You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah dunia sampai hari ini telah banyak mengukir cerita dalam perjalanannya.
Mulai dari prestasi dan predikat baik sampai pada prestasi atau predikat buruk pun telah
dalam genggaman. Perjalanan ini tidak luput dengan kondisi dan derajat kesehatan di
suatu Negara. Semakin meningkat derajat kesehatan di suatu Negara maka semakin baik
pula aktivitas dalam Negara tersebut mulai dari social, ekonomi dan pembangunannya.
Semua itu didukung dengan produktivitas warga atau masyarakat yang sehat dimana
pengertian sehat adalah kondisi normal sejahtera yang tidak hanya bebas dari penyakit
tapi jasmani dan rohani yang seimbang juga terbebas dari cacat (WHO).

Dewasa ini Indonesia mulai diwarnai dengan hadirnya berbagai penyakit mulai
dari penyakit menular sampai dengan penyakit degenerative yang saat ini mulai menjadi
trend. Berbagai upaya dicanangkan dalam program kerja pemerintah demi
menanggulangi mewabah nya satu penyakit. Pembahasan mengenai penyakit
degenerative menjadi fenomena hangat saat ini. Penyakit degenerative mulai dari
diabetes, stroke, penyakit jantung koroner sampai dengan kanker.

Kanker sudah menjadi perbincangan yang sangat sering dibahas di sebuah forum.
Bahaya nya penyakit yang diam diam mematikan ini sudah sangat terkenal saat ini. Dan
biasanya si penderita baru menyadari ketika sudah dalam stadium lanjut . penyakit ini
memang tidak mudah ditemukan dalam satu atau dua kali pemeriksaan karena penyakit
ini baru terlihat denngan jelas selama beberapa tahun yang akan datang. Kanker atau
neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang
menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi
batas normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya. menginvasi ke jaringan tubuh
yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.

1|P a ge
Dibantu dengan timbunan karsinogen yang ada di tubuh penderita akibat
konsumsi makanan yang sembarangan dan tidak sehat. Masyarakat kita pada saat ini
tergolong apatis akan kondisi dan kebiasaan konsumsi makanan mulai dari anak anak
hingga orang dewasa. Melunturnya budaya membawa bekal, perhatian orang tua yang
kurang akan kondisi kesehatan si anak membuat angka kesekitan semakin tinggi. Kanker
yang terjadi di Indonesia beragam jenis nya mulai dari kanker rahim atau CA Cerviks,
kanker payudara yang banyak di alami wanita kemudian kanker prostat, kanker usus, dan
yang mendominasi di Indonesia adalah kanker Paru Paru.

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis
tumor di paru). Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis
penyakit keganasan yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian
akibat keganasan, bukan hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan. Buruknya
prognosis penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke
dokter ketika penyakitnya masih berada dalam stadium awal penyakit. Kanker paru
adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang
cepat dan terarah.

Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan dan sarana yang


tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini
membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi
diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli
rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini
sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti.
Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan
penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita
memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak
dapat menyembuhkan.

2|P a ge
Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar
20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari 13 orang dan
12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang.
World Cancer Report mengestimasi bahwa terdapat 12,4 juta kasus baru dan 7,6 juta
kematian pada tahun 2008 (IARC, 2008). Angka estimasi jumlah kasus baru ini sedikit
lebih rendah daripada estimasi WHO (2010). Kejadian kanker yang terbanyak adalah
kanker paru (1,52 juta kasus).

1.2 Rumusan Masalah

Membahas mengenai kanker paru paru dan epidemiologi dari kanker paru paru.
1. Pengertian kanker paru paru
2. Patofisiologi kanker paru paru
3. Gejala kanker paru paru
4. Pencegahan untuk kanker paru paru
5. Pengobatan kanker patu paru
6. Epidemiologi kanker paru paru

1.3 Tujuan

Dalam pembahasan ini tujuannya adalah


1. untuk memahami mengenai kanker paru
2. agar mahasiswa dapat memahami gejala kanker paru
3. agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai pencegahan kanker paru
4. sebagai bahan refrensi pembelajaran mahasiswa mengenai epidemiologi kanker
paru paru

3|P a ge
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker

Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan


kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak
terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis
di dekatnya, menginvasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau
sistem limfatik, disebut metastasis.

2.2 Kanker Paru-Paru

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar
paru (metastasis tumor di paru).

Penyakit kanker paru-paru adalah sebuah bentuk perkembangan sel yang


sangat cepat (abnormal) didalam jaringan paru yang disebabkan oleh perubahan
bentuk jaringan sel atau ekspansi dari sel itu sendiri. Jika dibiarkan pertumbuhan
yang abnormal ini dapat menyebar ke organ lain, baik yang dekat dengan paru
maupun yang jauh misalnya tulang, hati, atau otak. Penyakit kanker paru-paru
87% disebabkan Karena merokok, sedangkan sisanya disebabkan oleh zat asbes,

4|P a ge
radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan pancaran oven
arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya terjadi pada
pekerja yang juga merokok.

Kanker paru merupakan pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat


terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah
karsinogen lingkungan terutama asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001).Kanker
paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru
berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain
yang terkena kanker.Penyakit Kanker Paru-paru tergolong dalam penyakit kanker
yang mematikan, baik bagi pria maupun wanita. Dibandingkan dengan jenis
penyakit kanker lainnya, seperti kanker prostat, kanker usus, dan kanker
payudara, penyakit kanker paru-paru dewasa ini cenderung lebih cepat meningkat
perkembangannya.

2.3 Epidemiologi Kanker Paru Paru

Di seluruh dunia, kanker paru merupakan kanker paling umum dari


segi insiden dan mortalitas. Tingkat tertinggi ada di Eropa dan Amerika Utara.
Segmen populasi yang paling mungkin menderita kanker paru adalah orang
berusia di atas 50 tahun yang mempunyai riwayat merokok. di seluruh dunia
setiap 30 detik, 1 orang meninggal akibat kanker paru-paru. Menurut statistik,
kanker paru-paru adalah salah satu kanker yang paling umum di seluruh dunia,
dengan tingkat kematian yang tinggi. di seluruh Dunia setiap 30 detik seseorang
meninggal karena kanker paru-paru, terdapat 1,2 juta kasus baru setiap tahun1.

1
http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-topics/lung-cancer/

5|P a ge
Hal ini dimengerti bahwa pada tahun 2010, di Indonesia jumlah perokok
laki-laki dewasa sebesar 66% dari jumlah keseluruhan, di samping itu lebih dari
9.700 ribu rokok digunakan. ini adalah permasalahan di Indonesia yang
disebabkan oleh tembakau yang berdampak pada tumbuhnya sel kanker paru-
paru. Sekitar 10,7% pasien setelah reseksi kanker paru-paru,meninggal dalam
waktu 30 hari. Meskipun operasi pengangkatan tumor, sebagian fungsi paru-paru
terganggu yang menyebabkan fungsi paru-paru melemah. Statistik AS
menunjukkan bahwa operasi kanker paru-paru sebagian atau secara menyeluruh,
sekitar 10,7 persen pasien meninggal dalam waktu 30 hari setelah operasi, jika
periode pengamatan diperpanjang satu tahun, angka kematian akan lebih tinggi.
Bahkan mereka yang mampu bertahan mengalami gejala dyspnea (sesak nafas).

Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering,
berkisar 20% dari seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1
dari 13 orang dan 12% dari semua kasus kanker pada perempuan dengan risiko
terkena 1 dari 23 orang. Untuk setiap 3–4 juta rokok yang diisap, akan terjadi satu
kematian karena kanker paru. Pengaruh dari "Big Tobacco" memainkan peranan
penting dalam budaya merokok. Di Inggris rata-rata 40.000 kasus baru dilaporkan
setiap tahun. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki tahun 2005 di
Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena
kanker. American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika
Serikat pada tahun 2010 sebagai berikut :

Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750 orang
laki-laki dan 105.770 orang perempuan). Estimasi kematian karena kanker paru
sekitar 157.300 kasus (86.220 pada laki-laki dan 71.080 pada perempuan),
berkisar 28% dari semua kasus kematian karena kanker. Risiko terjadinya kanker
paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan dan risiko
meningkat sesuai dengan usia: di Eropa insidensi kanker paru 7 dari 100.000 laki-
laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien >75
tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72 pada perempuan. Eropa
Timur mempunyai angka mortalitas tertinggi di kalangan pria, sedangkan Eropa

6|P a ge
utara dan AS mempunyai angka mortalitas tertinggi di kalangan wanita .Variasi
insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan dan hal ini
terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang bervariasi di seluruh
dunia.

Di Indonesia data epidemiologi resmi memang belum ada. Di Rumah


Sakit Persahabatan jumlah kasus tumor ganas intratoraks cukup sering ditemukan.
Kekerapan kanker paru di rumah sakit itu merupakan 0.06% dari jumlah seluruh
penderita rawat jalan dan 1.6% dari seluruh penderita rawat inap 2.Sejak 1960-an,
tingkat adenokarsinoma paru mulai meningkat relatif terhadap jenis kanker paru
yang lain. Hal ini sebagian disebabkan karena munculnya sigaret filter.
Penggunaan filter menghilangkan partikel-partikel besar dari asap tembakau,
sehingga mengurangi deposisi pada saluran pernapasan besar. Namun, perokok
harus menghisap lebih dalam untuk mendapatkan nikotin dalam jumlah yang
sama, meningkatkan deposisi partikel dalam saluran pernapasan kecil tempat
adenokarsinoma cenderung muncul. Insiden adenokarsinoma paru terus
meningkat3.

2
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29366/3/ChapterII.pdf. Diakses 20 Oktober
2014
http://weenbee.files.wordpress.com/2011/10/askep-ca-paru.pdf. Diakses 20 Oktober 2014

3
http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_paru-paru

7|P a ge
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Patofisiologi Kanker Paru-Paru

3.1.1 Perjalanan Penyakit Kanker Paru (Riwayat Alamiah Penyakit).

1. Tahap Pre Patogenesis.

Pada tahap ini penderita masih dalam keaadan sehat namun penderita
mempunyai faktor resiko yang dapat menyebabkan kanker Paru. Faktor resiko
tersebut adalah merokok, bahaya industri, polusi udara, lingkungan yang terdapat
banyak perokok, makanan dan kecenderungan familial. Dari faktor-faktor ini,
merokok berperan paling penting pada kanker paru (Price, 2006 )

2. Tahap Subklinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala


klinis (Sudoyo, 2009)

3. Tahap Klinis

I. Gejala Intrapulmoner

a. Batuk.

Batuk ialah gejala umum kelainan paru dan juga merupakan gejala awal
kanker paru, berbagai kepustakaan menyatakan batuk merupakan manifestasi
yang sering dikeluhkan oleh penderita kanker paru. Patogenesis terjadinya batuk
pada kanker paru diawali dengan berbagai rangsangan reseptor batuk yang
terletak di dalam rongga toraks, antara lain terdapat di bronkus. Reseptor di
bronkus utama lebih banyak dibandingkan bronkus kecil. Jika ada rangsangan di
bronkus melalui serabut aferen diteruskan ke medula oblongata melalui cabang
nervus vagus, kemudian melalui serabut eferen menuju ke efektor yang terdapat
di dalam bronkus. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk terjadi. Bersamaan
dengan siklus itu glotis tertutup terjadi kontraksi otot-otot dada, abdomen dan
relaksasi. diafragma, keadaan itu menyebabkan tekanan positif di dalam rongga

8|P a ge
dada yang tiba-tiba dilepaskan pada saat glotis terbuka, udara keluar
menggetarkan jaringan saluran napas termasuk pita suara, sehingga menimbulkan
batuk.

b. Batuk Darah.

Merupakan ekspektorasi sputum yang bercampur darah, selain disebabkan


oleh kanker paru juga disebabkan oleh penyakit paru lainnya. Batuk darah
biasanya disebabkan oleh ruptur arteri atau vena bronkial. Keluhan penderita
biasanya merasa tidak enak dan merasa panas di dada. Sulit membedakan dengan
batuk darah yang disebabkan oleh penyakit paru lainnya, tetapi biasanya batuk
darah karena kanker paru terjadi penderita berumur lebih 40 tahun.

c. Sesak Nafas.

Sesak napas juga merupakan suatu gejala paru, ini bisa disebabkan oleh
beberapa ha1 antara lain; tumor di daiam saluran napas, tumor menekan saluran
napas, kedua keadaan ini dapat menyebabkan atelektasis(Atelektasis merupakan
kondisi tidak berfungsinya paru-paru karena halangan pada bronkus (jalur udara
menuju paru-paru) atau pada bronkiolus (jalur udara yang lebih kecil)) dan
penurunan faal paru yang berakhir dengan sesak napas. Selain keadaan di atas
efusi pleura juga menyebabkan sesak napas pada kanker paru.

d. Nyeri Dada.

Nyeri dada dapat dirasakan oleh penderita kanker paru, keadaan ini
disebabkan keterlibatan pleura parietal, tergantung luas dan lokasi tumor tersebut,
nyeri ini dirasakan saat inspirasi.

II. Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner

a. Efusi Pleura.

Efusi pleura akan memberikan gejala yang berhubungan dengan jumlah


cairan dan produktivitinya, gejala paling sering adalah sesak napas dan nyeri
dada. Akumulasi cairan di rongga pleura dapat timbul akibat invasi tumor secara

9|P a ge
langsung ke dalam rongga pleura, kelenjar limfe, atau sumbatan pada kelenjar
limfe sehingga mengganggu aliran limfe tersebut. Jenis cairan pleura pada kanker
paru bisa serosa.

b. Pneumotoraks.

Pneumotoraks dapat terjadi pada kanker paru walaupun keadaan ini jarang
terjadi. Gejala akibat pneumotoraks juga tergantung pada jumlah dan organ yang
terdesak karena akumulasi udara dalam rongga pleura. lnvasi tumor ke parenkim
paru diduga penyebab utama terjadinya pneumotoraks. Dalam kepustakaan lain
dinyatakan bahwa rupturnya “bleb” juga memegang peranan terjadinya
pneumotoraks

c. Efusi perikardium

Merupakan keadaan yang sering ditemukan akibat invasi tumor ke dalam


rongga perikardium, atau metastasis melalui kelenjar limfe, keadaan ini dapat
menyebabkan tempo nada jantung dengan berbagai tampilan klinis. Otot jantung
(miokard) jarang terinvasi oleh tumor paru, walaupun ada kepustakaan yang
melaporkan tetapi jumlah kasusnya sedikit. Untuk mendeteksi kelainan di jantung
dilakukan pemeriksaan ekokardiografi.

d. Gangguan Menelan.

Disebabkan oleh karena terlibatnya esofagus, biasanya terjadi akibat


penekanan dinding esofagus oleh tumor, atau karena pembesaran kelenjar limfe
mediastinum, sehingga terjadi obstruksi esofagus.

e. Sindrom Vena Kava Superior.

Penekanan atau invasi tumor ke pembuluh darah mediastinum dapat


menimbulkan gangguan aliran darah, keadaan ini menimbulkan gejala edema di
muka, ekstremiti atas, leher bengkak, vena-vena lengan dan dinding dada
melebar, kadang-kadang menimbulkan rasa sakit kepala dan sesak napas.

10 | P a g e
f. Suara Serak

Kerusakan nervus rekurens dapat menyebabkan kelumpuhan pita suara


yang menyebabkan suara serak, kelumpuhan ini dapat unilateral atau bilateral,
dapat mengenai sebagian otot, misalnya otot abduktor (membuka laring), otot
adduktor (menutup laring) dan otot tensor yang menegangkan pita suara.
Kelumpuhan pitasuara ini juga mengakibatkan penderita tidak dapat berbicara
keras dan mengucapkan kalimat yang panjang, penderita berhenti sebentar untuk
inspirasi

g. Gangguan Diafragma.

Tumor dapat menyebabkan paresis atau paralisis diafragma, yang ditandai


dengan gerakan paradoks pernapasan. Nervus frenikus memegang peranan pada
kelainan ini, saraf ini berada sepanjang anterior kedua sisi dari lateral
mediastinum inferior. Kelumpuhan diafragma ini dapat dilihat dengan
menggunakan fluorskopi.

h. Kerusakan Nervus Vagus.

Kelainan ini terjadi karena peradangan dan penekanan pada nervus vagus.
Penderita mengeluh nyeri pada daerah telinga, temporal dan muka.

i. Tumor Pancoast.

Tumor ini terdapat di sulkus superior paru yang berkembang ke perifer


apeks paru. Tumor ini menekan pleksus brakialis yang melibatkan nervus
torakalis I dan nervus servikalis VIII. Perluasan lokal yang menimbulkan
tampilan nyeri bahu dan bagian tangan yang dipersarafi oleh nervus ulnaris, juga
menyebabkan erosi iga pertama dan kedua yang menyebabkan berkurangnya
gerak tangan dan bahu, penderita ini berjalan dengan siku yang disanggah oleh
tangan karena menahan sakit.

11 | P a g e
j. Sindrom Horner.

Sindrom ini terjadi bila tumor menekan atau mengenai nervus simpatikus
servikalis dan dapat menyebabkan kerusakan serabut-serabut simpatik . dengan
munculan anhidrosis pada sisi yang sama (ipsilateral), gejala lain ptosis palpebra
superior, muka merah, konstriksi pupil.

III. Gejala Ekstratorasik Metastatik

a. Susunan saraf pusat.

Metastasis ke otak biasanya menyebabkan tekanan intra kranial meningkat


dengan keluhan sakit kepala, penglihatan kabur, diplopia, mual, perubahan
mental, penurunan kesadaran. Gejala fokal neurologik seperti seizures dan afasia
jarang ditemukan. Lokasi metastasis tumor paru biasanya pada lobus frontalis
serebrum sedangkan pada sereberum jarang. Tumor paru dapat bermetastasis ke
medula spinalis, jika menekan arteri spinalis anterior menyebabkan mielitis
transversa. Metastasis epidural menimbulkan nyeri punggung, fungsi otonom,
hilangnya sensori dan ataksia.

b. Metastasis ke tulang.

Tumor paru sering bermetastasis ke tulang, antara lain ke tulang belakang,


pelvis dan femur, sedangkan ke tulang ekstremiti seperti lainnya, skapula dan
sternum jarang. Sendi juga merupakan tempat metastasis tumor paru, biasanya ke
sendi siku dan sendi paha. Pada pemeriksaan cairan sendi terlihat sel-sel radang
dan sel ganas. Keluhan umumnya nyeri sendi jika digerakkan.

c. Metastasis ke hepar.

Metastasis biasanya menimbulkan pembesaran hepar, nyeri tekan, kadang-


kadang teraba nodul: .Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan
enzim alkali-fostatase, transaminase aspartat amino transverase dan alanin amino
transverase. Jika terjadi kerusakan hepar yang dapat menimbulkan asites

12 | P a g e
d. Metastasis ke adrenal.

Metastasis ini menimbulkan hipofungsi adrenal, biasanya mengenai


medula dan menimbulikan gejala nyeri abdomen, mual dan muntah. Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat gangguan elektrolit.

e. Metastasis ke gastrointestinal.

Metastasis umumnya melalui kelenjar limfe abdomen, metastasis ke


proksimal usus besar lebih sering dibandingkan ke rektum dan kolon sigmoid.
Jika mengenai pankreas menyebabkan pankreatitis dengan segala gambaran
klinis.

f. Metastasis ke kulit.

Sangat jarang ditemukan, pernah dilaporkan menyerang kulit kepala


ditandai munculnya nodulnodul subkutan.

IV. Sindrom Paraneoplastik

suatu sindrom akibat produksi bahan aktif biologi oleh sel-sel tumor,
substansi ini menimbulkan efek walaupun letaknya jauh dari tumor. Sulit
menerangkan secara pasti bagaimana hubungan sekresi bahan aktif ini dengan
efek klinis tersebut (Taufik, 2007).

4. Tahap Penyakit Lanjut.

Pada tahap lanjut penyakit kanker paru ini adalah pasien mengalami
anoreksia, lelah yang berlebih dan penurunan berat badan (Price, 2006 ).

5. Tahap Terminal.

Dengan adanya pengobatan dan terapi-terapi yang dilakukan dapat


meningkatan harapan hidup bagi pasiennya. Namun banyak pasien yang

13 | P a g e
meninggal karena komplikasi dan kanker sudah bermetatasis ke organ lainnya
(Sudoyo, 2009).

3.2 Penyebab Kanker Paru

1. Rokok
Rokok menjadi Penyebab Kematian Kanker Paru Paru di Indonesia sebanyak 80%.
Asap Rokok mengandung sekitar 60 macam karsinogen

Bahan berbahaya dalam rokok merusak sel paru paru, seiring berjalan waktu sel
sel rusak tadi akan berubah menadi kanker. Selain itu perokok pasif atau yang terpapar
asap rokok uga beresiko terkena kanker paru paru.Dikemukakan bahwa kanker paru
terjadi pada perokok yang tidak memiliki kemampuan metabolis untuk
mendetoksifikasikan karsinogen tersebut secara adekuat. Tumor paru terjadi dari banyak
pajanan karsinogen dan bukan karena satu kejadian pencetus( serangan berulang). Sel sel
kanker memproduksi faktor pertumbuhabn autokrin ( misalnya fak pertumbuhan epitel,
faktor pertumbuhan jaringan, faktor pertumbuhan menyerupai insulin) yang mendorong
pertumbuhan tumor.kemudian tipe kanker bergantung pada sel asal.

2. Gas Radon

Radon adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau dihasilkan dari
penguraian radioaktif radium, yang merupakan produk dari peluruhan uranium, yang
ditemukan di lapisan kerak bumi. Produk peluruhan radiasi meng ion kan materi
genetika, sehingga menyebabkan mutasi yang kadang menjadi bersifat kanker. Radon
merupakan penyebab kanker paru paling banyak kedua di AS, setelah rokok. Risikonya
meningkat hinggga 8–16% untuk setiap peningkatan konsentrasi radon sebesar 100

14 | P a g e
Bq/m³. Tingkat gas radon bervariasi tergantung pada lokasi dan komposisi tanah dan
batuan di bawahnya. Sebagai contoh, di wilayah seperti Cornwall di Inggris (yang
mengandung granit sebagai substrata), gas radon merupakan masalah utama, dan
bangunan harus memiliki ventilasi aktif dengan kipas untuk menurunkan konsentrasi gas
radon. United States Environmental Protection Agency (EPA) memperkirakan satu dari
15 rumah di AS memiliki tingkat radon lebih tinggi dari tingkat rekomendasi 4 picocurie
per liter (pCi/l) (148 Bq/m³).

3. Asbestos

Asbestos dapat menyebabkan berbagai penyakit paru-paru, termasuk kanker paru.


Merokok tembakau dan asbestos memberikan efek sinergis dalam pembentukan
kanker paru. Asbestos juga dapat menyebabkan kanker pada pleura, yang disebut
mesotelioma (yang berbeda dari kanker paru).

4. Polusi udara

Polusi udara di luar rumah hanya memberikan efek yang kecil dalam
meningkatkan risiko kanker paru. partikulat (PM2.5) halus dan aerosol sulfat, yang
berasal dari pelepasan asap kendaraan bermotor di jalanan, diasosiasikan agak
meningkatkan risiko. Untuk nitrogen dioksida, kenaikan bertahan hingga 10 bagian
per miliar meningkatkan risiko kanker paru hingga 14%.Polusi udara luar
diperkirakan bertanggung jawab terhadap 1–2% kejadian kanker paru. Bukti tentatif
mendukung adanya kenaikan risiko kanker paru dari polusi dalam ruang yang
berhubungan dengan pembakaran kayu, batubara, residu bahan bakar kotoran dan sisa
sampah yang dipakai untuk memasak dan pemanas ruang.

Wanita yang terpapar asap pembakaran batubara memiliki risiko dua kali
lebih tinggi dan sejumlah produk sampingan dari pembakaran tanaman organik
diketahui atau dicurigai bersifat karsinogen. Risiko ini memengaruhi kurang lebih

15 | P a g e
2.4 miliar orang di seluruh dunia, dan dipercaya menyebabkan 1.5% kematian
karena kanker paru.
5. Genetika

Diperkirakan bahwa 8 hingga 14% dari kanker paru disebabkan oleh


faktor diturunkan. Pada orang dengan saudara yang terkena kanker paru, risiko
meningkat hingga 2.4 kali. Hal ini disebabkan oleh adanya kombinasi gen.

6. Penyebab lain

Sejumlah zat, pekerjaan, dan paparan lingkungan lain juga dihubungkan


dengan kanker paru. Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) menyatakan
ada "bukti yang cukup" untuk menunjukkan bahwa sejumlah hal berikut
karsinogenik untuk paru-paru:

a. Sejumlah jenis logam (produk aluminium, kadmium dan senyawa


kadmium, senyawa kromium(VI), berilium dan senyawa berilium,
peleburan besi dan baja, senyawa nikel, arsenik dan senyawa arsenik
inorganik, tambang hematit bawah tanah)
b. Sejumlah produk pembakaran (pembakaran tidak sempurna), arang
batu (emisi dalam ruangan dari pembakaran arang batu rumah tangga),
gasifikasi batu bara, aspal, produk kokas, jelaga, gas buang mesin
disel)
c. Radiasi ionisasi (radiasi sinar-X, radon-222 dan produk peluruhannya,
radiasi gamma, plutonium)
d. Sejumlah gas beracun (metil eter (kadar teknis), Bis-(klorometil) eter,
sulfur mustard, MOPP (campuran vinkristina-prednison-nitrogen
mustard-procarbazin), uap pengecatan)
e. Produk karet dan kristalin debu silika

16 | P a g e
3.3 Klasifikasi Kanker Paru

Klasifikasi kanker paru secara histologi dibagi menjadi 4 jenis untuk kebutuhan klinis,
yaitu :

1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid)

Tumor ganas epitel skuamosa (epitel yang menunjukkan diferensiasi sel


skuamosa). Karsinoma sel skuamosa menjadi penyebab sekitar 30% kanker paru. Jenis
ini khususnya timbul di saluran napas besar. Rongga berlubang dan kematian sel yang
berkaitan umumnya ditemukan di pusat tumor

2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma)

Pada karsinoma paru sel kecil (SCLC), sel kanker mengandung granul
neurosekretori padat (vesikel yang mengandung hormon neuroendokrin), yang memberi
tumor ini suatu asosiasi endokrin/sindrom paraneoplastik. Sebagian besar kasus muncul
di saluran napas besar (bronki primer dan sekunder). Kanker ini berkembang cepat dan
menyebar di tahap awal perkembangan penyakit. Enam puluh sampai tujuh puluh persen
memiliki penyakit metastatik pada saat penyakit mulai memberikan gejala. Kanker paru
jenis ini sangat berkaitan dengan kebiasaan merokok.

17 | P a g e
3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)

Hampir 40% kanker paru adalah adenokarsinoma, yang biasanya bermula di


jaringan paru perifer.Kebanyakan kasus adenokarsinoma dihubungkan dengan kebiasaan
merokok, namun di antara orang-orang yang merokok kurang dari 100 rokok sepanjang
hidup mereka ("tidak pernah merokok"), adenokarsinoma merupakan jenis kanker paru
yang paling umum.Satu subtipe adenokarsinoma, karsinoma bronkioloalveolar, lebih
umum ditemukan pada wanita yang tidak pernah merokok, dan penderitanya dapat
memiliki daya tahan hidup yang lebih baik.

4. Karsinoma sel besar (large cell carcinoma)

Sekitar 9% kanker paru adalah karsinoma sel besar. Disebut demikian karena sel-sel
kanker tersebut besar, memiliki sitoplasma berlebihan, nuklei besar dan nukleoli kelihatan
jelas. Dalam 1554 data-data yang dikombinasikan dari penelitian-penelitian di Cancer
Incidence in Five Continents, dinyatakan bahwa karsinoma sel kecil berkisar 20% dari
seluruh kasus dan karsinoma sel besar/undifferentiated sekitar 9%. Namun tipe histologi
lainnya berbeda berdasarkan jenis kelamin, yaitu: karsinoma sel skuamosa sekitar 44% dari
seluruh kasus kanker paru pada laki-laki dan 25% pada perempuan, sedangkan
adenokarsinoma sekitar 28% pada laki-laki dan 42% pada perempuan.

Karsinoma sel skuamosa merupakan tipe histologi kanker paru yang paling sering
pada laki-laki. Insidensinya pada laki-laki menurun sejak awal tahun 1980-an, berbeda
dengan adenokarsinoma, insidensinya semakin meningkat sampai tahun 1990-an. Pada
pertengahan tahun 1990-an adenokarsinoma menjadi tipe histologi kanker paru yang paling
banyak pada laki-laki di Amerika Serikat. Di negara-negara barat lainnya, karsinoma sel
skuamosa masih menjadi tipe yang paling banyak pada laki-laki. Pada perempuan,
adenokarsinoma menjadi tipe yang paling sering (± 1/3 kasus), demikian juga insidensinya
semakin meningkat. Adenokarsinoma terutama banyak ditemukan pada perempuan-
perempuan Asia (72% dari kasus kanker di Jepang, 65% di Korea, 61% di Cina Singapura).
Perbedaan tipe histologi tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan merokok

18 | P a g e
3.4 Pencegahan

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kanker Paru-paru sebenarnya dilakukan


dengan cara cara sederhana dan tidak mengeluarkan banyak biaya. Semua dimulai dari
individu, mulai dari pola hidup yang sehat. Mulai dari konsumsi makanan yang sehat
bukan fast food dan Junk Food biasakan makan makanan yang berserat dan sehat. Dan
bagi generasi millennium ini sudah seharusnya berpola hidup sehat dengan Berolahraga
dan tidak merokok. Namun pencegahan juga dapat dilakukan oleh Pemerintah melalui
program kerja pemerintah.

Program pengendalian kanker secara terorganisir sudah dilakukan sejak sekitar


lima tahun terakhir di Indonesia, sejalan dengan dibentuk dan aktifnya Direktorat
Pengedalian Penyakit Tidak Menular di DitJen P2PL. Beban ekonomi pengobatan kanker
tidak hanya berdampak terhadap sistem kesehatan, tetapi juga untuk individu dan rumah
tangga mereka yang terkena kanker. Dampak ini akan dirasakan paling kuat di kelompok
sosioekonomi rendah, khususnya (meskipun tidak secara eksklusif) di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah di mana jaring pengaman sosial, seperti asuransi
kesehatan universal kurang tersedia. Sebagai konsekuensinya, kanker bisa menjadi
penyebab utama kemiskinan.

Mengingat pasien kanker membutuhkan perawatan jangka panjang, maka


dibutuhkan tambahan beban ekonomi tersendiri bagi diri pasien dan keluarga. Oleh
karenanya, diperlukan upaya pengendalian dari adanya penyakit ini.Berikut lima kegiatan
pengendalian kanker yang telah disusun direncanakan di Indonesia :

1) Program Promotif dan Pencegahan.

Penyebab utama kanker adalah penerapan gaya hidup yang tak sehat. Maka,
promotif dan pencegahan merupakan salah satu program penting sebagai upaya
pengendalian kanker.Kementerian Kesehatan telah memperkuat sosialisasi pengendalian
kanker di berbagai daerah. Pedoman pengendalian faktor risiko kanker telah disusun
untuk petugas kesehatan, kader, anak usia sekolah, dan masyarakat yang berisiko tinggi.

19 | P a g e
Program promotif dan pencegahan dilaksanakan Kementerian Kesehatan bekerja
sama dengan lintas program, lintas sektor, organisasi pemerintah, swasta, dan
masyarakat.Konten program promotif dan pencegahan yang telah dilaksanakan meliputi
Kampanye Nasional Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan advokasi
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Upaya pengendalian merokok, peningkatan
aktivitas fisik, dan peningkatan konsumsi sayur buah telah terintegrasi dalam program
PHBS.

2) Program Deteksi dan Tindak Lanjut Dini.

Deteksi dini kanker ialah usaha untuk menemukan adanya kanker yang masih
dapat disembuhkan, yaitu :

• kanker yang belum lama tumbuh,

• masih kecil, masih lokal,

• masih belum menimbulkan kerusakan yang berarti, pada golongan masyarakat tertentu
dan pada waktu yang tertentu.

3) Surveilans dan registrasi kanker.

Surveilans dan registrasi kanker merupakan langkah penting lainnya dalam


program pengendalian kanker. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan
faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular. Sedangkan
tujuan registrasi kanker ialah mengumpulkan dan mengelompokkan data
penderita kanker dalam upaya menghasilkan insidens kanker dalam populasi tertentu
yang diketahui, dan menyediakan kerangka penilaian dan pengontrolan pengaruh kanker
pada masyarakat. (walaupun program ini masih belum terealisasi)

20 | P a g e
4) Diagnosis dan pengobatan.

Pada saat ini berbagai rumah sakit di Indonesia sudah mempunyai kemampuan
untuk diagnosis dan pengobatan berbagai jenis kanker. Diagnosis pasti kanker dengan
pemeriksaan patologi anatomik dapat dilakukan di banyak laboratorium di negara kita.
Pembedahan kanker dan pemberian kemoterapi juga sudah lama dilakukan di berbagai
rumah sakit di Indonesia

5) Pelayanan paliatif

Perawatan paliatif sangat diperlukan karena sebagian besar penderita kanker yang
berada pada stadium lanjut sulit disembuhkan, sehingga usaha mengatasi gejala dan
mencukupi kebutuhan penderita, serta keluarga dalam fase terminal menjadi penting.
Jadi, dari aspek pencegahan di atas, maka dalam upaya pencegahan penyakit kanker paru
ini dapat disingkat dengan kata HERBAL, dimana bila dijabarkan yaitu sebagai berikut :

a) Hindari segala bentuk polusi udara.


b) Edukasi tentang Kanker Paru bagi masyarakat.
c) Rajin berolahraga.
d) Banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, serta menjaga pola makan yang
seimbang dan bergizi.
e) Ambil tindakan segera untuk hentikan rokok.
f) Lakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala !

3.5 Diagnosis

3.5.1 Anamnesis
Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit
kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah,
sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat
badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor
yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis

21 | P a g e
kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan
nodul soliter paru.

3.5.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa
perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan
tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.

3.5.3 Pemeriksaan Laboratorium


Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :
a. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan
pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas.
b. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-
organ lainnya.
c. Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan
tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

3.5.4 Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan
untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang
bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan
melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer.
Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan
dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi
komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta
invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang
lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur
normal yang berdekatan.

22 | P a g e
3.5.5 Sitologi
Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan
dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan
gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu
dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling
sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun
invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru
yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap
kanker paru pada golongan risiko tinggi.

3.5.6 Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik
mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan
lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di
perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.

3.5.7 Biopsi Transtorakal


Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis
tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan
radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa
tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding
kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.

23 | P a g e
3.5.8 Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan


histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan
mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak.
Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru
dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian
dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada

24 | P a g e
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kanker paru paru merupakan penyebab kematian yang cukup besar terutama bagi
laki-laki juga di Negara Negara berkembang, apalagi bagi perokok aktif . hal ini sudah
terbukti bagi para perokok yang pada akhir usia nya di geragoti penyakit kanker paru
paru dimana kanker paru ini dibagi menjadi beberpa macam yaitu

1. Karsinoma skuamosa (karsinoma epidermoid)


2. Karsinoma sel kecil (small cell carcinoma)
3. Adenokarsinoma (adenocarcinoma)
4. Karsinoma sel besar (large cell carcinoma)

Gejala yang ditimbulkan dari kanker paru cukup banyak dimulai dari gejala yang
biasa dan kadang penderita belum menyadari,mulai dari gejala Intrapulmoner yaitu batuk
sesak nafas, kemudian Gejala Intratorasik Ekstrapulmoner yaitu gangguan menelan,
gangguan diafragma sampai pada suara serak, Gejala Ekstratorasik Metastatik disini
mulai bermetstasis lalu Sindrom Paraneoplastik yaitu sindrom akibat produksi bahan
aktif biologi oleh sel-sel tumor, substansi ini menimbulkan efek walaupun letaknya jauh
dari tumor. Kemudian tahap terjadinya penyakit dibagi menjadi :

tahap Prepatogenesis, Sub Klinis, tahap klinis, tahap penyakit lanjut dan tahap
terminal. Pada dasar nya pecegahan kanker paru sangat mudah dan tidak memerlukan
banyak biaya dalam pelaksanaannya. Mulai dari olahraga rutin, kemudian pola konsumsi
nya, tidak konsumsi makanan yang banyak mengandung zat karsinogen. Diawali dengan
niat meninggalkan sedenry life style. Langkah pencegahan dimulai dari primary
prevention atau pencegahan primer yaitu diadakan nya promosi kesehatan, penyuluhan
dan pembelajaran mengenai kanker di sekolah sekolah, lalu pencegahan skundernya
adalah program deteksi dini setelah itu pencegahan tersiernya adalah dengan pengobatan
dan pelayanan Paliatif.

25 | P a g e
4.2 Saran

1. Bagi mahasiswa agar lebih mengkaji bahaya dan kejadian kanker khususnya kanker paru
di Indonesia sebagai bentuk pembelajaran dan untuk menyadarkan sesama.
2. Bagi pemerintah diadakannya surveilans epidemiologi mengenai kanker sebagai bahan
pembelajaran dan sumber data bagi Mahasiswa pada Khususnya dan Masyarakat pada
umum nya.

26 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Buku Dan Pedoman :

Valentina L. Brashers. Aplikasi Klinis Patofisiologi pemeriksaan dan manajemen.

(Jakarta.EGC : 2007).

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Kanker

Paru di Indonesia.

Internet :

http://gayahidup.republika.co.id (13.11.14 23.06)

http://www.dharmais.co.id/index.php/lung-cancer.html

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29366/3/ChapterII.pdf. Diakses 20
oktober 2014

http://weenbee.files.wordpress.com/2011/10/askep-ca-paru.pdf. Diakses 20 Oktober 2014

http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-diagnosis/lung-cancer-diagnosis/
http://infokesehatan1001.blogspot.com/2013/04/jenis-kanker-paru-paru-stadium.html

http://manajemenrumahsakit.net/2014/01/prevalensi-kanker-di-indonesia-dan-dunia/

27 | P a g e

You might also like