You are on page 1of 10

Nikotin adalah zat alkaloid yang ada secara natural di tanaman tembakau.

Nikotin juga didapati


pada tanaman-tanaman lain dari famili biologis Solanaceae seperti tomat, kentang, terung dan
merica hijau pada level yang sangat kecil dibanding pada tembakau. Zat alkaloid telah diketahui
memiliki sifat farmakologi, seperti efek stimulan dari kafein yang meningkatkan tekanan darah
dan detak jantung. Menurut Cahyono (1998) beberapa pendapat menyebutkan kandungan nikotin
pada tembakau sekitar 0,3-5%. Penulis lain menyebutkan kadar nikotin pada tembakau Nikotiana
tabaccum sekitar 2-5% dan pada tembakau Nicoiana rustica 5-14% (Baehaki, 1993). Sedangkan
The Merck Index,1983 menyebutkan bahwa kandungan nikotin dalam daun kering Nicotiana
tabaccum dan Nicotiana ristica sebesar 2-8%. Umumnya didalam tembakau, nikotin
berkombinasi dengan asam sitrat dan asam malat membentuk nikoin sitrat dan nikotin malat.
Menurut Sakdiyah (2007), kandungan nikotin tembakau bervariasi tergantung pada jenis bagian
tanaman tersebut. Kadar nikotin tertinggi terdapat pada daun, akar kemudian batang. Kadar
nikotin daging daun lebih tinggi daripada tulang daun dan kandungan dalam daging daun
meningkat kearah tepi daun, sedangkan pada tulang daun meningkat ke arah pucuk daun.

Abdullah, A. dan Soedarmanto, 1982, Budidaya Tembakau, Jakarta : CV Yasaguna. Cahyono, B.,
1998, TEMBAKAU, Budi daya dan Analisis Tani, Yogyakarta : Kanisius.

Institut Pertanian Bogor, 2006, I. Pendahuluan [Internet], Tersedia


dalamhttp://repository.ipb.ac.id/bitsteam/handle/123456789/40697/Bab%201%20%202006mhs.pdf?se
quence=2, [Diunduh 20 Desember 2013].

Kusumawardhani, A.L., dkk., 2012, Pemanfaatan Limbah Padat Industri Rokok untuk Pestisida Nabati,
Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri Vol. 2, No. 1, diakses pada tanggal 1 Januari
pada pukul 19.31.

Ratnasari, D.K,dkk., 2011, Konversi Nikotin Pada Daun Tembakau Menjadi Asam Nikotinat (Provitamin B)
Sebagai Pilihan Produk industri Hilir Berbahan Baku Tembakau, Jurnal Diakses 20 Desember 2013.

Sakdiyah, H., 2007, Isolasi Nikotin dari Daun Tembakau dan Pengaruh Isolat Kasar sebagai Insektisida
Alami Terhadap Ulat Grayak (Spodoptera Litura), Skripsi, Universitas Negeri Malang.

The Merck Index, 1983, editor Marta Windholz, An Encyclopedia of Chemicals, Drugs and Biologicals
Raahway, N.J., Merck and Co. Inc. USA.

Tembakau
Tembakau adalah tanaman musiman yang tergolong dalam tanaman perkebunan. Pemanfaatan
tanaman tembakau terutama pada daunnya yaitu untuk pembuatan rokok. Tanaman tembakau
diklasifikasikan sebagai berikut :

 Famili : Solanaceae
 Sub Famili : Nicotianae
 Genus : Nicotianae
 Spesies : Nicotiana tabacum
 Dan Nicotiana rustica (Cahyono, 1998).

Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica mempunyai perbedaan yang jelas. Pada Nicotiana
tabacum, daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah, mahkota bunga
berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung runcing, kedudukan daun
pada batang tegak, merupakan induk tembakau sigaret dan tingginya sekitar 120 cm. Adapun
Nicotiana rustica, daun mahkota bunganya berwarna kuning, bentuk mahkota bunga seperti
terompet berukuran pendek dan sedikit gelombang, bentuk daun bulat yang pada ujungnya
tumpul, dan kedudukan daun pada batang mendatar agak terkulai. Tembakau ini merupakan
varietas induk untuk tembakau cerutu yang tingginya sekitar 90 cm (Cahyono, 1998).
Dalam spesies Nicotiana tabacum terdapat varietas yang amat banyak jumlahnya, dan untuk tiap
daerah terdapat perbedaan jumlah kadar nikotin, bentuk daun, dan jumlah daun yang dihasilkan.
Proporsi kadar nikotin banyak bergantungkepada varietas, tanah tempat tumbuh tanaman, dan
kultur teknis serta proses pengolahan daunnya (Abdullah, 1982).
Berdasarkan penggunaannya, tanaman tembakau spesies Nicotiana tabacum dibedakan menjadi 5
jenis yaitu:

1. Jenis tembakau cerutu


2. Jenis tembakau sigaret
3. Jenis tembakau pipa
4. Jenis tembakau asepan
5. Jenis tembakau asli. (Cahyono, 1998).

Nikotin merupakan suatu cairan alkaloid berwarna kuning pucat hingga coklat tua yang
ditemukan dalam tanaman Solanaceae. Kadar nikotin merupakan kunci untuk
menentukan kualitas tembakau. Banyak faktor yang memengaruhi kadar nikotin ini,
yaitu jenis tembakau, jenis tanah, kadar nitrogen tanah, tingkat kematangan tembakau,
dan masa penguningan. Nikotin bersifat higroskopis, dapat bercampur dengan air pada
suhu di bawah 60 °C, sangat larut dalam alkohol, kloroform, eter, kerosin, dan
sejenisnya (Tassew 2007). Senyawa ini terdapat sekitar 0.6-3 % dalam tembakau kering.
Senyawa ini dibentuk selama biosintesis yang berlangsung di akar dan terakumulasi di
daun.
6.
7. Nikotin(C10H14N2)merupakan senyawa organic alkaloid, yang umumnya terdiri dari
Karbon, Hydrogen, Nitrogen dan terkadang juga Oksigen. Senyawa kimia alkaloid ini
memiliki efek kuat dan bersifat stimulant terhadap tubuh manusia.Konsentrasi Nikotin
biasanya sekitar 5% dari per 100 gram berat tembakau. Sebatang rokok biasanya
mengandung 8-20 mg Nikotin, walaupun tentu saja, sangat bergantung pada merk rokok
tersebut. Jika anda perokok, ketahuilah, tubuh kita menyerap 1mg Nikotin untuk satu
batang rokok yang dihisap
8. Layaknya zat additive lainnya, ada beberapa cara bagi Nikotin untuk terserap dalam
tubuh manusia, yaitu melalui: kulit, Paru-paru, Mucous membranes (maaf, saya tidak tau
bahasa indonesianya, tapi contoh mucous membrane misalnya pada bagian dalam mulut,
atau lapisan dalam hidung kita). Setelah terserap melalui salah satu cara diatas, Nikotin
akan masuk ke dalam system peredaran darah menuju ke otak dan diedarkan ke seluruh
system tubuh
9. Merokok, atau proses inhalasi, adalah cara yang paling umum dan tercepat bagi Nikotin
untuk terserap dalam darah. Paru-paru kita mengandung banyak alveolus. Alveolus
adalah semacam kantung kecil, tempat terjadinya pertukaran antara udara kotor dan
bersih yang kita hisap. Setelah berada dalam system peredaran darah, Nikotin dengan
cepat akan sampai ke otak, dan bereaksi dengan sel-sel otak sehingga terciptalah perasaan
nyaman tersebut. Dibutuhkan 5-15 detik setelah setelah hisapan pertama bagi Nikotin
untuk bereaksi dalam tubuh (otak) kita. Dalam satu kali merokok, kira-kira 0,031 mg
Nikotin yang akan tertinggal dalam tubuh manusia.Nikotin sangat mempengaruhi dan
dapat mengubah fungsi otak dan tubuh kita. Nikotin membuat si perokok merasa relaks
dan kemuadian merasa lebih energik dan bersemangat, atau sebaliknya. Efek ini umum
dikenal sebagai biphase effect. Sialnya, semakin sering seseorang merokok, akan
semakin merasa ketagihan dan bertambah pula dosis yang akan kita gunakan.
10. Alkaloid merupakan golongan metabolit sekunder tumbuhan yang terbesar. Pada
umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih
atom nitrogen baik sebagai bagian dari sistem heterosiklik atau bukan bagiannya.
Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal,
tetapi hanya sedikit yang berupa cairan (misalnya nikotina) pada suhu kamar (Harborne
2006). Alkaloid dapat dikelompokan menjadi alkaloid sesungguhnya, protoalkaloid,
pseudoalkaloid. Alkaloid sesungguhnya adalah racun, menunjukan aktivitas fisiologi
yang luas, dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.
Protoalkaloid merupakan asam amino yang relatif sederhana dengan nitrogen asam amino
tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor
asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting
dalam kelas ini, yaitu alkaloid stereoidal dan purin.
11.
12. Tembakau merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal di kalangan
masyarakat Indonesia. Tanaman ini tersebar di seluruh Nusantara dan mempunyai
kegunaan yang sangat banyak terutama untuk bahan baku pembuatan rokok. Selain itu
tembakau juga dimanfaatkan orang sebagai kunyahan (Jawa : susur), terutama di
kalangan ibu–ibu di pedesaan. Tanaman tembakau berwarna hijau, berbulu halus,
batang, dan daun diliputi oleh zat perekat. Pohonnya berbatang tegak dengan ketinggian
rata–rata mencapai 250 cm, akan tetapi kadang–kadang dapat mencapai tinggi sampai
4 m apabila syarat– syarat tumbuh baik. Umur tanaman ini rata–rata kurang dari 1
tahun. Daun mahkota bunganya memiliki warna merah muda sampai merah,
mahkota bunga berbentuk terompet panjang, daunnya berbentuk lonjong pada ujung
runcing, dan kedudukan daun pada batang tegak.
13. Tembakau hanya bermanfaat sebagai penikmat belaka yang tidak bermanfaat bagi
kesehatan sehingga perlu untuk mengeksploitasi lagi manfaat yang lain, misalnya
sebagai racun bagi serangga. Di dalam daun tembakau ada beberapa macam alkaloid
yang dapat memberikan rasa nikmat pemakainya yaitu nikotin, nikotirin, dan
myosmin. Kandungan alkaloid nikotin yang terdapat di daun tembakau dapat
digunakan sebagai insektisida. Di Kabupaten Klaten terdapat produksi tembakau
Vorstenland yang besar yang biasanya digunakan sebagai tembakau pengisi rokok.
Rokok adalah perantara utama bagi nikotin masuk ke tubuh manusia melalui asapnya.,
sehingga perlu diteliti nikotinnya. Bentuk nikotin yang paling umum adalah
tembakau, yang dihisap dalam bentuk rokok, cerutu, dan pipa. Tembakau juga
dapat digunakan sebagai tembakau sedotan dan dikunyah (tembakau tanpa
asap). Walaupun kampanye tentang bahaya merokok sudah menyebutkan betapa
berbahayanya merokok bagi kesehatan tetapi pada kenyataannya sampai saat ini masih
banyak orang yang terus merokok. Hal ini membuktikan bahwa sifat adiktif dari nikotin
adalah sangat kuat. Secara perilaku, efek stimulasi dari nikotin menyebabkan peningkatan
perhatian, belajar, waktu reaksi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah.
Menghisap rokok meningkatkan mood, menurunkan ketegangan dan menghilangkan
perasaan depresif. Pemaparan nikotin dalam jangka pendek meningkatkan
aliran darah serebral tanpa mengubah metabolisme oksigen serebral.
14. Dalam spesies Nicotiana tabacum terdapat varietas yang amat banyak
jumlahnya, dan untuk tiap daerah terdapat perbedaan jumlah kadar nikotin, bentuk
daun, dan jumlah daun yang dihasilkan. Proporsi kadar nikotin banyak bergantung
kepada varietas, tanah tempat tumbuh tanaman, dan kultur teknis serta proses
pengolahan daunnya

Nikotin merupakan suatu cairan alkaloid berwarna kuning pucat hingga coklat tua yang
ditemukan dalam tanaman Solanaceae. Kadar nikotin merupakan kunci untuk menentukan
kualitas tembakau. Banyak faktor yang memengaruhi kadar nikotin ini, yaitu jenis tembakau,
jenis tanah, kadar nitrogen tanah, tingkat kematangan tembakau, dan masa penguningan. Nikotin
bersifat higroskopis, dapat bercampur dengan air pada suhu di bawah 60 °C, sangat larut dalam
alkohol, kloroform, eter, kerosin, dan sejenisnya (Tassew 2007). Senyawa ini terdapat sekitar
0.6-3 % dalam tembakau kering. Senyawa ini dibentuk selama biosintesis yang berlangsung di
akar dan terakumulasi di daun.
Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui cara isolasi nikotin dari puntung
rokok.Dimana ekstraksi yang dilakukan dengan melarutakan zat aktifnya dengan proses
maserasi.Untuk memaksimalkan terlarutnya zat aktif dalam hal puntung rokok, maka dilakukan
pengocokan selama dua jam dengan mesin agitasi. Pengocokkan ini bertujuan untuk
meningkatkan energi kinetik reaksi sehingga proses ekstraksi dapat berjalan maksimal.Setelah
pengocokan selesai, menentukan gelombang maksimun dari puntung rokok dengan etanol 95 %
sebagai blanko pembanding pada penentuan panjang gelombang puntung rokok.Pada pengujian
dengan spektronik 10 digunakan larutan blanko. Larutan blanko merupakan larutan yang tidak
mengandung analat untuk dianalisis.
Metode spektrofotometri merupakan metode yang digunakan untuk mengukur absorbansi
dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau
kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan
dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan akan sebanding dengan konsentrasi
larutan di dalam kuvet.
Adapun hasil yang di peroleh adalah dari percobaan ini yaitu, di dapat panjang gelombang
maksimumnya pada panjang gelombang 400 nm adalah 0,358. Dari panjang gelombang 400-700
nm dapat diperoleh konsentrasi yaitu C = 0,102 g/50 ml.

Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau.


Jakarta : CV Yasaguna.

Aisyah.2005. Isolasi nikotin dari puntung rokok.Ensiklopedia.Jakarta.

Cahyono, Bambang. 1998. TEMBAKAU, Budi daya dan Analisis Tani.


Yogyakarta : Kanisius.

Chitra S, Sivaranjani K. 2012. A comparative phytochemical analysis of tobacco and its natural extract-an
eccentric approach. International Journal of Pharmacy and Pharmaeutical Sciences 4: 1-2

Harborne JB. 2006. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah; Niksolihin S, editor.
Bandung: ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.

Pranata FS. 1997. Isolasi alkaloid dari bahan alam. Biota 2: 96-99

Saripudin.1990. Dampak buruk dari rokok untun kesehatan.Erlangga.Surabaya.

Tassew Z. 2007. Levels of nicotine in Ethiopian tobacco leaves [disertasi] Addis Ababa: Addis Ababa
University.
Nikotin (nicotiana tobacum) merupakan bahan terpenting yang terdapat di dalam daun ternbakau.
Nikotin mempunyai rumus molekul C10H14N . Nikotin merupakan cairan bening berwarna agak
kuning mempunyai kenampakan seperti minyak, larut dalam air dan juga larut dalam pelarut
organik pada umumnya, seperti etanol, petroleunreter, kloroform (Ahmad Mursyidi, 1990). Pada
tanaman tembakau nikotin terutama tardapat di dalam daunnya.

Kadar nikotin dalam daun tembakau berkisar sekitar 4 % dan pada tanaman tembakau jenis
tertentu yang baik kadar nikotin di dalam daunnya dapat mencapai 8 % (Gloria, 2008).
Tembakau yang baik setelah diproses akan lengket dan tidak rusak dalam beberapa tahun.

Nikotin murni termasuk senyawa yang berbahaya baik bagi rnanusia atau binatang, dapat
mematikan hewan-hewan kecil seperti ulat dan beberapa jenis serangga . Dalam kadar rendah
bersifat mernbius, sehingga sementara perokok dengan merokok dapat memberikan kenikmatan
tersendiri. Nikotin dengan cepat masuk ke dalam otak begitu seseorang merokok. Kadar nikotin
yang di hisap akan menyebabkan kematian apabila kadarnya lebih dari 30 mg.

Setiap batang rokok rata-rata mengandung nikotin 0.1-1.2 mg nikotin. Dari jumlah tersebut kadar
nikotin yang masuk dalam peredaran darah tinggal 25 % , namun jumlah yang kecil itu mampu
mencapai otak dalam waktu l5 detik. Padahal sebenarnya di dalam rokok selain nikotin terdapat
bemracam-macam bahan berbahaya, diantaranya ialah tar. Tar bukan senyawa tunggal, tetapi
terdiri dari berrnacam-macam zat yang berbahaya diantaranya ialah methanol,piridin,
sianida,formalin, hidrogen sulfit dll. Sebuah kajian sains telah membuktikan bahwa setiap
sebatang rokok mengeluarkan lebih 4 000 bahan kirnia yang beracun yang berbahaya dan boleh
menyebabkan kematian.

Di dalam asap rokok terdapat bahan radioaktif (Polonium- 201) dan bahan-bahaya yang
digunakan untuk pembuatan cat (Aceton),bahan pembersih lantai (Amonia ), obat pembasmi
ngengat (Naphthalcner) racun serangga ( DDT), racun anai-anai (Amenic), gas beracun
(hydrogen Cyanide) yang digunakan pcmbunuh orang yang dihukum dengan hukuman mati dan
banyak lagi. Selain itu jika asap rokok diembunkan akan dihasilkan tar, selain nikotin dan karbon
monoksida semua bahan tersebut merupakan yang bersifat racun. Maka dalam pengambilan
nikotin dari batang tembakau kemungkinan juga terdapat bahan-bahan beracun tersebut,
akibatnya hasil ekstraki batang tembakau selain nikotin juga tercampur dengan bahan-bahan
tersebut , sehingga akan dapat menambah daya racun . hasil ekstrasi bila digunakan untuk obat
pembasmi hama tanaman . Untuk bahan obat pembasmi hama tanaman tidak perlu dihasilkan
hasil kering ,tetapi sampai kadar tertentu saja sehingga cukup memenuhi syarat sebagai
pembasmi hama dan dalam fase cair lebih mudah di gunakan dengan cara di semprotkan pada
tanaman.

 teknik isolasi

Rendemen ekstrak : Dengan volume total pelarut 350 ml, bahan bubuk tembakau 50 gram
dengan waktu proses ekstrasi ± 8 jam maka diperoleh rendemen ekstrak tembakau sebesar 46,82
%.
Uji Kualitatif Nikotin :Uji kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu, filtrat yang
diperoleh dari ekstrasi tembakau diambil sebanyak 1 gram kemudian ditambahkan 20 ml asam
asetat 10% dan 8 ml koloform. Selanjutnya dipanaskan diatas penangas air selama 5 menit yang
gunanya agar filtrat dapat tercampur dengan merata dengan larutan setelah itu didiamkan
sebentar agar dingin kemudian disaring dan dititrasi dengan larutan NH4OH terjadi endapan
berwarna coklat agak hitam menunjukan adanya nikotin.Analisa pengaruh waktu rendam
terhadap pengurangan berat paku Pengaruh variasi waktu perendaman besi yang diberi
penambahan inhibitor dan tanpa penambahan inhibitor dapat diperoleh hubungan bahwa semakin
lama waktu perendaman menyebabkan semakin banyak berat sampel yang hilang. Pada waktu
perendaman selama 3 hari, untuk penggunaan media larutan air nilai rata-rata berat yang hlang
sebesar 0,095 gram (tanpa inhibitor) dan 0,045 gram (dengan inhibitor), selanjutnya untuk waktu
perendaman 6 hari, untuk penggunaan media air kran nilai rata-rata berat yang hilang sebesar
0,065 gram (dengan inhibitor) dan 0,180 gram (tanpa inhibitor). Selanjutnya untuk waktu
perendaman 9 hari, untuk penggunaan media airkran nilai rata-rtaa berat yang hilang sebesar
0,135 gram (dengan inhibitor) dan 0,305 gram (tanpa inhibitor). Selanjutnya untuk waktu
perendaman 12 hari, untuk pnggunaan media air kran nilai rata-rata berat yang hilang sebesar
0,110 gram (dengan inhibitor) dan 0,370 gram (tanpa inhibitor). Pada sistem penambahan
inhibitor ekstrak nikotin jumlah rata-rata berat yang hilang lebih kecil dibandingkan dengan
sistem tanpa penambahan inhibitor disemua waktu perendaman. Hal tersebut menunjukan bahwa
inhibitor ekstrak nikotin berhasil memperlambat terjadnya laju korosi. Masih terjadi
pengurangan berat sampel atau dalam artian masih terhadi kororsi pada sistem penambahan
inhibitor diebabkan belum seluruhnya inhibitor teradsorb kedalam sampel. Selain itu faktor kadar
oksigen yang berlebih juga dapat meningkatkan laju korosi.

Analisa pengaruh waktu rendam terhadap rata-rata laju korosi Pengaruh variasi waktu
perendaman paku besi dalam media air kran terhadap rata-rata laju korosi tanpa dan dengan
penambahan inhibitor ekstrak nikotin bahwa semakin banyak inhibitor yang teradsorpsi, maka
semakin besar daya inhibisinya dan laju korosi besi pun semakin berkurang. Pada sistem tanpa
penambahan inhibitor ekstrak nikotin, laju korosi yang paling cepat terjadi pada waktu
perendaman 9 hari dalam media kran sebesar 0,00035975 g/cm2 hari. Untuk waktu perendaman
3 hari data laju korosi didapat sebesar 0,00033616 g/cm2 hari, perendaman 6 hari data laju korosi
didapat sebesar 0,00031847 g/cm2 hari, dan pada perendaman 12 hari data laju korosi didapat
sebesar 0,00032732 g/cm2 hari. Begitu pula dengan sistem penambhaan inhibitor, nilai laju
korosi terbesar terjadi pada saat waktu perendaman selama 9 hari sebesar 0,00078632 g/cm2 hari.
Untuk waktu perendaman 3 hari data laju korosi didapat sebesar 0,00076669 g/cm2 hari, waktu
perendaman 6 hari data laju kororsi didapat sebesar 0,00067823 g/cm2 hari, waktu perendaman
12 hari data laju korosi didapat sebesar 0,00076669 g/cm2 hari. Laju korosi yang terjadi pada
sistem penambahan inhibitor lebih kecil dibandinkan dengan sistem tanpa penambahan inhibitor.
Jadi dapat disimpulkan penambahan inhibitor ekstrak nikotin efektif menghambat laju korosi.

2.3 Isolasi

Isolasi adalah suatu usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa yang bercampur sehingga
kita dapat menghasilkan senyawa tunggal yang murni. Tumbuhan mengandung ribuan senyawa
sebagai metabolit primer dan metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan
alami mengisolasi senyawa metabolit sekunder karena dapat memberikan manfaat bagi
kehidupan manusia.Kandungan senyawa dari tumbuhan untuk isolasi dapat diarahkan pada suatu
senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha isolasi senyawa tertentu maka dapat
dimanfaatkan pemilihan pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut, dimana
pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan sebaliknya senyawaa non polar
lebih mudah larut dalam pelarut non polar (Harborne, 1987 dalam Oppung Doli, 2013).Nikotin
adalah suatu jenis senyawa kimia yang termasuk ke dalam golongan alkaloid karena mempunyai
sifat dan ciri alkaloid.

Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen
dan biasanya berupa sistem siklis. Alkaloid mengandung atom karbon, hidrogen, nitrogen dan
pada umumnya mengandung oksigen. Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji,
kayu maupun daun dari tumbuhan dan juga dari hewan. Senyawa alkaloid merupakan hasil
metabolisme dari tumbuh–tumbuhan dan digunakan sebagai cadangan bagi sintesis protein.
Kegunaan alkaloid bagi tumbuhan adalah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat
tumbuhan dan pengatur kerja hormon. Alkaloid mempunyai efek fisiologis. Sumber alkaloid
adalah tanaman berbunga, angiospermae, hewan, serangga, organisme laut dan mikroorganisme.
Famili tanaman yang mengandung alkaloid adalah Liliaceae, solanaceae, rubiaceae, dan
papaveraceae (Tobing,1989).

Isolasi Alkaloid

Alkaloid diekstrak dari tumbuhan yaitu daun, bunga, buah, kulit, dan akar yang dikeringkan lalu
dihaluskan. Cara ekstraksi alkaloid secara umum adalah sebagai berikut :

1. Alkaloid diekstrak dengan pelarut tertentu, misalnya dengan etanol, kemudian


diuapkan.
2. Ekstrak yang diperoleh diberi asam anorganik untuk menghasilkan garam amonium
kuartener kemudian diekstrak kembali.
3. Garam amonium kuartener yang diperoleh direaksikan dengan natrium karbonat sehingga
menghasilkan alkaloid–alkaloid yang bebas kemudian diekstraksi dengan pelarut tertentu
seperti eter dan kloroform.
4. Campuran – campuran alkaloid yang diperoleh akhirnya dipisahkan melalui berbagai
cara, misalnya metode kromatografi (Tobing, 1989).

Ada cara lain untuk mendapatkan alkaloid dari larutan asam yaitu dengan penyerapan memakai
pereaksi Lloyd, kemudian alkaloid dielusi dengan basa encer. Alkaloid yang bersifat hidrofob
diserap dengan damar XAD-2 lalu dielusi dengan asam atau campuran etanol-air. Banyak
alkaloid yang dapat diendapkan dengan pereaksi Mayer (kalium raksa (II) iodida) atau garam
Reineccke.

Isolasi Nikotin dari Daun Tembakau


1. 25 gram daun tembakau kering rajangan yang telah dibungkus kertas saring dimasukkan
ke dalam alat soxhlet, dilakukan ekstraksi dengan menggunakan 300 mL metanol selama
7 jam.
2. Ekstrak / filtrat yang dihasilkan dievaporasi sampai dihasilkan larutan yang pekat atau
filtrat tinggal 10 % dari volume semula.
3. Larutan pekat dituangkan ke dalam labu erlenmeyer dan diasamkan dengan H2SO4 2 M
sebanyak 25 mL. Larutan diaduk dengan magnetik stirer agar homogen. Larutan diuji
dengan kertas lakmus sampai berwarna merah. Kemudian larutan diekstrak dengan
kloroform 25 mL sebanyak 3 kali dengan corong pisah.
4. Ekstrak yang dihasilkan berada di lapisan bawah diuji dengan reagen Dragendorf, positif
alkaloid jika timbul endapan orange.
5. Ekstrak dinetralkan lagi dengan menambahkan NH4OH, kemudian diekstraksi lagi
dengan kloroform 25 mL sebanyak 3 kali.
6. Ekstrak yang diperoleh diuapkan dengan dianginkan, kemudian dimurnikan dengan
kromatografi kolom dengan silika gel 11,5 gram sebagai fase diam, panjang kolom 10
cm, diameter kolom 3 cm dan dengan eluen n heksana dan kloroform, methanol masing –
masing sebanyak 10 mL.
7. Hasil kromatografi kolom dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis dengan larutan
pengembang metanol.
8. Hasil ekstrak kemudian diuji dengan menggunakan GC–MS, spektrofotometer UV-Vis
dan Spektrofotometer IR.

You might also like