennia alba.
Berbeda dengan mangrove yang terdapat di Desa Muntai Timur, kondisi
mangrovenya cukup bagus dan memiliki keragaman jenis yang tinggi seperti
Xylocapus granatum, Rhizopora apiculata, Avicennia Marina, Avicennia alba, Nypa
Fruticans, Nibung, Blugueira. Tingkat kerapatannya mencapai 1 m setiap
mangrovenya, namun dengan demikian tidak seluruhnya kawasan pantai Desa
Muntai Timur memiliki kerapatan mangrove yang bagus, ada juga bagian yang tidak
ada terdapat mangrove sama sekali.
Jenis ikan yang sering dijumpai nelayan saat ini adalah ikan Pari, Senangin,
Lomek, Selayang, Tenggiri, Buntal, ikan Parang, Sembilang,Kakap dan Belut Laut,
sedangkan jenis ikan yang sulit ditemui nelayan saat ini adalah ikan Kerapu dan
Kakap merah.
Executive Summary 17
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Jenis moluska yang sering ditemukan adalah Siput Bakau, Kepiting Bakau,
Siput Sedot, Kerang, Lobster, sedangkan yang susah didapatkan saat ini adalah
udang fanname
Hewan yang biasa ditemukan pada kawasan mangrove adalah Monyet Ekor
Panjang, Burung Jalak, Walet, Bangau dan Burung Murai, Ular Bakau, Ular Sawah,
Sanca dan Biawak.
Kondisi mangrove yang ada di Desa Sepahat saat ini sudah masuk dalam
tahap memprihatinkan, dimana tingkat kerapatannya sangat rendah yaitu 4‐7m,
sekitar 70% lebih kawasan pesisir pantai Desa Sepahat tidak terdapat tanaman
mangrove, bagian bibir pantai diDam dan pada bagian belakangnya didominasi
dengan perkebunan sawit masyarakat. Jenis tanaman Mangrove yang mendominasi
pada kawasan pantai Desa Sepahat adalah Avicennia Marina dan Avicennia Alba.
Jenis ikan yang sering didapatkan oleh nelayan setempat adalah Ikan
Senagin, Sembilang, Kakap, Pari, Buntal, Parang sedangkan jenis moluska yang
sering didapatkan adalah Udang, Sibut Bakau, Siput Sedot, Siput Gonggong, dan
Siput Bakau.
Jenis hewan yang biasa terlihat pada kawasan pesisir pantai Desa Sepahat
adalah Burung Jalak, Bangau, Monyet Ekor Panjang, Biawak.
Executive Summary 18
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Analisa Kualitas Air Laut
Baku mutu air laut untuk biota laut dipakai untuk kecamatan Siak Kecil
karena daerah pesisir kecamatan ini diperuntukkan untuk daerah pertanian. Baku
mutu air laut untuk biota laut yang digunakan baku mutu mangrove. Hal ini karena
mangrove mempunyai peran yang sangat penting untuk menahan laju perubahan
iklim. Perbandingan baku mutu air laut untuk biota laut dengan hasil uji di dua titik
sampling pada siak kecil dapat dilihat pada Tabel 48 dibawah ini.
Siak Kecil
No. Parameter Satuan Baku Mutu
SK-01 SK-02
FISIKA
Tidak Tidak
1 Kebauan - Alami3
Berbau Berbau
2 Kecerahan M Mangrove : -
3 Kekeruhan ntu <5
4 Padatan Tersuspensi Totalb Mg/l Mangrove : 80 176 196
Mangrove : 28-
5 Suhuc oC
32(c) 29,0* 29,0*
Executive Summary 19
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Siak Kecil
No. Parameter Satuan Baku Mutu
SK-01 SK-02
6 Sampah - Nihil1(4) Nihil Nihil
7 Lapisan Minyak5 - Nihil1(5) Nihil Nihil
KIMIA
1 pHd - 7-8,5(d) 6,96* 6.66
Mangrove :
2 Salinitase o/oo 24.5 24.7
s/d34(e)
3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l >5
4 BOD5 mg/l 20
5 Ammonia Bebas (NH3-N) mg/l 0,3 0.431 0.257
6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015
7 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008
8 Sianida (CN-) mg/l 0,5
9 Sulfida (H2S) mg/l 0,01 0.027 0.031
10 Senyawa Fenol mg/l 0,002 <0,001 <0,001
11 PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003
12 PCB (poliklor bifenil) µg/l 0,01
13 Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1 0.034 0.051
14 Minyak dan Lemak mg/l 1 <0.1 <0,1
15 Pestisidaf µg/l 0,01
16 TBT (tributil tin)7 µg/l 0,01
LOGAM TERLARUT
1 Raksa (Hg) mg/l 0,001
2 Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,005
3 Arsen (As) mg/l 0,012
4 Kadmium (Cd) mg/l 0,001 <0,001 <0,001
5 Tembaga (Cu) mg/l 0,008 <0,008 <0,008
6 Timbal (Pb) mg/l 0,008 0.149 0.141
7 Seng (Zn) mg/l 0,05 0.03 0.028
8 Nikel (Ni) mg/l 0,05
BIOLOGI
1 Coliform (total)g MPN/100 ml 1000(g) 11,000.0 17,000.0
2 Patogen Sel/100 ml Nihil1
3 Plankton Sel/100 ml tidak bloom6
RADIO NUKLIDA
1 Komposisi yang tidak diketahui Bq/l 4
Catatan:
11,000.0 Melebihi Baku Mutu
Parameter Tidak Diuji
Executive Summary 20
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Pada Tabel 1 dapat dilihat pada Kecamatan Siak Kecil parameter yang
melebihi baku mutu adalah padatan tersuspensi, amonia bebas (NH3‐N), Sulfida
(H2S), Timbal (Pb) dan Coliform (Total).
Executive Summary 21
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Rupat Utara Bantan
Baku
No. Parameter Satuan Tanjung Tanjung
Mutu Muntai-01 Muntai-02
Rhu-01 Rhu-02
PAH (Poliaromatik
10 mg/l 0,003
hidrokarbon)
PCB (poliklor bifenil) µg/l Nihil1
mg/l
Surfaktan (deterjen) 0,001 0.063 0.075 0.076 0.054
MBAS
Minyak dan Lemak mg/l 1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1
Pestisidaf µg/l Nihil 1(f)
LOGAM TERLARUT
1 Raksa (Hg) mg/l 0,002
Kromium heksavalen
2 mg/l 0,002
(Cr(VI))
3 Arsen (As) mg/l 0,025
4 Kadmium (Cd) mg/l 0,002 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001
5 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008
6 Timbal (Pb) mg/l 0,005 0.188 0.198 0.178 0.178
7 Seng (Zn) mg/l 0,095 0.024 0.018 0.017 0.020
8 Nikel (Ni) mg/l 0,075
BIOLOGI
MPN/100
1 E Coliform (faecal) g 200(g)
ml
MPN/100
2 Coliform (total)g 1000(g) 94,000.0 7,900.0 160,000.0 >240.000,0
ml
RADIO NUKLIDA
Komposisi yang tidak
1 Bq/l 4
diketahui
Catatan:
11,000.0 Melebihi Baku Mutu
Parameter Tidak Diuji
Pada Tabel 2 dapat dilihat parameter‐parameter yang melebihi baku mutu di
Kecamatan Rupat Utara dan Kecamatan Bantan. Parameter yang melebihi
bakumutu adalah Padatan Tersuspensi, amonia bebas (NH3‐N), Sulfida (H2S),
Surfaktan (Detergen), Timbal (Pb) dan Coliform (Total).
Executive Summary 22
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
pada Kecamatan Bukit Batu dipengaruhi oleh pelabuhan dan industri dimana pada
Kecamatan Bukit batu akan dibangun kawasan industri Buruk Bakul. Perbandingan
baku mutu air laut dengan hasil uji sampel air laut pada 3 Kecamatan tersebut dapat
dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.
Executive Summary 23
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Bengkalis Bukit Batu Rupat
Baku Batu Batu
No. Parameter Satuan Tanjung Sepahat- Sepahat
Mutu Tanjung Panjang- Panjang-
Jati-02 01 02
Jati-01 01 02
(Cd)
Tembaga
3 mg/l 0,05 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008
(Cu)
4 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0.159 0.163 0.163 0.139 0.178 0.178
5 Seng (Zn) mg/l 0,1 0.035 0.026 0.026 0.021 0.023 0.020
BIOLOGI
Coliform MPN/100
1 1000(f) 35,000.0 22,000.0 28,000.0 17,000.0 92,000.0 13,000.0
(total)f ml
Catatan:
11,000.0 Melebihi Baku Mutu
Parameter Tidak Diuji
Pada Tabel 3 dapat dilihat beberapa parameter yang melebihi baku mutu
untuk perairan pelabuhan. Pada Kecamatan Bengkalis, Kecamatan Bukit Batu dan
Kecamatan Rupat, ketiga kecamatan ini tercemar logam terlarut timbal (melebihi
baku mutu) dan total coliform.
Executive Summary 24
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
mencerminkan kandungan unsur‐unsur dalam tanah. Interaksi diantara beberapa
unsur‐unsur itu sendiri dapat menjadi hambatan penyerapan kandungan unsur‐
unsur esensial dalam tanaman.
Faktor yang mempengaruhi penggunaan tanah untuk pertanian, perkebunan
dan kehutanan, yaitu:
Parameter tanah yang ditetapkan sebagai baku mutu tanah sangat terkait
dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan, oleh karena itu penentuan parameter
baku mutu tanah secara umum sulit ditentukan.
Masalah variabilitas iklim kini dan mendatang dijadikan sebagai salah satu
peubah penting dalam menentukan dasar perencanaan pembangunan nasional baik
jangka pendek, menengah dan panjang. Menghadapi perubahan iklim, sistem
peningkatan ketahanan dalam masyarakat untuk mengurangi resiko bahaya
perubahan iklim dilakukan melalui upaya adaptasi dan mitigasi.
Executive Summary 25
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Adaptasi merupakan tindakan penyesuaian sistem alam dan sosial untuk
menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim. Mitigasi dilakukan pada upaya
mengurangi sumber gas‐gas rumah kaca dan peningkatannya, agar proses
pembangunan tidak terhambat dan tujuan pembangunan berkelanjutan dapat
tercapai.
Bentuk adaptasi yang dapat dilakukan oleh penduduk di wilayah pesisir
untuk menyikapi dampak perubahan iklim dengan menurunkan 3 strategi utama
(Gambar 9) yakni (Diposaptono, 2009):
Strategi Protektif
Executive Summary 26
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Bentuk perlindungan dapat dilakukan dengan membuat bangunan berupa
tembok pelindung di sepanjang pantai. Namun pilihan ini di samping membutuhkan
biaya yang besar, juga dapat memicu terjadinya erosi dan sedimentasi di wilayah
pesisir. Pilihan lain yang diyakini lebih baik untuk melindungi daerah pesisir dari
ancaman peristiwa perubahan iklim adalah dengan membuat tumpukan dari pasir,
menciptakan daerah wetland atau menanam pohon di tepi pantai.
Strategi ini merupakan strategi yang paling pesimistik. Strategi ini dengan
tidak melawan proses dinamika alami yang terjadi, tetapi mengalah pada proses
alam dan menyesuaikan peruntukkan sesuai dengan kondisi perubahan alam yang
terjadi akibat kenaikan paras muka air laut. Adapun sebagai salah satu bentuk
program dari strategi ini yakni berupa relokasi penduduk pada kawasan yang
memiliki kerawanan kenaikan paras permukaan air laut.
Retreat bermakna pindah ke daerah yang lebih baik atau aman kondisinya
atau pilihan yang paling sederhana ialah membangun hunian yang jauh dari tepi
pantai. Bentuk adaptasi dapat juga dilakukan dengan membuat regulasi yang
mengatur tentang ukuran, kepadatan dan bentuk bangunan di daerah yang
permukaannya kurang stabil.
Strategi Akomodatif
Strategi ini berusaha menyesuaikan dengan perubahan alam akibat kenaikan
paras permukaan air laut dengan memanfaatkan morfodinamika karakteristik
wilayah pesisir tersebut. Sebagai contoh yakni antisipasi yang dilakukan untuk
kawasan pemukiman di wilayah pesisir dengan membuat rumah panggung yang
Executive Summary 27
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
didukung dengan dikembangkan mangrove sebagai buffer di sempadan pantai yang
ada.
Executive Summary 28
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
mengandalkan penginderaan jarak jauh melalui satelit untuk mengetahui posisi dan
karakteristik ikan.
Executive Summary 29
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Kesimpulan
Executive Summary 30
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Air laut Kabupaten Bengkalis dicemari oleh logam terlarut Timbal (Pb) dan
coliform (Total) yang tinggi. Pencemaran ini sangat tinggi diatas baku mutu
perairan.
Keadaan kualitas tanah di sepanjang pesisir Kabupaten bengkalis merupakan
tanah dengan pH tanah masam.
Dari analisis tekstur tanah di Kabupaten Bengkalis, jenis tanah yang ada di
pesisir pantai adalah tanah liat, liat berdebu, lempung dan tanah liat
berlempung.
Perubahan iklim bersifat merubah siklus alam sehingga perlu ada strategi yang
harus dilakukan (terutama oleh manusia) untuk menekan faktor‐faktor pemicu
perubahan iklim sebagai strategi mitigasi. Namun, karena perubahan iklim
tersebut telah dan sedang terjadi, maka perlu dilakukan strategi adaptasi.
Dampak yang semakin nyata yang terlihat pada peningkatan suhu, naiknya
permukaan laut, berubahnya musim, menyebabkan sumberdaya alam dan
lingkungan semakin rentan.
Rekomendasi
Bagi Pemerintah Kabupaten Bengkalis
o Agar segera menerapkan berbagai kebijakan dan strategi dalam upaya
mitigasi/adaptasi di Wilayah Pesisir Bengkalis terhadap potensi dampak
perubahan iklim, dengan melalui zonasi dan regulasi kawasan.
o Pemerintah harus bersifat proaktif untuk mengawali penanganan
dampak perubahan iklim. Adapun yang perlu dilakukan yakni:
Executive Summary 31
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
Inventarisasi aset daerah pada kawasan yang diprediksi beresiko
terdampak kenaikan air laut tersebut.
Memberikan pemahaman mitigasi dan adaptasi terhadap
masyarakat lokal sehingga masyarakat akan menyadari betul
langkah‐langkah yang harus diambil dalam menghadapi potensi
abrasi di sepanjang pesisir Kabupaten Bengkalis.
Menetapkan kebijakan/regulasi yang bertujuan untuk
memisahkan kawasan yang akan dipertahankan dan kawasan
tidak dipertahankan dalam menghadapi dampak perubahan iklim
tersebut.
Pemerintah Kabupaten harus memulai memikirkan model
pendanaan dalam upaya mitigasi dan adaptasi pada Wilayah
Pesisir Kabupaten Bengkalis sehingga kedepan potensi bencana
ini sudah memiliki pos anggaran pembiayaannya.
Bagi Masyarakat Lokal
o Masyarakat harus lebih memperkuat sistem kelembagaan penanganan
potensi dampak perubahan iklim tersebut. Contoh kongkritnya yakni
dengan mengembangkan lembaga masyarakat/paguyuban siaga
bencana khusus mengantisipasi permasalahan ini.
o Adanya kelembagaan siaga perubahan iklim yang aktif dan kuat tersebut,
diharapkan masyarakat akan berpartipasi secara nyata dalam
mengantisipasi masalah tersebut. Sebagai contoh yang dapat dilakukan
oleh lembaga masyarakat siaga dampak perubahan iklim yakni dengan
menggalakan program penanaman barier pantai/mangrove atau ikut
serta dalam upaya mempertahankan kawasan yang dinilai strategis oleh
Kabupaten Bengkalis melalui peninggian kawasan, pembangunan tanggul
dan sebagainya sesuai dengan kemampuan pendanaan masyarakat
Executive Summary 32
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara
(pendanaan swadaya, pendanaan bantuan pemerintah kota, pendanaan
sharing dan investor).
o Masyarakat harus proaktif, reaktif dan patuh terhadap kebijakan/strategi
yang akan digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkalis dalam
menghadapi resiko perubahan iklim ini. Tanpa sikap tersebut,
kebijakan/strategi pemerintah akan sulit untuk diimplementasikan.
Sebagai contoh jika pemerintah menetapkan tempat tinggal masyarakat
yang ada untuk dipindahkan, masyarakat diharapkan taat terhadap
kebijakan tersebut. Sedangkan hal‐hal yang dapat mendukung strategi
kebijakan tersebut dapat dilakukan diskusi/musyawarah antara
masyarakat dan pemerintah kota. Dengan adanya hal ini diharapkan
dampak perubahan iklim tersebut kepada masyarakat lokal dapat
diminimalisasi.
Executive Summary 33