You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

Telinga adalah salah satu alat indra yang memiliki fungsi untuk
mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui /
mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya
dengan mata kepala kita sendiri. Dalam praktek sehari-hari banyak pasien
mengeluhkan masalah pada bagian telinga, oleh sebab itu diperlukan
pengetahuan akan anatomi serta fisiologi telinga. Anatomi dan fisiologi ini
perlui dipahami untuk dapat menjelaskan secara detail posisi atau letak
terjadinya kelainan, maupun fungsi dari organ-organ yang terkait didalamnya.
Untuk tujuan deskriptif, telinga dibagi menjadi tiga bagian, telinga
luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Pembagian ini dapat mempermudah
memahami anatomi telinga secara langsung. Telinga juga terdiri dari beberapa
otot yang melapisinya, tulang-tulang pendengaran, perdarahan, dan persarafan,
yang akan dijelaskan lebih lanjut dalam referat ini.
Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus.
Telinga tengah yang merupakan sebuah ruangan yang berisi udara yang
mempunyai batas-batas bagian lateral adalah membran timpani, batas anterior
adalah tuba eustachius, batas inferior vena jugularis, batas posterior adalah
auditus ad antrum, batas superior adalah tegmen timpani, dan batas medial
adalah telinga dalam. Telinga tengah juga terdiri dari tulang-tulang
pendengaran maleurs, incus, dan stapes yang saling berhubungan. Sedangkan
telinga dalam terdiri dari koklea, dan vestibuler.
Fisiologi telinga berguna untuk mengetahui proses dari fungsi organ
tersebut. Dalam referat ini akan dijelaskan lebih lanjut bagaimana fisiologi
telinga sebagai fungsi pendengaran dan keseimbangan.
Menurut kamus deglutasi atau deglutition proses menelan
diterjemahkan sebagai proses memasukkan makanan kedalam tubuh melalui
mulut “the process of taking food into the body through the mouth”. Proses
menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap
organ yang berperan harus bekerja secara terintegrasi dan
berkesinambungan. Dalam proses menelan ini diperlukan kerjasama yang

0
baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang otot
menelan. Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari
rongga mulut ke dalam lambung.
Keberhasilan proses menelan ini tergantung dari beberapa faktor, yaitu
ukuran bolus makanan, diameter lumen esophagus, kontraksi peristaltic
esophagus, fungsi sfingter esophagus, dan kerja otot-otot rongga mulut dan
lidah.
Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila sistem neuro-
muskular mulai dari susunan saraf pusat, batang otak, persarafan dinding
faring dan uvula, persarafan ekstrinsik esophagus serta persarafan intrinsic
otot-otot esophagus bekerja dengan baik, sehingga aktivitas motorik berjalan
lancer. Kerusakan pada pusat menelan dapat menyebabkan kegagalan aktivitas
komponen orofaring. Otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian atas.
Oleh karena Otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian atas juga
mendapat persarafan dari inti motor nevus vagus, maka aktivitas peristaltic
esophagus masih tampak pada kelainan di otak. Relaksasi sfingter esophagus
bagian bawah tejadi akibat peregangan langsung dinding esophagus.

1
BAB II
PEMBAHASAN

I. ANATOMI TELINGA
Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara
yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa
yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita
sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar disebut tuli. Telinga kita terdiri atas
tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian dalam. 1, 2

Gambar 1. Telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam

1. 1. TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus.
Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran
udara, auricula terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi

2
kulit. Auricula juga mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, yang keduanya
dipersarafi oleh N.facialis.
Auricula atau lebih dikenal dengan daun telinga membentuk suatu
bentuk unik yang terdiri dari antihelix yang membentuk huruf Y, dengan
bagian crux superior di sebelah kiri dari fossa triangularis, crux inferior pada
sebelah kanan dari fossa triangularis, antitragus yang berada di bawah tragus,
sulcus auricularis yang merupakan sebuah struktur depresif di belakang telinga
di dekat kepala, concha berada di dekat saluran pendengaran, angulus
conchalis yang merupakan sudut di belakang concha dengan sisi kepala, crus
helix yang berada di atas tragus, cymba conchae merupakan ujung terdekat
dari concha, meatus akustikus eksternus yang merupakan pintu masuk dari
saluran pendengaran, fossa triangularis yang merupakan struktur depresif di
dekat anthelix, helix yang merupakan bagian terluar dari daun telinga, incisura
anterior yang berada di antara tragus dan antitragus, serta lobus yang berada di
bagian paling bawah dari daun telinga, dan tragus yang berada di depan
meatus akustikus eksternus.1, 2,

Gambar 2. Bagian-bagian dari auricula telinga luar.

Yang kedua adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga


dengan liang telinga luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah
tabung berkelok yang menghubungkan auricula dengan membran timpani.

3
Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inchi atau kurang lebih 2,5 cm,
dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara menarik
auricula ke atas dan belakang. Pada anak kecil auricula ditarik lurus ke
belakang, atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit
adalah kira-kira 5 mm dari membran timpani.1
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua
pertiga bagian dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani.
Meatus dilapisi oleh kulit, dan sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar
sebasea, dan glandula seruminosa. Glandula seruminosa ini adalah modifikasi
kelenjar keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna coklat kekuningan.
Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah
masuknya benda asing.1, 2
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari
n.auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus. Sedangkan aliran limfe
menuju nodi parotidei superficiales, mastoidei, dan cervicales superficiales.

1. 2. TELINGA TENGAH
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-
tulang pendengaran yang berfungsi meneruskan getaran membran timpani
(gendang telinga) ke perilympha telinga dalam. Kavum timpani berbentuk
celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih kurang sejajar
dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan
nasopharing melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid.
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding
posterior, dinding lateral, dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng
tipis tulang, yang disebut tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars
petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan kavum timpani dan
meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa kranii media. Lantai
dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan
mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan
kavum timpani dari bulbus superior V. jugularis interna. Bagian bawah
dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan kavum
timpani dari a. carotis interna. Pada bagian atas dinding anterior terdapat

4
muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih besar dan terletak lebih ba-
wah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan lebih kecil masuk
ke dala saluran untuk m. tensor tympani. Septum tulang tipis, yang
memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding
medial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat. Di bagian atas dinding
posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu auditus
antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit,
kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendo m. stapedius.
Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.1, 2,

1. 2. 1. MEMBRAN TIMPANI
Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu
mutiara. Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan
lateral. Permukaannya konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat
lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila
membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan "refleks
cahaya", yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.3
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.
Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus
timpanicus, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini
berjalan dua plica, yaitu plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke
processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang
dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian
lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah
pada permukaan dalam membran timpani oleh membran mucosa. Membran
tympan sangat peka terhadap nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh
n.auriculotemporalis dan ramus auricularis n. vagus.3
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian
terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut
promontorium, yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang ada di
bawahnya. Di atas dan belakang promontorium terdapat fenestra vestibuli,
yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi medial
fenestra terdapat perilympha scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung
posterior promontorium terdapat fenestra cochleae, yang berbentuk bulat dan

5
ditutupi oleh membran timpani sekunder. Pada sisi medial dari fenestra ini
terdapat perilympha ujung buntu scala timpani.3
Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas ke
belakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra
vestibuli. Tonjolan ini menyokong m. tensor timpani. Ujung posteriornya
melengkung ke atas dan membentuk takik, disebut processus cochleariformis.
Di sekeliling takik ini tendo m. tensor timpani membelok ke lateral untuk
sampai ke tempat insersionya yaitu manubrium mallei.1,2,3
Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas
promontorium dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalis
nervi facialis. Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung
ke bawah di belakang pyramis.

Gambar 3. Membran Timpani

1. 2. 2. TULANG-TULANG PENDENGARAN
Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu
tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak
tanpa rongga sumsum tulang.
Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput,
collum, processus longum atau manubrium, sebuah processus anterior dan
processus lateral is. Caput mallei berbentuk bulat dan bersendi di posterior
dengan incus. Collum mallei adalah bagian sempit di bawah caput.
Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat
pada permukaan medial membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat
melalui membran timpani pada pemeriksaan dengan otoskop. Processus

6
anterior adalah tonjolan tulang kecil yang dihubungkan dengan dinding
anterior cavum timpani oleh sebuah ligamen. Processus lateralis menonjol ke
lateral dan melekat pada plica mallearis anterior dan posterior membran
timpani. 1,3
Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis
berbentuk bulat dan bersendi di anterior dengan caput mallei. Crus longum
berjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium mallei. Ujung
bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis.
Bayangannya pada membrana tympani kadangkadang dapat dilihat pada
pemeriksaan dengan otoskop. Crus breve menonjol ke belakang dan
dilekatkan pada dinding posterior cavum tympani oleh sebuah ligamen.
Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput
stapedis kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum berukuran
sempit dan merupakan tempat insersio m. stapedius. Kedua lengan berjalan
divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis
dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang
disebut ligamentum annulare. 1, 2

Gambar 4. Tulang-Tulang Pendengaran.

1. 2. 3. OTOT-OTOT TELINGA TENGAH


Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran.
Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya

7
berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol
tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk
berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan
tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk
berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara
meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.2

Tabel 11-6. Otot-Otot Telinga Tengah


Nama Otot Origo Inserio Persarafan Fungsi
M. Tensor Dinding tuba Manubrium Divisi Meredam
Tympani auditiva dan mallei mandibularis n. getaran
dinding Trigemius membrana
salurannya tympani
sendiri Collum
M. stapedius Stapedis N. Facialis
Pyramis Meredam
(penonjolan getaran stapes
tulang pada
dinding posterior
cavum tympani)

Tabel 1. Otot-Otot Telinga Tengah.

1. 2. 4. TUBA EUSTACHIUS
Tuba eustachius terbentang dart dinding anterior kavum timpani ke
bawah, depan, dan medial sampai ke nasopharynx. Sepertiga bagian posterior-
nya adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah cartilago. Tuba
berhubungan dengan nasopharynx dengan berjalan melalui pinggir atas m.
constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan
udara di dalam cavum timpani dengan nasopharing.

8
1. 2. 5. ANTRUM MASTOID
Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars
petrosa ossis temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui
auditus ad antrum, diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus
ad antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan
cerebellum. Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum
suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan kanalis semicircularis
posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen
timpani, yang berhubungan dengan meninges pada fossa kranii media dan
lobus temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan
antrum dengan cellulae mastoideae.

I. 3. TELINGA DALAM
Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial
terhadap telinga tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus,
tersusun dari sejumlah saccus dan ductus membranosa di dalam telinga dalam
osseus.

Gambar 5. Telinga Dalam12

1. 3. 1. TELINGA DALAM OSSEUS

9
Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis
semicircularis, dan cochlea. Ketiganya merupakan rongga-rongga yang
terletak di dalam substantia kompakta tulang, dan dilapisi oleh endosteum
serta berisi cairan bening, yaitu perilympha, yang di dalamnya terdapat
labyrinthus membranaceus.
Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus, terletak
posterior terhadap cochlea dan anterior terhadap canalis sennicircularis. Pada
dinding lateralnya terdapat fenestra vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis
dan ligamentum annularenya, dan fenestra cochleae yang ditutupi oleh
membran timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat sacculus dan
utriculus telinga dalam membranaceus..3
Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior,
posterior, dan lateral bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap canalis
mempunyai sebuah pelebaran di ujungnya disebut ampulla. Canalis bermuara
ke dalam vestibulum melalui lima lubang, salah satunya dipergunakan
bersama oleh dua canalis. Di dalam canalis terdapat ductus semicircularis. 1,2
Canalis semicircularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus
terhadap sumbu panjang os petrosa. Canalis semicircularis posterior juga
vertikal, tetapi terletak sejajar dengan sumbu panjang os petrosa. Canalis
semicircularis lateralis terletak horizontal pada dinding medial aditus ad
antrum, di atas canalis nervi facial is.2
Cochlea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian
anterior vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus
cochleae, dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua
setengah putaran. Setiap putaran berikutnya mempunyai radius yang lebih
kecil sehingga bangunan keseluruhannya berbentuk kerucut. Apex menghadap
anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama dari
cochlea inilah yang tampak sebagai promontorium pada dinding medial
telinga tengah.1,3
Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus
acusticus internus. Modiolus ditembus oleh cabang-cabang n. cochlearis.
Pinggir spiral, yaitu lamina spiralis, mengelilingi modiolus dan menonjol ke
dalam canalis dan membagi canalis ini. Membran basilaris terbentang dari
pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga

10
membelah canalis cochlearis menjadi scala vestibuli di sebelah atas dan scala
timpani di sebelah bawah. Perilympha di dalam scala vestibuli dipisahkan dari
cavum timpani oleh basis stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra
vestibuli. Perilympha di dalam scala tympani dipisahkan dari cavum timpani
oleh membrana tympani secundaria pada fenestra cochleae. 1, 3

1. 3. 2. TELINGA DALAM MEMBRANACEUS


Telinga dalam membranaceus terletak di dalam telinga dalam osseus,
dan berisi endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. telinga dalam
membranaceus terdiri atas utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam
vestibulum osseus; tiga ductus semicircularis, yang terletak di dalam canalis
semicircularis osseus; dan ductus cochlearis yang terletak di dalam cochlea.
Struktur-struktur ini sating berhubungan dengan bebas.2
Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,
dan dihubungkan tidak langsung dengan sacculus dan ductus endolymphaticus
oleh ductus utriculosaccularis.
Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti
sudah dijelaskan di atas. Ductus endolymphaticus, setelah bergabung dengan
ductus utriculosaccularis akan berakhir di dalam kantung buntu kecil, yaitu
saccus endolymphaticus. Saccus ini terletak di bawah duramater pada
permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis.
Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khusus
yang peka terhadap orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan
lain.
Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari
canalis semicircularis, mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusun
tegak lurus satu terhadap lainnya, sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali
kepala mulai atau berhenti bergerak, atau bila kecepatan gerak kepala
bertambah atau berkurang, kecepatan gerak endolympha di dalam ductus
semicircularis akan berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding
ductus semicircularis. Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensorik di dalam
ampulla ductus semicircularis.
Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan
berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus

11
yang terletak di atas membrana basilaris membentuk organ Corti (organ
spiralis) dan mengandung receptor-receptor sensorik untuk pendengaran. 2

1. 4. PERDARAHAN TELINGA
Perdarahan telinga terdiri dari 2 macam sirkulasi yang masing –
masing secara keseluruhan berdiri satu–satu memperdarahi telinga luar dan
tengah, dan satu lagi memperdarahi telinga dalam tampa ada satu pun
anastomosis diantara keduanya.
Telinga luar terutama diperdarahi oleh cabang aurikulo temporal
a.temporalis superficial di bagian anterior dan dibagian posterior diperdarahi
oleh cabang aurikuloposterior a.karotis externa.
Telinga tengah dan mastiod diperdarahi oleh sirkulasi arteri yang
mempunyai banyak sekali anastomosis. Cabang timpani anterior a.maxila
externa masuk melalui fisura retrotimpani. Melalui dinding anterior
mesotimpanum juga berjalan aa.karotikotimpanik yang merupakan cabang
a.karotis ke timpanum .dibagian superior, a.meningia media memberikan
cabang timpanik superior yang masuk ketelinga tengah melalui fisura
petroskuamosa. A.meningea media juga memberikan percabangan a.petrosa
superficial yang berjalan bersama Nervus petrosa mayor memasuki kanalis
fasial pada hiatus yang berisi ganglion genikulatum. Pembuluh-pembuluh ini
beranastomose dengan suatu cabang a.auricula posterior yaitu a.stilomastoid,
yang memasuki kanalis fasial dibagian inferior melalui foramen stilomastoid.
Satu cabang dari arteri yang terakhir ini, a.timpani posterior berjalan melalui
kanalikuli korda timpani. Satu arteri yang penting masuk dibagian inferior
cabang dari a.faringeal asendenc.arteri ini adalah perdarahan utama pada
tumor glomus jugular pada telinga tengah. 2
Tulang-tulang pendengaran menerima pendarahan anastomosis dari
arteri timpani anterior, a.timpani posterior, suatu arteri yang berjalan dengan
tendon stapedius, dan cabang – cabang dari pleksus pembuluh darah pada
promontorium. Pembuluh darah ini berjalan didalam mukosa yang melapisi
tulang-tulang pendengaran, memberi bahan makanan kedalam tulang. Proses
longus incus mempunyai perdarahan yang paling sedikit sehingga kalau terjadi
peradangan atau gangguan mekanis terhadap sirkulasinya biasanya mengalami
necrosis.

12
Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a.auditori interna (a.
labirintin) yang berasal dari a.serebelli inferior anterior atau langsung dari a.
basilaris yang merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh
darah anastomosis.
Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3 yaitu :
1. Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli,
sebagian makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis
superior dan lateral serta sebagian dari utrikulus dan sakulus.
2. Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis
semisirkularisposterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta
putaran basal dari koklea.
3. Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-
pembuluh arteri spiral yang mendarahi organ corti, skala vestibuli,
skala timpani sebelum berakhir pada stria vaskularis. Aliran vena
pada telinga dalam melalui 3 jalur utama. Vena auditori interna
mendarahi putaran tengah dan apikal koklea. Vena akuaduktus
koklearis mendarahi putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus
dan berakhir pada sinus petrosus inferior. Vena akuaduktus
vestibularis mendarahi kanalis semisirkularis sampai utrikulus.
Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus dan masuk ke sinus
sigmoid.
Aliran vena telinga luar dan tengah dilakukan oleh pembuluh–
pembuluh darah yang menyertai arteri v.emisari mastoid yang
menghubungkan kortek keluar mastoid dan sinus lateral. Aliran vena telinga
dalam dilakukan melalui 3 jalur aliran .dari koklea putaran tengah dan apical
dilakukan oleh v.auditori interna. Untuk putaran basiler koklea dan vestibulum
anterior dilakukan oleh v.kokhlear melalui suatu saluran yang berjalan sejajar
dengan akuadutus kokhlea dan masuk kedalam sinus petrosa inferior. Suatu
aliran vena ketiga mengikuti duktus endolimfa dan masuk ke sinus sigmoid
pleksus ini mengalirkan darah dari labirin posterior.

1. 5. PERSARAFAN TELINGA

13
Daun telinga dan liang telinga luar menerima cabang–cabang sensoris
dari cabang aurikulotemporal saraf ke–5 (N. Mandibularis) dibagian depan,
dibagian posterior dari Nervus aurikuler mayor dan minor, dan cabang–cabang
Nervus Glofaringeus dan Vagus. Cabang Nervus Vagus dikenal sebagai
Nervus Arnold. Stimulasi saraf ini menyebabkan reflek batuk bila teliga luar
dibersihkan. Liang telinga bagian tulang sebelah posterior superior dipersarafi
oleh cabang sensorik Nervus Fasial .
Tuba auditiva menerima serabut saraf dari ganglion pterygopalatinum
dan saraf–saraf yang berasal dari pleksus timpanikus yang dibentuk oleh
Nervus Cranialis VII dan IX.
M.tensor timpani dipersarafi oleh Nervus Mandibularis (Nervus
Cranial V3 ).sedangkan M.Stapedius dipersarafi oleh Nervus Fasialis.
Korda timpani memasuki telinga tengah tepat dibawah pinggir
posterosuperior sulkus timpani dan berjalan kearah depan lateral ke prosesus
longus inkus dan kemudian kebagain bawah leher maleus tepat diatas
perlekatan tendon tensor timpani setelah berjalan kearah medial menuju
ligamen maleus anterior, saraf ini keluar melalui fisura petrotimpani.

II. FISIOLOGI TELINGA


2. 1. FISIOLOGI PENDENGARAN
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Reseptor-
reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan.
Dengan demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan ke arah
dan dipindahkan ke telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan
kompensasi terhadap berkurangnya energi suara yang terjadi secara alamiah
sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air. Fungsi ini dilakukan
oleh telinga luar dan telinga tengah.
Daun telinga, mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya
ke saluran telinga luar. Banyak spesies (anjing, contohnya) dapat memiringkan
daun telinga mereka ke arah sumber suara untuk mengumpulkan lebih banyak
gelombang suara, tetapi daun telinga manusia relatif tidak bergerak. Karena
bentuknya, daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang
mendekati telinga dari arah belakang dan, dengan demikian, membantu
seseorang membedakan apakah suara datang dari arah depan atau belakang.13

14
Lokalisasi suara untuk menentukan apakah suara datang dari kanan
atau kiri ditentukan berdasarkan dua petunjuk. Pertama, gelombang suara
mencapai telinga yang terletak lebih dekat ke sumber suara sedikit lebih cepat
daripada gelombang tersebut mencapai telinga satunya. Kedua, suara
terdengar kurang kuat sewaktu mencapai telinga yang terletak lebih jauh,
karena kepala berfungsi sebagai sawar suara yang secara parsial mengganggu
perambatan gelombang suara. Korteks pendengaran mengintegrasikan semua
petunjuk tersebut untuk menentukan lokasi sumber suara. Kita sulit
menentukan sumber suara hanya dengan satu telinga.
Membran timpani, yang teregang menutupi pintu masuk ke telinga
tengah, bergetar sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang
suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-seling menyebabkan
gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama
dengan frekuensi gelombang suara.
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membran timpani ke
cairan di telinga dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang
terdiri dari tiga tulang yang dapat bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan
stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah. Tulang pertama, maleus,
melekat ke membran timpani, dan tulang terakhir, stapes, melekat ke jendela
oval, pintu masuk ke koklea yang berisi cairan. Ketika membrana timpani
bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang
tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi
gerakan tersebut dan membran timpani ke jendela oval. Tekanan di jendela
oval akibat setiap getaran yang dihasilkan menimbulkan gerakan seperti
gelombang pada cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama dengan
frekuensi gelombang suara semula. Namun, seperti dinyatakan sebelumnya,
diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menggerakkan cairan. Terdapat dua
mekanisme yang berkaitan dengan sistem osikuler yang memperkuat tekanan
gelombang suara dan udara untuk menggetarkan cairan di koklea. Pertama,
karena luas permukaan membran timpani jauh lebih besar daripada luas
permukaan jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya yang bekerja
di membrana timpani disalurkan ke jendela oval (tekanan gaya/satuan luas).
Kedua, efek pengungkit tulang-tulang pendengaran menghasilkan keuntungan
mekanis tambahan. Kedua mekanisme ini bersama-sama meningkatkan gaya

15
yang timbul pada jendela oval sebesar dua puluh kali lipat dari gelombang
suara yang langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup
untuk menyebabkan pergerakan cairan koklea.1,2,3,4
Bagian koklearis telinga dalam yang berbentuk seperti siput adalah
suatu sistem tubulus bergelung yang terletak di dalam tulang temporalis. Akan
lebih mudah untuk memahami komponen fungsional koklea, jika organ
tersebut "dibuka gulungannya", seperti diperlihatkan dalam. Di seluruh
panjangnya, koklea dibagi menjadi tiga kompartemen longitudinal yang berisi
cairan. Duktus koklearis yang buntu, yang juga dikenal sebagai skala media,
membentuk kompartemen tengah. Saluran ini berjalan di sepanjang bagian
tengah koklea, hampir mencapai ujungnya. Kompartemen atas, yakni skala
vestibuli, mengikuti kontur bagian dalam spiral, dan skala timpani,
kompartemen bawah, mengikuti kontur luar spiral. Cairan di dalam duktus
koklearis disebut endolimfe. Skala vestibuli dan skala timpani keduanya
mengandung cairan yang sedikit berbeda, yaitu perilimfe. Daerah di luar ujung
duktus koklearis tempat cairan di kompartemen atas dan bawah berhubungan
disebut helikotrema. Skala vestibuli disekat dare rongga telinga tengah oleh
jendela oval, tempat melekatnya stapes. Lubang kecil berlapis membran
lainnya, yakni jendela bundar, menyekat skala timpani dari telinga tengah.
Membrana vestibularis yang tipis memisahkan duktus koklearis dare skala
vestibuli. Membrana basilaris membentuk lantai duktus koklearis,
memisahkannya dare skala timpani. Membrana basilaris sangat penting karena
mengandung organ Corti, organ untuk indera pendengaran.3,4
Transmisi Gelombang Suara (a) Gerakan cairan di dalam perilimfe
ditimbulkan oleh getaran jendela oval mengikuti dua jalur: (1) melalui skala
vestibuli, mengitari helikotrema, dan melalui skala timpani, menyebabkan
jendela bundar bergetar; dan (2) "jalan pintas" dan skala vestibuli melalui
membrana basilaris ke skala timpani. Jalur pertama hanya menyebabkan
penghamburan energi suara, tetapi jalur kedua mencetuskan pengaktifan
reseptor untuk suara dengan membengkokkan rambut di sel-sel rambut
sewaktu organ Corti pada bagian atas membrana basilaris yang bergetar,
mengalami perubahan posisi terhadap membrana tektorial di atasnya. (b)
Berbagai bagian dart membrana basilaris bergetar secara maksimal pada
frekuensi yang berbeda-beda. (c) Ujung membrana basilaris yang pendek dan

16
kaku, yang terletak paling dekat dengan jendela oval, bergetar maksimum
pada nada berfrekuensi tinggi. Membrana basilaris yang lebar dan lentur dekat
helikotrema bergetar maksimum pada nada-nada berfrekuensi rendah.
Organ Corti, yang terletak di atas membrana basilaris, di seluruh
panjangnya mengandung sel-sel rambut, yang merupakan reseptor untuk
suara. Sel-sel rambut menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya
secara mekanis mengalami perubahan bentuk berkaitan dengan gerakan cairan
di telinga dalam. Rambut-rambut ini secara mekanis terbenam di dalam
membrana tektorial, suatu tonjolan mirip tenda-rumah yang menggantung di
atas, di sepanjang organ Corti.
Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval
menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena
cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu
stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam: (1) perubahan posisi
jendela bundar dan (2) defleksi membrana basilaris. Pada jalur pertama,
gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas,
kemudian mengelilingi helikotrema; dan ke kompartemen bawah, tempat
gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar ke dalam
rcngga telinga tengah untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika
stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar ke arah telinga
tengah, perilimfe mengalir dalam arah berlawanan, mengubah posisi jendela
bundar ke arah dalam. Jalur ini tidak menyebabkan timbulnya persepsi suara;
tetapi hanya menghamburkan tekanan.4
Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara
mengambil "jalan pintas". Gelombang tekanan di kompartemen atas
dipindahkan melalui membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus
koklearis, dan kemudian melalui membrana basilaris ke kompartemen bawah,
tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar-
masuk bergantian. Perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi
gelombang tekanan melalui membrana basilaris menyebabkan membran ini
bergerak ke atas dan ke bawah, atau bergetar, secara sinkron dengan
gelombang tekanan. Karena organ Corti menumpang pada membrana
basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu membrana basilaris
bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbenam di dalam

17
membrana tektorial yang kaku dan stasioner, rambutrambut tersebut akan
membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser
posisinya terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut
yang maju-mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang-mekanis di
sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan
perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantianpotensial
reseptor—dengan frekuensi yang sama dengan rangsangan suara semula.4
Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui
sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf
auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrana
basilaris bergeser ke atas) meningkatkan kecepatan pengeluaran zat perantara
mereka, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di serat-serat aferen.
Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel
rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi
(sewaktu membrana basilaris bergerak ke bawah).
Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara
menjadi gerakan-gerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan
pergerakan maju-mundur rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk
mekanis rambut-rambut tersebut menyebabkan pembukaan dan penutupan
(secara bergantian) saluran di sel, reseptor, yang menimbulkan perubahan
potensial berjenjang di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan
kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara
ini, gelombang suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat
dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi suara.

18
Bagan 1. Fisiologi Pendengaran 13

2. 2. FISIOLOGI KESEIMBANGAN
Selain perannya dalam pendengaran yang bergantung pada koklea,
telinga dalam memiliki komponen khusus lain, yakni aparatus vestibularis,
yang memberikan informasi yang penting untuk sensasi keseimbangan dan
untuk koordinasi gerakan-gerakan kepala dengan gerakangerakan mata dan
postur tubuh. Aparatus vestibularis terdiri dari dua set struktur yang terletak di
dalam tulang temporalis di dekat koklea—kanalis semisirkularis dan organ
otolit, yaitu utrikulus dan sakulus.
Aparatus vestibularis mendeteksi perubahan posisi dan gerakan kepala.
Seperti di koklea, semua komponen aparatus vestibularis mengandung

19
endolimfe dan dikelilingi oleh perilimfe. Juga, serupa dengan organ Corti,
komponen vestibuler masing-masing mengandung sel-sel rambut yang
berespons terhadap perubahan bentuk mekanis yang dicetuskan oleh gerakan-
gerakan spesifik endolimfe. Seperti sel-sel rambut auditorius, reseptor
vestibularis juga dapat mengalami depolarisasi atau hiperpolarisasi,
bergantung pada arah gerakan cairan. Namun, tidak seperti sistem
pendengaran, sebagian besar informasi yang dihasilkan oleh sistem
vestibularis tidak mencapai tingkat kesadaran.
Kanalis semisirkularis mendeteksi akselerasi atau deselerasi anguler
atau rotasional kepala, misalnya ketika memulai atau berhenti berputar,
berjungkir balik, atau memutar kepala. Tiap-tiap telinga memiliki tiga kanalis
semisirkularis yang secara tiga dimensi tersusun dalam bidang-bidang yang
tegak lurus satu sama lain. Sel-sel rambut reseptif di setiap kanalis
semisirkularis terletak di atas suatu bubungan (ridge) yang terletak di ampula,
suatu pembesaran di pangkal kanalis. Rambut-rambut terbenam dalam suatu
lapisan gelatinosa seperti topi di atasnya, yaitu kupula, yang menonjol ke
dalam endolimfe di dalam ampula. Kupula bergoyang sesuai arah gerakan
cairan, seperti ganggang Taut yang mengikuti arah gelombang air.4
Akselerasi (percepatan) atau deselerasi (perlambatan) selama rotasi
kepala ke segala arah menyebabkan pergerakan endolimfe, paling tidak, di
salah satu kanalis semisirkularis karena susunan tiga dimensi kanalis tersebut.
Ketika kepala mulai bergerak, saluran tulang dan bubungan sel rambut yang
terbenam dalam kupula bergerak mengikuti gerakan kepala. Namun, cairan di
dalam kanalis, yang tidak melekat ke tengkorak, mulamula tidak ikut bergerak
sesuai arah rotasi, tetapi tertinggal di belakang karena adanya inersia
(kelembaman). (Karena inersia, benda yang diam akan tetap diam, dan benda
yang bergerak akan tetap bergerak, kecuali jika ada suatu gaya luar yang
bekerja padanya dan menyebabkan perubahan.) Ketika endolimfe tertinggal
saat kepala mulai berputar, endolimfe yang terletak sebidang dengan gerakan
kepala pada dasarnya bergeser dengan arah yang berlawanan dengan arah
gerakan kepala (serupa dengan tubuh Anda yang miring ke kanan sewaktu
mobil yang Anda tumpangi berbelok ke kiri). Gerakan cairan ini menyebabkan
kupula condong ke arah yang berlawanan dengan arah gerakan kepala,
membengkokkan rambut-rambut sensorik yang terbenam di dalamnya.

20
Apabila gerakan kepala berlanjut dalam arah dan kecepatan yang sama,
endolimfe akan menyusul dan bergerak bersama dengan kepala, sehingga
rambut-rambut kembali ke posisi tegak mereka. Ketika kepala melambat dan
berhenti, keadaan yang sebaliknya terjadi. Endolimfe secara singkat
melanjutkan diri bergerak searah dengan rotasi kepala sementara kepala
melambat untuk berhenti. Akibatnya, kupula dan rambutrambutnya secara
sementara membengkok sesuai dengan arah rotasi semula, yaitu berlawanan
dengan arah mereka membengkok ketika akselerasi. Pada saat endolimfe
secara bertahap berhenti, rambut-rambut kembali tegak. Dengan demikian,
kanalis semisirkularis mendeteksi perubahan kecepatan gerakan rotasi kepala.
Kanalis tidak berespons jika kepala tidak bergerak atau ketika bergerak secara
sirkuler dengan kecepatan tetap.
Rambut-rambut pada sel rambut vestibularis terdiri dari dua puluh
sampai lima puluh stereosilia, yaitu mikrovilus yang diperkuat oleh aktin, dan
satu silium, kinosilium. Setiap sel rambut berorientasi sedemikian rupa, se-
hingga sel tersebut mengalami depolarisasi ketika stererosilianya
membengkok ke arah kinosilium; pembengkokan ke arah yang berlawanan
menyebabkan hiperpolarisasi sel. Sel-sel rambut membentuk sinaps zat
perantara kimiawi dengan ujung-ujung terminal neuron aferen yang akson-
aksonnya menyatu dengan akson struktur vestibularis lain untuk membentuk
saraf vestibularis. Saraf ini bersatu dengan saraf auditorius dari koklea untuk
membentuk saraf vestibulokoklearis. Depolarisasi sel-sel rambut
meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di serat-serat aferen;
sebaliknya, ketika sel-sel rambut mengalami hiperpolarisasi, frekuensi
potensial aksi di serat aferen menurun.
Sementara kanalis semisirkularis memberikan informasi mengenai
perubahan rotasional gerakan kepala kepada SSP, organ otolit memberikan
informasi mengenai posisi kepala relatif terhadap gravitasi dan juga
mendeteksi perubahan dalam kecepatan gerakan linier (bergerak dalam garis
lurus tanpa memandang arah). Utrikulus dan sakulus adalah struktur seperti
kantung yang terletak di dalam rongga tulang yang terdapat di antara kanalis
semisirkularis dan koklea. Rambut-rambut pada sel-sel rambut reseptif di
organ-organ ini juga menonjol ke dalam suatu lembar gelatinosa di atasnya,
yang gerakannya menyebabkan perubahan posisi rambut serta menimbulkan

21
perubahan potensial di sel rambut. Terdapat banyak kristal halus kalsium
karbonat—otolit ("batu telinga")—yang terbenam di dalam lapisan gelatinosa,
sehingga lapisan tersebut lebih berat dan lebih lembam (inert) daripada cairan
di sekitarnya. Ketika seseorang berada dalam posisi tegak, rambut-rambut di
dalam utrikulus berorientasi secara vertikal dan rambut-rambut sakulus
berjajar secara horizontal.4
Sakulus memiliki fungsi serupa dengan utrikulus, kecuali bahwa is
berespons secara selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi
horizontal (misalnya bangun dari tempat tidur) dan terhadap akselerasi atau
deselerasi liner vertikal (misalnya meloncat-loncat atau berada dalam
elevator).
Sinyal-sinyal yang berasal dari berbagai komponen aparatus
vestibularis dibawa melalui saraf vestibulokoklearis ke nukleus vestibularis,
suatu kelompok badan sel saraf di batang otak, dan ke serebelum. Di sini
informasi vestibuler diintegrasikan dengan masukan dari permukaan kulit,
mata, sendi, dan otot untuk: (1) mempertahankan keseimbangan dan postur
yang diinginkan; (2) mengontrol otot mata eksternal, sehingga mata tetap
terfiksasi ke titik yang sama walaupun kepala bergerak; dan (3)
mempersepsikan gerakan dan orientasi.
Beberapa individu, karena alasan yang tidak diketahui, sangat peka
terhadap gerakan-gerakan tertentu yang mengaktifkan aparatus vestibularis
dan menyebabkan gejala pusing (dizziness) dan mual; kepekaan ini disebut
mabuk perjalanan (motion sickness). Kadangkadang ketidakseimbangan
cairan di telinga dalam menyebabkan penyakit Meniere. Tidaklah mengheran-
kan, karena baik aparatus vestibularis maupun koklea mengandung cairan
telinga dalam yang sama, timbul gejala keseimbangan dan pendengaran.
Penderita mengalami serangan sementara vertigo (pusing tujuh keliling).4

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Ballantyne J and Govers J : Scott Brown’s Disease of the Ear, Nose,


and Throat. Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 1987, vol.\ 5

2. Boies, adams. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta .1997

3. Arsyad Soepardi, Efiaty; Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna


Dwi Resuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan
Kepala & Leher; Edisi keenam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.

4. Hall, John E. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology.


Publisher: Saunders 2010.

5. Mansjoer, A, et al; 2001. Tenggorok dalam Kapita Selekta Kedokteran.


Edisi 3. Penerbit Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta

23

You might also like