You are on page 1of 41

KETEGUHAN HATI

Keteguhan hati akan membawah benih kenyataan menuju kesuksesan dalam segala bidang

Kekuatan manusia itu bukan hanya dalam akal pikirannya, bukan hanya dalam ucapannya,
bukan hanya dalam kekuatan fisiknya, tetapi yang lebih utama adalah kekuatan keteguhan
hatinya. Keteguhan hati adalah hal yang mutlak diperlukan oleh manusia dalam hidup ini, baik
dalam kehidupan spiritualitas maupun dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia.

Siapapun yang ingin meraih kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang kehidupan, tidak
boleh lepas dari keteguhan hati. Seseorang yang ingin mencapai tujuan keberhasilan dalam
karier, hidup dan bisnis, tidak boleh lepas dari keteguhan hati. Seseorang yang ingin
mengibarkan panji-panji kemuliaan dan keagungan dalam kehidupan, tidak boleh lepas dari
keteguhan hati. Tanpa keteguhan hati, kita tidak akan dapat mencapai keberhasilan, tanpa
keteguhan hati impian tinggalah hanya impian belaka.

Keteguhan hati menjadi cermin kepribadian seseorang, karena menunjukkan keyakinan


kebenaran yang ditempuhnya. Keteguhan hati merupakan pendorong motivasi, sehingga
memudahkan mencapai tujuannya. Keteguhan hati dapat melahirkan keteguhan iman dan
ketakwaan. Mampu mendengarkan bisikan hati dalam kebenaran dan kebaikan, tidak mudah
tergoda dengan tawaran dan jebakan hawa nafsu dan ego pribadi, tidak mudah dibelokkan oleh
tujuan yang tidak sesuai dengan keyakinan hatinya. Ketika terlanjur melakukan kesalahan, akan
segera kembali pada kebenaran ketika diingatkan oleh suara hati nurainya terdalam. Inilah
pentingnya mempertahankan keteguhan hati.
Bukan hanya mengandalkan kekuatan otak dan pikiran semata, tetapi berusaha mengandalkan
kekuatan keteguhan hati. Jadikanlah suara hati nurani Anda sebagai pembimbing dalam setiap
langkah kehidupan, agar rahmat dan berkah dari tuhan senantiasa mengalir dan memberikan
yang terindah untuk hati, perasaan dan seluruh diri kita.Di balik Semua keberhasilan, selain ada
pengujian waktu, ia juga selalu menguji moral kita. Kita harus mempunyai tujuan yang jelas
serta secara terus-menerus memberi dorongan, memegang keteguhan dengan demikian
kesempurnaan dan kemenangan baru bisa menjadi milik kita.

Kita harus mempunya keteguhan hati dalam mempertahankan impian kita, tidak dapat
dipungkiri bahwa pelajaran menuju kesuksesan itu perlu adanya rintangan yang kita harus
hadapi tetapi kalau kita bisa menghadapai segala rintangn yang menerpah kita pasti kita
termasuk orang sabar dan suatu saat akan membawah suatu hasil yaitu kesuksesan.
Sebagai manusia kita hanya bisa berencana dan berusaha yang menentukan keberhasilan
adalah tuhan semata, tapi dunia ini akan terlihat kecil jika terus melihat masa lalu, namun dunia
ini akan terlihat luas jika berani melangkah ke depan. Setiap langkah selalu ada pengorbanan,
setiap langkah selalu ada resiko namun itu tak akan berarti jika kita percaya akan kemampuan
kita dan kita bahagia bukanlah karena seseorang yang sempurna namun seseorang yang dapat
menyempurnakan hidup kita.

Jangan ragu untuk melangkah maka yakinlah diri kita bahwa itu akan berhasil walau pun
sebesar apa pun jurang yang akan kita lewati jika kita melakukannya dengan sunguh-sunguh
pasti akan Tanpa semangat baja dan keteguhan hati, seseorang tidak akan dapat bertahan.
Keteguhan hati adalah kunci sukses dalam segala hal. Seseorang yang hanya memiliki
keyakinan jangka pendek cenderung menyerah pada akhirnya. Hanya mereka yang memiliki
keteguhan hati yang dapat mencapai sukses.ada pintu cahaya yang terang akan diberikan
kepada kita yaitu anugerah yang indah.

Aku tak selalu baik dan juga tak selalu benar, Sekali waktu aku begitu baik dan juga kadang
sangat bodo. Aku hanya manusia biasa seperti yang lain, punya asa yang kadang-kadang tidak
bisa diterima akal. Aku bersyukur bisa mengalami ini semua, perjalanan jiwa menemukan jati
diri, aku senang bisa punya rasa syukur atas nikmat yng Tuhan berikan kepadaku. Aku sadari
semakin aku bersyukur semakin banyak kebaikan yang kutemukan. Aku temukan, tidak semua
mesti difikirkan secara logika, aku hanya bersyukur dan bermimpi setinggi langit tanpa rasa
takut, khawatir atau cemas.

Kulakukan segala sesuatu dengan tulus menggunakan persaanku, kujalani cobaan dengan
sabar dengan perasaanku, ku bersyukur yang semua terjadi membuat Aku lebih kuat dan lebih
dewasa karena Aku mencintai hidupku apa adanya, inilah prinsip dalam hidup. Bahkan tugas
yang paling sederhana di dunia pun memerlukan keteguhan hati, kesabaran dan semangat baja
untuk diselesaikan. Keteguhan hati adalah kunci sukses dalam segala hal. Prinsip yang sama
berlaku untuk berlatih kultivasi hanya kultivator yang dapat bertahan sampai akhir yang dapat
mencapai kesempurnaan.
Sungguh luar biasa kekuatan keteguhan hati. Seperti kata pepatah orang sukses adalah orang
yang biasa - biasa, tapi yang memiliki ketetapan, keuletan dan keteguhan hati yang sangat luar
biasa. Sikap keteguhan hati didalamnya mengandung, keyakinan, kesabaran, keuletan,
konsistensi dan semangat juang yang terus menerus tanpa henti sampai tercapainya apa yang
diinginkan. Miliki keteguhan hati dan keuletan. Praktekkan di perjuangan kehidupan Anda
niscaya usaha Anda, perjuangan Anda, akan menghasilkan kesuksesan serta kehidupan yang
lebih bernilai dan cemerlang.

Kehidupan ini tidak bisa dipastikan atau di tebak karena itu merupakan rahasia alam, namun
kehidupan dapat kita rencanakan melalui kekuatan penglihatan hati nurani kita dengan
berhening dan menaati hukum alam. Segala sesuatu berasal dari keteguhan hati kita serta
kesabaran menjalani waktu yang ada. Yang miskin kehidupannya memiliki kehendak untuk
hidup cukup, sedangkan yang kaya berkeinginan untuk lebih makmur lagi. Apabila seseorang
mempunyai konsisten pada tekadnya yang baik dan menaati hukum alam, maka tidak ada perlu
yang di khawartirkan dalam hidup ini. Rezeki dan keberuntungan akan datang bila saatnya telah
tiba, tanpa ada yang harus direkayasa. http://wellysfashion.blogspot.com/2013/03/keteguhan-
hati.html

Kini kita sedang berada di sebuah zaman yang kembali penuh dengan proses penghancuran kemanusiaan, mirip
dengan zaman jahiliyah sebelum Nabi SAW dilahirkan. Minuman keras disahkan, aurat wanita dipertontankan.
Yang kuat memeras dan menghanguskan yang lemah. Ajaran Allah dicampakkan. Orang-orang yang mencintai
Allah dicemoohkan dan dipersulit jalan hidupnya. Akankah dalam kondisi yang sangat menyedihkan ini - Allah
melahirkan seorang bayi yang kelak bangkit menjadi pembaharu, meneruskan perjuangan Rasulullah, menegakkan
kebenaran, keadilan dan kemanuisaan. Mari kita berdo'a dan mari mulai dari diri kita untuk mengamalkan ajaran
Rasulullah dengan sesungguh-sungguhnya dan sejujur-jujurnya.

SENIN, 16 NOVEMBER 2009


Berdoa untuk Keteguhan Hati

Kunci sukses ada di dalam hati. Sukses di dunia dan di akhirat. Hati adalah sumber akhlaq, tingkah
laku, cara berpikir, perasaan, dan tentu saja tempat iman dan taqwa. Dalam meraih sukses, maka
langkah pertamanya ialah memperbaiki hati dan teguh dalam kondisi hati yang baik. Memang tidak
mudah menjaga keteguhan hati. Dan, salah satu cara untuk menjaganya ialah dengan memohon
kepada Sang Pemilik hati kita.

Bahkan Rasulullah saw pun, selalu berdo’a agar hati beliau tetap teguh. Dalam hadits riwayat Ahmad
dan Ibnu Abu Syaibah, Aisya ra., berkata, “Nabi SAW sering berdoa dengan mengatakan, ‘Wahai
Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk selalu taat kepada-Mu.’ Aku pernah
bertanya, ‘Ya Rasulullah, kenapa Anda sering berdoa dengan menggunakan doa seperti itu? Apakah
Anda sedang marasa ketakutan?’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada yang membuatku merasa aman, hai
Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari Allah Yang Maha Memaksa. Jika mau
membalikkan hati seorang hamba-Nya, Allah tinggal membalikkannya begitu saja.’”

Inilah kunci sukses. Saat hati kita sedang semangat, maka mintalah kepada Allah untuk meneguhkan
hati kita agar tetap semangat. Semangat akan menghasilkan tindakan luar biasa dan tindakan luar
biasa akan menghasilkan sukses luar biasa. Semua berawal dari hati, dan Allah yang membolak-
balikkan hati kita, maka berdo’alah.

Jangan terjebak sama orang-orang yang mendewakan tindakan. Mungkin kita pernah atau sering
mendengar bahwa do’a harus diiringi dengan tindakan atau usaha. Bukan berdo’a saja. Seolah do’a
tidak akan ada hasilnya tanpa tindakan. Bukan seperti itu pengertiannya.

Kata siapa Allah membutuhkan tindakan kita? Tidak, Allah berkuasa untuk mengabulkan do’a kita
tanpa tindakan kita. Tindakan kita hanyalah salah satu dari cara Allah mengabulkan do’a kita.
Berdo’alah, maka tindakan akan mengikuti jika itu kehendak Allah. Hati kita akan bersemangat
mengambil tindakan, bukan sembarang tindakan tetapi tindakan yang akan membawa kita kepada
keberhasilan.

Saat ini banyak teknologi pengembangan diri yang berpusat pada kondisi hati. NLP, EFT, Emotional
Healing, dan sebagainya adalah cara-cara bagaimana mengubah dan menjaga kondisi hati kita (baca
perasaan) menjadi sebuah perasaan yang memberdayakan. Hati yang teguh untuk mencapai cita-cita
kita. Itu boleh-boleh saja selama tidak melanggar syariat, namun yang jelas: Yang membolak-balikkan
hati kita adalah Allah. Jadi mintalah keteguhan hati kepada Allah. Teknologi hanyalah bentuk ikhtiar
kita. http://ra-albayyinah.blogspot.com/2009/11/berdoa-untuk-keteguhan-hati.html

Kunci sukses ada di dalam hati. sukses di dunia dan di akhirat. Hati adalah sumber akhlaq, tingkah
laku, cara berpikir, perasaan, dan tentu saja tempat iman dan taqwa. Dalam meraih sukses, maka
langkah pertamanya ialah memperbaiki hati dan teguh dalam kondisi hati yang baik. Memang tidak
mudah menjaga keteguhan hati. Dan, salah satu cara untuk menjaganya ialah dengan memohon
kepada Sang Pemilik hati kita. Bahkan Rasulullah saw pun, selalu berdo’a agar hati beliau tetap
teguh. Dalam hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Abu Syaibah, Aisya ra., berkata, “Nabi SAW sering
berdoa dengan mengatakan, “Wahai Tuhan yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk
selalu taat kepada-Mu. Aku pernah bertanya, “Ya Rasulullah, kenapa Anda sering berdoa dengan
menggunakan doa seperti itu? Apakah Anda sedang marasa ketakutan? Beliau menjawab, “Tidak
ada yang membuatku merasa aman, hai Aisyah. Hati seluruh hamba ini berada di antara dua jari
Allah Yang Maha Memaksa. Jika mau membalikkan hati seorang hamba-Nya, Allah tinggal
membalikkannya begitu saja. Inilah kunci sukses. Saat hati kita sedang semangat, maka mintalah
kepada Allah untuk meneguhkan hati kita agar tetap semangat. Semangat akan menghasilkan
tindakan luar biasa dan tindakan luar biasa akan menghasilkan sukses luar biasa. Semua berawal
dari hati, dan Allah yang membolak-balikkan hati kita, maka berdo’alah. Jangan terjebak sama
orang-orang yang mendewakan tindakan. Mungkin kita pernah atau sering mendengar bahwa do’a
harus diiringi dengan tindakan atau usaha. Bukan berdo’a saja. Seolah do’a tidak akan ada hasilnya
tanpa tindakan. Bukan seperti itu pengertiannya. Kata siapa Allah membutuhkan tindakan kita?
Tidak, Allah berkuasa untuk mengabulkan do’a kita tanpa tindakan kita. Tindakan kita hanyalah
salah satu dari cara Allah mengabulkan do’a kita. Berdo’alah, maka tindakan akan mengikuti jika itu
kehendak Allah. Hati kita akan bersemangat mengambil tindakan, bukan sembarang tindakan tetapi
tindakan yang akan membawa kita kepada keberhasilan. Saat ini banyak teknologi pengembangan
diri yang berpusat pada kondisi hati. NLP, EFT, Emotional Healing, dan sebagainya adalah cara-
cara bagaimana mengubah dan menjaga kondisi hati kita (baca perasaan) menjadi sebuah
perasaan yang memberdayakan. Hati yang teguh untuk mencapai cita-cita kita. Itu boleh-boleh saja
selama tidak melanggar syariat, namun yang jelas: Yang membolak-balikkan hati kita adalah Allah.
Jadi mintalah keteguhan hati kepada Allah. Teknologi hanyalah bentuk ikhtiar kita.

Sumber: http://www.motivasi-islami.com/berdoa-untuk-keteguhan-hati/

Langkah untuk menjaga iman

Tidak selamanya hati seorang mukmin tetap berada dalam puncak keimanan sampai akhir
hayatnya, sehingga ia wafat dalam khusnul khotimah. Iman dalam hati selalu terbolak-balik,
kadang di atas, kadang di bawah, atau bahkan kandas dan menghilang. Terlebih di zaman yang
penuh dengan fitnah, syubhat, dan syahwat saat ini. Ibarat kuda bagi seorang pengembara, ia
harus dirawat, diberi makan dan minum, juga dimandikan, agar tetap bersih dan kuat. Karena
kuda itu yang akan membawanya ke tempat tujuan. Iman di dalam hati hendaknya selalu
dirawat dan dikuatkan, agar dapat menjemput kematian dengan kondisinya yang baik.
Keteguhan menjaga iman, itulah yang dinamakan tsabat.

Kitabullah dan sunnah rasulullah mengajarkan banyak sekali langkah untuk menjaga iman di
dalam hati. Beberapa di antaranya yang ingin saya paparkan, karena efektif untuk dilakukan
adalah :

Doa
Apapun masalahnya, senjata kaum muslimin yang tidak boleh terlepas adalah berdoa. Layak
untuk dikatakan sombong orang yang tidak pernah memohon kepada yang memberikan
kekuatan dan yang mampu membolak-balikkan hati, padahal sejatinya dia membutuhkan.

“Wahai Robb yang mampu memutar balikkan hati, tetapkanlah hatiku dalam agamamu”

Selalu berdoa, memberikan ketenangan di hati dan perbendaharaan pahala yang tiada terkira.

Akrablah dengan Al-Quran

“Orang-orang kafir berkata, mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja? Demikianlah supaya kami meneguhkan hatimu dengannya dan kami membacakanya
secara tartil dan teratur dan benar” (Al-Furqon 32-33)
Al-Qur’an sebagai penerang hati yang gelap. Karena dia adalah syifaaullimaa fishuduur, obat
untuk penyakit yang ada di hati. Bacalah Al-Qur’an, maka Alloh akan meneguhkan hatimu
dengannya. Baca dengan tartil dan hayati maknanya, maka ia akan menguatkan hati yang
goyah, menghibur kesedihan, mengingatkan ketika lalai, memotivasi hati yang putus asa.
Kalaupun tidak paham maknanya, maka dengan membaca saja sudah dapat membuat
perubahan besar dalam diri seorang muslim.

Jikalau seorang muslim tidak pernah membaca Al-Qur’an, maka ibarat rumah yang tidak
berpenghuni, berdebu dan bahkan dihuni oleh tikus, kecoa, dan sarang laba-laba. Reyot, dan
akan hancur dengan sendirinya dimakan usia. Jangan sampai hati kita dihuni oleh kecoa,
sawang (sarang laba-laba) dan tikus .

dari Abdullah bin Abbas r.a berkata

“seseorang yang tidak ada sedikit pun Al-Qur’an di dalam hatinya itu seperti rumah kosong“
(HR. tirmidzi)

Banyak beramal sholeh

“dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka,
tentulah hal yang demikian itu lebih baik buat mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di
atas kebenaran)” (An-Nisa : 66)

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan akhirat. Dan Alloh menyesatkan orang-orang yang zalim. Dan Alloh apa
saja yang ia kehendaki” (ibrahim :27)

Abu Qotadah menerangkan tentang surat ibrahim di atas “ Adapun dalam kehidupan dunia,
Alloh meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kebaikan dan amal sholeh, dan yang
dimaksud dengan kehidupan akhirat adalah alam kubur (ibnu katsir, 4/421)

Carilah ladang amal sholeh yang ternyata begitu banyak tersedia di sekitar kita disadari atau
pun tidak. Berbuat kebaikan walaupun kecil, dan tidak ada orang yang menghargai seperti
membuang sebiji sampah dari masjid,atau menyingkirkan batu dan duri dari jalan, itu akan
memberikan keteguhan iman di dalam hati ikhwah.

Kecil, tapi selalu dikerjakan itu lebih baik. Dan besar, tapi juga kontinyu itu lebih baik lagi.

Menasehati orang lain

Menasehati orang lain sebenarnya tidak hanya berdampak kebaikan untuk orang lain, tapi juga
untuk diri kita sendiri. Benar sekali, itulah hikmah rosul memerintahkan kita untuk selalu
beramar ma’ruf nahi mungkar. Jiwa seseorang jika tidak disibukkan dengan ketaatan, bisa
dipastikan ia disibukkan dengan kemaksiatan. Sebab iman itu kadang naik dan kadang turun.
Maka kita tetap berusaha untuk menjaganya agar tidak hancur manakala turun dengan amar
ma’ruf nahi mungkar. Ketika muncul sikap kita memerintahkan kebaikan dan mencegah
kemungkaran, maka sedikit banyak ia akan mendorong diri untuk tetap berada dalam kebaikan
itu.

“hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan,
amat besar murka Alloh ketika kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan” ( Ashoff :2 )

Sekalipun seseorang belum melaksanakan nasehat yang diutarakannya,ketika ia perintahkan


orang lain untuk mengerjakannya, maka itu akan memaksa dia untuk melakukannya juga. Efek
timbal balik.

Mari saya gambarkan dengan kisah Umar bin Khottob, ketika beliau di suatu malam berjalan
keliling kampung-kampung untuk mengecek rakyatnya. Beliau mendengar suara segerombolan
orang yang sedang pesta minuman keras. Maka langsung beliau melewati pagar, masuk rumah
dan mengejutkan mereka. Mereka terkejut, tapi umar lebih terkejut karena diantar mereka ada
yang menasehati.”yaa amirul mukminin, mengapa engkau masuk rumah tanpa izin dari pemilik
rumah dan masuk dari belakangnya?!, padahal Allah melarang untuk masuk sebelum ada izin
dari tuan rumah, dan memerintahkan masuk dari pintu-pintunya”. Lalu umar meminta maaf dan
kembali. Rupanya mereka sadar akan kesalahan mereka juga, dan esoknya mereka meminta
maaf kepada umar dan bertaubat.

Mendatangi ulama

Dekat dengan ulama akan mendatangkan kemantapan dalam iman. Karena kita akan banyak
mendapat nasehat dan teladan darinya. Nasehat dari ulama ini tidak hanya dibutuhkan oleh
kita, bahkan ulama seperti ibnul Qoyyim aljauzi pun ketika ditimpa kegundahan yang sangat
beliau mendatangi syaikhul islam ibnu Taimiyah untuk mendapat pencerahan darinya.

“ Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan”
(HR. Ibnu majah, no. 237 . hasan)

Datangilah orang-orang yang menjadi kunci kebaikan itu, mintalah siraman kesegaran kata
nasehat agar hatimu menjadi lunak. Di setiap zaman yang penuh fitnah pasti ada ulama yang
menjadi tiang sandaran bagi kaum muslimin untuk tetap teguh di jalan yang lurus. Semisal
ketika masa pemurtadan gencar (masa riddah) setelah wafatnya rasululloh shollallohu alaihi
wasallam, ada abu bakar yang menjadi rival bagi murtaddin, dan rujukan kebenaran bagi kaum
muslimin. Begitupun ketika masa minhah terjadi, dimana fitnah pemikiran Al-Qur’an adalah
makhluq dan banyak para ulama yang dibunuh. Maka ada imam ahmad yang berdiri tegar
menjadi tameng kaum muslimin. Selalu ada yang menguatkan iman di sepanjang zaman, mari
datangi mereka.

Berteman dengan orang sholeh

“wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Alloh, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (jujur)” ( QS, Attaubah : 119)

Perbanyaklah berteman dengan orang-orang sholeh dan benar, karena engkau akan dapat
tertular kesholehannya dan kebaikannya. Bukan berarti kita memutus hubungan sama sekali
dengan orang yang tidak sholeh. Manakala kita sudah kuat iman dan tsabat, mereka malah
menjadi ladang kiat untuk dakwah dan memberikan cahaya.

“ seorang yang duduk berteman dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak
misk olehnya, engkau bisa membelinya atau paling tidak dapat baunya. Sedangkan berteman
dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar,
minimal engkau dapat bau hangusnya” (HR. Bukhori. No 2101 dari abu musa)

Dapatkan beribu semangat iman dari teman yang sholeh, dengan melihatnya dalam ketaatan
saja insyaAlloh akan membangkitkan hati kita.

Mengurangi hasyrat keduniaan

Artinya sedikit kita kurangi perhatian kepada dunia., dan mengedepankan kembali cita-cita
akhirat. Karena hasrat keduniaan ini menutupi nikmatnya iman dan manisnya beramal sholeh.

Ini adalah nasehat dari syaikh Utsaimin dalam kitab majmu’fatawa. Beliau mengatakan bahwa
banyak sekali orang-orang kecil yang tidak tersorot oleh dunia dapat khusyu membaca Al-
Qur’an dan bisa mencucurkan air mata karenanya. Anak-anak kecil di serambi masjid yang
berusaha mengaji dengan semangat tanpa rasa malas. Karena mereka belum tersentuh oleh
glamournya dunia yang dapat menyebabkan hatinya bercabang kesana kemari.

Adakah mampu kita meniru sosok umar bin khottob ketika ia rela menyedekahkan kebun
kurmanya yang luas dan ber-aset ratusan juta hanya karena tertinggal sholat ashar berjama’ah
di masjid ?. Betapa kecil dan tak berharga sama sekali dunia dalam pandangan beliau. Akankah
kita rela meninggalkan hasrat bisnis kita dan menoleh kepada akhirat. Pasti dan harus kita rela.

Itulah sebagian cara dari berbagai cara yang ada. Semoga tips-tips di atas dapat menjadi
inspirasi untuk kita dan penulis sendiri khususnya dalam menjaga iman ini agar tetap lurus
hingga husnul khotimah rela hadir menutup usia kita. Tetaplah memohon petunjuk dan
pertolongan dari Allah.
Wallohu ta’ala a’lam.
https://www.facebook.com/IndahNyaMencintaiKarenaAllah/posts/343038382447994

(Arrahmah.com) – Dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah


Shallallahu ‘alaihi wa salam mengajarkan kepada kami beberapa kalimat doa untuk
kami baca dalam shalat kami atau selesai shalat kami, yaitu:

َ ‫ َوأَسْأَلُكَ قَ ْلبًا‬، َ‫ َو ُحسْنَ ِعبَادَتِك‬، َ‫ش ْك َر نِ ْع َمتِك‬


،‫س ِلي ًما‬ ُ َ‫ َوأَسْأَلُك‬،ِ‫الر ْشد‬ ُّ َ‫ َوأَسْأَلُكَ َع ِزي َمة‬،‫الل ُه َّم إِنِِّي أَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي ْاْل َ ْم ِر‬
“ ‫عوذُ بِكَ ِم ْن ش ِ َِّر َما ت َ ْعلَ ُم‬ُ َ ‫ َوأ‬،‫ َوأَسْأَلُكَ ِم ْن َخي ِْر َما ت َ ْعلَ ُم‬،‫ َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُركَ ِل َما ت َ ْعلَ ُم‬،‫صا ِدقًا‬
َ ‫سانًا‬
َ ‫َو ِل‬

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu keteguhan dalam perkara (keimanan), aku
memohon kepada-Mu tekad bulat yang benar, aku memohon kepada-Mu rasa syukur
atas nikmat-Mu dan ibadah dengan baik kepada-Mu, aku memohon kepada-Mu hati
yang bersih dan lisan yang jujur. Aku memohon ampunan-Mua atas (dosa-dosaku)
yang Engkau pasti mengetahuinya, aku memohon kepada-Mu dari kebaikan yang
Engkau pasti mengetahuinya dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang
Engkau pasti mengetahuinya.” (HR. Ahmad no. 17133, Tirmidzi no.3407, An-
Nasai no. 1304, Ibnu Hibban no. 935, Ath-Thabarani no. 7157 dan lain-lain.
Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata: Hadits hasan dengan banyaknya sanadnya)

http://www.arrahmah.com/rubrik/doa-memohon-keteguhan-iman-dan-kebulatan-tekad.html

Manisnya Iman
Iman itu manis, bahkan lebih manis dari madu, manisnya iman hanya akan dirasakan
oleh mereka yang memiliki iman yang kuat, manisnya iman juga dapat diartikan dengan
merasakan lezatnya ketaatan kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits shahi Bukhari
disebutkan :

‫ّللاُ يَكُونَ أَن اإلي َمان َحالَ َوةَ َو َج َد فيه كُنَّ َمن ثَالَث قَا َل – وسلم عليه هللا صلى – النَّبى عَن أَنَس عَن‬ ُ ‫إ َليه أ َ َح َّب َو َر‬
َّ ُ‫سولُه‬
‫ س َوا ُه َما م َّما‬، ‫ب َوأَن‬
َّ ‫ َّلِل إلَّ يُحبُّهُ لَ ال َمر َء يُح‬، ‫ف أَن يَك َرهُ َك َما الكُفر فى يَعُو َد أَن يَك َر َه َوأَن‬َ َ‫النَّار فى يُقذ‬
Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Tiga hal, barangsiapa memilikinya
maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih
dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci
kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api
neraka.”(HR.Bukhari)
Seseorang akan benar-benar merasakan nikmatnya iman, manisnya iman jika terdapat
tiga hal dalam dirinya. Pertama menjadikan Allah dan Rasulnya lebih dicintai dari
selainnya. Iman baru akan dirasakan manisnya jika cintanya kepada Allah dan Rasulnya
itu melebihi dari kecintaannya kepada yang lain, seperti harta, tahta, wanita
(istri/suami), anak, dan lain sebagainya.

Bisa kita lihat bagaimana istrrinya Yasir ibunda dari Ammar bin Yasir yaitu sumayyah
yang syahid setelah disiksa dan ditusuk dari maaf kemaluannya demi mempertahankan
imannya. Contoh lain juga bisa kita lihat Bilal bin Rabah yang disiksa ditengah padang
pasir dengan terik matahahi yang begitu menyengat hingga sampai akhirnya ditindih
dengan batu besar, tapi Bilal bin Rabah tetap teguh akan keyakinannya justru ia terus
mengucapkan kata “Ahad” yang bertarti Allah Maha Esa. Contoh lain seperti Khabab
bin Al Art seakan tak merasakan luka-luka menganga di tubuhnya yang disalib. Maka
ketika diminta pendapatnya bagaimana jika Rasulullah yang menggantikannya, ia
menjawab dalam nada manisnya iman: “Bahkan aku tak rela jika kaki Rasulullah
tertusuk duri”

Kedua, mencintai seseorang semata-mata karena Allah. Sering sekali kecintaan kita
kepada yang lain melalaikan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Boleh kita cinta
kepada anak, istri/suami, harta, tahta, jabatan dan lain sebagainya tapi jangan pernah
menjadikan itu semua sebagai tandingan cinta kita kepada Allah dan Rasulnya. Oleh
karena itu cintailah semua itu karena Allah maka Insya Allah manisnya iman pun dapat
dirasakan.

Ketiga, benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke


dalam api neraka. Manisnya iman juga baru akan dirasakan jika kita mampu berpegang
teguh terhadap keyakinan yang kita miliki. Itulah sebabnya Rasulullah sering
menasehati para sahabatnya agar tidak kembali jahiliyyah seperti sebelum mereka
mendapatkan hidayah (kembali murtad). Orang yang benci akan kemurtadan
sebagaimana ia benci jika dilemparkan kedalam neraka maka berarti ia telah merasakan
manisnya iman dalam dirinya.
Sikap kita?

Oleh karena itu, jika ingin merasakan manisnya iman dan keteguhan dalam menjaga
iman hendaknya jadikan Allah dan Rasul-Nya lebih kita cintai dari yang lain, saling
mencintai dan menyayangi hanya karena Allah dan benci terhadap kemurtadan seperti
ia benci jika dilemparkan kedalam Neraka.

http://elnasr.wordpress.com/2013/02/02/iman-dan-keteguhan-hati/

Memelihara Kekuatan dan Keteguhan Iman Kepada Allah SWT


Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga
meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa
berusaha menguatkan keimanan kita.

Tsabat (kekuatan keteguhan iman) adalah tuntutan asasi setiap muslim. Karena itu tema ini
penting dibahas. Ada beberapa alasan mengapa tema ini begitu sangat perlu mendapat
perhatian serius. Pertama, pada zaman ini kaum muslimin hidup di tengah berbagai macam
fitnah, syahwat dan syubhat dan hal-hal itu sangat berpotensi menggerogoti iman. Maka
kekuatan iman merupakan kebutuhan muthlak, bahkan lebih dibutuhkan dibanding pada masa
generasi sahabat, karena kerusakan manusia di segala bidang telah menjadi fenomena umum.

Kedua, banyak terjadi pemurtadan dan konversi (perpindahan) agama. Jika pada awal
kemerdekaan jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 90 % maka saat ini jumlah itu telah
berkurang hampir 5%. Ini tentu menimbulkan kekhawatiran mendalam. Untuk menga-tasinya
diperlukan jalan keluar, sehingga setiap muslim tetap memiliki kekuatan iman.

Ketiga, pembahasan masalah tsabat berkait erat dengan masalah hati. Padahal Nabi
bersabda: "Dinamakan hati karena ia (selalu) berbolak-balik. Perumpamaan hati itu bagaikan
bulu yang ada di pucuk pohon yang diombang-ambingkan oleh angin." (HR. Ahmad, Shahihul
Jami' no. 2361)

Maka, mengukuhkan hati yang senantiasa berbolak-balik itu dibutuhkan usaha keras, agar hati
tetap teguh dalam keimanan.
Dan sungguh Allah Maha Rahman dan Rahim kepada hambaNya. Melalui Al Qur'an dan Sunnah
RasulNya Ia memberikan petunjuk bagaimana cara mencapai tsabat. Berikut ini penjelasan 15
petunjuk berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah untuk memelihara kekuatan dan keteguhan iman
kita.
1. Akrab dengan Al Qur'an

Al Qur'an merupakan petunjuk utama mencapai tsabat. Al Qur'an adalah tali penghubung yang
amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya. Siapa akrab dan berpegang teguh dengan Al
Qur'an niscaya Allah memeliharanya; siapa mengikuti Al Qur'an, niscaya Allah
menyelamatkannya; dan siapa yang menda’wahkan Al Qur'an, niscaya Allah menunjukinya ke
jalan yang lurus. Dalam hal ini Allah berfirman:
"Orang-orang kafir berkata, mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun
saja? Demikianlah supaya Kami teguhkan hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara
tartil (teratur dan benar)." (Al Furqan: 32-33)

Beberapa alasan mengapa Al Qur'an dijadikan sebagai sumber utama mencapai tsabat adalah:
Pertama, Al Qur'an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, karena melalui Al
Qur'an, hubungan kepada Allah menjadi sangat dekat. Kedua, ayat-ayat Al Qur'an diturunkan
sebagai penentram hati, menjadi penyejuk dan penyelamat hati orang beriman sekaligus
benteng dari hempasan berbagai badai fitnah. Ketiga, Al Qur'an menunjukkan konsepsi serta
nilai-nilai yang dijamin kebenarannya. Karena itu, seorang mukmin akan menjadikan Al Qur'an
sebagai ukuran kebenaran. Keempat, Al Qur'an menjawab berbagai tuduhan orang-orang kafir,
munafik dan musuh Islam lainnya. Seperti ketika orang-orang musyrik berkata, Muhammad
ditinggalkan Rabbnya, maka turunlah ayat: "Rabbmu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak
(pula) benci kepadamu." (Adl Dluha: 3) (Syarh Nawawi,12/156).
Orang yang akrab dengan Al Qur'an akan menyandarkan semua perihalnya kepada Al Qur'an
dan tidak kepada perkataan manusia. Maka, betapa agung sekiranya penuntut ilmu dalam
segala disiplinnya menjadikan Al Qur'an berikut tafsirnya sebagai obyek utama kegiatannya
menuntut ilmu.

2. Iltizam (komitmen) terhadap syari'at Allah

Allah berfirman:
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akherat. Dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim. Dan
Allah berbuat apa saja yang Ia kehendaki." (Ibrahim: 27)

Di ayat lain Allah menjelaskan jalan mencapai tsabat yang dimaksud.


"Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka,
tentulah hal demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas
kebenaran)." (An Nisa': 66)

Karena itu, menjelaskan surat Ibrahim di atas Qatadah berkata:


"Adapun dalam kehidupan di dunia, Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan kebaikan
dan amal shalih sedang yang dimaksud dengan kehidupan akherat adalah alam kubur." (Ibnu
Katsir: IV/421)

Maka jelas sekali, sangat mustahil orang-orang yang malas berbuat kebaikan dan amal shaleh
diharapkan memiliki keteguhan iman. Karena itu, Nabi senantiasa melakukan amal shaleh
secara kontinyu, sekalipun amalan itu sedikit, demikian pula halnya dengan para sahabat.
Komitmen untuk senantiasa menjalankan syariat Islam akan membentuk kepribadian yang
tangguh, dan iman pun menjadi teguh.

3. Mempelajari Kisah Para Nabi

Mempelajari kisah dan sejarah itu penting. Apatah lagi sejarah para Nabi. Ia bahkan bisa
menguatkan iman seseorang. Secara khusus Allah menyinggung masalah ini dalam firman-Nya:
"Dan Kami ceritakan kepadamu kisah-kisah para rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu
dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran , pengajaran dan peringatan bagi
orang-orang yang beriman." (Hud: 120)

Sebagai contoh, marilah kita renungkan kisah Ibrahim yang diberitakan dalam Al Qur'an:
"Mereka berkata, bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar
hendak bertindak. Kami berfirman, hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah
bagi Ibrahim. Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim maka Kami jadikan mereka itu
orang-orang yang paling merugi." (Al Anbiya': 68-70)

Bukankah hati kita akan bergetar saat merenungi kronologi pembakaran nabi Ibrahim sehingga
ia selamat atas izin Allah? Dan bukankah dengan demikian akan membuahkan keteguhan iman
kita? Lalu, kisah nabi Musa yang tegar menghadapi kezhaliman Fir'aun demi menegakkan
agama Allah. Bukankah kisah itu mengingatkan kekerdilan jiwa kita dibanding dengan nabi
Musa? Tak sedikit umat Islam sudah merasa tak punya jalan karena kondisi ekonomi yang
kurang menguntungkan misalnya, sehingga mau saja saat diajak kolusi dan berbagai praktek
syubhat lain oleh koleganya. Lalu mereka mencari-cari alasan mengabsahkan tindakannya
yang keliru. Dan bukankah karena takut gertakan penguasa yang tiranik lalu banyak di antara
umat Islam (termasuk ulamanya) yang menjadi tuli, buta dan bisu sehingga tidak melakukan
amar ma'ruf nahi mungkar?

Bahkan sebaliknya malah bergabung dan bersekongkol serta melegitimasi status quo
(menganggap yang ada sudah baik dan tak perlu diubah). Bukankah dengan mempelajari
kisah-kisah Nabi yang penuh dengan perjuangan menegakkan dan meneguhkan iman itu kita
menjadi malu kepada diri sendiri dan kepada Allah? Kita mengharap Surga tetapi banyak hal
dari perilaku kita yang menjauhinya. Mudah-mudahan Allah menunjuki kita ke jalan yang
diridhaiNya.
4. Senantiasa Berdo'a Kepada Allah

Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah mereka memohon kepada Allah agar
diberi keteguhan iman, seperti do'a yang tertulis dalam firmanNya:
"Ya Rabb, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau beri
petunjuk kepada kami." (Ali Imran: 8)

"Ya Rabb kami, berilah kesabaran atas diri kami dan teguhkanlah pendirian kami serta
tolonglah kami dari orang-orang kafir." (Al Baqarah: 250).

Rasulullah bersabda:
"Sesungguhnya seluruh hati Bani Adam terdapat di antara dua jari dari jemari Ar Rahman
(Allah), bagaikan satu hati yang dapat Dia palingkan ke mana saja Dia kehendaki." (HR.
Muslim dan Ahmad)

Agar hati tetap teguh maka Rasulullah banyak memanjatkan do'a berikut ini terutama pada
waktu duduk takhiyat akhir dalam shalat.

"Wahai (Allah) yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada din-Mu." (HR.
Tirmidzi)

Banyak lagi do'a-do'a lain tuntunan Nabi agar kita mendapat keteguhan iman. Mudah-mudahan
kita senantiasa tergerak hati untuk berdo'a utamanya agar iman kita diteguhkan saat
menghadapi berbagai ujian kehidupan.

5. Dzikir kepada Allah

Dzikir kepada Allah merupakan amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena
pentingnya amalan dzikir maka Allah memadukan antara dzikir dan jihad, sebagaimana
tersebut dalam firmanNya:
"Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh-
hatilah kamu dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya." (Al Anfal: 45)

Dalam ayat tersebut, Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang amat baik untuk
mencapai tsabat dalam jihad.
Ingatlah Yusuf ! Dengan apa ia memohon bantuan untuk mencapai tsabat ketika menghadapi
fitnah rayuan seorang wanita cantik dan berkedudukan tinggi? Bukankah dia berlindung
dengan kalimat ma'adzallah (aku berlindung kepada Allah), lantas gejolak syahwatnya reda?
Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang
yang beriman.

6. Menempuh Jalan Lurus

Allah berfirman:
"Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan
jangan mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya." (Al
An'am: 153)

Dan Rasulullah mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan,


semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan)

Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang
benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-
kotaknya pemahaman keagamaan. Lalu, jalan manakah yang selamat dan benar itu? Dan,
pemahaman siapakah yang mesti kita ikuti dalam praktek keberaga-maan kita? Berdasarkan
banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan
RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman
berdasarkan keterangan Rasul kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan). Itulah yang
mesti kita ikuti, tidak penafsiran-penafsiran agama berdasarkan akal manusia yang tingkat
kedalaman dan kecerdasannya maje-muk dan terbatas. Tradisi pemahaman itu selanjutnya
dirawat oleh para tabi'in dan para imam shalihin. Paham keagamaan inilah yang dalam
terminologi (istilah) Islam selanjutnya dikenal dengan paham Ahlus Sunnah wal Jamaah . Atau
sebagian menyebutnya dengan pemahaman para salafus shalih.

Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jama’ah akan tegar dalam menghadapi
berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya.
Berbeda dengan orang yang berada di luar Ahlus Sunnah wal Jamaah, mereka akan senantiasa
bingung dan ragu. Berpindah dari suatu lingkungan sesat ke lingkungan bid'ah, dari filsafat ke
ilmu kalam, dari mu'tazilah ke ahli tahrif, dari ahli ta'wil ke murji'ah, dari thariqat yang satu
ke thariqat yang lain dan seterusnya. Di sinilah pentingnya kita berpegang teguh dengan
manhaj (jalan) yang benar sehingga iman kita akan tetap kuat dalam situasi apapun.

7. Menjalani Tarbiyah

Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak
ada empat macam. Tarbiyah Imaniyah , yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar
memiliki rasa khauf (takut), raja' (pengharapan) dan mahabbah (kecintaan) kepada Allah serta
untuk menghi-langkan kekeringan hati yang disebabkan oleh jauhnya dari Al Qur'an dan
Sunnah. Tarbiyah ‘Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan
menghindari taqlid buta yang tercela.

Tarbiyah Wa'iyah, yaitu pendidikan untuk mempelajari siasat orang-orang jahat, langkah dan
strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan
pemahaman yang benar. Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang
membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan
program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru
dan asal jalan.
Itulah beberapa tarbiyah yang diberikan Rasul kepada para sahabatnya. Berbagai tarbiyah itu
menjadikan para sahabat memiliki iman baja, bahkan membentuk mereka menjadi generasi
terbaik sepanjang masa.

8. Meyakini Jalan yang Ditempuh

Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang
ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya.
Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap
jalan hidup yang kita tempuh adalah: Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita
tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih. Kedua,
kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-
mana firman Allah:
"Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hambaNya yang Ia pilih." (An Naml: 59)

Bagaimana perasaan kita seandainya Allah menciptakan kita sebagai benda mati, binatang,
orang kafir, penyeru bid'ah, orang fasik, orang Islam yang tidak mau berda’wah atau da'i yang
sesat? Mudah-mudahan kita berada dalam keyakinan yang benar yakni sebagai Ahlus Sunnah
wal Jamaah yang sesungguhnya.

9. Berda’wah

Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu
dicarikan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah
berda’wah. Dan berda’wah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari
adzab Allah.

Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak
disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab,
iman itu bisa bertambah dan berkurang.
Jika seorang da'i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan
da’wahnya, tetapi ia tetap terus berda’wah maka Allah akan semakin menambah dan
mengokohkan keimanannya.

10. Dekat dengan Ulama

Rasulullah bersabda:
"Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup
kejahatan."(HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)
Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin menguatkan iman seseorang. Tercatat dalam
sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah
meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al
Madini Rahimahullah: "Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan
Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad."

Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Sertamerta kegundahannya
pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).

11. Meyakini Pertolongan Allah

Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi
pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya
bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuhkan tsabat agar
tidak berputus asa. Allah berfirman:
"Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang
bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang
sabar. Tidak ada do'a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan
tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan
tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka
pahala di dunia dan pahala yang baik di akherat. " (Ali Imran: 146-148).

12. Mengetahui Hakekat Kebatilan

Allah berfirman: "Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir
yang bergerak dalam negeri ." (Ali Imran: 196)
"Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur'an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh)
dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam)." (Al
An'am: 55)

"Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil
itu pastilah lenyap." (Al Isra': 81)

Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman.
Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan
seseorang untuk tetap teguh berada dalam keimanannya.

13. Memiliki Akhlak Pendukung Tsabat

Akhlak pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Sebagaimana sabda Nabi :
"Tidak ada suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas
daripada kesabaran." (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Tanpa kesabaran iman yang kita miliki akan mudah terombang-ambingkan oleh berbagai
musibah dan ujian. Karena itu, sabar termasuk senjata utama mencapai tsabat.

14. Nasehat Orang Shalih

Nasehat para shalihin sungguh amat penting artinya bagi keteguhan iman. Karena itu, dalam
segala tindakan yang akan kita lakukan hendaklah kita sering-sering meminta nasehat mereka.
Kita perlu meminta nasehat orang-orang shalih saat mengalami berbagai ujian, saat diberi
jabatan, saat mendapat rezki yang banyak dan lain-lain. Bahkan seorang sekaliber Imam
Ahmad pun, beliau masih perlu mendapat nasehat saat menghadapi ujian berat oleh
intimidasi penguasa yang tirani. Bagaimana pula halnya dengan kita?

15. Merenungi Nikmatnya Surga

Surga adalah tempat yang penuh dengan kenikmatan, kegembiraan dan suka-cita. Ke sanalah
tujuan pengembaraan kaum muslimin.
Orang yang meyakini adanya pahala dan Surga niscaya akan mudah menghadapi berbagai
kesulitan. Mudah pula baginya untuk tetap tsabat dalam keteguhan dan kekuatan imannya.

Dalam meneguhkan iman para sahabat, Rasulullah sering mengingatkan mereka dengan
kenikmatan Surga. Ketika melewati Yasir, istri dan anaknya Ammar yang sedang disiksa oleh
kaum musyrikin beliau mengatakan: "Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti
adalah Surga." (HR. Al Hakim/III/383, hasan shahih).

Mudah-mudahan kita bisa merawat dan terus-menerus meneguhkan keimanan kita sehingga
Allah menjadikan kita khusnul khatimah. Amin

Sumber : arcapasa3.blogspot.com

IMAN DAN TAQWA; KUNCI SUKSES DUNIA AKHIRAT


Posted by mbusyra on November 2, 2008

Hiruk pikuk kehidupan manusia sekarang ini dengan berbabagai macam problematikanya, akan memiliki dampak
negatif, dan pula pasti memiliki dampak positif. Sebagiyan ada yang menyikapi dengan frustasi (keluar dari jalan
Allah) dan ada pula yang menyikapi dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah. Ini berarti Allah masih
memberikan kesempatakan kepada manusia untuk memilih jalan hidupnya dan selalu dapat memperbaiki diri yang
diawali dengan muhasabatun nafs (introspeksi diri).

Kita sebagai bagian dari masyarakat, tentunya memiliki keinginan agar rakyat bangsa ini, selamat dunia dan
akhirat, menjadi masayarakat yang adil, makmur, sejahtera, diberkahi dan diridloi Allah (baldatun thayyibatun
warabbun ghafur). Hal ini disebabkan karena masyarakat baldatun thayyibatun warabbun ghafur adalah
merupakan cita-cita tertinggi masyarakat khususnya ummat Islam.

Namun usaha kita untuk menjadi masyarakat baldatun thayyibatun warabbun ghafur ini belum pernah terlihat
eksistensinya dalam keseharian kita. Salah satu contoh adalah penerapan aqidah dan keimanan. Aqidah dan
keimanan yang merupakan pondasi umat Islam di Dunia ini dengan cepatnya mudah goyah, hanya karena urusan
perut dan dibawah perut. Sehingga sering membuat manusia gelap mata dan melakukan perbuatan yang dilarang
oleh Allah sehingga mnusia tidak akan pernah bisa menjadi orang bertaqwa. Padahal kunci menjadi masyarakat
baldatun thayyibatun warabbun ghafur adalah Iman dan Taqwa, sebagaimana yang telah Allah janjikan dalam
surat al-‘Araf : 96

(Lau anna ahla al-Quraa aamanu wattaqauu, lafatahna ’alaihim barokatin mina al-samaai wa al-
ardl, walakin kadzdzabuu fa’akhadznahum bima kaanuu yaksibuun).Al-Aayah.
Artinya:”Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya”.

Dalam ayat ini Allah berjanji akan menjadikan masyarakat negeri ini menjadi baldatun thayyibatun warabbun
ghafur jikalau masyarakatnya beriman dan bertaqwa. Namun jika manusia yang ada di Dunia ini tidak beriman dan
bertaqwa, maka Allah akan berikan adzab sesuai dengan apa yang telah mereka perbuat.
Namun, yang perlu dikoreksi dari diri kita adalah apakah kita sudah beriman dan bertaqwa? Ini adalah pertanyaan
yang sangat mendasar dan perlu kita ketahui, atau jangan-jangan kita memang tidak tahu apa sebenarnya beriman
dan bertaqwa itu? yang keduanya ini Allah jadikan sebagai kunci kesuksesan manusi menjadi masyarakat baldatun
thayyibatun warabbun ghafur baik dunia maupun akhirat.

Iman, sebagaimana yang telah Rasulullah SAW sabdakan adalah: ”mengetahui dengan yakin dalam hati,
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan”.

Hadits di atas menunjukkan bahwa orang beriman harus memenuhi tiga unsur tersebut, yaitu pertama; beriman
harus membenarkan dengan yakin dalam hati hal-hal yang harus diimani, tidak cukup hanya membenarkan dalam
hati saja, akan tetapi harus diikrarkan melalui lisan, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat. Namun apakah
dengan dua kalimat syahadat itu kita sudah dikatakan beriman? Ternyata tidak, kita belum dikatakan beriman
kalau tidak pernah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya (taqwa).

Dalam sebuah hadits juga dikatakan bahwa iman itu adalah amanah, sebagaimana yang telah disabdakan
rasulullah:“(la imana man laa amaanata lahu)”.Al-Hadits Artinya: “tidaklah beriman seseorang itu kalau tidak
amanah”.

Hadits ini menjelaskan bahwa orang yang beriman adalah orang yang bisa amanah artinya dapat dipercaya untuk
menyampaikan sesuatu kepada yang berhak. Allah telah menitipkan hati kepada kita untuk beriman, sudah barang
tentu kita harus menyampaikan iman itu kepada hati kita. Kemudian Allah juga menitipkan kepada kita untuk
menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya, ini berarti kita sebagai orang yang amanah harus
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Akan tetapi kalau orang sudah tidak amanah baik kepada
Allah, dirinya sendiri maupun orang lain, berarti dia telah berkhianat pada Allah, dirinya sendiri dan orang lain
tersebut. Sedangkan berkhianat itu adalah tanda-tandanya orang munafiq yang Allah tegaskan adzabnya dalam Al-
Qur’an dengan menjebloskannya ke dalam api neraka yang paling bawah (fi al-darki al-asfali min al-naari).

Kunci kedua adalah taqwa. Allah telah berfirman dalam al-Qur’an surat Ali Imran: 102. Ayat ini merupakan
perintah wajib kepada orang beriman untuk menindak lanjuti keimanannya dengan bertaqwa.

(Ya ayyuha al-ladzina aamanuttaquu Allaha haqqa tuqaatihi, wala tamutunna illaa wa antum muslimun). Al-
Ayah.

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa yang dimaksud sebenar-benarnya taqwa adalah:
Pertama: an yuthaa’a fala yu’sha yaitu orang yang benar-benar bertaqwa itu adalah orang yang selalu ta’at
kepada Allah dan berusaha tidak akan berbuat ma’siat. Oleh sebab itu orang yang bertaqwa ini akan selalu
berusaha melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya. Karena semua perbuatan yang ia lakukan
pasti terbersit rasa takut dalam hatinya, karena Allah selalu memantaunya dan tidak sedikpun dia lepas dari
pantauan Allah.

Kedua: yudzkar wala yunsa yaitu orang yang benar-benar bertaqwa selalu berdzikir kepada Allah. Dia selalu ingat
kepada Allah dan ketika dia hendak melakukan kemaksiatan dia akan langsung berdzikir mengingat Allah dan
segera bertaubat serta memohon ampun kepada Allah. Dia tidak pernah lupa sedikitpun bahwa Allah maha
segalanya.

Ketiga: yusykar wala yukfar yaitu orang bertaqwa selalu bersyukur atas segala anugrah Allah. Dia tidak pernah
mengingkari sedikitpun anugrahNya. Segala syukurnya selalu dinyatakan dalam bentuk ibadah. Ketika diberikan
kesehatan, dia mensyukurinya dengan sholat, puasa dan ibadah lainnya. Ketika dia mendapatkan anugrah harta,
dia selalu beribadah denga membelanjakan rizkinya di jalan Allah. Ketika diberikan anugrah anak dia selalu
beribadah dengan menjaga anaknya agar selalu dekat dengan Allah, dan banyak lagi anugrah Allah yang perlu
disyukuri dengan bentuk beribadah kepadanya. Inilah sebanar-benarnya taqwa. Jangan sampai kita berfikir berat
melakukannya dalam keseharian kita, namun berusahalah untuk melaksanakannya.

Di samping itu Allah juga berjanji kepada orang bertaqwa, mereka akan selalu mendapatkan jalan keluar ketika ada
masalah, memberikan rizki kepadanya dengan tanpa disangka-sanga.

Sebagaimana firmanNya.

(Waman yattaqi Allah yaz’allahu makhrja, wayarzuqhu min haitsu laa yahtasibu, waman yatawakkal ’ala Allahi
fahua hasbuh, inna Allaha baalighu amrihi, qad ja’ala Allahu likulli syaiin qadra). Al-Ayah.

Artinya:”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan
memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya, sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (Q.S. al-Tahalaq ayat
:1-2).

Dengan dua kunci iman dan taqwa, Allah pasti akan menepati janjianya yaitu membukakan berkah dari langit dan
bumi sebagaimana dalam firmamannya:

“(lafatahna ’alaihim barokatin mina al-samaai wa al-ardl)”. Al-Aayah


Artinya: “pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”.

“Berkah” berarti terbukanya tambahan kebaikan dari langit dan bumi, baik berupa hujan yang menjadi sumber
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan makhluq lainnya, dengan tumbuh-tumbuhan dan makhluq lain yang ada di
Bumi, Bumi akan menjadi kaya dengan alamnya dan ini sangat bermanfa’at bagi kelangsungan hidup manusia.
Bukan malah keburukan berupa bencana; seperti semburan lumpur, angin puyuh, gempa bumi dll. Kalau Allah
sudah berikan kekayaanNya, tentunya akan dipimpin oleh orang-orang yang amanah karena imannya, masyarakat
yang amanah karena imannya sehingga apa yang dicita-citakan demi kebaikan hidup di Dunia dan Akhirat akan
dengan mudah dapat tercapai.

Dengan demikian marilah kita masing-masing diri pribadi, mencoba menjadi orang-orang yang beriman dan
bertaqwa, jangan selalau mengkabing hitamkan orang lain terhadap permasalahan kita di Dunia ini, terutama
bangsa Indonesia yang tercinta ini, mulailah dari diri kita sendiri untuk mengintrospeksi diri agar menjadi orang
yang beriman dan bertaqwa, karena setiap diri kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawabannya dihadapan Allah. Wallahu ‘Alam…

Kekuatan manusia itu bukan hanya dalam akal pikirannya, bukan hanya dalam
ucapannya, bukan hanya dalam kekuatan fisiknya, tetapi yang lebih utama
adalahkekuatan keteguhan hatinya. Keteguhan hati adalah hal yang mutlak
diperlukan oleh manusia dalam hidup ini, baik dalam kehidupan spiritualitas
maupun dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia.

Sayangnya, banyak diantara kita yang kurang menyadari atau mengabaikan


pentingnya kekuatan keteguhan hati. Akibatnya, kita mudah terjebak dalam
model-model kehidupan yang melupakan hati nurani. Mudah mengabaikan nilai-
nilai spiritualitas kebenaran, demi meraih tujuan kesuksesan. Yang terjadi
kemudian adalah berkembangnya penyakit masyarakat seperti, tindak
penyelewengan, penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, kejahatan, penipuan,
Illegal Loging, dll. Inilah sesungguhnya pribadi-pribadi yang membiarkan
keteguhan hatinya terkikis oleh pengaruh eksternal maupun internal dalam
kehidupan.

Apa yang dimaksudkan dengan keteguhan hati ?

Yang saya maksudkan keteguhan hati adalah


kekuatan "istiqamah" atau konsisten atas petunjuk kebenaran yang bersumber
dari suara hati nurani dalam setiap langkah kehidupan. Dengan kata lain, dapat
selalu "inline" atau beredar dalam garis edar orbit kehidupan yang berpusat pada
hati nurani. Keteguhan hati dapat berarti teguh dalam keyakinan keimanan
kepada Allah SWT, tetap komitmen terhadap ajaran-ajaran-Nya, teguh dalam
memegang prinsip-prinsip kebenaran dan kuat dalam memperjuangkan
keyakinan yang bersumber dari hati nuraninya.

Mengapa Keteguhan Hati Itu Penting ?


Keteguhan hati sangat penting karena menjadi syarat dalam menggapai
keberhasilan seseorang baik dalam karier, hidup dan Bisnis. Bahkan keteguhan
hati dapat mengantarkan seseorang meraih kebijaksanaan dan kemuliaan dalam
kehidupan. Seseorang yang memiliki keteguhan hati akan memiliki keteguhan
Iman, karena hati adalah tempat bersemayamnya Iman. Dengannya kita dapat
berkomunikasi dan mendekatkan diri dengan Sang Khaliq. Keteguhan hati dapat
mengantarkan manusia meraih kemuliaan dalam kehidupan dunia dan
akhiratnya juga.

Keteguhan hati menjadi cermin kepribadian seseorang, karena menunjukkan


keyakinan kebenaran yang ditempuhnya. Keteguhan hati merupakan pendorong
motivasi, sehingga memudahkan mencapai tujuannya. Keteguhan hati dapat
melahirkan keteguhan iman dan ketakwaan. Mampu mendengarkan bisikan hati
dalam kebenaran dan kebaikan, tidak mudah tergoda dengan tawaran dan
jebakan hawa nafsu dan ego pribadi, tidak mudah dibelokkan oleh tujuan yang
tidak sesuai dengan keyakinan hatinya. Ketika terlanjur melakukan kesalahan,
akan segera kembali pada kebenaran ketika diingatkan oleh suara hati nurainya
terdalam. Inilah pentingnya mempertahankan keteguhan hati.

Siapapun yang ingin meriah kesuksesan dan kemuliaan dalam segala bidang
kehidupan, tidak boleh lepas dari keteguhan hati. Seseorang yang ingin
mencapai tujuan keberhasilan dalam karier, hidup dan bisnis, tidak boleh lepas
dari keteguhan hati. Seseorang yang ingin mengibarkan panji-panji kemuliaan
dan keagungan dalam kehidupan, tidak boleh lepas dari keteguhan hati. Tanpa
keteguhan hati, kita tidak akan dapat mencapai keberhasilan yang bermakna
tinggi.

Apa saja yang dapat meruntuhkan keteguhan hati ?

Kehidupan modern dewasa ini dengan berbagai pernik-perniknya dapat menjadi


godaan yang meruntuhkan keteguhan hati. Berbagai pengaruh internal dan
eksternal dalam kehidupan ini dapat mengikis keteguhan hati seseorang.
Diantaranya adalah:

1. Memperturutkan Ego dan Nafsyu.


Ego dan nafsu cenderung membawa manusia pada sisi materialsme.
Memperturutkan ego dan nafsu akan membawa manusia terlalu cinta dunia dan
melupakan akhiratnya. Akibatnya kita mudah dijangkiti dengan berbagai penyakit
hati. Mudah terjebak dalam penyakit hati seperti ambisi berlebihan terhadap
kekuasaan dan harta kekayaan hingga menghalalkan segala cara, mengejar
karier atau menjalankan Bisnis dengan mengabaikan nilai-nilai kebenaran,
memperturutkan hawa nafsyu duniawinya yang berlebihan lainnya. Penyakit hati
inilah yang akhirnya menggerogoti keteguhan hati seseorang.

2. Membiarkan Kesalahan.
Melakukan kesalahan-kesalahan meskipun kecil dalam tingkah laku, mapun
tindakan janganlah dianggap hal biasa. Kalau hal ini dibiarkan terus menerus
dapat menjadi kebiasaan dan akhirnya dengan mudah tergoda melakukan
kesalahan dan penyimpangan lebih besar lagi. Mungkin awalnya hanya korupsi
ratusan ribu rupiah misalnya, kalau kita biarkan, lain waktu akan berani korupsi
jutaan rupiah. Kalau tetap dibiarkan lama-kelamaan korupsinya menjadi ratusan
juta rupiah dan bahkan milyaran rupiah. Sebaiknya ketika kita melakukan
kesalahan, sekecil apapun segera kembali pada kebenaran. Karena
sesungguhnya suara hati nurani terdalam telah mengingatkan kita untuk kembali
pada kebenaran.

3. Lingkungan Kehidupan.
Berbagai pengaruh lingkungan dari luar, misalnya pengaruh negatif dari sarana
informasi, tontotan, gaya hidup, tuntutan kehidupan modern yang sangat
konsumstif dan lain sebagainya dapat melemahkan keteguhan hati. Kalau hal ini
tidak disaring dan disikapi dengan baik, akhirnya dapat meruntuhkan keteguhan
hati kita. Hindarilah berbagai pengaruh eksternal negatif yang dapat mengikis
keteguhan hati.

Bagaimana agar dapat mempertahankan keteguhan hati kita ?

Mempertahankan keteguhan hati tentu saja diperlukan kemampuan seseorang


untuk menjaga kejernihan hatinya. Dengan kejernihan hati, suara hati nurani
akan muncul kepermukaan dan menjadi pembimbing dalam setiap langkah
kehidupan. Dalam buku "Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani Menuju
Kehidupan Penuh Potensi", karya Eko Jalu Santoso yang diterbitkan Elex Media
Komputindo, setidaknya ada tujuh langkah dalam usaha menjaga kejernihan
hati. Diantaranya adalah, menetapkan nilai hidup sesuai suara hati, menjauhi
prasangka negatif, menempatkan sudut pandang dari hati, menghindari
pengaruh lingkungan negative, membebaskan pikiran dari pengalaman negative,
melepaskan energi positif kebaikan dan memusatkan hati kepada Allah. Lebih
lengkapnya Anda dapat membacanya dalam buku ini.

Menurut Ary Ginanjar Agustian dari ESQ Leadership Center yang memberikan
komentarnya dalam buku ini mengatakan, "" Revolusi Hati adalah Revolusi
Kehidupan. Buku "Heart Revolution" karya Eko Jalu Santoso ini mampu
mengasah kecerdasan emosi dan spiritual kita yang sangat bermanfaat bagi
bekal menjalani kehidupan." Siapapun yang menginginkan kehidupan yang
penuh potensi ditengah-tengah kehidupan modern yang syarat dengan
tantangan dan jebakan, perlu membaca buku ini. Siapapun yang ingin menjaga
kekuatan keteguhan hati dan menginginkan kemuliaan dalam hidupnya, perlu
membaca buku ini. Siapapun yang ingin melakukan perubahan hidup serta
memberikan perubahan bermakna bagi lingkungannya, perlu meresapi buku ini.

Sahabat yang mulia, saatnya untuk kembali pada hati nurani. Bukan hanya
mengandalkan kekuatan otak dan pikiran semata, tetapi berusaha
mengandalkan kekuatan keteguhan hati. Jadikanlah suara hati nurani Anda
sebagai pembimbing dalam setiap langkah kehidupan, agar rahmat dan berkah
dari Allah senantiasa mengalir dan memberikan yang terindah untuk hati,
perasaan dan seluruh diri kita. SEMOGA BERMANFAAT.

*** Eko Jalu Santoso adalah Founder Motivasi Indonesia


(motivasiindonesia@yahoogroups.com), Penulis Buku "The Art of Life
Revolution" dan Buku "Heart Revolution, Revolusi Hati Nurani Menju Kehidupan
Penuh Potensi", Keduanya Diterbitkan Elex Media Komputindo.

http://www.andriewongso.com/artikel/viewarticleprint.php?idartikel=986

Kiat Agar Tetap Istiqomah


Seorang sahabat kami tercinta, dulunya adalah orang yang menuntun kami untuk mengenal
ajaran islam yang haq (yang benar). Awalnya, ia begitu gigih menjalankan ajaran
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia pun selalu memberikan wejangan dan memberikan
beberapa bacaan tentang Islam kepada kami. Namun beberapa tahun kemudian, kami
melihatnya begitu berubah. Ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamyang sebenarnya adalah
suatu yang wajib bagi seorang pria, lambat laun menjadi pudar dari dirinya. Ajaran tersebut
tertanggal satu demi satu. Dan setelah lepas dari dunia kampus, kabarnya pun sudah semakin
tidak jelas. Kami hanya berdo’a semoga sahabat kami ini diberi petunjuk oleh Allah.

Berlatar belakang inilah, kami menyusun risalah ini. Dengan tujuan agar kaum muslimin yang
telah mengenal agama Islam yang hanif ini dan telah mengenal lebih mendalam ajaran
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa mengetahui bagaimanakah kiat agar tetap istiqomah
dalam beragama, mengikuti ajaran Nabi dan agar bisa tegar dalam beramal. Semoga
bermanfaat.
Keutamaan Orang yang Bisa Terus Istiqomah
Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan tidak
berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua bentuk
ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.[1]
Inilah pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali.
Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah Ta’ala,
َ ‫علَ ْي ِه ُم ْال َمالئِ َكةُ أَال تَخَافُوا َوال تَحْ زَ نُوا َوأ َ ْبش ُِروا بِ ْال َجنَّ ِة الَّتِي ُك ْنت ُ ْم تُو‬
َ‫عدُون‬ َّ ‫إِ َّن الَّذِينَ قَالُوا َربُّنَا‬
َ ‫َّللاُ ث ُ َّم ا ْستَقَا ُموا تَتَن ََّز ُل‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka
istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS.
Fushilat: 30)
Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:
1. Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq dan
Mujahid,
2. Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
3. Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana
dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.[2]
Dan sebenarnya istiqomah bisa mencakup tiga tafsiran ini karena semuanya tidak saling
bertentangan.
Ayat di atas menceritakan bahwa orang yang istiqomah dan teguh di atas tauhid dan ketaatan,
maka malaikat pun akan memberi kabar gembira padanya ketika maut menjemput[3]
“Janganlah takut dan janganlah bersedih“. Mujahid, ‘Ikrimah, dan Zaid bin Aslam menafsirkan
ayat tersebut: “Janganlah takut pada akhirat yang akan kalian hadapi dan janganlah bersedih
dengan dunia yang kalian tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta dan tanggungan utang. Karena
para malaikat nanti yang akan mengurusnya.” Begitu pula mereka diberi kabar gembira berupa
surga yang dijanjikan. Dia akan mendapat berbagai macam kebaikan dan terlepas dari berbagai
macam kejelekan. [4]
Zaid bin Aslam mengatakan bahwa kabar gembira di sini bukan hanya dikatakan ketika maut
menjemput, namun juga ketika di alam kubur dan ketika hari berbangkit. Inilah yang
menunjukkan keutamaan seseorang yang bisa istiqomah.
Al Hasan Al Bashri ketika membaca ayat di atas, ia pun berdo’a, “Allahumma anta robbuna,
farzuqnal istiqomah (Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah keistiqomahan pada
kami).”[5]
Yang serupa dengan ayat di atas adalah firman Allah subhanahu wa ta’ala,
ْ َ ‫ أُولَئِكَ أ‬, َ‫علَ ْي ِه ْم َوال ُه ْم يَحْ زَ نُون‬
َ‫ص َحابُ ْال َجنَّ ِة خَا ِلدِينَ فِي َها َجزَ ا ًء بِ َما كَانُوا يَ ْع َملُون‬ َّ ‫إِ َّن الَّذِينَ قَالُوا َربُّنَا‬
ٌ ‫َّللاُ ث ُ َّم ا ْستَقَا ُموا فَال خ َْو‬
َ ‫ف‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka
tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula)
berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai
balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14)
Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah, beliau berkata,
ِ َّ ِ‫غي َْركَ – قَا َل « قُ ْل آ َم ْنتُ ب‬
‫اَّلل فَا ْست َ ِق ْم‬ َ ُ ‫ث أَبِى أ‬
َ َ‫سا َمة‬ ِ ‫ع ْنهُ أ َ َحدًا بَ ْعدَكَ – َوفِى َحدِي‬
َ ‫اإل ْسالَ ِم قَ ْوالً الَ أ َ ْسأ َ ُل‬
ِ ‫َّللاِ قُ ْل لِى فِى‬
َّ ‫سو َل‬
ُ ‫« يَا َر‬.
“Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini
ucapan (yang mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang
hal itu kepada orang lain setelahmu [dalam hadits Abu Usamah dikatakan, "selain engkau"].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah“,
kemudian beristiqamahlah dalam ucapan itu.”[6] Ibnu Rajab mengatakan, “Wasiat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini sudah mencakup wasiat dalam agama ini seluruhnya.”[7]
Pasti Ada Kekurangan dalam Istiqomah
Ketika kita ingin berjalan di jalan yang lurus dan memenuhi tuntutan istiqomah, terkadang kita
tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh. Lantas apa yang bisa menutupi kekurangan
ini? Jawabnnya adalah pada firman Allah Ta’ala,
َّ َ‫قُ ْل ِإنَّ َما أَنَا َبش ٌَر مِ ثْلُ ُك ْم يُو َحى ِإل‬
ُ‫ي أَنَّ َما ِإلَ ُه ُك ْم ِإلَهٌ َواحِ ٌد فَا ْستَقِي ُموا ِإلَ ْي ِه َوا ْست َ ْغف ُِروه‬
“Katakanlah: “Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan
kepadaku bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada
jalan yan lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 6). Ayat
ini memerintahkan untuk istiqomah sekaligus beristigfar (memohon ampun pada Allah).
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Ayat di atas “Istiqomahlah dan mintalah ampun kepada-
Nya” merupakan isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah yang
diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar (memohon ampunan Allah).
Istighfar itu sendiri mengandung taubat dan istiqomah (di jalan yang lurus).”[8]
Kiat Agar Tetap Istiqomah
Ada beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan.
Pertama: Memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat dengan baik dan benar.
Allah Ta’ala berfirman,
َّ ُ‫َّللا‬
َّ ‫الظالِمِ ينَ َو َي ْف َع ُل‬
‫َّللاُ َما َيشَا ُء‬ ِ ‫ت فِي ْال َح َياةِ ال ُّد ْن َيا َوفِي اآلخِ َرةِ َوي‬
َّ ‫ُض ُّل‬ ِ ‫َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا ِب ْالقَ ْو ِل الثَّا ِب‬
َّ ُ‫يُث َ ِبِّت‬
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Tafsiran ayat “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh …”
dijelaskan dalam hadits berikut.
‫ت فِى ْال َحيَاةِ ال ُّد ْنيَا‬
ِ ِ‫َّللاُ الَّذِينَ آ َمنُوا بِ ْالقَ ْو ِل الثَّاب‬ َّ َّ‫سئِ َل فِى ْالقَب ِْر يَ ْش َه ُد أ َ ْن الَ إِلَهَ إِال‬
َّ ‫َّللاُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل‬
َّ ُ‫ يُثَبِِّت‬: ُ ‫ فَذَلِكَ قَ ْولُه‬، ِ‫َّللا‬ ُ ‫ْال ُم ْس ِل ُم إِذَا‬
ِ‫ َوفِى اآلخِ َرة‬.
“Jika seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, maka inilah tafsir
ayat: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.“[9]
Qotadah As Sadusi mengatakan, “Yang dimaksud Allah meneguhkan orang beriman di dunia
adalah dengan meneguhkan mereka dalam kebaikan dan amalan sholih. Sedangkan di akhirat,
mereka akan diteguhkan di kubur (ketika menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir,
pen).” Perkataan semacam Qotadah diriwayatkan dari ulama salaf lainnya.[10]
Mengapa Allah bisa teguhkan orang beriman di dunia dengan terus beramal sholih dan di
akhirat (alam kubur) dengan dimudahkan menjawab pertanyaan malaikat “Siapa Rabbmu, siapa
Nabimu dan apa agamamu”? Jawabannya adalah karena pemahaman dan pengamalannya
yang baik dan benar terhadap dua kalimat syahadat. Dia tentu memahami makna dua kalimat
syahadat dengan benar. Memenuhi rukun dan syaratnya. Serta dia pula tidak menerjang
larangan Allah berupa menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, yaitu berbuat syirik.
Oleh karena itu, kiat pertama ini menuntunkan seseorang agar bisa beragama dengan baik
yaitu mengikuti jalan hidup salaful ummah yaitu jalan hidup para sahabat yang merupakan
generasi terbaik dari umat ini. Dengan menempuh jalan tersebut, ia akan sibuk belajar agama
untuk memperbaiki aqidahnya, mendalami tauhid dan juga menguasai kesyirikan yang sangat
keras Allah larang sehingga harus dijauhi. Oleh karena itu, jalan yang ia tempuh adalah jalan
Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam beragama yang merupakan golongan yang selamat yang
akan senantiasa mendapatkan pertolongan Allah.
Kedua: Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan merenungkannya.
Allah menceritakan bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al
Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah Ta’ala berfirman,
َ‫ق ِليُث َ ِبِّتَ الَّذِينَ آ َمنُوا َو ُهدًى َوبُ ْش َرى ل ِْل ُم ْسلِمِ ين‬
ِ ِّ ‫مِن َر ِبِّكَ ِب ْال َح‬
ْ ‫قُ ْل ن ََّزلَه ُ ُرو ُح ْالقُد ُِس‬
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril)[11] menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan
benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta
kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)
Oleh karena itu, Al Qur’an itu diturunkan secara beangsur-angsur untuk meneguhkan hati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamsebagaimana terdapat dalam ayat,
‫علَ ْي ِه ْالقُ ْرآنُ ُج ْملَةً َواحِ َدة ً َكذَلِكَ ِلنُث َ ِبِّتَ ِب ِه فُ َؤادَكَ َو َرت َّ ْلنَاهُ ت َْرتِيال‬
َ ‫َوقَا َل الَّذِينَ َكف َُروا لَ ْوال نُ ِ ِّز َل‬
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali
turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya
secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al Furqon: 32)
Al Qur’an adalah jalan utama agar seseorang bisa terus kokoh dalam agamanya. [12]
Alasannya, karena Al Qur’an adalah petunjuk dan obat bagi hati yang sedang ragu.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
‫ه َُو ِل َّلذِينَ آ َمنُوا ُهدًى َو ِشفَا ٌء‬
“Al Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44).
Qotadah mengatakan, “Allah telah menghiasi Al Qur’an sebagai cahaya dan keberkahan serta
sebagai obat penawar bagi orang-orang beriman.”[13] Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut,
“Katakanlah wahai Muhammad, Al Qur’an adalah petunjuk bagi hati orang beriman dan obat
penawar bagi hati dari berbagai keraguan.”[14]
Oleh karena itu, kita akan saksikan keadaan yang sangat berbeda antara orang yang gemar
mengkaji Al Qur’an dan merenungkannya dengan orang yang hanya menyibukkan diri dengan
perkataan filosof dan manusia lainnya. Orang yang giat merenungkan Al Qur’an dan
memahaminya, tentu akan lebih kokoh dan teguh dalam agama ini. Inilah kiat yang mesti kita
jalani agar kita bisa terus istiqomah.
Ketiga: Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari’at Allah
Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at
atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal lebih
dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, beliau mengatakan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َّللاِ ت َ َعالَى أَد َْو ُم َها َو ِإ ْن قَ َّل‬
َّ ‫أ َ َحبُّ األ َ ْع َما ِل ِإلَى‬
“Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu
sedikit.” ‘Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk
merutinkannya. [15]
An Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun
konsekuen dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja
dilakukan. Ingatlah bahwa amalan sedikit yang rutin dilakukan akan melanggengkan amalan
ketaatan, dzikir, pendekatan diri pada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal, juga akan
membuat amalan tersebut diterima oleh Sang KholiqSubhanahu wa Ta’ala. Amalan sedikit
namun konsekuen dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan berlipat dibandingkan
dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja dilakukan.”[16]
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah amalan yang konsekuen dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang memutuskan
amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan
hal ini pada sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar.”[17] Yaitu Ibnu ‘Umar dicela karena meninggalkan
amalan shalat malam.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia mengatakan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padanya,
َ َ‫ َكانَ يَقُو ُم اللَّ ْي َل فَت ََركَ قِي‬، ‫ الَ ت َ ُك ْن مِ ثْ َل فُالَ ٍن‬، ‫َّللا‬
‫ام اللَّ ْي ِل‬ ِ َّ ‫ع ْب َد‬
َ ‫يَا‬
“Wahai ‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat malam,
namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.”[18]
Selain amalan yang kontinu dicintai oleh Allah, amalan tersebut juga dapat mencegah
masuknya virus “futur” (jenuh untuk beramal). Jika seseorang beramal sesekali namun banyak,
kadang akan muncul rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang beramal sedikit namun
ajeg (terus menerus), maka rasa malas pun akan hilang dan rasa semangat untuk beramal
akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk beramal yang penting kontinu walaupun
jumlahnya sedikit.
Keempat: Membaca kisah-kisah orang sholih sehingga bisa dijadikan uswah (teladan) dalam
istiqomah.
Dalam Al Qur’an banyak diceritakan kisah-kisah para nabi, rasul, dan orang-orang yang
beriman yang terdahulu. Kisah-kisah ini Allah jadikan untuk meneguhkan hati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengambil teladan dari kisah-kisah tersebut
ketika menghadapi permusuhan orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,
َ‫ظةٌ َو ِذ ْك َرى ل ِْل ُمؤْ مِ نِين‬
َ ‫س ِل َما نُث َ ِبِّتُ ِب ِه فُ َؤادَكَ َو َجا َءكَ فِي َه ِذ ِه ْال َح ُّق َو َم ْو ِع‬ ُّ ِ‫علَيْكَ مِ ْن أ َ ْن َباء‬
ُ ‫الر‬ ُّ ُ‫َو ُك اال نَق‬
َ ‫ص‬
“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya
Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran
dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)
Contohnya kita bisa mengambil kisah istiqomahnya Nabi Ibrahim.
‫( َوأ َ َرادُوا بِ ِه َك ْيدًا فَ َجعَ ْلنَا ُه ُم‬69) ‫ِيم‬
َ ‫علَى إِب َْراه‬ ُ ‫( قُ ْلنَا يَا ن‬68) َ‫ص ُروا آ َ ِل َهت َ ُك ْم إِ ْن ُك ْنت ُ ْم فَا ِعلِين‬
َ ‫َار كُونِي بَ ْردًا َو‬
َ ‫س َال ًما‬ ُ ‫قَالُوا َح ِ ِّرقُوهُ َوا ْن‬
َ‫س ِرين‬ َ ‫( ْاأل َ ْخ‬70)
“Mereka berkata: “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak
bertindak”. Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim”. mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu
orang-orang yang paling merugi.” (QS. Al Anbiya’: 68-70)
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,
ُ
‫ار‬ َ ‫ِيم حِ ينَ أ ْلق‬
ِ َّ‫ِى فِى الن‬ َ ‫َّللاُ َونِ ْع َم ْال َوكِي ُل آخِ َر قَ ْو ِل إِب َْراه‬
َّ ‫ى‬َ ِ‫َح ْسب‬
“Akhir perkataan Ibrahim ketika dilemparkan dalam kobaran api adalah “hasbiyallahu wa ni’mal
wakil” (Cukuplah Allah sebagai penolong dan sebaik-baik tempat bersandar).”[19] Lihatlah
bagaimana keteguhan Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian tersebut? Beliau menyandarkan
semua urusannya pada Allah, sehingga ia pun selamat. Begitu pula kita ketika hendak
istiqomah, juga sudah seharusnya melakukan sebagaimana yang Nabi Ibrahim contohkan. Ini
satu pelajaran penting dari kisah seorang Nabi.
Begitu pula kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dalam firman
Allah,
‫ِين‬
ِ ‫س َي ْهد‬ َ ‫ قَا َل كَال ِإ َّن َمع‬, َ‫سى ِإنَّا لَ ُمد َْر ُكون‬
َ ‫ِي َر ِبِّي‬ ْ َ ‫فَلَ َّما ت ََرا َءى ْال َج ْم َعا ِن قَا َل أ‬
َ ‫ص َحابُ ُمو‬
“Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan
tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.”
(QS. Asy Syu’aro: 61-62). Lihatlah bagaimana keteguhan Nabi Musa ‘alaihis salam ketika
berada dalam kondisi sempit? Dia begitu yakin dengan pertolongan Allah yang begitu dekat.
Inilah yang bisa kita contoh.
Oleh karena itu, para salaf sangat senang sekali mempelajari kisah-kisah orang sholih agar bisa
diambil teladan sebagaimana mereka katakan berikut ini.
Basyr bin Al Harits Al Hafi mengatakan,
َ َّ‫ار بِالن‬
‫ظ ِر ِإلَ ْي ِه ْم‬ َ ‫ص‬َ ‫ب بِ ِذ ْك ِر ِه ْم َوأ َ َّن أ َ ْق َوا ًما أَحْ يَا َء ت َ ْع َمى األ َ ْب‬
َ ‫أ َ َّن أ َ ْق َوا ًما َم ْوت َى تَحْ يَا القُلُ ْو‬
“Betapa banyak manusia yang telah mati (yaitu orang-orang yang sholih, pen) membuat hati
menjadi hidup karena mengingat mereka. Namun sebaliknya, ada manusia yang masih hidup
(yaitu orang-orang fasik, pen) membuat hati ini mati karena melihat mereka.“[20] Itulah orang-
orang sholih yang jika dipelajari jalan hidupnya akan membuat hati semakin hidup, walaupun
mereka sudah tidak ada lagi di tengah-tengah kita. Namun berbeda halnya jika yang dipelajari
adalah kisah-kisah para artis, yang menjadi public figure. Walaupun mereka hidup, bukan
malah membuat hati semakin hidup. Mengetahui kisah-kisah mereka mati membuat kita
semakin tamak pada dunia dan gila harta.Wallahul muwaffiq.
Imam Abu Hanifah juga lebih senang mempelajari kisah-kisah para ulama dibanding menguasai
bab fiqih. Beliau rahimahullah mengatakan,
‫ِير مِ ْن ْال ِف ْق ِه ِألَنَّ َها آدَابُ ْالقَ ْو ِم َوأ َ ْخ َالقُ ُه ْم‬ َ َ‫ع ْن ْالعُلَ َماءِ َو ُم َجال‬
َّ َ‫ستِ ِه ْم أ َ َحبُّ إل‬
ٍ ‫ي مِ ْن َكث‬ َ ُ‫ْالحِ كَايَات‬
“Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai daripada menguasai
beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlaq luhur
mereka.“[21]
Begitu pula yang dilakukan oleh Ibnul Mubarok yang memiliki nasehat-nasehat yang menyentuh
qolbu. Sampai-sampai ‘Abdurrahman bin Mahdi mengatakan mengenai Ibnul Mubarok, “Kedua
mataku ini tidak pernah melihat pemberi nasehat yang paling bagus dari umat ini kecuali Ibnul
Mubarok.“[22]
Nu’aim bin Hammad mengatakan, “Ibnul Mubarok biasa duduk-duduk sendirian di rumahnya.
Kemudian ada yang menanyakan pada beliau, “Apakah engkau tidak kesepian?” Ibnul Mubarok
menjawab, “Bagaimana mungkin aku kesepian, sedangkan aku selalu bersama Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam?” [23] Maksudnya, Ibnul Mubarok tidak pernah merasa kesepian karena sibuk
mempelajari jalan hidup Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam.
Itulah pentingnya merenungkan kisah-kisah orang sholih. Hati pun tidak pernah kesepian dan
gundah gulana, serta hati akan terus kokoh.
Kelima: Memperbanyak do’a pada Allah agar diberi keistiqomahan.
Di antara sifat orang beriman adalah selalu memohon dan berdo’a kepada Allah agar diberi
keteguhan di atas kebenaran. Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala memuji orang-orang yang beriman
yang selalu berdo’a kepada-Nya untuk meminta keteguhan iman ketika menghadapi ujian.
Allah Ta’ala berfirman,
َ‫( َو َما َكان‬146) َ‫صابِ ِرين‬ َّ ‫ضعُفُوا َو َما ا ْستَكَانُوا َو‬
َّ ‫َّللاُ يُحِ بُّ ال‬ َ ‫َّللا َو َما‬ ِ َّ ‫سبِي ِل‬
َ ‫صابَ ُه ْم فِي‬ َ َ ‫ِير فَ َما َو َهنُوا ِل َما أ‬ٌ ‫ي قَات َ َل َمعَهُ ِربِِّيُّونَ َكث‬ ٍِّ ِ‫َو َكأَيِ ِّْن مِ ْن نَب‬
‫علَى ْالقَ ْو ِم ْالكَاف ِِرينَ قَ ْولَ ُه ْم إِ َّال أ َ ْن قَالُوا‬ ُ ‫( َربَّنَا ا ْغف ِْر لَنَا ذُنُوبَنَا َوإِس َْرافَنَا فِي أ َ ْم ِرنَا َوثَبِِّتْ أ َ ْق َدا َمنَا َوا ْن‬147) َ‫اب ال ُّد ْنيَا َو ُحسْن‬
َ ‫ص ْرنَا‬ َ ‫َّللاُ ث َ َو‬ َّ ‫فَآَت َا ُه ُم‬
148) َ‫َّللاُ يُحِ بُّ ْال ُم ْح ِسنِين‬
َّ ‫ب ْاآلَخِ َرةِ َو‬
ِ ‫ث َ َوا‬
“Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari
pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa
mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami, ampunilah
dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan
teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir‘. Karena itu Allah
memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali ‘Imran: 146-148).
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,
َ‫علَى ْالقَ ْو ِم ْالكَاف ِِرين‬ ُ ‫صب ًْرا َوثَبِِّتْ أ َ ْق َدا َمنَا َوا ْن‬
َ ‫ص ْرنَا‬ َ ‫علَ ْينَا‬ ْ ‫َربَّنَا أ َ ْف ِر‬
َ ‫غ‬
“Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian kami dan
tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 250)
Do’a lain agar mendapatkan keteguhan dan ketegaran di atas jalan yang lurus adalah,
ُ‫غ قُلُو َبنَا َب ْع َد ِإ ْذ َه َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا مِ ْن لَ ُد ْنكَ َرحْ َمةً ِإ َّنكَ أ َ ْنتَ ْال َو َّهاب‬
ْ ‫َر َّبنَا َال ت ُ ِز‬
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
Do’a yang paling sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam panjatkan adalah,
َ ‫ب ثَبِِّتْ قَ ْلبِى‬
َ‫علَى دِينِك‬ ِ ‫ب ْالقُلُو‬
َ ِّ‫يَا ُمقَ ِل‬
“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu).”
Ummu Salamah pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kenapa
do’a tersebut yang sering beliau baca. Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam seraya menjawab,
َ ‫ام َو َم ْن شَا َء أَزَ ا‬
‫غ‬ َ َ‫َّللاِ فَ َم ْن شَا َء أَق‬ ْ ُ ‫ى إِالَّ َوقَ ْلبُه ُ بَيْنَ أ‬
َ َ ‫صبُعَي ِْن مِ ْن أ‬
َّ ِ‫صابِع‬ َ ‫يَا أ ُ َّم‬
َ ‫سلَ َمةَ إِنَّه ُ لَي‬
ٌّ ِ‫ْس آدَم‬
“Wahai Ummu Salamah, yang namanya hati manusia selalu berada di antara jari-jemari Allah.
Siapa saja yang Allah kehendaki, maka Allah akan berikan keteguhan dalam iman. Namun
siapa saja yang dikehendaki, Allah pun bisa menyesatkannya.“[24]
Dalam riwayat lain dikatakan,
‫ع َّز َو َج َّل يُقَ ِِّلبُ َها‬
َ ِ‫َّللا‬ َ ُ‫ِإ َّن ْالقُل‬
َّ ‫وب بِيَ ِد‬
“Sesungguhnya hati berada di tangan Allah ‘azza wa jalla, Allah yang membolak-
balikkannya.“[25]
Keenam: Bergaul dengan orang-orang sholih.
Allah menyatakan dalam Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu
menguatkan iman para shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman,
ِ ‫ِي إِلَى‬
‫ص َراطٍ ُم ْستَق ٍِيم‬ َ ‫اَّلل فَقَ ْد ُهد‬ ِ ‫َّللاِ َوفِي ُك ْم َرسُولُه ُ َو َم ْن يَ ْعت‬
ِ َّ ِ‫َص ْم ب‬ َ ‫ْف ت َ ْكفُ ُرونَ َوأ َ ْنت ُ ْم تُتْلَى‬
َّ ُ‫علَ ْي ُك ْم آ َ َيات‬ َ ‫َو َكي‬
“Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah
dibacakan kepada kalian, dan Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa
yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran: 101)
Allah juga memerintahkan agar selalu bersama dengan orang-orang yang baik.
Allah Ta’ala berfirman,
َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا‬
َّ ‫َّللاَ َوكُونُوا َم َع ال‬
َ‫صا ِدقِين‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar(jujur).” (QS. At Taubah: 119)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang
yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.
، ُ‫ أ َ ْو ت َِج ُد ِري َحه‬، ‫ب ْالمِ سْكِ ِإ َّما ت َ ْشت َِري ِه‬ ِ ِ‫صاح‬ َ ‫ الَ َي ْع َد ُمكَ مِ ْن‬، ‫ِير ْال َحدَّا ِد‬
ِ ‫ َوك‬، ِ‫ب ْالمِ سْك‬ ِ ‫صالِحِ َو ْال َجل‬
َ ‫ِيس الس َّْوءِ َك َمث َ ِل‬
ِ ِ‫صاح‬ ِ ‫َمث َ ُل ْال َجل‬
َّ ‫ِيس ال‬
ِ ‫ِير ْال َحدَّا ِد ي‬
ً‫ُحْر ُق بَ َدنَكَ أ َ ْو ث َ ْوبَكَ أ َ ْو ت َِج ُد مِ ْنه ُ ِري ًحا َخ ِبيثَة‬ ُ ‫َوك‬
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak
misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman
dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar,
minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” [26]
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-
orang yang dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan
dorongan agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama
dan dunia.”[27]
Para ulama pun memiliki nasehat agar kita selalu dekat dengan orang sholih.
Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata,
َ ‫مِن يَجْ لُو القَ ْل‬
‫ب‬ ِ ْ‫مِن إِلَى ال ُمؤ‬ ْ ‫ن‬
ِ ْ‫َظ ُر ال ُمؤ‬
“Pandangan seorang mukmin kepada mukmin yang lain akan mengilapkan hati.“[28] Maksud
beliau adalah dengan hanya memandang orang sholih, hati seseorang bisa kembali tegar. Oleh
karenanya, jika orang-orang sholih dahulu kurang semangat dan tidak tegar dalam ibadah,
mereka pun mendatangi orang-orang sholih lainnya.
‘Abdullah bin Al Mubarok mengatakan, “Jika kami memandang Fudhail bin ‘Iyadh, kami akan
semakin sedih dan merasa diri penuh kekurangan.”
Ja’far bin Sulaiman mengatakan, “Jika hati ini ternoda, maka kami segera pergi menuju
Muhammad bin Waasi’.”[29]
Ibnul Qayyim mengisahkan, “Kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah), jika kami ditimpa perasaan
gundah gulana atau muncul dalam diri kami prasangka-prasangka buruk atau ketika kami
merasakan sempit dalam menjalani hidup, kami segera mendatangi Ibnu Taimiyah untuk
meminta nasehat. Maka dengan hanya memandang wajah beliau dan mendengarkan nasehat
beliau serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan
perasaan lapang, tegar, yakin dan tenang”.[30]
Itulah pentingnya bergaul dengan orang-orang yang sholih. Oleh karena itu, sangat penting
sekali mencari lingkungan yang baik dan mencari sahabat atau teman dekat yang semangat
dalam menjalankan agama sehingga kita pun bisa tertular aroma kebaikannya. Jika lingkungan
atau teman kita adalah baik, maka ketika kita keliru, ada yang selalu menasehati dan
menyemangati kepada kebaikan.
Kalau dalam masalah persahabatan yang tidak bertemu setiap saat, kita dituntunkan untuk
mencari teman yang baik, apalagi dengan mencari pendamping hidup yaitu suami atau istri.
Pasangan suami istri tentu saja akan menjalani hubungan bukan hanya sesaat. Bahkan suami
atau istri akan menjadi teman ketika tidur. Sudah sepantasnya, kita berusaha mencari
pasangan yang sholih atau sholihah. Kiat ini juga akan membuat kita semakin teguh dalam
menjalani agama.
Demikian beberapa kiat mengenai istiqomah. Semoga Allah senantiasa meneguhkan kita di
atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini. Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati,
teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu.
***
Diselesaikan di Panggang, Gunung Kidul, 20 Dzulhijah 1430 H
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
B. Faktor Pendorong Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja
Permasalahan Penyalahgunaan Narkoba merupakan permasalahan yang demikian komplek yang
merupakan hasil interaksi 3 (tiga) faktor, yaitu
1. Faktor individu
Faktor individu meliputi:
a. Aspek Kepribadian
 Tingkah laku anti sosial antara lain : keinginan untuk melanggar, sifat memberontak, tak ingin hal yang
besifat otoritas, menolak nilai-nilai tradisional, mudah kecewa, tidak sabar serta adanya keinginan
diterima di kelompok pergaulan, dan untuk bergembira.
 Kecemasan dan depresi antara lain : tidak mampu menyelesaikan kesulitan hidup, menghindari rasa
cemas, dan depresi, sehingga melarikan diri ke penyalahgunaan Narkoba.
b. Aspek Pengetahuan
 Sikap dan kepercayaan antara lain : mengikuti orang lain, tidak mengetahui bahaya Narkoba, ingin coba-
coba agar diterima di lingkungan pergaulan.
c. Keterampilan berkomunikasi menolak tekanan teman sebaya.
d. Faktor genetik.
2. Faktor Lingkungan/Sosial
Faktor lingkungan/sosal antara lain : kondisi keluarga/orang tua, pengaruh teman/kelompok
sebaya, faktor sekolah, pengaruh iklan, dan kehidupan masyarakat modern.
3. Faktor Ketersediaan
Faktor ketersediaan antara lain : tersedia dimana-mana dan mudah diperoleh karena maraknya
peredaran Narkoba, Indonesia sudah sebagai produsen Narkoba, bisnis Narkoba yang menjanjikan
keuntungan besar, kultivasi gelap ganja di beberapa daerah di Indonesia serta penegakan hokum yang
belum tegas dan konsisten.

C. Ciri-Ciri Seorang Pecandu Narkoba


a. Perubahan Fisik dan Lingkungan Sehari-hari
1. Jalan sempoyongan, bicara pelo (tidak jelas)
2. Kamar selalu dikunci
3. Sering didatangi atau menerima telepon dari teman-teman yang tidak dikenal.
4. Ditemukan obat-obatan, peralatan seperti kertas timah, jarum suntuk, korek api di kamar/di dalam
tasnya.
5. Sering kehilangan uang/barang yang berharga di rumah.
b. Perubahan Psikologis
1. Malas belajar.
2. Mudah tersinggung.
3. Sulit berkonsentrasi.
c. Perubahan Perilaku Sosial
1. Menghindari kontak mata langsung, melamun, atau linglung.
2. Berbohong atau manipulasi keadaan.
3. Kurang disiplin dan suka membolos.
4. Mengabaikan kegiatan ibadah.
5. Menarik diri dari aktivitas keluarga dan sering mengurun diri di kamar/ tempat-tempat tertutup.

D. Dampak Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja


a. Bagi Diri Sendiri
1. Fungsi otak dan perkembangan normal remaja terganggu, mulai dari ingatan, perhatian, persepsi
, perasaan, dan perubahan pada motivasinya.
2. Menimbulkan ketergantungan, overdosis, gangguan pada organ tubuh, seperti: hati, ginjal, paru-paru,
jantung, lambung, reproduksi serta gangguan jiwa.
3. Perubahan pada gaya hidup dan nilai-nilai agama, sosial dan budaya, misalnya tindakan asusila, asosial
bahkan antisocial.
4. Akibat jarum suntik yang tidak steril dapat terkena HIV Aids, radang pembuluh darah, jantung, hepatitis B
dan C, tuber colose.
b. Bagi Keluarga
1. Orang tua menjadi malu, sedih, merasa bersalah, marah, bahkan kadang-kadang sampai putus asa.
2. Suasana kekeluargaan berubah tidak terkendali karena sering terjadi pertengkaran, saling
mempersalahkan, marah, bermusuhan, dan lain-lain.
3. Uang dan harta habis terjual, serta masa depan anak tidak jelas karena putus sekolah dan menganggur.
c. Bagi masyarakat
1. Lingkungan menjadi rawan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
2. Kriminalitas dan kekerasan meningkat.
3. Ketahanan kewilayahan menurun.
E. Jenis-Jenis Narkoba yang disalahgunakan oleh remaja
a. Narkotika
1. Narkotika Golongan 1 : berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan tidak digunakan untuk
terapi (pengobatan)
Contoh : heroin, kokain, dan ganja.
Putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk.

2. Narkotika Golongan 2 : berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Digunakan pada terapi sebagai
pilihan terakhir.
Contoh : morfin, petidin, dan metadon.

3. Narkotika Golongan 3 : berpotensi ringan menyebabkan ketergantungan dan banyak digunakan dalam
terapi.
Contoh : kodein.

b. Psikotropika
1. Psikotropika Golongan 1 : amat kuat menyebabkan ketergantungan dan tidak digunakan dalam terapi.
Contoh : MDMA (ekstasi), LSD, dan STP.

2. Psikotropika Golongan 2 : kuat menyebabkan ketergantungan, digunakan amat terbatas pada terapi.
Contoh : Amfetamin, metamfetamin (shabu), fensiklidin, dan Ritalin.

3. Psikotropika Golongan 3 : potensi sedang menyebabkan ketergantungan, banyak digunakan dalam


terapi.
Contoh : pentobarbital dan flunitrazepam.
4. Psikotropika Golongan 4 : potensi ringan menyebabkan ketergantungan dan sangat luas digunakan
dalam terapi.
Contoh : diazepam, klobozam, fenobarbital, barbital, klorazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam
(nipam, pil BK/koplo, DUM, MG, Lexo, Rohyp, dll.).
c. Bahan Adiktif Lainnya
1. Alkohol, yang terdapat pada berbagai jenis minuman keras.

2. Inhalansia/solven, yaitu gas atau zat yang mudah menguap yang terdapat pada berbagai keperluan
pabrik, kantor, dan rumah tangga.

3. Nikotin yang terdapat pada tembakau.


4. Kafein pada kopi, minuman penambah energi, dan obat sakit kepala tertentu.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Narkoba singkatan dari narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Penyalahgunaan narkoba
adalah penggunaan Narkoba bukan untuk maksud pengobatan tetapi ingin menikmati pengaruhnya
dalam jumlah yang berlebihan.
Berbagai upaya untuk melaksanakan pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba sudah banyak dilakukan oleh pemerintah, khususnya melalui organisasi forum seperti
BNN/BNP/BNKab/Kota namun hingga kini belum nejawab kebutuhan di lapangan.
Hal ini sangat memerlukan bentuk kerja sama, komitmen dan konsistensi pada setiap tatanan
elemen bangsa, baik pada tatanan personal, institusional maupun sosial. Hal-hal untuk mencegah
penggunaan Narkoba antara lain :
1. Jangan sekali-kali mencoba dengan kadar berapapun, dengan jenis apapun, dan dengan dalih apapun.
2. Carilah pergaulan yang aman, di tempat yang aman dengan orang-orang yang aman, dan pada waktu
yang aman.
3. Dapatkan kasih sayang yang tulus dari keluarga dengan saling memperhatikan, saling mengasihi, dan
saling mebutuhkan. Kembangkan kasih sayang ini pada saudara, sahabat, dan teman-teman.
4. Waspadalah terhadap siapapun dengan tetap menjalani hidup yang wajar. Katakan “TIDAK” pada
narkoba.
5. Mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha Esa dengan rajin menjalankan ibadah dan memohon
kekuatan kepada-Nya. Tanpa kekuatan dari Tuhan, manusia penuh dengan segala kelemahan.

B. SARAN
Obat-obatan terlarang bukanlah jawaban yang tepat bagi semua masalah, bahkan sebaliknya,
akan menimbulkan masalah yang jauh lebih besar. Pemakai obat-obatan terlarang adalah orang yang
mengalami kerugian besar, dan dapat berakhir pada kematian.
Tindakan yang paling baik untuk menanggulangi bahaya narkoba adalah mencegah keterlibatan
dengan narkoba itu sendiri karena pencegahan jauh lebih baik dibandingkan dengan pengobatan.

You might also like