You are on page 1of 18

Lingkungan pemasaran adalah lingkungan perusahaan yang terdiri dari pelaku dan

kekuatan di luar pemasaran yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk


membangun dan mempertahankan hubungan yang berhasil dengan pelanggan sasaran.
Perusahaan harus terus melakukan pengamatan secara terus menerus dan beradaptasi dengan
lingkungan yang bersifat kompleks dan terus berubah-ubah. Dengan mempelajari lingkungan,
perusahaan dapat menyesuaikan strategi perusahaan untuk memenuhi tantangan dan peluang
pasar yang baru.

Pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dengan pembeli, dimana penjual dapat
memperagakan barang dagangannya dan membayar restribusi. Pasar merupakan salah satu
tempat umum yang sering dikunjungi oleh masyarakat, sehingga memungkinkan terjadinya
penularan penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perantaraan vektor
seperti lalat .
Sanitasi pasar adalah usaha pengendalian melalui kegiatan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh pasar yang erat hubunganya dengan timbul
atau merebaknya suatu penyakit. Sedangkan pengertian Pasar sehat , merupakan tempat
dimana semua pihak-pihak terkait bekerjasama untuk menyediakan pangan yang aman,
bergizi dan lingkungan yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Oleh karena itu, pasar harus memenuhi persyaratan kesehatan baik dari segi sanitasi
maupun dari konstruksi. Adapun persyaratan kesehatan pasar mengacu pada Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pasar Sehat, sebagai berikut :
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PASAR
A. Lokasi
1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang setempat (RUTR)
2. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti: bantaran sungai, aliran lahar,
rawan longsor, banjir dsb
3. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan atau daerah jalur pendaratan
penerbangan termasuk sempadan jalan
4. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas lokasi
pertambangan
5. Mempunyai batas wilayah yg jelas, antara pasar dan lingkungannya
B. Banguna
 Umum
Bangunan dan rancang bangun harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
 Penataan ruang dagang
a. pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan
klasifikasinya seperti : basah, kering, penjualan unggas hidup, pemotongan
unggas
b. pembagian zoning diberi indentitas yg jelas
c. tempat penjualan daging, karkas unggas, ikan ditempatkan di tempat khusus
d. setiap los (area berdasarkan zoning) memiliki lorong yg lebarnya minimal 1,5
meter
e. setiap los/kios memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik dan mudah
dilihat
f. jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar
utama minimal 10 m atau dibatasi tembok pembatas dengan ketinggian
minimal 1,5 m
g. khusus untuk jenis pestisida, bahan berbahaya dan beracun (B3) dan bahan
berbahaya lainnya ditempatkan terpisah dan tidak berdampingan dengan zona
makanan dan bahan pangan.

 Ruang kantor pengelola


a. Ruang kantor memiliki venilasi minimal 20 % dari luas lantai
b. Tingkat pencahayaan ruangan minimal 200 lux
c. Tersedia ruangan kantor pengelola dengan tinggi langit2 dari lantai sesuai
ketentuan yang berlaku
d. Tersedia toilet terpisah bagi laki2 dan perempuan
e. Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.

 Tempat penjualan bahan pangan dan makanan


a. Tempat penjualan bahan pangan basah
1. mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dengan
kemiringan yg cukup shg tidak menimbulkan genangan air dan tersedia
lubang pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat pembatas dan mudah
dibersihkan dg tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bhn tahan
karat dan bukan dari kayu.
2. penyajian karkas daging harus digantung
3. alas pemotong (telenan) tidak terbuat dari bahan kayu, tidak mengandung
bahan beracun, kedap air dan mudah dibersihkan
4. pisau untuk memotong bahan mentah harus berbeda dan tidak berkarat
5. tersedia tempat penyimpanan bahan pangan, seperti : ikan dan daging
menggunakan rantai dingin (cold chain) atau bersuhu rendah (4-10º C)
6. tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan
7. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir
8. saluran pembuangan limbah tertutup, dg kemiringan sesuai ketentuan yg
berlaku sehingga memudahkan aliran limbah serta tidak melewati area
penjualan
9. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
diangkat
10. tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk

b. tempat penjualan bahan pangan kering


1. mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yg rata dan mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai.
2. meja tempat penjualan terbuat dari bahan yg tahan karat dan bukan dari kayu.
3. tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat.
4. tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir.
5. tempat penjualan bebas binatang penular penyakit (vektor) dan tempat
perindukannya (tempat berkembang biak) seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk

c. tempat penjualan makanan jadi/siap saji


1) tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yg rata dan mudah
dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat bahan yg
tahan karat dan bukan dari kayu.
2) tersedia tempat cuci tangan yg dilengkapi dg sabun dan air yg mengalir.
3) tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yg kuat, aman, tidak mudah
berkarat dan mudah dibersihkan.
4) saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup
dengan kemiringan yg cukup.
5) tersedia tempat sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah
diangkat.
6) tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat
perindukannya, seperti : lalat, kecoa, tikus, nyamuk.
7) pisau yg digunakan untuk memotong bahan makanan basah/matang tidak
boleh digunakan untuk makanan kering/mentah.

 Area parkir
a. Adanya pemisah yg jelas pada batas wilayah pasar
b. Adanya parkir yg terpisah berdasarkan jenis alat angkut, seperti :
mobil, motor, sepeda, andong/delman dan becak
c. Tersedia area parkir khususu untuk pengangkut hewan hidup dan
hewan mati
d. Tersedia area bongkar muat khusus yg terpisah dari tempat parkir
pengunjung
e. Tidak ada genangan air
f. Tersedia tempat sampah yg terpisah antara sampah kering dan basah
dalam jumlah yg cukup, minimal setiap radius 10 m
g. Ada tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas, yg berbeda antara
jalur masuk dan keluar
h. Adanya tanaman penghijauan
i. Adanya area resapan air di pelataran parkir

 Konstruksi
a. Atap
1. atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya binatang penular penyakit.
2. kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan
terjadinya genangan air pada atap dan langit2.
3. ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku.
4. atap yg mempunyai ketinggian 10 m atau lebih harus dilengkapi
dengan penangkal petir.

b. Dinding
1. permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang
2. permukaan dinding yg selalu terkena percikan air harus terbuat dari
bahan yg kuat dan kedap air
3. pertemuan lantai dengan dinding, serta pertemuan dua dindinglainnya
harus berbentuk lengkung (conus).

c. Lantai
1. lantai terbuat dari bahan yg kedap air, permukaan rata, tidak licin, tidak
retak dan mudah dibersihkan.
2. lantai yg selalu terkena air, misalnya kamar mandi, tempat cuci dan
sejenisnya harus mempunyai kemiringan ke arah saluran dan
pembuangan air sesuai ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi
genangan air
 tangga
a. Tinggi, lebar dan kemiringan anak tangga sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
b. Ada pegangan tangan di kanan dan kiri tangga.
c. Terbuat dari bahan yg kyat dan tidak licin.
d. Memiliki pencahayaan minimal 100 lux

 Ventilasi

entilasi harus memenuhi syarat minimal 20 % dari luas lantai dan saling
berhadapan (cross ventilation)

 Pencahayaan
a. Intensitas pencahayaan setiap ruangan harus cukup untuk melakukan
pekerjaan pengelolaan bahan makanan secara efektif dan kegiatan
pembersihan makanan.
b. Pencahayaan cukup terang dan dapat melihat barang dagangan dengan
jelas minimal 100 lux.

 Pintu

Khusus untuk pintu los penjualan daging, ikan dan bahan makanan
yang berbau tajam agar menggunakan pintu yg dapat membuka dan menutup
sendiri (self closed) atau tirai plastik untuk menghalangi binatang penular
penyakit (vektor) seperti lalat atau serangga lain masuk.

C. Sanitasi
1. Air bersih
a. Tersedia air bersih dengan jumlah yg cukup setiap hari secara
berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang.
b. Kualitas air bersih yg tersedia memenuhi persyaratan.
c. Tersedia tendon air yang menjaminn kesinambungan ketersediaan air dan
dilengkapi dengan kran yg tidak bocor.
d. Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 m.
e. Kualitas air bersih diperika setiap enam (6) bulan sekali.
2. Kamar mandi
a. Harus tersedia toilet laki2 dan perempuan yg terpisah dilengkapi dengan
tanda/simbol yg jelas dengan proporsi sbb :
No Jumlah pedagang Jumlah kamar mandi Jumlah toilet
1. s/d 25 1 1
2. 25 s/d 50 2 2
3. 51 s/d 100 3 3

Setiap penambahan 40-100 orang harus di tambah satu kamar mandi dan satu
toilet.
b. Didalam kamar mandi harus tersedia bak dan air bersih dalam jumlah yg
cukup dan bebas jentik.
c. Didalam toilet harus tersedia jamban leher angsa, peturasan dan bak air.
d. Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yg cukup yg dilengkapi dengan
sabun dan air yg mengalir.
e. Air limbah dibuang ke septic tank (multi chamber), riol atau lubang peresapan
yg tidak mencemari air tanah dg jarak 10 m dari sumber air bersih.
f. Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dg kemiringan sesuai
ketentuan yg berlaku sehingga tidak terjadi genangan.
g. Letak toilet terpisah minimal 10 meter dengan tempat penjualan makanan dan
bahan pangan.
h. Luas ventilasi minimal 20 % dari luas lantai dan pencahayaan 100 lux.
i. Tersedia tempat sampah yg cukup.

3. Pengelolaan sampah
a. Setiap kios/los/lorong terseia tempat sampah basah dan kering.
b. Terbuat dari bahan kedap air, tidak mudah berkarat, kuat, tertutup, dan mudah
dibersihkan.
c. Tersedia alat angkut sampah yg kuat, mudah dibersihkan dan mudah
dipindahkan.
d. Tersedia tempat pembuangan sampah sementara (TPS), kedap air, kuat, kedap
air atau kontainer, mudah dibersihkan dan mudah dijangkau petugas
pengangkut sampah.
e. TPS tidak menjadi tempat perindukan binatang (vektor) penular penyakit.
f. Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 m dari
bangunan pasar.
g. Sampah diangkut minimal 1 x 24 jam.

4. Drainase
a. Selokan/drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi yg terbuat dari logam
sehingga mudah dibersihkan.
b. Limbah cair yg berasal dari setiap kios disalurkan ke instalasi pengolahan air
limbah (IPAL), sebelum akhirnya dibuang ke saluran pembuangan umum.
c. Kualitas limbah outlet harus memenuhi baku mutu sebagaimana diatur dalam
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003 tentang kualitas
air limbah.
d. Saluran drainase memiliki kemiringan sesuai dg ketentuan yg berlaku
sehingga mencegah genangan air.
e. Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase.
f. Dilakukan pengujian koalitas air limbah cair secara berkala setiap 6 bulan
sekali.

5. Tempat cuci tangan


a. Fasilitas cuci tangan ditempatkan di lokasi yg mudah dijangkau.
b. Fasilitas cuci tangan dilengakpi dengan sabun dan air yg mengalir dan
limbahnya dialirkan ke saluran pembuangan yg tertutup.

6. Binatang penular penyakit (vektor)


a. Pada los makanan siap saji dan bahan pangan harus bebas dari lalat, kecoa dan
tikus.
b. Pada area pasar angka kepadatan tikus harus nol.
c. Angka kepadatan kecoa maksimal 2 ekor per plate di titik pengukuran sesuai
dengan area pasar.
d. Angka kepadatan lalat di tempat sampah dan drainase maksimal 30 per gril
net.
e. Container Index (CI) jentik nyamuk aedes aegypty tidak melebihi 5 %.

7. Kualitas makanan dan bahan pangan


a. Tidak basi.
b. Tidak mengandung bahan berbahaya seperti pengawet borax, formalin,
pewarna textil yg berbahaya sesuai dengan peraturan yg berlaku.
c. Tidak mengandung residu pestisida diatas ambang batas.
d. Kualitas makanan siap saji sesuai dengan Kepmenkes nomor 942 tahu 2003
tentang makanan jajanan.
e. Makanan dalam kemasan tertutup disimpan dalm suhu rendah (4-10ºC), tidak
kadaluwarsa dan berlabel jelas.
f. Ikan, daging dan olahannya disimpan dalam suhu 0 s/d 4ºC; sayur, buah dan
minuman disimpan dalam suhu 10 ºC; telur, susu dan olahannya disimpan
dalam suhu 5-7 ºC.
g. Penyimanan bahan makanan harus ada jarak dg lantai, dinding dan langit-
langit : jarak dg lantai 15 cm, dg dinding 5 cm, dg langit2 60 cm.
h. Kebersihan peralatan makanan ditentukan angka total kuman nol maksimal
100 kuman per cm3 permukaan dan kuman esdhericiacoli adalah nol.

8. Desinfeksi pasar
a. Desinfeksi pasar harus dilakukan secara menyeluruh 1 hari dalam sebulan.
b. Bahan desinfektan yg digunakan tidak mencemari lingkungan.

D. Perilaku hidup bersih dan sehat


1. Pedagang dan pekerja
a. Bagi pedagang karkas daging/unggas, ikan dan pemotong unggas
menggunakan alat pelindung diri sesuai dg pekerjaanannya (sepatu boot,
sarung tangan, celemek, penutup rambut dll).
b. Berpola hidup bersih dan sehat (cuci tangn dg sabun, tidak merokok, mandi
sebelum pulang terutama bagi pedagang dan pemotong unggas, tidak buang
sampah sebarangan, tidak meludah dan buang dahak sembarangan dll).
c. Dilakukan pemeriksaan kesehatan bagi pedagang secara berkala. Minimal 6
bulan sekali.
d. Pedagang makanan siap saji tidak sedang menderita penyakit menular
langsung, seperti : diare, hepatitis, TBC, kudis, ISPA dll.

2. Pengunjung
a. Berpola hidup bersih dan sehat, seperti : tidak buang sampah sebarangan, tidak
merokok, tidak meludah dan buang dahak sembarangan dll.
b. Cuci tangan dengan sabun terutama setalah memegang unggas/hewan hidup,
daging, ikan.

3. Pengelolah
Mempunyai pengetahuan dan keterampilan dibidang hygiene sanitasi dan
keamanan pangan

E. Keamanan
 Pemadamkebakaran
a. Tersedia peralatan pemadam kebakaran yg cukup dan berfungsi serta tidak
kadaluwarsa.
b. Tersdia hidran air dg jumlah cukup menurut ketentuan berlaku.
c. Letak peralatan pemadam kebakaran mudah dijangkau dan ada petunjuk arah
penyelamatan diri.
d. Adanya petunjuk prosedur penggunaan alat pemadam kebakaran.

 Keamanan
Tersedia pos keamanan dilengkapi dengan personil dan peralatannya.

F. Fasilitas lain
1. Tempat sarana ibadah
a. Tersedia tempat ibadah dan tempat wudlu dg lokasi yg mudah dijangkau
dengan sarana yg bersih dan tidak lembab.
b. Tersedia air bersih dengan jumlah dan kualitas yg cukup.
c. Ventilasi dan pencahayaan sesuai dg persyaratan
2. Tempat penjualan unggashidup
a. Tersedia tempat khusus yang terpisah dari pasar utama.
b. Mempunyai akses masuk dan keluar kendaraan pengangkut unggas tersendiri.
c. Kandang tempat penampungan sementara unggas terbuat dari bahan yg kuat
dan mudah dibersihkan.
d. Tersedia fasilitas pemotongan unggas umum yg memenuhi persyaratan yg
ditetapkan oleh Departemen Pertanian.
e. Tersedia sarana cuci tangan dilengkapi dg sabun dan air besih yg cukup.
f. Tersedia saluran pembuangan limbah cair khusus.
g. Tersedia penampungan sampah yg terpisah dari sampah pasar.
h. Tersedia peralatan desinfektan khusus untuk membersihkan kendaraan
pengangkut dan kandang unggas.

3. Pos layanan kesehatan


Tersedia pos pelayanan kesehatan yg mudah dijangkau dan peralatan
pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yg memadai.

Pasar tradisional selama ini kebanyakan terkesan kumuh, kotor, semrawut, bau dan
seterusnya yang merupakan stigma buruk yang dimilikinya. Namun demikian sampai saat ini
di kebanyakan tempat masih memiliki pengunjung atau pembeli yang masih setia berbelanja
di pasar tradisional. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak juga pasar tradisional
yang dalam perkembangannya menjadi sepi, ditinggalkan oleh pengunjung atau pembelinya
yang beralih ke pasar moderen.

Stigma yang melekat pada pasar tradisional secara umum dilatarbelakangi oleh
perilaku dari pedagang pasar, pengunjung atau pembeli dan pengelola pasar. Perilaku
pedagang pasar dan pengunjung dan pengunjung atau pembeli yang negatif secara perlahan
dan bertahap dapat diperbaiki, sekalipun memerlukan waktu lama. Keterlibatan pengelola
pasar dalam perbaikan perilaku ini adalah suatu keniscayaan.

Melekatnya stigma buruk pada pasar tradisional, seringkali mengakibatkan sebagian


dari para pengunjung mencari alternatif tempat belanja lain, di antaranya mengalihkan tempat
berbelanja ke pedagang kaki lima dan pedagang keliling yang lebih relatif mudah dijangkau
(tidak perlu masuk ke dalam pasar). Bahkan kebanyakan para pengunjung yang tergolong di
segmen berpendapatan menengah bawah ke atas cenderung beralih ke pasar moderen, seperti
pasar swalayan (supermarket dan minimarket) yang biasanya lebih mementingkan kebersihan
dan kenyamanan sebagai dasar pertimbangan beralihnya tempat berbelanja.

Seringkali dikesankan bahwa perilaku pedagang yang menjadi penyebab utama


terjadinya kondisi di kebanyakan pasar tradisional memiliki stigma buruk. Sebaliknya, di
lapangan di lapangan dijumpai peran pengelola pasar terutama dari kalangan aparatur
pemerintah dalam mengupayakan perbaikan perilaku pedagang pasar tradisional masih sangat
terbatas. Banyak penyebab yang melatarbelakangi kondisi ini. Dimulai dari keterbatasn
jumlah tenaga dan kemampuan (kompetensi) individu tenaga pengelola pengelola serta
keterbatasan kelembagaan (organisasi) pengelola pasar untuk melakukan pengelolaan pasar
dan pembinaan pedagang,

Selanjutnya permasalahan yang dihadapi oleh para pengelola pasar di lapangan tidak
terlepas dari Kebijakan pimpinan daerah dan para pejabat di bawahnya (Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah-SKPD) di tingkat Kabupaten atau Kota. Dari kebijakan yang dikeluarkan
dapat diketahui kepedulian mereka terhadap pasar tradisional berserta para pedagang di
dalamnya dan para Pedagang Kaki Lima (PKL). Seperti diketahui pembiaran PKL dapat
menyebabkan gangguan terhadap pasar tradsional dan para pedagang di dalamnya, sehingga
para PKL juga perlu ditata dan dibina seperti halnya dengan pasar tradisional dan para
pedagangnya.

Berikut ini dicoba untuk menelaah permasalahan pasar tradisional yang peninjuannya
berdasarkan pejabat dan institusinya yang terkai, dimulai dari lapis (layer) di tingkat paling
atas atau pihak-pihak yang memiliki kewenangan yang paling tinggi (pimpinan daerah),
kemudian turun secara hirarkhi, berjenjang ke bawah yakni ke pihak-pihak (Kepala SKPD
dengan jajarannya) yang memilki kewenangan dengan ruang lingkup yang lebih terbatas,

PASAR TRADISIONAL LEBIH SEBAGAI PENGHASIL PENDAPATAN ASLI


DAERAH

Kepedulian Pimpinan Daerah dan Para Pejabat di bawahnya terhadap pasar tradisional
menentukan kebijakan dan bentuk organisasi dari instansi (SKPD) yang membidangi pasar
tradisional di daerahnya. Di beberapa daerah, pimpinan daerah meletakkan posisi pasar
semata-mata sebagai salah satu sumber utama Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui
retribusi yang dipungut dari para pedagang. Sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pimpinan Daerah (Bupati/Walikota) dan Pejabat Daerah di tingkat bawahnya (Kepala SKPD)
lebih menekankan pada hal-hal yang berkaitan dengan optimalisasi pemungutan retribusi
pasar, seperti Pengaturan Pemungutan dan Penyetoran Retribusi serta Administrasi Keuangan
(pembukuan) Retribusi semata daripada penekanan pada pembinaan pasar termasuk di
dalamnya pembinaan para pengelola pasar dan pedagang pasar. Akibat dari adanya kebijakan
optimalisasi pemungutan retribusi tersebut, maka kepada para Kepala Pasar diberikan target-
target yang untuk mencapainya pasar diusahakan sedemikian rupa agar dapat menampung
pedagang dalam jumlah sebanyak mungkin, termasuk mengisi sebagian tempat-tempat
kosong seperti tangga dan lorong-lorong pasar yang seharusnya dibiarkan tetap kosong tanpa
pedagang agar para pengunjung tetap nyaman berlalu lalang.

Dalam praktik yang paling banyak dijumpai adalah penggabungan antara tugas
pembinaan teknis bagi pengelola dan pedagang pasar dengan penghimpunan retribusi sebagai
PAD yang ditangani oleh satu SKPD yang sering disebut dengan Dinas Pengelolaan Pasar
(DPP). Penggabungan kedua tugas ini tampaknya merupakan jalan tengah, antara di satu sisi
ekstrim yaitu meletakkan peran pasar tradisional sebagai penyumbang PAD semata dengan di
sisi lain yaitu meletakkan peran pasar tradisional untuk menyediakan tempat bagi masyarakat
pedagang dan kalangan masyarakat konsumen dalam bertransaksi jual beli. Kebijakan
pembinaan dengan mengambil jalan tengah yang menggabungkan kedua tugas seperti ini
memang tidak sebaik jika fokus pembinaan pasar tradisional diserahkan kepada salah satu
SKPD yang memang memiliki kompetensi inti pembinaan pasar dan pedagang.

Pasar merupakan salah satu muara pertemuan produsen, penjual dan pembeli dalam
dunia perdagangan. Pasar yang dimaksud meliputi pasar modern dan pasar tradisional.
Sampai saat ini keberadaan pasar tradisional masih menjadi tulangpunggung rantai
perdagangan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan pasar modern saat ini juga
semakin tumbuh berkembang di beberapa wilayah seiiring dengan tuntutan kebutuhan pasar.
Walaupun lambat laun beberapa pasar tradisional berkembang kearah pasar modern
mengikuti tuntutan perkembangan zaman. Pemerintah terus berupaya berbenah meningkatkan
mutu dengan melakukan penataan pasar tradisional, pengawasan, dan evaluasi baik dari segi
infrastruktur maupun peningkatan kwalitas mutu produk yang dijual. Tindakan partisipatif
yang paling mudah dan nyata dilakukan oleh masyarakat yaitu dengan selalu menjaga
kebersihan di pasar tradisional. Sebagai contoh tidak membuang sampah, pembungkus,
puntung rokok, bungkus permen secara sembarangan di lingkungan pasar. Bagaimanakah
dengan anda, apakah sudah ikut berpartisipasi?

Higiene sanitasi merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga
kita dalam mewujudkan keamanan pangan di rantai pasar. Higiene merupakan upaya yang
berhubungan dengan kesehatan dan merupakan usaha untuk memperbaiki kesehatan.
Sedangkan sanitasi merupakan sebuah upaya tindakan untuk mencegah kemungkinan tumbuh
dan berkembangnya bakteri/jasad renik patogen yang dapat merusak bahan makanan yang
dijual dan membahayakan kesehatan manusia. Higiene sanitasi memegang peranan penting
terhadap kesehatan produk yang dijual di pasar tradisional. Aspek penting terkait Higiene
sanitasi di pasar tradisional meliputi tempat/peralatan pasar, personal baik
pedagang/konsumen dan lingkungan.
BAGAIMANA DENGAN TEMPAT DAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DI
PASAR?

Mayoritas pasar tradisional memiliki fasilitas pasar yang minim dan belum
menerapkan praktik higiene dengan baik. Higiene tempat/peralatan pasar merupakan syarat
utama penjajaan barang dagangan di pasar tradisional terutama terhadap produk pangan.
Penataan pasar merupakan salah satu upaya perbaikan dengan cara merenovasi dan
memperbaiki fasilitas pasar, penempatan berbagai macam produk sesuai dengan
kelompoknya. Menjaga kebersihan pasar merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
menerapkan praktik hygiene di pasar tradisional. Membersihkan tempat berjualan dan
sekitarnya dari sampah/sisa dagangan yang tak terpakai merupakan kewajiban pedagang dan
petugas pasar tradisional untuk menjaga kebersihan pasar. Waktu yang ideal membersihkan
kebersihan pasar yaitu saat sebelum dan sesudah berjualan sehingga tidak mengkontaminasi
produk yang dijual di pasar. Pasar yang kurang bersih disukai berbagai hewan perantara
penyakit seperti tikus, lalat, lipas, semut, labah-labah, kucing liar, kelelawar, anjing, dll. Hal
ini akan berdampak negatif terhadap produk yang dijual dipasar terutama bahan-bahan untuk
pangan.

MENJAGA KEBERSIHAN PERSONAL

Higiene personal merupakan salah satu bagian penentu yang penting dari salah satu
titik kritis rantai keamanan pangan. Higiene personal menyangkut kebiasaan, perilaku dan
kecakapan orang dalam mengelola produk. Yang termasuk higiene personal misalnya :
kebiasaan mencuci tangan, merokok, menjaga kebersihan pribadi, dan status kesehatan
personal. Pada prinsipnya higiene personal di pasar tradisional menyangkut kebersihan dan
kesehatan pedagang serta pembeli. Orang yang menangani bahan makanan yang dijual harus
sehat tidak menderita penyakit yang dapat mengkontaminasi/membahayakan produk yang
dijual misalnya penderita TBC.

KONDISI LINGKUNGAN PASAR

Kebersihan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting disamping higiene


personal dan higiene tempat/peralatan. Higiene lingkungan memerlukan perhatian yang serius
karena merupakan kunci dari praktik hygiene di pasar tradisional. Lingkungan disekitar pasar
harus dibersihkan sebelum dan sesudah berjualan. Sampah pasar yang menumpuk menjadi
salah satu sumber tempat berbiak (breeding place) yang tepat berbagai jenis mikroorganisme
pathogen (penyebab penyakit). Disamping itu berbagai jenis perantara penyakit akan
berkembang biak dengan mudah, seperti lalat, kecoa/lipas, tikus, ceratopogonidae, dll. Jenis
lipas yang biasa terdapat di pasar tradisional misalnya Periplaneta orientalis, P. americana,
Blatella germanica, dan Neostylpyga rhombifolia. Jenis lalat yang sering ditemukan dipasar
tradisional yaitu Musca domestica, M. conducens, M. asiatica, Chrysomia megacephala, C.
rufifacies, dan C. safranea. Serangga dan hewan pengerat dapat berpotensi sebagai vektor
mekanik berbagai agen penyakit patogen di pasar tradisional seperti E. coli, Salmonella,
Enterobacter, TBC, Pes, Leptospira, dll.

Bagaimana seekor lalat bisa berpotensi memindahkan agen pathogen penyakit? Lalat
disebut sebagai vektor mekanik (memindahkan agen penyakit) melalui bulu-bulu kaki
(bristle) dan struktur alat mulutnya. Biasanya lalat hinggap sembarangan di tempat becek,
sampah, dan kotoran kemudian menghinggapi makanan. Struktur alat mulut lalat bersifat
lapping (mengusap) memudahkan penyebaran agen patogen misal; penyakit disentri dan
penyakit bakterial. Perilaku alami lalat biasanya memasukkan makanan dan memuntahkan
kembali makanan melalui alat mulutnya sehingga mempermudah penyebaran agen patogen
tersebut. Kemudian bakteri yang dipindahkan tersebut akan berkembang biak dalam tubuh
hospes/manusia hingga menimbulkan gejala penyakit ketika jumlah agen patogen dalam
tubuh tak dapat lagi ditolerir oleh daya tahan tubuh. Demikian Semoga bermanfaat (Puguh-
Red).
KESIMPULAN

Pemasaran pada dasarnya merupakan suatu proses perpindahan barang atau jasa dari
tangan produsen ke tangan konsumen. Llingkungan pemasaran adalah pelaku dan kekuatan di
luar pemasaran yang mempengaruhi mempengaruhi manajemen pemasaran untuk
membangun dan mempertahankan hubungan yang berhasil dengan pelanggan sasaran.

Lingkungan Mikro yang dimaksud dengan lingkungan mikro adalah faktor-faktor


lingkungan di luar perusahaan yang memberi pengaruh secara langsung dan cukup kuat pada
perusahaan dalam proses pengambilan keputusan pemasaran perusahaan yang mempengaruhi
kemampuannya untuk melayani pelanggan, terdiri dari: Perusahaan, Pemasok, Perantara,
Pelanggan, Pesaing, Masyarakat (Publik).

Lingkungan Makro yaitu kekuatan masyarakat yang lebih luas yang mempengaruhi
seluruh lingkungan mikro pemasaran perusahaan yang mempunyai pengaruh tidak langsung
terhadap pemasaran.Lingkungan Makro terdiri dari: Demografi, Ekonomi, Lingkungan Alam,
Lingkungan Teknologi, Politik, Lingkungan Budaya.

You might also like