You are on page 1of 6

Jurnal Psikologi Teori dan Terapan

2014, Vol. 5, No. 1, 1-6, ISSN: 2087-1708

Nilai Budaya Masyarakat Banjar Kalimantan Selatan:


Studi Indigenous

Ermina Istiqomah1
Program Studi Psikologi Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
Sudjatmiko Setyobudihono
Program Studi Keperawatan STIKES Cahaya Bangsa Banjarmasin

Abstract: This study was aimed to identify local values of Banjar society, South
Kalimantan. Phenomenological method was used to reveal how participants’
understanding of the local values. In-depth interviews were employed to collect data
from three participants who were recruited by using purposive and snowball
sampling. The three participants consist of a Banjar culture expert, a Banjar society
informal leader, dan a researcher on Banjar issues. This study found that Banjar
values can be categorized in four levels namely Banjar values in human and God,
human and nature, interpersonal, and intrapersonal relations. In the context of human
and God relation, the primary concept of Banjar value identified is berelaan which
means sincerity and gratitude. Concerning human and nature relation, there is a
Banjar prominent value bisa-bisa maandak awak that means adaptive to environment.
At interpersonal level, the values identified are bubuhan (discussion to reach
agreement), bedingsanakan (fraternity), betutulungan (mutual assistance), and
bakalah bamanang (self-adjustment). The Banjar eminent values at intrapersonal
level cover gawi manuntung (self-independent) and dalas balangsar dada
(responsible).
Key words: Local values, Banjar society, indigeneous study

Abstrak: Penelitian ini untuk mengidentifikasi nilai-nilai budaya lokal pada


masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Metode kualitatif fenomenologis untuk
mengembangkan pemahaman mengenai nilai-nilai budaya lokal. Teknik snowball
digunakan dalam menggali data melalui wawancara dari satu informan ke informan
lainnya. Subjek penelitian berjumlah 3 (tiga) orang, yaitu ahli budaya, akademisi dan
tokoh masyarakat. Hasil menunjukkan nilai budaya Banjar; dalam hubungan manusia
dengan Tuhan meliputi ikhlas dan syukur dengan konsep nilai berelaan. Manusia
dengan alam, nilai konsepsi bisa-bisa maandak awak untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Hubungan manusia dengan manusia meliputi nilai musyawarah,
persaudaraan, gotong royong atau tolong menolong, penyesuaian diri, dengan konsep
nilai bubuhan, bedingsanakan, betutulungan, dan bakalah bamanang. Manusia
dengan diri sendiri, meliputi kerja keras, disiplin, koreksi diri, mengikuti
perkembangan jaman, percaya pada diri sendiri, dan bertanggungjawab dengan
konsep nilai gawi manuntung, dalas balangsar dada.
Kata Kunci: nilai-nilai lokal, masyarakat Banjar, kajian indigeneous

Korespondensi tentang artikel ini dapat dialamatkan kepada Ermina Istiqomah melalui e-mail:
erminaistiqomah06@yahoo.com

1
Ermina Istiqomah & S. Setyobudihon : Nilai Budaya Masyarakat…(1-6)

Indonesia dikenal dengan ke- yang selanjutnya dipengaruhi oleh


ragamannya. Penduduknya menunjukkan lingkungan alam, iklim, sosial-ekonomi,
keragaman budaya, adat istiadat, suku, dan lain-lain. Pemahaman akan perilaku
agama dan bahasa.Keragaman tersebut manusia, yang terkait dengan pemahaman
merupakan khazanah yang sangat akan sistem nilai yang mempengaruhi
bermakna dan memberikan bahan kajian perilaku akan sangat berpe-ngaruh dalam
yang luas, memberi manfaat untuk mengembangkan perilaku positif (Heriati,
kehidupan masyarakat, pembangunan 2010).
bangsa dan pengembangan dunia keilmuan Nilai lokal adalah salah satu elemen
(Zulkifli, 2008). utama untuk mencapai kesuksesan
Salah satu provinsi di Indonesia (Gladwell, 2008).Hal ini menggambarkan
yang memiliki kekhasan tersendiri adalah pentingnya memahami nilai-nilai lokal
Kalimantan Selatan. Kalimantan Selatan yang ada didalam suatu masyarakat.
adalah sebuah provinsi yang terletak di Berdasarkan paparan diatas, timbul
bagian tenggara pulau Kalimantan, pertanyaan bagaimanakah nilai-nilai lokal
memiliki kawasan dataran rendah di bagian pada masyarakan Banjar Kalimantan
barat dan pantai timur, serta dataran tinggi Selatan. Demikian, penting bagi kita untuk
yang dibentuk oleh pegunungan meratus di memahami dan mengetahui nilai-nilai lokal
tengah. Kondisi geografis Kalimantan yang ada pada masyarakat Banjar
Selatan lainnya banyak mempunyai rawa Kalimantan Selatan.
serta sungai, sedangkan suku terbesar di Tujuan penelitian ini adalah
Kalimantan selatan adalah suku Banjar. mengidentifikasikonsepsi nilai-nilai lokal
Urang Banjar (orang Banjar) adalah pada masyarakat Banjar Kalimantan
kelompok etnis terbesar yang mendiami Selatan. Studi area penelitian ini adalah
provinsi ini (Mohandas dkk, 2011). Banjarmasin, ibu kota dari provinsi
Setiap masyarakat memiliki Kalimantan Selatan. Penelitian ini
kebudayaan tertentu. Budaya tersebut diharapkan dapat memberikan temuan
merupakan bagian dari kehidupan masya- informasi mengenai nilai-nilai budaya yang
rakat pendukungnya (Zulkifli, 2008)). Nilai ada dan berkempang pada masyarakat
budaya merupakan tingkat yang paling Banjar Kalimantas Selatan.
abstrak dari adat. Suatu sistem nilai budaya Pentingnya mengetahui nilai-nilai
terdiri dari konsepsi-konsepsi, yang hidup lokal masyarakat Banjar sebagaimana
dalam alam pikiran sebagaian besar warga diketahui para individu sejak kecil telah
masyarakat, mengenai hal-hal yang harus diresapi dengan nilai-nilai budaya yang
mereka anggap amat bernilai dalam hidup dalam masyarakatnya sehingga
hidup.Karena itu suatu sistem nilai budaya konsepsi-konsepsi itu sejak lama telah
biasanya berfungsi sebagai pedo-man berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah
tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem- sebabnya nilai-nilai lokal tadi sukar
sistem tata kelakuan manusia lain yang digantikan dengan nilai-nilai budaya lain.
tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan- Penelitian ini menunjukkan dan diketahui
aturan khusus, hukum dan norma-norma, nilai-nilai lokal masyarakat Banjar yang
semuanya juga berpedoman kepada sistem spesifik atau khas yang tentunya berbeda
nilai budaya itu (Koentjaraningrat, 2008) dengan nilai lokal budaya lain. Kekhasan
Nilai lokal adalah nilai yang tumbuh nilai lokal sebagai pembeda yang dianut
dalam suatu konteks budaya tertentu, masyarakat Banjar dapat dijadikan modal
terbatas untuk suatu kelompok masyarakat dalam memahami dan menyikapi
tertentu.Nilai tidak berdiri sendiri dalam masyarakat setempat yang menjadi
kondisi vakum, tetapi selalu terkait dengan keunggulan penelitian ini.
konteks kehidupan sekelompok individu,

2
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol. 5, No.1, Agustus 2014

Peneliti ingin mengkaji psikologi Penelitian kualitatif fenomenologis


berkaitan dengan budaya Banjar atau yang disini menggunakan teknik snow-ball,
disebut dengan Indigenous Psychology. yakni penggalian data melalui wawancara
Indigenous Psychology sendiri adalah dari satu informan ke informan lainnya.
kajian tentang perilaku manusia dan proses Data dikumpulkan dengan wawancara
mental dalam konteks kultural yang kepada subjek penelitian yang berjumlah 3
mengatur nilai, konsep, system keyakinan, (tiga) orang, yaitu akademisi peneliti (X),
metodologi serta sumber-sumber yang ahli budaya (Y), dan tokoh masyarakat (Z).
pribumi sifatnya (Ho, 1998). Subjek penelitian adalah sumber utama
Indigenous psychology mempresen- data penelitian, yaitu yang memiliki
tasikan sebuah pendekatan yang konteks mengenai variabel-variabel yang diteliti.
(keluarga, sosial, kultural, dan ekologis) Subjek penelitian, pada dasarnya, adalah
isinya (yakni makna, nilai, dan keyakinan) yang akan dikenai kesimpulan hasil
secara eksplisit dimasukkan kedalam penelitian (Azwar, 2007).
desain penelitian. Peran para penelitilah Subjek penelitian menjadi informan
yang mampu menerjemahkan pengetahuan yang memberikan informasi, meliputi
episodek menjadi bentuk-bentuk analitik informan kunci, yaitu subjek yang
agar dapat diuji dan diverifikasi (Kim, mengetahui dan memiliki informasi pokok
2010).Dari penelitian ini diharapkan akan yang diperlukan dalam penelitian. Pada
mendapat pengetahuan psikologi berkaitan penelitian ini sebagai key informan,
dengan realitas sosial dan budaya Banjar peneliti memulai dari akademisi, yakni “X”
sendiri, bukan berdasarkan pengetahuan seorang dosen peneliti budaya dan sastra
psikologi dari Barat. PTN di Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Temuan ini bermanfaat sangat Peneliti memulai wancara dari orang
penting bagi dasar penelitian-penelitian yang dikenal dan memiliki relevansi untuk
selanjutnya untuk menggali lebih dalam menjelaskan teoritis permasalahan yaitu
pentingnya nilai-nilai lokal suatu akademisi. Kemudian berkelanjutan ke
masyarakat, khususnya masyarakat Banjar informan-informan untuk memperluas
pada aplikasi kehidupan yang lebih luas. informasi wawancara yang telah diperoleh
Bagi pemegang kebijakan, temuan sebelumnya.Teknik analisis data yang
penelitian ini dapat dijadikan kajian dan digunakan adalah teknik deskriptif, yaitu
bahan pertimbangan dalam membina, mendeskripsikan atau menggambarkan
mengembangkan dan melestarikan nilai- data yang telah terkumpul sebagaimana
nilai lokal budaya Banjar sebagai modal adanya tanpa membuat kesimpulan yang
pembangunan daerah khususnya dan berlaku secara umum.
nasional pada umumnya.
Hasil dan Pembahasan
Metode
Hasil penelitian menunjukkan
Penelitian ini menggunakan metode temuan sebagai berikut terdapat empat
penelitian kualitatif fenomenologis untuk nilai budaya Banjar yaitu nilai budaya
mengembangkan pemahaman mengenai Banjar; dalam hubungan manusia dengan
nilai-nilai lokal. Moleong (2006) menye- Tuhan, dalam hubungan manusia dengan
butkan fenomenologis berusaha untuk manusia, dalam hubungan manusia dengan
masuk kedalam dunia konsepstual para diri sendiri atau berkaitan dengan kegiatan
subjek sedemikian rupa sehingga mengerti manusia sebagai bentuk pengembangan
apa dan bagaimana suatu pengertian yang diri, dan nilai budaya Banjar dalam
dikembangkan untuk mereka disekitar
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

3
Ermina Istiqomah & S. Setyobudihon : Nilai Budaya Masyarakat…(1-6)

hubungan manusia dengan alam. Hal ini wan bedingsanakan, mau aja
seperti dikemukakan oleh X: bakalah bamanang karena kita
adalah saudara’ (S3/8).
“Penelitian saya menunjukkan “Ibarat jar urang tu dalas
bahwa di Kalimantan Selatan ini balangsar dada, jadi juga harus
budaya Banjar dapat digolongkan bersungguh-sungguh dalam
menjadi 4 (empat), yaitu (1) nilai begawi’ (S3/11). “Harus bisa
budaya Banjar dalam hubungan menyesuaikan dengan lingkungan
manusia dengan Tuhan, (2) nilai dimana kita berada, jadi kita urang
budaya Banjar dalam hubungan Banjar bisa-bisa ma andak awak
manusia dengan sesama manusia, biar nyaman begawian..” (S3?13).
(3) nilai budaya Banjar dalam
hubungan manusia dengan diri Hasil temuan dari ketiga informan
sendiri, dan (4) nilai budaya Banjar tersebut diatas menunjukkan bahwa:
dalam hubungan manusia dengan Pertama, Wujud konsepsi berelaan
alam” (S1/7). merupakan nilai ikhlas dan syukur dan
Kemudian peneliti melanjutkan semata-mata untuk ibadah dan mendapat
penggalian data kepada informan keridhoan Allah SWT.
tambahan, yaitu budayawan (Y) dan tokoh Kedua, Pada sistem kekerabatan,
masyarakat (Z). Dikatakan oleh Y bahwa: baik karena keturunan maupun karena
status sosial dan profesi, ada konsep
“Budaya Banjar di dalam bubuhan. Dalam konsepsi bubuhan termuat
lingkungan kerja misalnya di nilai bedingsanakan (persaudaraan),
Puskesmas, seperti nilai hubungan betutulungan (tolong menolong) dan mau
manusia dengan Tuhan, kan kita haja bakalah bamanang (mau saja kalah
harus ikhlas dalam bekerja” (S2/4). menang) maksudnya mau saja memberi
dan menerima.
“Kedua, nilai budaya Banjar dalam
Ketiga, nilai untuk pengembangan
hubungan dengan sesama, seperti
kita lihat dimasyarakat adanya diri konsepsigawi manuntung, dalas
konsep bubuhan dan balangsar dada yang maknanya seseorang
bedingsanakan. Jadi kita sama-sama harus mau berjuang dengan sungguh-
harus saling membantu”(S2/6). sungguh.
Keempat, nilai konsepsi bisa-bisa
“Ketiga, hubungan dengan diri maandak awak untuk menyesuaikan diri
sendiri, ya harus bersungguh- dengan lingkungan.
sungguh..menuntung dalam
Yang (2000) menyatakan indige-
bekerja”(S2/8). “Untuk yang nomor
empat, hubungan dengan alam, nous psychology menganjurkan untuk
maksudnya dengan lingkungan ya menelaah pengetahuan, keterampilan, dan
kita harus bisa menyesuaikan diri, keyakinan yang dimiliki orang tentang
yaitu bisa-bisa maandak awak” dirinya dan bagaimana mereka menja-
(S2/11). lankan fungsinya dalam konteks keluarga,
sosiol, kultural, dan ekologis mereka.
Tokoh masyarakat (Z) sebagai Telaah ini menekankan pada upaya
informan ketiga menguatkan pernyataan mendapatkan pemahaman deskriptif
informan sebelumnya. Z mengatakan: tentang fungsi manusia dalam konteks
“Ya itu bu, kita harus ikhlas dan kultural.
bersyukur dalam begawi (bekerja) Kim dan Barry (1993) men-
karena kerja adalah ibadah kepada definisikan indigenous psychology sebagai
Allah SWT “(S3/4). Kita juga kajian ilmiah tentang perilaku atau pikiran
dalam bagawi harus batutulungan manusia yang native (asli), yang tidak

4
Jurnal Psikologi Teori &Terapan, Vol. 5, No.1, Agustus 2014

ditransportasikan dari wilayah lain, dan baik karena keturunan maupun karena
yang dirancang untuk masyarakatnya. status soaial atau profesi, ada yang disebut
Indigenous psychology merepresentasikan bubuhan (Daud, 1997).
paradigma ilmiah transaksional dimana Dalam konsep bubuhan termuat
individu-individu dianggap sebagai agen nilai bedingsanakan (persaudaraan), betu-
bagi tindakan mereka dan agen-agen tulungan (tolong menolong) dan mau haja
kolektif melalui budayanya (Kim, 2000). bakalah bamanang (mau saja kalah
Orang adalah subjek dan sekaligus menang), maksudnya mau saja memberi
objek investigasi. Kita perlu mendapatkan dan menerima. Hal ini sesuai dengan salah
sebuah pemahaman terintegrasi dari satu keinginan pokok manusia, yaitu
perspektif orang pertama, orang kedua, dan keinginan untuk menjadi satu dengan
orang ketiga untuk mendapatkan gambaran manusia lain di sekelilingnya atau
lengkap tentang fungsi manusia. Dalam masyarakat (Soekanto, 2004).
kehidupan sehari-hari orang memiliki Bubuhan sebagai kesatuan sosial
pengetahuan fenomenologis, episodek, dan sangat kuat ikatannya dengan ke-
prosedural tentang tata cara mengelola gotongroyongan (Saleh, 1986). Orang
lingkungannya, tetapi mereka mungki tidak hidup harus betutulongan (tolong
memiliki keterampilan analitik untuk menolong), jangan hidup saurang-saurang
mendeskripsikan bagaimana hal itu (Zulkifli, 2008).
dilakukan. Indigenous psychology mengan- Setiap masyarakat pasti mengalami
jurkan untuk menelaah pengetahuan, perubahan, baik perubahan tersebut ber-
keterampilan, dan keyakinan yang dimiliki langsung lambat atau cepat, berpengaruh
orang tentang dirinya, dan mempelajari luas atau terbatas (Soekanto, 2004). Karena
aspek-aspek ini dalam konteks alamiah itu, orang Banjar juga terbuka terhadap
(Kim, 2010). pemikiran-pemikiran baru yang rasional,
Budaya adalah emergent property termasuk bagaimana melakukan kegiatan
dari individu-individu yang berinteraksi secara lebih praktis (Syarifuddin dan
dengan, mengelola dan mengubah ling- Amka, 2005). Hal ini sesuai dengan
kungan mereka. Melalui budaya kita temuan nilai konsepsi dalas balangsar
berpikir, merasakan, berperilaku, dan dada, artinya biarpun harus berselancar
mengelola realitas kita (Shweder, 1991). dada yang maknanya seseorang harus
Orang Banjar dengan kebudayaan- berjuang dengan sungguh-sungguh
nya mempunyai unsur dominan, yaitu dari (Mugeni,dkk., 2004).
segi bahasa, yaitu bahasa banjar dan dari Orang banjar mengenal ungkapan
segi keberagamaannya adalah islam gawi manuntung yang mengandung
(Syarifuddin, dkk., 1967). Karena itu amat pengertian bahwa seseorang dalam
wajar jika budaya Banjar juga berkaitan mengerjakan sesuatu harus dapat me-
dengan hubungan manusia dengan Tuhan. nyelesaikannya dengan baik (Makkie dan
Ikhlas dan syukur dengan menekankan Seman, 1994).
konsep berelaan dan semata-mata untuk Nilai konsepsi bisa-bisa maandak awak
ibadah dan mendapat keridhoan Allah untuk menyesuaikan diri dengan ling-
SWT. kungan. Bisa-bisa maandak awak atau
Nilai budaya Banjar dalam hubung- menyeseuaikan diri. Nasehat ini biasanya
an manusia dengan sesamanya juga diberikan agar dapat menyesuaikan diri
berkaitan dengan sistem kekerabatan dan dengan adat istiadat (Makkie dan Seman,
sikap keberagamaan (Islam) dari masya- 1996).
rakat Banjar. Pada sistem kekerabatan,

5
Ermina Istiqomah & S. Setyobudihon : Nilai Budaya Masyarakat…(1-6)

Simpulan betutulungan, bakalah bamanang. Manusia


dengan diri sendiri, meliputi kerja keras,
Nilai budaya Banjar; dalam disiplin, koreksi diri, mengikuti perkem-
hubungan manusia dengan Tuhan meliputi bangan jaman, percaya pada diri sendiri,
ikhlas dan syukurdengan konsep nilai dan bertanggungjawab dengan konsep nilai
berelaan. Hubungan manusia dengan gawi manuntung, dalas balangsar dada.
manusia meliputi nilai musyawarah, Manusia dengan alam, nilai konsepsi bisa-
persaudaraan, gotong royong, tolong bisa maandak awak untuk menyesuaikan
menolong, penyesuaian diri, dengan diri dengan lingkungan.
konsep nilai bubuhan, bedingsanakan,

Daftar Pustaka

Azwar, S. (2007).Metodologi Penelitian. Banjar. Banjarmasin: Dewan


Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Kesenian Daerah Kalimantan
Selatan.
Daud, A. (1997). Islam dalam masyarakat
Banjar(deskripsi dan analisisa Moleung., L. J. (2006). Metode Penelitian
kebudayaan Banjar). Jakarta: Raja Kualitatif. Bandung. PT Remaja
Grafindo Persada. Rosdakarya.
Gladwell., M. (2008). Outliers : The Story Migeni, Yayuk, dan Mahrita. (2004).
of Success. New York : Little, Ungkapan Bahasa
Brown and Company. Banjar.Banjarbaru : Balai Bahasa
Banjar.
Ho, D. F. (1998). Indigenous psychology:
Asian perspectres. Journal of Syarifuddin, & Amka (1995).Pembidaan
Cross-Cultural Psychology. Budaya dalam Lingkungan
Keluarga Daerah Kalimantan
Kim, U. (2000).Indigenous, culture, and
Selatan. Banjarmasin: Bagian
cross-cultural psychology :
Proyek Pengkajian dan Pembinaan
Theoretical, philosophical, and
Nilai-nilai Budaya Kalimantan
epistemological analysis. Asian
selatan.
Journal of Social Psychology, 3,
265-287. Yang, K.S. (2000). Monocultural and
cross-cultural indigenous
Kim, U., & Barry, J. W. (1993).Indigenous
approaches : The royal road to
Psychologies: Experience and
development of balance global
research in cultureal context.
psychology. Asian Journal of
Newbury Park, CA:sage
Social Psychology, 3241-263.
Koentjaraningrat. (2008). Kebudayaan,
Zulkifli (2008). Nilai Budaya Banjar
Mentalitas dan Pembangunan.
dalam Cerita si Palui. Kandil.
Jakarta. PT Gramedia Pustaka
Edisi 7. Agustus – Oktober.
Utama.
Banjarmasin
Makkie & Seman. (1996). Peribahasa dan
Ungkapan Tradisional Bahasa

You might also like