You are on page 1of 38

 

2014
   

BADAN LINGKUNGAN HIDUP 

  KABUPATEN BENGKALIS 
 

[EXECUTIVE SUMMARY]
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan, Bukit 
Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 
 

Kata Pengantar
Pemanasan  global  merupakan  isu  lingkungan  hidup  yang  dapat 
menyebabkan  perubahan  iklim.  Perubahan  iklim  terjadi  secara  perlahan  dalam 
jangka  waktu  yang  cukup  panjang,  antara  50–100  tahun.  Walaupun  terjadi  secara 
perlahan, perubahan iklim memberikan dampak yang sangat besar pada kehidupan 
mahluk hidup. Dampak yang terjadi antara lain: mencairnya es di kutub, pergeseran 
musim,  dan  peningkatan  permukaan  air  laut.  Efek  domino  yang  terjadi  akibat 
dampak  peningkatan  air  laut  adalah  abrasi  pantai  dan  rusaknya  keanekaragaman 
hayati di wilayah pesisir. 

Wilayah  Kabupaten  Bengkalis  merupakan  dataran  rendah,  rata‐rata 


ketinggian  antara  1  –  6,1  meter  diatas  permukaan  laut.  Beberapa  kecamatan  di 
kabupaten  ini  termasuk  kedalam  kecamatan  pesisir  yang  mempunyai  garis  pantai 
cukup  panjang.  Kondisi  pesisir  Kabupaten  Bengkalis  dewasa  ini  banyak  mengalami 
perubahan  atau  degradasi  disebabkan  berbagai  faktor,  salah  satunya  adalah 
perubahan iklim. 

Kajian  ini  bertujuan  untuk  memantau  dampak  perubahan  iklim  terhadap 


sumberdaya  pesisir  Kabupaten  Bengkalis  khususnya  kecamatan‐kecamatan  yang 
mempunyai wilayah pinggiran pantai dilihat dari luas dan laju abrasi pantai; kondisi 
keanekaragaman hayati yang ada; serta kualitas air dan tanahnya. Diharapkan hasil 
kajian ini dapat memberikan informasi‐informasi yang berguna bagi semua pihak. 

Bengkalis, November 2014 

Penyusun 

Executive Summary
 

Daftar Isi
 

DAFTAR ISI  I 

DAFTAR TABEL  II 

DAFTAR GAMBAR  III 

PENDAHULUAN  1 

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT  3 

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS  4 

METODOLOGI KAJIAN  5 

PERSIAPAN  5 
PENGUMPULAN DATA / SURVEI  6 
SURVEY LAPANGAN  6 
ANALISIS DATA  8 

ABRASI  8 

FLORA DAN FAUNA  16 

ANALISA KUALITAS AIR LAUT  19 

ANALISA KUALITAS TANAH  24 

Executive Summary i
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
ADAPTASI DAN MITIGASI  25 

STRATEGI PROTEKTIF  26 
STRATEGI MUNDUR (RETREAT) ATAU DO NOTHING  27 
STRATEGI AKOMODATIF  27 

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI  29 

KESIMPULAN  30 
REKOMENDASI  31 

Daftar Tabel
TABEL 1  PERBANDINGAN  BAKU  MUTU  AIR  LAUT  DENGAN  HASIL  UJI  LABORATORIUM  DI 
KECAMATAN SIAK KECIL  ___________________________________________________ 19 
TABEL 2   PERBANDINGAN  BAKU  MUTU  AIR  LAUT  DENGAN  HASIL  UJI  LABORATORIUM  DI 
KECAMATAN RUPAT UTARA DAN KECAMATAN BANTAN __________________________ 21 
TABEL 3   PERBANDINGAN BAKU MUTU AIR LAUT DENGAN HASIL UJI LABORATORIUM  _________ 23 

Executive Summary ii
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
 

Daftar Gambar
GAMBAR  1  CITRA LANDSAT TAHUN 1996, 2002, 2010 DAN 2014 ____________________________ 9 
GAMBAR  2  RED GREEN METHOD CITRA LANDSAT _______________________________________ 10 
GAMBAR  3  LUAS ABRASI DI KABUPATEN BENGKALIS _____________________________________ 11 
GAMBAR  4  LUAS AKRESI DI KABUPATEN BENGKALIS _____________________________________ 12 
GAMBAR  5  PANJANG GARIS PANTAI TERABRASI DI KABUPATEN BENGKALIS __________________ 12 
GAMBAR  6  PANJANG ABRASI DI KABUPATEN BENGKALIS _________________________________ 13 
GAMBAR  7  LAJU ABRASI DI KABUPATEN BENGKALIS _____________________________________ 14 
GAMBAR  8  RATA‐RATA  LUAS  ABRASI,  LUAS  AKRESI,  LUAS  DARATAN  DAN  LAJU  ABRASI  DI 
KABUPATEN BENGKALIS __________________________________________________ 15 
GAMBAR  9  ALTERNATIF STRATEGI PENANGANAN KENAIKAN PERMUKAAN ___________________ 26 

   

Executive Summary iii
 

EXECUTIVE SUMMARY

Pendahuluan

Berdasarkan  Undang‐Undang  Republik  Indonesia  Nomor  :  32  tahun  2009 


tentang  Perlindungan  Dan  Pengelolaan  Lingkungan  Hidup  maka  yang  dimaksud 
dengan  Perubahan  Iklim  adalah  berubahnya  iklim  yang  diakibatkan  langsung  atau 
tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi 
atmosfir  secara  global  dan  selain  itu  juga  berupa  perubahan  variabilitas  iklim 
alamiah  yang  teramati  pada  kurun  waktu  yang  dapat  dibandingkan,  yang  dapat 
menimbulkan  dampak  terhadap  lingkungan  yaitu  pengaruh  perubahan  pada 
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh alam maupun usaha dan/atau kegiatan oleh 
manusia. 

Penyusunan  Kajian  ini  berdasarkan  Undang  Undang  Republik  Indonesia 


Nomor  27  Tahun  2007  tentang  Pengelolaan  Wilayah  Pesisir  dan  Pulau‐pulau  Kecil 
bahwa  Pemerintah  dan  Pemerintah  Daerah  wajib  mengelola  data  dan  informasi 
mengenai  Wilayah  Pesisir  dan  Pulau‐Pulau  Kecil.  Dalam  upaya  ketersediaan 
informasi tentang wilayah pesisir di Kecamatan Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, Siak 
Kecil,  Rupat  dan  Rupat  Utara  maka  perlu  dilakukan  Kajian  Pemantauan  Dampak 
Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Pesisir Bengkalis. 

Tujuan  dari  Penyusunan  Kajian  Pemantauan  Dampak  Perubahan  Iklim 


terhadap Sumberdaya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, 
Siak Kecil, Rupat, Rupat Utara, adalah mengetahui Luas dan Laju Abrasi Pantai yang 

Executive Summary 1
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Terjadi  setiap  tahun,  Keanekaragaman  Hayati,  Kualitas  Air  dan  Tanah  yang  ada  di 
sekitar wilayah pesisir. 

Sasaran  yang  hendak  dicapai  dengan  adanya  kegiatan  ini,  tersedianya 


informasi  tentang  luas  dan  laju  abrasi  wilayah  pesisir  setiap  tahunnya,  data 
keanekaragaman hayati di wilayah pesisir dan terpantaunya kualitas air dan tanah 
di wilayah pesisir. 

Ruang  lingkup  Kajian  Pemantauan  Dampak  Perubahan  Iklim  terhadap 


Sumberdaya  Pesisir  Bengkalis  di  Kecamatan  Bengkalis,  Bantan,  Bukit  Batu,  Siak 
Kecil, Rupat, Rupat Utara ini yaitu sebagai berikut : 

a. Pengkajian latar belakang dan dasar pertimbangan perlunya dilakukan Kajian 
Pemantauan  Dampak  Perubahan  Iklim  Terhadap  Sumber  Daya  Pesisir 
Bengkalis  di  Kecamatan  Bengkalis,  Bantan,  Bukit  Batu,  Siak  Kecil,  Rupat, 
Rupat Utara  
b. Perumusan  tujuan  dan  sasaran  penyusunan  Kajian  Pemantauan  Dampak 
Perubahan  Iklim  Terhadap  Sumber  Daya  Pesisir  Bengkalis  di  Kecamatan 
Bengkalis, Bantan, Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat, Rupat Utara 
c. Kegiatan survey lapangan untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi 
mengenai  wilayah  pesisir  Kecamatan  Bengkalis,  Bantan,  Bukit  Batu,  Siak 
Kecil, Rupat, Rupat Utara. 
d. Perumusan  kondisi  eksisting  wilayah  pesisir  Kecamatan  Bengkalis,  Bantan, 
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat, Rupat Utara. 
e. Kegiatan  analisis  data  existing,  meliputi  analisis  permasalahan  dan  kendala 
lapangan  serta  solusi  dan  arahan  pemulihan  lingkungan  khususnya  wilayah 
pesisir. 

Executive Summary 2
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
f. Pembahasan dan analisis lain yang diperlukan untuk menyempurnakan hasil 
kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Pesisir 
Bengkalis  di  Kecamatan  Bengkalis,  Bantan,  Bukit  Batu,  Siak  Kecil,  Rupat, 
Rupat Utara. 

Dampak Perubahan Iklim terhadap Lingkungan Pesisir


dan Laut

Dampak  perubahan  iklim pada lingkungan  pesisir  dan  laut  bisa  terjadi 
dalam  beberapa  bentuk,  antara  lain:  asidifikasi  air  laut,  meningkatnya  suhu 
permukaan  air  laut,  meningkatnya  permukaan  air  laut,  intensitas    dan    frekuensi 
terjadinya  gelombang  pasang/tsunami.  Dampak  turunannya  mengakibatkan 
kerusakan  pada  terumbu  karang  (coral  bleaching  dan  melemahnya  struktur 
aragonite  karang),  perendaman  atau  pergeseran  formasi  bakau  ke  arah  daratan, 
algal heating, menurunnya kemampuan reproduksi ikan, perubahan ratio‐sex pada 
penyu dan perubahan susunan rakitan spesies. 

Mengingat besarnya kerugian dari kehilangan keanekaragaman sumberdaya 
hayati  Laut  sebagai  dampak  dari  perubahan  iklim  global,  Presiden  Indonesia 
mengajak  lima  negara  lainnya  (Malaysia  (Sabah),  Filipina,  Papua  New  Guinea, 
Kepulauan Solomon dan Timor Leste ) untuk melakukan aksi secara bersama‐sama  
dalam melindungi sumberdaya tersebut. Prakarsa ini terkenal dengan sebutan Coral 
Triangle  Initiative  (CTI)  yang  disambut  oleh  kelima  negara  lainnya  di  wilayah  Segi‐
Tiga Karang dan didukung oleh Australia dan Amerika Serikat. 

Rencana  adaptasi  pembangunan  wilayah  pesisir  dan  kelautan  terhadap 


dampak  perubahan  iklim  global  terdiri  dari  komponen:  pengelolaan  bentang  laut 

Executive Summary 3
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
(sea  scape  management),  pendekatan  ekosistem  dalam  pengelolaan  perikanan, 
penerapan  ‘resilient  principles’  dalam  pembangunan  jejaring  kawasan    konservasi  
laut,    mitigasi    bencana,    rehabilitasi    pesisir    dan    perlindungan    spesies    yang 
terancam  punah.    Semua    komponen    dalam  rencana    kerja    ditujukan  untuk  
melindungi    ketersedian  sumberdaya  hayati  laut  dan  mengurangi  dampak 
kerusakan dari pengaruh perubahan iklim global. 

Gambaran Umum Kabupaten Bengkalis

Letak Kabupaten Bengkalis sangat strategis, karena disamping berada di tepi 
alur  pelayaran  internasional  yang  paling  sibuk  di  dunia,  yakni  Selat  Malaka,  juga 
berada pada kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia‐Malaysia‐Singapura 
(IMS‐GT) dan kawasan segitiga pertumbuhan Ekonomi Indonesia‐Malaysia‐Thailand 
(IMT‐GT). 

Kabupaten  Bengkalis  memilki  luas  7.773,93  Km2  yang  wilayahnya  berada 


pada  posisi  2°7'37,2"LU  ‐  0°55'33,6"LU  dan  100°57'57,6"BT  ‐  102°30'25,2"BT, 
dengan batas‐batas sebagai berikut:  

 Sebelah Utara  :  Selat Malaka  
 Sebelah Selatan   :  Kabupaten Siak dan Kabupaten Kepulauan Meranti 
 Sebelah Barat   :  Kota  Dumai,  Kabupaten  Rokan  Hilir  dan  Kabupaten 
Rokan Hulu  
 Sebelah Timur  :  Selat Malaka dan Kabupaten Kepulauan Meranti  

Disamping  letaknya  yang  strategis  Kabupaten  Bengkalis  menyimpan 


sumberdaya  alam  yang  cukup  besar  bahkan  kekayaan  alam  bumi  Bengkalis,  baik 

Executive Summary 4
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
sektor  migas  seperti  minyak  bumi  maupun  non  migas,  seperti  hasil  perkebunan, 
hasil perikanan dan lain‐lainnya. 

Secara Administrasi Pemerintah Kabupaten Bengkalis terdiri dari 8 (delapan) 
wilayah  Kecamatan,  yaitu  :  Kecamatan  Bengkalis  (luas  514,00  Km2)  ,  Kecamatan 
Bantan  (luas  424,40  Km2)  ,  Kecamatan  Bukit  Batu  (1.128,00  Km2)  ,  Kecamatan 
Mandau (luas 937,47 Km2), Kecamatan Rupat (luas 896,35 Km2), Kecamatan Rupat 
Utara  (628,50  Km2),  Kecamatan  Pinggir  (luas  2.503,00  Km2),  Kecamatan  Siak  Kecil 
(luas 742,21 Km2). Wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan dataran rendah, rata‐
rata  ketinggian  antara  2‐6,1  meter  diatas  permukaan  laut,  sebagian  besar 
merupakan  tanah  organosol,  yaitu  jenis  tanah  yang  banyak  mengandung  bahan 
organic. Terdapat sungai, tasik (danau) serta pulau besar dan kecil yang berjumlah 
17  buah.  Adapun  pulau‐pulau  besar  dimaksud,  yaitu  pulau  Rupat  (1.524,85  Km2) 
Pulau Bengkalis (938,40 Km2).  Indonesia  memiliki garis pantai  terpanjang keempat 
di dunia dengan panjang mencapai lebih dari 95.181 kilometer (km).  

Metodologi Kajian

Persiapan

Pada  tahap  ini  dilakukan  persiapan  untuk  pelaksanaan  pekerjaan  dengan 


menyiapkan data awal, mobilisasi tenaga ahli dan peralatan dan metode pekerjaan.  

 Koordinasi dan mobilisasi tim 
 Persiapan  dasar,  merupakan  kegiatan  yang  dilakukan  untuk  mempertajam 
serta  mendudukan  rencana  serta  metoda  pelaksanaan  pekerjaan  yang  riil 
akan  dilaksanakan.  Kegiatan  persiapan  dasar  ini  lebih  ditekankan  pada 

Executive Summary 5
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
koordinasi  intern  dengan  pemberi  kerja  untuk  memperoleh  kesepakatan 
tentang:  
o Metoda dan rencana kerja  
o Rencana pelaksanaan survei 
o Penyiapan perangkat survey : peta tematik untuk penunjang survey, 
Ceklist data sekunder, lembar kuesioner dan wawancara 

Keseluruhan  proses  pada  tahap  persiapan  selanjutnya  dituangkan  dalam 


bentuk design survei sebagai alat bagi pelaksanaan survei pada tahap selanjutnya.  

Pengumpulan Data / Survei

Tahap  ini  merupakan  tahap  dimana  dilakukan  survei  lapangan  untuk 


mengumpulkan  data  dan  informasi  yang  diperlukan  untuk  mengetahui  kondisi 
wilayah  pesisir  Kabupaten  Bengkalis.  Pokok  kegiatan  pada  tahap  ini  adalah  :  (a) 
pengumpulan data dengan melakukan  survei lapangan; (b) pengadaan peta sesuai 
yang dibutuhkan; (c) interview dan wawancara. 

Survey Lapangan

Kegiatan  survey  lapangan  dimaksudkan  untuk  pengukuran  kualitas  air  dan 


tanah serta mengidentifikasi flora dan fauna. Survey dan pengamatan ini dilakukan 
untuk  membandingkan  keadaan  saat  ini  dengan  keadaan  sebelumnya,  sehingga 
akan dapat ditarik kesimpulan pengaruh iklim terhadap sumber daya pesisir. Survey 
lapangan  dilakukan  dengan  menggunakan  peralatan  survey  berupa  GPS  (Global 
positioning system), kamera, formulir survey, peralatan untuk penelitian kualitas air 
laut dan kualitas tanah dan wawancara dengan penduduk setempat.  

Executive Summary 6
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Pengambilan sampel air dan tanah dapat dilihat pada Peta Lokasi Sampling 
pada  Gambar  11.  Pengambilan  Sampek  air  dan  tanah  diambil  pada  Desa  Tanjung 
Rhu, Desa Batu Panjang, Desa Prapat Tunggal, Desa Muntai, Desa Sepahat dan Desa 
Lubuk  Muda.  Sedangkan  untuk  identifikasi  flora  dan  fauna  dilakukan  pada  3  (tiga) 
desa yaitu Desa Prapat Tunggal, Desa Muntai dan Desa Sepahat.  

Pengukuran Kualitas Air


Pada  studi  ini  dilakukan  pengukuran  kualitas  air  pada  12  titik  pengamatan. 
Kualitas  air  yang  diamati  adalah  air  laut  pada  daerah  pengamatan.  Pengamatan 
dilakukan di Kelurahan Lubuk Muda Kecamatan Siak Kecil, Tanjung Jati Desa Prapat 
Tunggal,  Muntai,  Sepahat,  Batu  Panjang  dan  Tanjung  Rhu.  Koordinat  pengambilan 
titik sampel dapat dilihat pada Tabel 15. 

Pengukuran  kualitas  air  dilakukan  dengan  metode  eksitu  (diukur 


dilaboratorium).  Metode  eksitu  dilakukan  dengan  cara  sampel  air  didinginkan 
dengan ice box dan diberi bahan kimia pengawet.  

Titik‐titik  sampling  kualitas  air  disetiap  desa  dapat  dilihat  pada  gambar  12 
sampai dengan gambar 18 dibawah ini. 

Pengukuran Kualitas Tanah


Pengambilan sampel kualitas tanah dilakukan pada 12 titik di 6 kecamatan. 
Pengambilan  sampel  kualitas  tanah  dilakukan  untuk  pengamatan  beberapa 
paramater seperti pH, bahan organik, Karbon organik (C), Nitrogen total, Kejenuhan 
Basah (KTK), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kalium (K), Natrium (Na), Timbal (Pb), 
tembaga  (Cu),  Kadmium  (Cd),  Seng  (Zn),  Posphat  total  (P2O5)  dan  tekstur  tanah. 
Pengukuran  parameter‐parameter  ini  dilakukan  di  Laboratorium.  Titik‐titik 
pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 16. 

Executive Summary 7
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Identifikasi Flora dan Fauna
Identifikasi  flora  dan  fauna  dilakukan  dengan  pengamatan  langsung  ke 
lapangan.  Identifikasi  ini  dilakukan  di  Desa  Prapat  Tunggal,  Desa  Muntai  dan  Desa 
Sepahat.  Identifikasi  yang  dilakukan  dengan  cara  pengamatan  lapangan  dan 
wawancara  dengan  masyarakat  setempat.  Identifikasi  flora  dan  fauna  dilakukan 
dengan  mendokumentasikan  sumber‐sumber  dilapangan  yang  berkaitan  dengan 
flora yang terdapat di wilayah studi. 

Gambar  19  sampai  dengan  gambar  21  memperlihatkan  kondisi  eksisting 


ekosistem pesisir yang berada di 3 titik pengamatan yaitu di Muntai, Prapat Tunggal 
dan Sepahat.  

Analisis Data

Pada  tahap  ini  dilakukan:  (1)  Pendekatan  Spasial;  (2)  Analisis  Penentuan 
Lebar Abrasi pantai di wilayah pesisir; (3) Analisis eksisting keanekaragaman hayati 
pesisir; (4) Analisis kualitas air; (5) Analisis substrat/edafis. 

Abrasi

Pada  Kajian  ini  menggunakan  citra  Landsat  5,  Landsat  7  dan  Landsat  8. 
Pengolahan  citra  tersebut  meliputi  pra  pengolahan  data,  koreksi  geometrik, 
pemisahan awan dan bayangan awan dan Deteksi Perubahan Garis Pantai.  

Pra  pengolahan  data  citra  meliputi  download  citra  Landsat,  Citra  yang 
digunakan  disini  yaitu  Citra  Landsat  tahun  1996,  2002,  2010  dan  2014.  Citra  yang 
digunakan dapat dilihat pada Gambar dibawah ini. 

Executive Summary 8
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Gambar 1 Citra Landsat Tahun 1996, 2002, 2010 dan 2014

Koreksi  geometrik  dilakukan  untuk  memperbaiki  dan  menyesuaikan  efek 


rotasi bumi pada sumbunya selama pengambilan citra dan untuk meregistrasi citra 
tersebut  pada  sistem  koordinat  yang  sudah  diketahui,  dalam  penelitian  ini  sistem 
koordinat yang digunakan adalah Universal Transverse Mercator (UTM). 

Sebelum melakukan pengolahan data untuk citra, awan dan bayangan awan 
harus dihilangkan terlebih dulu.Hal ini dilakukan dengan menjadikan nilainya null. 

Untuk  mendeteksi  perubahan  garis  pantai  digunakan  teknik  Red  Green 


Method.Teknik  ini  menggabungkan  dua  layer  yang  terdiri  dari  layer  merah  dan 
hijau. Layer‐layer tersebut berisikan data yang sama untuk tahun yang berbeda.  

Pada layer merah (red) menampung data tahun 1996 dan layer hijau (green) 
menampung  data  tahun  2002,  serta  untuk  perubahan  garis  pantai  pada  tahun 
berikutnya layer merah (red) menampung data tahun 2002 dan layer hijau (green) 

Executive Summary 9
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
menampung  data  tahun  2010  dan  seterusnya.  Hasil  pencampuran  warna  (aditif), 
merah  dan  kuning  mengindikasian  perubahan.  Data  yang  cenderung  merah 
mengindikasikan perubahan obyek atau fenomena yang berkurang. 

Gambar 2 Red Green Method Citra Landsat

Pada  Gambar  3  dibawah  ini  dapat  dilihat  Luas  Abrasi  yang  terjadi  di 
Kabupaten Bengkalis. Dari data tersebut terlihat bahwa luas abrasi tertinggi terjadi 

Executive Summary 10
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
di Kecamatan Bengkalis yang terjadi pada rentang waktu tahun 1996 sampai dengan 
2010.  Kecamatan  Siak  Kecil  tidak  mengalami  abrasi  pada  rentang  waktu  1996 
sampai dengan 2002 dan 2010 sampai 2014.  

Gambar 3 Luas Abrasi di Kabupaten Bengkalis

3500000

3000000

2500000

2000000

1500000

1000000

500000

0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 794624.64 1939905.33 593165.58 0 547276.25 433599.12
Analisis 2002‐2010 1444694.43 3132370.77 1664464.43 47688.46 2326565.33 727848.33
Analisis 2010‐2014 462568.58 1103024.14 149516.16 0 133110.7 593398.49
 

Jika dilihat pada Gambar 50 luas akresi yang terjadi di Kabupaten Bengkalis 
tertinggi  adalah  di  Kecamatan  Bengkalis.  Pada  Kecamatan  Rupat  tidak  ada 
mengalami  akresi  (Penambahan  daratan).  Penambahan  daratan  yang  terjadi  di 
Kecamatan bengkalis terjadi dari tahun 1996 sampai dengan 2002, pada rentang ini 
Kecamatan Bengkalis mengalami penambahan daratan yang tinggi.  

Executive Summary 11
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Gambar 4 Luas Akresi Di Kabupaten Bengkalis

800000

700000

600000

500000

400000

300000

200000

100000

0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 129660.15 679821.22 77697.55 0 0 0
Analisis 2002‐2010 107345.11 628206.27 151897.33 59689.94 0 85626.52
Analisis 2010‐2014 0 406495.03 29864.27 23221.21 0 36570.1
 

Pada  Gambar  51  dapat  dilihat  panjang  garis  pantai  yang  terabrasi  di 
Kabupaten  Bengkalis.  Dari  gambar  tersebut  dapat  dilihat  Kecamatan  Rupat 
merupakan Kecamatan garis pantai terabrasi terpanjang. Pada gambar dapat dilihat 
abrasi terparah terjadi pada kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2010.  

Gambar 5 Panjang Garis Pantai Terabrasi di Kabupaten Bengkalis

80000

70000

60000

50000

40000

30000

20000

10000

0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 19324.95 21510.09 17888.18 0 21426.75 13746.05
Analisis 2002‐2010 44872.74 60468.87 58067.91 3030.21 68031.05 30079.09
Analisis 2010‐2014 27170.62 22414.53 5524.41 0 5320.47 17224.74
 

Executive Summary 12
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Gambar 6 Panjang Abrasi di Kabupaten Bengkalis

450

400

350

300

250

200

150

100

50

0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 98.61 197.61 57.78 0 33.49 19.4
Analisis 2002‐2010 83.37 381.97 85.16 12.38 45.38 23.23
Analisis 2010‐2014 5.5 175.72 78.85 0 0 0
 

Jika  dilihat  dari  panjang  abrasi  yang  terjadi  di  Kabupaten  Bengkalis,  maka 
Kecamatan Bengkalis merupakan kecamatan yang terparah mengalami abrasi hal ini 
dapat  dilihat  dari  panjang  pantainya  yang  terabrasi.  Pada  gambar  52  dapat  dilihat 
panjang abrasi yang terjadi per kecamatan di Kabupaten Bengkalis.  

Executive Summary 13
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Gambar 7 Laju Abrasi di Kabupaten Bengkalis

60

50

40

30

20

10

0
Bantan Bengkalis Bukit Batu Siak Kecil Rupat Rupat Utara
Analisis 1996‐2002 16.435 32.935 9.63 0 5.581666667 3.233333333
Analisis 2002‐2010 10.42125 47.74625 10.645 1.5475 5.6725 2.90375
Analisis 2010‐2014 1.375 43.93 19.7125 0 0 0
 

Pada Gambar 53 dapat dilihat laju abrasi yang terjadi di Kabupaten Bengkalis 
dimana  kecamatan  Bengkalis  merupakan  kecamatan  yang  paling  tinggi  laju 
abrasinya.  Jika  dilihat  pada  grafik  diatas  terlihat  pada  Kecamatan  Bukit  Batu 
mengalami peningkatan laju abrasi setiap tahunnya.  

Executive Summary 14
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Gambar 8 Rata-Rata Luas Abrasi, Luas Akresi, Luas Daratan dan Laju
Abrasi di Kabupaten Bengkalis

Luas Abrasi (Ha/th)  Luas Akresi (Ha/th) 
321925.56  74104.63778 
350000 80000
300000 70000
250000 60000
200000 143814.2011 
167052.8528  50000
132971.1317 
40000
150000 96903.41889 
30000 13655.07389 
100000 20000 6876.165  4606.185  6200.644444 
50000 2649.360556  0 
10000
0 0

Luas Daratan (Ha/th)  Laju Abrasi (m/th) 
105860098.3 
120000000 50 41.96111111 

100000000 40
80000000 62633891.4 
52028242.05  30
60000000
26648251.21 
23556587.33  20 10.41555556 
12.32166667 
40000000 20708629.09 
4.381666667 
20000000 10 0.687777778  2.368333333 

0 0

Pada  gambar  54  merupakan  rata‐rata  luas  abrasi,  luas  akresi,  luas  daratan 
dan  laju  abrasi  yang  terjadi  di  setiap  kecamatan  di  Kabupaten  Bengkalis.  Dari 
gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa abrasi dan akresi di Kabupaten Bengkalis 
tertinggi  terjadi  di  Kecamatan  Bengkalis.  Sedangkan  luas  daratan  tertinggi  adalah 
pada Kecamatan Bukit Batu. Jika dilihat dari laju abrasi yang terjadi maka siak kecil 
paling kecil mengalami abrasi.  

Executive Summary 15
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Flora dan Fauna

Pemantauan dan pengamatan kerusakan mangrove pada studi ini dilakukan 
pada 3 kecamatan di tiga desa yaitu desa Perapat Tunggal, Desa Muntai dan Desa 
Sepahat.  

Desa Perapat tunggal adalah desa baru,  yang berada di bagian utara Pulau 
Bengkalis  dengan  kondisi  sangat  memprihatinkan.  Desa  Prapat  Tunggal  tidak 
terdapat  mangrove  di  sepanjang  bibir  pantai  sehingga  berakibat  terjadinya  abrasi 
pantai. Dari tinjauan apangan langsung abrasi yang terjadi diperkirakan 10‐15 m per 
tahun. Kawasan Desa Prapat Tunggal sebagian besar dikuasai oleh perusahan kelapa 
sawit. 

Pada  tahun  2008  kawasan  pantai  Desa  Perapat  Tunggal  pernah  dilakukan 
penanaman  mangrove  secara  besar  besaran,  namun  akibat  kurangnya 
pemeliharaan banyak yang mati akibat gelombang dan pasang surut sehingga yang 
hidup diperkirakan hanya 20%.  

Adapun jenis Ikan yang sering dijumpai nelayan pada perairan Desa Perapat 
Tunggal adalah  ikan Parang, ikan Biang, Tenggiri, Buntal dan Selayar, Sembilang dan 
ikan Lomek. 

Sedangkan jenis Moluska yang sering didapatkan adalah Siput  Bakau,  Siput 


Sedot, Siput Ongan dan Kepiting Bakau. Namun jenis siput dan kerang tidak menjadi 
mata  pencarian  utama  nelayan  Perapat  Tunggal  karena  jumlahnya  yang  sangat 
sedikit. 

Hewan  Vertebrata  yang  banyak  dijumpai  pada  pesisir  pantai  Desa  Perapat 
Tunggal  adalah  Beruk/Monyet  ekor  panjang,  Burung  Bangau  Putih,  dan  hitam, 

Executive Summary 16
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
sedangkan jenis ular yang biasa dijumpai masyarakat setempat adalah Ular Bakau, 
Sawo dan Kobra. 

Desa Muntai saat ini  terpecah menjadi dua yaitu Muntai barat dan Muntai 
Timur  yang  mana  pada  saat  ini  Muntai  Timur  masih  menjalani  tahap  Desa 
Percobaan,  Jumlah  penduduk  Desa  Muntai  keseluruhan  diperkirakan  lebih  900 
kepala  keluarga,  400  kepala  keluarganya  terdapat  di  Desa  Muntai  Timur,  mata 
pencarian  Masyarakat  Desa  Muntai  Pada  umumnya  adalah  sebagai  Nelayan  dan 
Berkebun. 

Pada kawasan pantai Desa Muntai barat kondisi mangrove sekitarnya cukup 
memprihatinkan,  jumlah  yang  tersisa  sangat  sedikit  dan  memiliki  kerapatan  3‐7 
Meter,  sehingga  dampaknya  meningkatkan  lajunya  abrasi.  Jenis  mangrove  yang 
Dominan ditemukan adalah jenis Avicennia Marina dan Avicennia alba. 

Berbeda  dengan  mangrove  yang  terdapat  di  Desa  Muntai  Timur,  kondisi 
mangrovenya  cukup  bagus  dan  memiliki  keragaman  jenis  yang  tinggi  seperti 
Xylocapus  granatum,  Rhizopora  apiculata,  Avicennia  Marina,  Avicennia  alba,  Nypa 
Fruticans,  Nibung,  Blugueira.  Tingkat  kerapatannya  mencapai  1  m  setiap 
mangrovenya,  namun  dengan  demikian  tidak  seluruhnya  kawasan  pantai  Desa 
Muntai Timur memiliki kerapatan mangrove  yang bagus, ada juga bagian yang tidak 
ada terdapat mangrove sama sekali. 

Jenis  ikan  yang sering dijumpai  nelayan  saat  ini  adalah  ikan  Pari,  Senangin, 
Lomek,  Selayang,  Tenggiri,  Buntal,  ikan  Parang,  Sembilang,Kakap  dan  Belut  Laut, 
sedangkan  jenis  ikan  yang  sulit  ditemui  nelayan  saat  ini  adalah  ikan  Kerapu  dan 
Kakap merah. 

Executive Summary 17
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Jenis  moluska  yang  sering  ditemukan  adalah  Siput  Bakau,  Kepiting  Bakau, 
Siput  Sedot,  Kerang,  Lobster,  sedangkan  yang  susah  didapatkan  saat  ini  adalah 
udang fanname 

Hewan yang biasa ditemukan pada kawasan mangrove adalah Monyet Ekor 
Panjang,  Burung  Jalak,  Walet,  Bangau  dan  Burung  Murai,  Ular  Bakau,  Ular  Sawah, 
Sanca dan Biawak. 

Dilihat  dari  bentangan  alamnya  Desa  Sepahat  terbentang  memanjang 


sepanjang hamparan pantai, mata pencarian masyarakatnya sebagian besar adalah 
berkebun dan sebagai nelayan. 

Kondisi  mangrove  yang  ada  di  Desa  Sepahat  saat  ini  sudah  masuk  dalam 
tahap  memprihatinkan,  dimana  tingkat  kerapatannya  sangat  rendah  yaitu  4‐7m, 
sekitar  70%  lebih  kawasan  pesisir  pantai  Desa  Sepahat  tidak  terdapat  tanaman 
mangrove,  bagian  bibir  pantai  diDam  dan  pada  bagian  belakangnya  didominasi 
dengan perkebunan sawit masyarakat. Jenis tanaman Mangrove yang mendominasi 
pada kawasan pantai Desa Sepahat adalah Avicennia Marina dan Avicennia Alba. 

Jenis  ikan  yang  sering  didapatkan  oleh  nelayan  setempat  adalah  Ikan 
Senagin,  Sembilang,  Kakap,  Pari,  Buntal,  Parang  sedangkan  jenis  moluska  yang 
sering  didapatkan  adalah  Udang,  Sibut  Bakau,  Siput  Sedot,  Siput  Gonggong,  dan 
Siput Bakau. 

Jenis  hewan  yang  biasa  terlihat  pada  kawasan  pesisir  pantai  Desa  Sepahat 
adalah Burung Jalak, Bangau, Monyet Ekor Panjang, Biawak. 

Executive Summary 18
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Analisa Kualitas Air Laut

Hasil  uji  laboratorium  dilakukan  setelah  pengambilan  sampel  air  dilokasi 


penelitian  dengan  12  titik  sampling  yang  telah  ditentukan  sepanjang  pesisir 
Kabupaten Bengkalis. Hasil uji laboratorium yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 
28.  Selanjutnya  dilakukan  analisis  terhadap  sampel  uji  tersebut.  Analisa  terhadap 
parameter  yang  diuji  sesuai  dengan  KepMenLH  No.  51  Tahun  2004  tentang  baku 
mutu  air  laut.  Penentuan  status  mutu  air  laut  dilakukan  dengan  cara 
membandingkan  hasil  pantauan  kualitas  air  laut  dengan  baku  mutu  air  laut  yang 
diterapkan pada perairan tersebut. Baik atau buruknya kualitas air laut diindikasikan 
oleh  parameter‐parameter.  Jika  parameter  tersebut  melebihi  baku  mutu  maka  air 
tersebut tercemar.  

Baku  mutu  air  laut  untuk  biota  laut  dipakai  untuk  kecamatan  Siak  Kecil 
karena  daerah  pesisir  kecamatan  ini  diperuntukkan  untuk  daerah  pertanian.  Baku 
mutu air laut untuk biota laut yang digunakan baku mutu mangrove. Hal ini karena 
mangrove  mempunyai  peran  yang  sangat  penting  untuk  menahan  laju  perubahan 
iklim. Perbandingan baku mutu air laut untuk biota laut dengan hasil uji di dua titik 
sampling pada siak kecil dapat dilihat pada Tabel 48 dibawah ini. 

Tabel 1 Perbandingan Baku Mutu Air Laut dengan Hasil Uji


Laboratorium di Kecamatan Siak Kecil

Siak Kecil
No. Parameter Satuan Baku Mutu
SK-01 SK-02
FISIKA
Tidak Tidak
1 Kebauan - Alami3
Berbau Berbau
2 Kecerahan M Mangrove : -
3 Kekeruhan ntu <5
4 Padatan Tersuspensi Totalb Mg/l Mangrove : 80 176 196
Mangrove : 28-
5 Suhuc oC
32(c) 29,0* 29,0*

Executive Summary 19
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Siak Kecil
No. Parameter Satuan Baku Mutu
SK-01 SK-02
6 Sampah - Nihil1(4) Nihil Nihil
7 Lapisan Minyak5 - Nihil1(5) Nihil Nihil
KIMIA
1 pHd - 7-8,5(d) 6,96* 6.66
Mangrove :
2 Salinitase o/oo 24.5 24.7
s/d34(e)
3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l >5
4 BOD5 mg/l 20
5 Ammonia Bebas (NH3-N) mg/l 0,3 0.431 0.257
6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015
7 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008
8 Sianida (CN-) mg/l 0,5
9 Sulfida (H2S) mg/l 0,01 0.027 0.031
10 Senyawa Fenol mg/l 0,002 <0,001 <0,001
11 PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003
12 PCB (poliklor bifenil) µg/l 0,01
13 Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1 0.034 0.051
14 Minyak dan Lemak mg/l 1 <0.1 <0,1
15 Pestisidaf µg/l 0,01
16 TBT (tributil tin)7 µg/l 0,01
LOGAM TERLARUT
1 Raksa (Hg) mg/l 0,001
2 Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,005
3 Arsen (As) mg/l 0,012
4 Kadmium (Cd) mg/l 0,001 <0,001 <0,001
5 Tembaga (Cu) mg/l 0,008 <0,008 <0,008
6 Timbal (Pb) mg/l 0,008 0.149 0.141
7 Seng (Zn) mg/l 0,05 0.03 0.028
8 Nikel (Ni) mg/l 0,05
BIOLOGI
1 Coliform (total)g MPN/100 ml 1000(g) 11,000.0 17,000.0
2 Patogen Sel/100 ml Nihil1
3 Plankton Sel/100 ml tidak bloom6
RADIO NUKLIDA
1 Komposisi yang tidak diketahui Bq/l 4
Catatan: 
11,000.0 Melebihi Baku Mutu
Parameter Tidak Diuji

Executive Summary 20
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Pada  Tabel  1  dapat  dilihat  pada  Kecamatan  Siak  Kecil  parameter  yang 
melebihi  baku  mutu  adalah  padatan  tersuspensi,  amonia  bebas  (NH3‐N),  Sulfida 
(H2S), Timbal (Pb) dan Coliform (Total).  

Pesisir  perairan  Kecamatan  Rupat  Utara  dan  Kecamatan  Bantan 


diperuntukan untuk wisata bahari. Wisata bahari di Kecamatan Rupat Utara yaitu di 
Desa  Tanjung  Rhu  dan  di  Kecamatan  Bantan  di  Selat  Baru.  Pada  tabel  49  dapat 
dilihat  perbandingan  baku  mutu  air  laut  dengan  hasil  uji  laboratorium  sampel  air 
laut di 4 titik pada Kecamatan Rupat Utara dan Kecamatan Bantan.  

Tabel 2 Perbandingan Baku Mutu Air Laut dengan Hasil Uji


Laboratorium di Kecamatan Rupat Utara dan Kecamatan Bantan

Rupat Utara Bantan


Baku
No. Parameter Satuan Tanjung Tanjung
Mutu Muntai-01 Muntai-02
Rhu-01 Rhu-02
FISIKA
1 Warna Pt Co 30
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 Kebauan -
Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau
3 Kecerahana m >6
4 Kekeruhana ntu 5
Padatan Tersuspensi
5 Mg/l 20 26 60 40 46
Totalb
6 Suhuc oc Alami3(c) 31,0* 31,0* 30,0* 30,0*
7 Sampah - Nihil1(4) Nihil Nihil Nihil Nihil
8 Lapisan Minyak5 - Nihil1(5) Nihil Nihil Nihil Nihil
KIMIA
1 pHd - 7-8,5(d) 7,45* 7,25* 7,52* 7,52*
2 Salinitase o/
oo Alami 3(e) 26.7 26.4 27.9 27.0
3 Oksigen Terlarut (DO) mg/l >5
4 BOD5 mg/l 10
Ammonia Bebas
5 mg/l Nihil1 0.182 0.197 0.120 0.285
(NH3-N)
6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015
7 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008
8 Sulfida (H2S) mg/l Nihil1 0.011 0.012 0.014 0.011
9 Senyawa Fenol mg/l Nihil1 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001

Executive Summary 21
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Rupat Utara Bantan
Baku
No. Parameter Satuan Tanjung Tanjung
Mutu Muntai-01 Muntai-02
Rhu-01 Rhu-02
PAH (Poliaromatik
10 mg/l 0,003
hidrokarbon)
PCB (poliklor bifenil) µg/l Nihil1
mg/l
Surfaktan (deterjen) 0,001 0.063 0.075 0.076 0.054
MBAS
Minyak dan Lemak mg/l 1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1
Pestisidaf µg/l Nihil 1(f)
LOGAM TERLARUT
1 Raksa (Hg) mg/l 0,002
Kromium heksavalen
2 mg/l 0,002
(Cr(VI))
3 Arsen (As) mg/l 0,025
4 Kadmium (Cd) mg/l 0,002 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001
5 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008
6 Timbal (Pb) mg/l 0,005 0.188 0.198 0.178 0.178
7 Seng (Zn) mg/l 0,095 0.024 0.018 0.017 0.020
8 Nikel (Ni) mg/l 0,075
BIOLOGI
MPN/100
1 E Coliform (faecal) g 200(g)
ml
MPN/100
2 Coliform (total)g 1000(g) 94,000.0 7,900.0 160,000.0 >240.000,0
ml
RADIO NUKLIDA
Komposisi yang tidak
1 Bq/l 4
diketahui
Catatan: 
11,000.0 Melebihi Baku Mutu
Parameter Tidak Diuji
Pada Tabel 2 dapat dilihat parameter‐parameter yang melebihi baku mutu di 
Kecamatan  Rupat  Utara  dan  Kecamatan  Bantan.  Parameter  yang  melebihi 
bakumutu  adalah  Padatan  Tersuspensi,  amonia  bebas  (NH3‐N),  Sulfida  (H2S), 
Surfaktan (Detergen), Timbal (Pb) dan Coliform (Total).  

Perairan  Kecamatan  Bengkalis,  Rupat  dan  Bukit  Batu  dipengaruhi  oleh 


aktifitas  pelabuhan.  Pada  Kecamatan  Bengkalis  dipengaruhi  oleh  pelabuhan 
barang/kargo, penumpang dan penyeberangan, pada Kecamatan Rupat dipengaruhi 
oleh pelabuhan Dumai sehingga banyak kapal yang parkir di Kecamatan Rupat, dan 

Executive Summary 22
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
pada Kecamatan Bukit Batu dipengaruhi oleh pelabuhan dan industri dimana pada 
Kecamatan Bukit batu akan dibangun kawasan industri Buruk Bakul. Perbandingan 
baku mutu air laut dengan hasil uji sampel air laut pada 3 Kecamatan tersebut dapat 
dilihat pada Tabel 3 dibawah ini.  

Tabel 3 Perbandingan Baku Mutu Air Laut dengan Hasil Uji


Laboratorium

Bengkalis Bukit Batu Rupat


Baku Batu Batu
No. Parameter Satuan Tanjung Sepahat- Sepahat
Mutu Tanjung Panjang- Panjang-
Jati-02 01 02
Jati-01 01 02
FISIKA
1 Kecerahan m >3
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
2 Kebauan -
Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau
Padatan
3 Tersuspensi Mg/l 80 78 80 114 56 22 30
Totalb
4 Sampah - Nihil1(4) Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
5 Suhuc oc Alami3(c) 30,0* 30,0* 32,0* 32,0* 31,0* 32,0*
Lapisan
6 - Nihil1(5) Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil Nihil
Minyak5
KIMIA
6,5-
1 pHd - 8,16* 7,55* 7,78* 7,91* 7,58* 7,58*
8,5(d)
Alami
2 Salinitase o/oo
3(e) 26.8 26.7 24.9 25.0 40.9 25.6
Ammonia
3 mg/l 0,3 0.473 0.130 0.225 0.249 0.103 0.255
(NH3-N)
4 Sulfida (H2S) mg/l 0,03 0.034 0.023 0.014 0.023 0.013 0.014
Hidrokarbon
5 mg/l 1
Total
Senyawa
6 mg/l 0,002 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001
Fenol Total
PCB (poliklor
7 µg/l 0,01
bifenil)
Surfaktan mg/l
8 1 0.072 0.037 0.040 0.117 0.926 0.035
(deterjen) MBAS
Minyak dan
9 mg/l 5 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1 <0,1
Lemak
TBT (tri butil
10 µg/l 0,01
tin)6
LOGAM TERLARUT
1 Raksa (Hg) mg/l 0,003
2 Kadmium mg/l 0,01 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001 <0,001

Executive Summary 23
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Bengkalis Bukit Batu Rupat
Baku Batu Batu
No. Parameter Satuan Tanjung Sepahat- Sepahat
Mutu Tanjung Panjang- Panjang-
Jati-02 01 02
Jati-01 01 02
(Cd)
Tembaga
3 mg/l 0,05 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008 <0,008
(Cu)
4 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0.159 0.163 0.163 0.139 0.178 0.178
5 Seng (Zn) mg/l 0,1 0.035 0.026 0.026 0.021 0.023 0.020
BIOLOGI
Coliform MPN/100
1 1000(f) 35,000.0 22,000.0 28,000.0 17,000.0 92,000.0 13,000.0
(total)f ml
Catatan: 
11,000.0 Melebihi Baku Mutu
Parameter Tidak Diuji
Pada  Tabel  3  dapat  dilihat  beberapa  parameter  yang  melebihi  baku  mutu 
untuk  perairan  pelabuhan.  Pada  Kecamatan  Bengkalis,  Kecamatan  Bukit  Batu  dan 
Kecamatan  Rupat,  ketiga  kecamatan  ini  tercemar  logam  terlarut  timbal  (melebihi 
baku mutu) dan total coliform.  

Pada  Kecamatan  Bengkalis  parameter  yang  melewati  baku  mutu  adalah 


amonia  bebas  (NH3‐N),  Sulfida  (H2S),  Timbal  (Pb)  dan  Coliform  (Total).  Pada 
Kecamatan  Bukit  Batu  parameter  yang  melewati  baku  mutu  adalah  Padatan 
Tersuspensi,  Timbal  (Pb)  dan  Coliform  (Total).  Sedangkan  di  Kecamatan  Rupat 
parameter yang melewati adalah Timbal (Pb) dan Coliform (Total). 

Analisa Kualitas Tanah

Tanah  merupakan  sumber  daya  alam  yang  mempunyai  peranan  penting 


dalam berbagai segi kehidupan manusia, hewan dan tanaman. Karakteristik unsur‐
unsur  dalam  tanah  sangat  berpengaruh  terhadap  karakteristik  unsur‐unsur  dalam 
tanaman  yang  tumbuh  di  atasnya,  sehingga  kandungan  unsur‐unsur  essensial  dan 
non  essensial  yang  kurang  atau  berlebihan  dalam  jaringan  tanaman  akan 

Executive Summary 24
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
mencerminkan  kandungan  unsur‐unsur  dalam  tanah.  Interaksi  diantara  beberapa 
unsur‐unsur  itu  sendiri  dapat  menjadi  hambatan  penyerapan  kandungan  unsur‐
unsur esensial dalam tanaman. 

Faktor yang mempengaruhi penggunaan tanah untuk pertanian, perkebunan 
dan kehutanan, yaitu: 

1. Faktor  fisik  dan  kimia  tanah,  meliputi:  tekstur,  kedalaman  efektif, 


permeabilitas,  tebal  gambut  (untuk  tanah  gambut),  batuan  permukaan, 
drainase,  lereng,  pH,  salinitas,  kedalaman  lapisan,  kandungan  unsur‐unsur 
dalam  tanah  dan  prosentase  sodium  yang  dapat  dipertukarkan  dengan 
unsur lain. 
2. Faktor  penggunaan  lahan,  meliputi:  persawahan,  tanaman  semusim, 
tanaman tahunan, hutan, padang pengembalaan dan lain‐lain. 
3. Faktor  iklim,  meliputi  curah  hujan  dan  ketinggian  tempat.  Pengaruh  cuaca 
dan unsur‐unsur dalam tanah terhadap pertumbuhan tanaman. 

Parameter  tanah  yang  ditetapkan  sebagai  baku  mutu  tanah  sangat  terkait 
dengan  jenis  kegiatan  yang  akan  dilakukan,  oleh  karena  itu  penentuan  parameter 
baku mutu tanah secara umum sulit ditentukan.  

Adaptasi Dan Mitigasi

Masalah  variabilitas  iklim  kini  dan  mendatang  dijadikan  sebagai  salah  satu 
peubah penting dalam menentukan dasar perencanaan pembangunan nasional baik 
jangka  pendek,  menengah  dan  panjang.  Menghadapi  perubahan  iklim,  sistem 
peningkatan  ketahanan  dalam  masyarakat  untuk  mengurangi  resiko  bahaya 
perubahan iklim dilakukan melalui upaya adaptasi dan mitigasi. 

Executive Summary 25
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Adaptasi  merupakan  tindakan  penyesuaian  sistem  alam  dan  sosial  untuk 
menghadapi  dampak  negatif  dari  perubahan  iklim.  Mitigasi  dilakukan  pada  upaya 
mengurangi  sumber  gas‐gas  rumah  kaca  dan  peningkatannya,  agar  proses 
pembangunan  tidak  terhambat  dan  tujuan  pembangunan  berkelanjutan  dapat 
tercapai. 

Bentuk  adaptasi  yang  dapat  dilakukan  oleh  penduduk  di  wilayah  pesisir 
untuk  menyikapi  dampak  perubahan  iklim  dengan  menurunkan  3  strategi  utama 
(Gambar 9) yakni (Diposaptono, 2009): 

Strategi Protektif

Strategi  ini  merupakan  strategi  yang  paling  frontal  dalam  menghadapi 


kerawanan  kenaikan  paras  permukaan  air  laut.  Strategi  ini  dengan  membangun 
bangunan‐bangunan  fisik  di  kawasan  pantai  untuk  mengantisipasi  kerawanan 
tersebut. 

Gambar 9 Alternatif Strategi Penanganan Kenaikan Permukaan

Executive Summary 26
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Bentuk  perlindungan  dapat  dilakukan  dengan  membuat  bangunan  berupa 
tembok pelindung di sepanjang pantai. Namun pilihan ini di samping membutuhkan 
biaya  yang  besar,  juga  dapat  memicu  terjadinya  erosi  dan  sedimentasi  di  wilayah 
pesisir.  Pilihan  lain  yang  diyakini  lebih  baik  untuk  melindungi  daerah  pesisir  dari 
ancaman peristiwa perubahan iklim adalah dengan membuat tumpukan dari pasir, 
menciptakan daerah wetland atau menanam pohon di tepi pantai. 

Strategi Mundur (Retreat) atau Do Nothing

Strategi  ini  merupakan  strategi  yang  paling  pesimistik.  Strategi  ini  dengan 
tidak  melawan  proses  dinamika  alami  yang  terjadi,  tetapi  mengalah  pada  proses 
alam dan menyesuaikan peruntukkan sesuai dengan kondisi perubahan alam yang 
terjadi  akibat  kenaikan  paras  muka  air  laut.  Adapun  sebagai  salah  satu  bentuk 
program  dari  strategi  ini  yakni  berupa  relokasi  penduduk  pada  kawasan  yang 
memiliki kerawanan kenaikan paras permukaan air laut. 

Retreat  bermakna  pindah  ke  daerah  yang  lebih  baik  atau  aman  kondisinya 
atau  pilihan  yang  paling  sederhana  ialah  membangun  hunian  yang  jauh  dari  tepi 
pantai.  Bentuk  adaptasi  dapat  juga  dilakukan  dengan  membuat  regulasi  yang 
mengatur  tentang  ukuran,  kepadatan  dan  bentuk  bangunan  di  daerah  yang 
permukaannya kurang stabil. 

Strategi Akomodatif

Strategi ini berusaha menyesuaikan dengan perubahan alam akibat kenaikan 
paras  permukaan  air  laut  dengan  memanfaatkan  morfodinamika  karakteristik 
wilayah  pesisir  tersebut.  Sebagai  contoh  yakni  antisipasi  yang  dilakukan  untuk 
kawasan  pemukiman  di  wilayah  pesisir  dengan  membuat  rumah  panggung  yang 

Executive Summary 27
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
didukung dengan dikembangkan mangrove sebagai buffer di sempadan pantai yang 
ada. 

Akomodasi  berarti  penduduk  tetap  menggunakan  daerah  pantai,  namun 


dengan  melakukan  beberapa  penyesuaian,  seperti  mendirikan  bangunan  rumah 
panggung  atau  menanam  tanaman  yang  memiliki  toleransi  terhadap  air  asin. 
Banyak  pilihan  termasuk  sistem  peringatan  pada  saat  cuaca  buruk,  juga  pilihan 
jangka  panjang  seperti  peningkatan  sistem  pembuangan  dengan  meningkatkan 
kapasitas  pompa  atau  pipa  yang  lebih  besar  dan  membangun  bentuk  bangunan 
yang tahan terhadap perubahan iklim. 

Pengelolaan  Wilayah  Pesisir  secara  Terpadu  (Integrated  Coastal  Zone 


Management)  merupakan  sebuah  proses  yang  sesuai  dalam  menangani  masalah‐
masalah  pengelolaan  wilayah  pesisir  untuk  jangka  waktu  yang  lama  dan  singkat. 
Termasuk  pada  proses  hilangnya  habitat,  degradasi  kualitas  air,  perubahan  pada 
siklus  hidrologi,  berkurangnya  sumberdaya  pesisir,  adaptasi  terhadap  naiknya 
permukaan laut dan akibat dari perubahan iklim lainnya. 

Pemerintah  perlu  memberikan  bantuan  di  sektor  perikanan  berupa 


informasi  kepada  nelayan,  misalnya  data  cuaca  dan  kelautan  yang  aktual  sebagai 
penuntun  bagi  nelayan  ketika  melaut.  Data  perikanan  yang  aktual  pun  sangat 
diperlukan akibat terjadi perubahan pola dan zona hidup ikan dan hasil laut lainnya 
akibat pemanasan global dan perubahan iklim. 

Pemerintah  dapat  pula  memberikan  bantuan  finansial  bagi  nelayan  untuk 


bisa  memiliki  kapal  yang  berteknologi  canggih  yang  dibekali  alat  GPS  (Global 
Positioning  System)  pada  nelayan  untuk  mengetahui  keberadaan  ikan  di  suatu 
tempat;  atau  dengan  penggunaan  bio‐telemetry  sebagai  teknologi  baru  yang 

Executive Summary 28
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
mengandalkan penginderaan jarak jauh melalui satelit untuk mengetahui posisi dan 
karakteristik ikan. 

Rehabilitasi  terumbu  karang  dan  penanaman  mangrove  di  wilayah  pesisir 


telah  terbukti  mampu  berfungsi  sebagai  habitat  baru  yang  mendukung  kehidupan 
organisme  perairan.  Adanya  hutan  bakau  diharapkan  dapat  mengurangi 
kemungkingan  erosi  pantai  dan  intrusi  air  laut  ke  dalam  sumber  air  bersih  akibat 
naiknya permukaan air laut. 

Usaha  lainnya  adalah  mengurangi  tingkat  kemiskinan  karena  masyarakat 


miskin  paling  rentan  terhadap  dampak  perubahan  iklim  dengan  minimnya 
kemampuan  mereka  untuk  beradaptasi.  Selain  itu  penting  untuk  dilakukan  yaitu 
mengantisipasi  bencana  alam  yang  saat  ini  semakin  sering  terjadi  karena  adanya 
perubahan iklim. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat sistem peringatan dini di 
daerah yang dinilai rawan badai serta memberi petunjuk mengenai apa yang harus 
dilakukan masyarakat. 

Kesimpulan Dan Rekomendasi

Bab  ini  berisi  mengenai  kesimpulan  yang  didapat  setelah melakukan  kajian 


pemantauan  dampak  perubahan  iklim  terhadap  sumber  daya  pesisir  Bengkalis. 
Pada bagian ini juga berisi rekomendasi dalam menanggulangi kerentanan Wilayah 
Pesisir  Bengkalis  terhadap  perubahan  iklim  terutamanya  akibat  bencana  kenaikan 
permukaan  air  laut.  Penjabaran  dari  masing‐masing  hal  tersebut  adalah  sebagai 
berikut ini. 

Executive Summary 29
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
Kesimpulan

 Perubahan  iklim  akibat  pemanasan  global  berdampak  terhadap  meningkatnya 


suhu permukaan bumi, kenaikan permukaan air laut dan presipitasi. Kondisi ini 
mengakibatkan wilayah pesisir sangat rentan.  
 Laju abrasi dan Akresi tertinggi terjadi di Kecamatan Bengkalis, pada Kecamatan 
Siak Kecil tidak terjadi abrasi dan pada Kecamatan Rupat tidak terjadi akresi. 
 Panjang  garis  pantai  yang  terabrasi  di  Kabupaten  Bengkalis,  tertinggi  terjadi  di 
Kecamatan Rupat dan garis pantai terkecil yang terabrasi terjadi di  Kecamatan 
Siak Kecil 
 Panjang dan laju abrasi tertinggi terjadi di Kecamatan Bengkalis. 
 Pada  kurun  waktu  dari  tahun  2002  sampai  dengan  tahun  2010  terjadi  abrasi 
yang  sangat  tinggi  di  sepanjang  pesisir  pantai  Kabupaten  Bengkalis,  hal  ini 
diprediksi  karena  pola  hidup  masyarakat  sepanjang  pantai  yang  belum 
menyadari pentingnya hutan mangrove untuk menghambat laju abrasi.  
 Pada  kurun  waktu  tahun  2010  sampai  dengan  tahun  2014  telah  terjadi 
penurunan  laju  abrasi  di  sepanjang  pesisir  Kabupaten  Bengkalis,  hal  ini 
diindikasikan  masyarakat  telah  menyadari  pentingnya  mangrove  di  sepanjang 
pantai atau karena abrasi telah dekat pemukiman mereka sehingga masyarakat 
menjaga agar pemukiman mereka tidak terjadi abrasi.  
 Abrasi  dan akresi  yang  terjadi  di sepanjang  pesisir  Kabupaten  Bengkalis  terjadi 
karena  pengaruh  arus  selat  malaka  dan  selat  bengkalis,  aktifitas  disepanjang 
selat  bengkalis  dan  selat  malaka  serta  kenaikan  muka  air  laut  akibat  dari 
pemanasan global.  
 Dari  analisa  kualitas  air  tampak  beberapa  parameter  air  laut  di  Kabupaten 
Bengkalis  diatas  baku  mutu,  artinya  air  laut  di  Kabupaten  Bengkalis  telah 
tercemar.  

Executive Summary 30
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
 Air  laut  Kabupaten  Bengkalis  dicemari  oleh  logam  terlarut  Timbal  (Pb)  dan 
coliform  (Total)  yang  tinggi.  Pencemaran  ini  sangat  tinggi  diatas  baku  mutu 
perairan.  
 Keadaan  kualitas  tanah  di  sepanjang  pesisir  Kabupaten  bengkalis  merupakan 
tanah dengan pH tanah masam. 
 Dari  analisis  tekstur  tanah  di  Kabupaten  Bengkalis,  jenis  tanah  yang  ada  di 
pesisir  pantai  adalah  tanah  liat,  liat  berdebu,  lempung  dan  tanah  liat 
berlempung.  
 Perubahan iklim bersifat merubah siklus alam sehingga perlu ada strategi yang 
harus dilakukan (terutama oleh  manusia) untuk  menekan  faktor‐faktor pemicu 
perubahan  iklim  sebagai  strategi  mitigasi.  Namun,  karena  perubahan  iklim 
tersebut  telah  dan  sedang  terjadi,  maka  perlu  dilakukan  strategi  adaptasi. 
Dampak  yang  semakin  nyata  yang  terlihat  pada  peningkatan  suhu,  naiknya 
permukaan  laut,  berubahnya  musim,  menyebabkan  sumberdaya  alam  dan 
lingkungan semakin rentan. 

Rekomendasi

Sesuai  kesimpulan  yang  telah  dikemukakan  maka  beberapa  rekomendasi 


yang diusulkan pada kajian pemantauan dampak perubahan iklim yakni: 

 Bagi Pemerintah Kabupaten Bengkalis 
o Agar  segera  menerapkan  berbagai  kebijakan  dan  strategi  dalam  upaya 
mitigasi/adaptasi  di Wilayah Pesisir Bengkalis terhadap potensi dampak 
perubahan iklim, dengan melalui zonasi dan regulasi kawasan. 
o Pemerintah  harus  bersifat  proaktif  untuk  mengawali  penanganan 
dampak perubahan iklim. Adapun yang perlu dilakukan yakni: 

Executive Summary 31
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
 Inventarisasi aset daerah pada kawasan yang diprediksi beresiko 
terdampak kenaikan air laut tersebut. 
 Memberikan  pemahaman  mitigasi  dan  adaptasi  terhadap 
masyarakat  lokal  sehingga  masyarakat  akan  menyadari  betul 
langkah‐langkah  yang  harus  diambil  dalam  menghadapi  potensi 
abrasi di sepanjang pesisir Kabupaten Bengkalis.  
 Menetapkan  kebijakan/regulasi  yang  bertujuan  untuk 
memisahkan  kawasan  yang  akan  dipertahankan  dan  kawasan 
tidak dipertahankan dalam menghadapi dampak perubahan iklim 
tersebut. 
 Pemerintah  Kabupaten  harus  memulai  memikirkan  model 
pendanaan  dalam  upaya  mitigasi  dan  adaptasi  pada  Wilayah 
Pesisir  Kabupaten  Bengkalis  sehingga  kedepan  potensi  bencana 
ini sudah memiliki pos anggaran pembiayaannya. 
 Bagi Masyarakat Lokal 
o Masyarakat  harus  lebih  memperkuat  sistem  kelembagaan  penanganan 
potensi  dampak  perubahan  iklim  tersebut.  Contoh  kongkritnya  yakni 
dengan  mengembangkan  lembaga  masyarakat/paguyuban  siaga 
bencana khusus mengantisipasi permasalahan ini.  
o Adanya kelembagaan siaga perubahan iklim yang aktif dan kuat tersebut, 
diharapkan  masyarakat  akan  berpartipasi  secara  nyata  dalam 
mengantisipasi  masalah  tersebut.  Sebagai  contoh  yang  dapat  dilakukan 
oleh  lembaga  masyarakat  siaga  dampak  perubahan  iklim  yakni  dengan 
menggalakan  program  penanaman  barier  pantai/mangrove  atau  ikut 
serta dalam upaya mempertahankan kawasan yang dinilai strategis oleh 
Kabupaten Bengkalis melalui peninggian kawasan, pembangunan tanggul 
dan  sebagainya  sesuai  dengan  kemampuan  pendanaan  masyarakat 

Executive Summary 32
Penyusunan Kajian Pemantauan Dampak Perubahan Iklim Terhadap 
Sumber Daya Pesisir Bengkalis di Kecamatan Bengkalis, Bantan,  
Bukit Batu, Siak Kecil, Rupat dan Rupat Utara 

 
 
(pendanaan swadaya, pendanaan bantuan pemerintah kota, pendanaan 
sharing dan investor). 
o Masyarakat harus proaktif, reaktif dan patuh terhadap kebijakan/strategi 
yang  akan  digunakan  oleh  Pemerintah  Kabupaten  Bengkalis  dalam 
menghadapi  resiko  perubahan  iklim  ini.  Tanpa  sikap  tersebut, 
kebijakan/strategi  pemerintah  akan  sulit  untuk  diimplementasikan. 
Sebagai contoh jika pemerintah menetapkan tempat tinggal masyarakat 
yang  ada  untuk  dipindahkan,  masyarakat  diharapkan  taat  terhadap 
kebijakan  tersebut.  Sedangkan  hal‐hal  yang  dapat  mendukung  strategi 
kebijakan  tersebut  dapat  dilakukan  diskusi/musyawarah  antara 
masyarakat  dan  pemerintah  kota.  Dengan  adanya  hal  ini  diharapkan 
dampak  perubahan  iklim  tersebut  kepada  masyarakat  lokal  dapat 
diminimalisasi. 

Adaptasi  berbasis  lingkungan  di  kawasan  pesisir  dengan  memperbaiki  dan 


menjaga  hutan  mangrove  terbukti  mampu  menjadi  pelindung  dari  ancaman 
perubahan  iklim  dan  membuat  masyarakat  resilien  terhadap  dampak  perubahan 
iklim.  Pilihan  bentuk  adaptasi  ini  dapat  dilakukan  oleh  masyarakat  sendiri  dengan 
biaya  yang  relative  murah.  Namun,  hal  ini  memerlukan  kesadaran  masyarakat 
tentang  pentingnya  peran  lingkungan  dan  tindakan  bersama  untuk  mengelola 
lingkungan  secara  bijak,  serta  kelembagaan  yang  kuat.  Terhadap  dampak 
perubahan iklim yang berkaitan dengan curah hujan yang tidak tentu dan varibilitas 
iklim,  serta  iklim  ekstrim,  diperlukan  uluran  tangan  pemerintah  untuk  membantu 
menyediakan  informasi  dan  menyediakan  infrastruktur  yang  memadai  agar 
masyarakat dapat melakukan adaptasi dengan tepat.  

Executive Summary 33

You might also like