Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO 4
RESIN AKRILIK
TUTORIAL 4
: campuran satu atau lebih unsur logam ke logam primer atau matriks
Sifat fisik:
Sifat kimia
Tahan korosi.
Tidak larut dalam cairan rongga mulut.
Tidak luntur.
Sifat biologi:
STEP 4
MAPPING
Resin Akrilik
Sifat
Syarat
Klasifikasi
Indikasi
STEP 5 (Learning Objective)
Syarat Fisik
Konduktivitas thermal dan kuat.
Tahan Suhu Panas dan Dingin
Mudah di Solder dan Dipoles
Titik Leleh Tinggi
Pertahanan terhadap Abrasi baik
Tahan terhadap Tekanan
Berkekuatan Tinggi
Bereaksi Minimal terhadap Bahan Mold
Sedikit Penyusutan ketika Memadat
(Anusavice, 2013)
- Binary system
- Ternary system
- Quartemary system
- Type III alloy (Hard): untuk gigi yang mendapat teanan okiusal
tinggi termasuk crown, full crown, cast backing, abutment, pontic,
denture base, fixed partia denture (kecil), inlay.
- Type IV alloy (extra hard): untuk inlay, denture bar, clasp, full
crown, fixed partial denture, partial denture frame work.
- Metal ceramic alloy (Hard & extra hard): coping, veneer dental
porcelain, crown (dinding tipis).
b. Passivating system
1. Ni—Cr
2. Co—Cr
3. Fe—Cr
4. Ti system
(Roberson et al, 2006)
Tahap – tahap casting aloy dalam kedokteran gigi adalah sebagai berikut :
1. WAXING
Waxing adalah cara pembuatan pola malam (wax pattern). Pola
malam dibuat dengan tujuan untuk :
a. Mendapatkan suatu restorasi atau rehabilitasi gigi sesuai dengan
ukuran dan bentuk gigi yang direstorasi atau direhabilitasi.
b. Mendapatkan adaptasi yang baik dengan gigi yang direstorasi atau
direhabilitasi.
c. Mendapatkan hubungan yang baik dengan gigi tetangganya
maupun gigi antagonisnya.
d. Mendapatkan bentuk anatomi yang baik sesuai dengan bentuk
restorasi gigi atau rehabilitasi gigi.
e. Wax pattern berguna untuk membentuk ruang cetak (mould space)
di dalam bahan invesmen setelah malam dan pola malam (di dalam invesn)
dihilangkan (wax elimination).
o Cara pembuatan pola malam ada 3 cara :
1. Cara langsung (direct)
Cara langsung ini dibuat seluruhnya di dalam mulut pasien,
sehingga tidak memerlukan die.
2. Cara tidak langsung
Cara tidak langsung ini pola malam dibuat seluruhnya pada die,
sehingga pembuatannya di luar mulut pasien.
3. Cara langsung tidak langsung.
Malam yang digunakan untuk pembuatan pola malam adalah
casting wax atau inlay wax yang berwarna biru atau hijau. Jenis
malam pola ada 2 tipe yaitu :
o Tipe - I (tipe B) berguna untuk pembuatan pola malam secara
langsung.
o Tipe - II (tipe A) berguna untuk pembuatan pola malam secara
tidak langsung atau cara langsung tidak langsung.
Perbedaan kedua malam tersebut adalah mengenai setting time dan
flow-nya.
o Komposisi malam cor untuk inlay ini terdiri dari :
a. Malam paratin (paratin wax)
b. Gum dammar (dammar gum)
c. Malam karnauba (carnauba wax)
d. Beberapa bahan pewarna
Semua substansi ini merupakan bahan alamiah asli dan derivat dan
mineral atau tumbuhan tertentu. Malam parafin umumnya
merupakan substansi utama, biasanya konsentrasinya antara 40%
sampal 60%.
Gum damar atau resin damar adalah resin alamiah derivat varitas
pohon cemara. Ia dibutuhkan malam paralin untuk mempertahankan
kehalusan dinding ruang cetak (mould space) dan untuk
mengembalikan resistensi yang Iebih besar terhadap kerapuhan dan
penggumpalan. Malam karnauba bentuknya seperti serbuk yang
halus dan veritas pohon palm tropis. Mala mini cukuo kuat dan
mempunyai titik cair relatif tinggi.
o Syarat-syarat casting wax untuk pola malam :
Menurut American Dental Association Specincation (ADAS) No. 4 (Peyton
and Craig, 2006) menyatakan bahwa casting wax atau inlay casting wax yang
digunakan untuk pola malam harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
a. Warnanya berbeda dengan warna jaringan disekitar gigi.
b. Pada waktu dilunakkan harus bersifat kohesit.
c. Tidak mudah patah atau rapuh pada waktu dipotong atau diukir
untuk membentuk anatomi gigi sesuai.
d. Pada waktu dibakar atau dipanasi pada suhu tertentu harus habis
tak tersisa atau menguap semuanya tanpa meninggalkan bekas
sedikitpun.
2. SPRUING
Spruing adalah cara pembuatan sprue pin.
a. Kegunaan sprue pin untuk :
- pembentukan Sprue di dalam invesmen.
- pegangan pola malam pada waktu investing.
b. Pembuatan sprue pin dapat dibuat dan bahan :
o Logam
Sprue pin yang terbuat dan logam, maka sebelum dilakukan pre-heating, sprue pin
diambil lebih dahulu. Untuk memudahkan pengambilan, sprue pin logam dilapisi
dengan malam. Keuntungan sprue pin yang terbuat dan logam apabila dilekatkan
pada pola malam, maka pegangannya lebih erat dan kuat. Kerugiannya, sprue pin
dan logam apabila tidak dilapisi malam, maka akan sukar dikeluarkan atau
dilepaskan dan pola malam sesudah investing.
3. INVESTING
Investing adalah cara untuk menanam pola malam dalam bahan invesmen. Yang
perlu diperhatikan pada investing :
a. Letak pola malam di dalam casting ring.
Pola malam letaknya harus ditengah – tengah agar jarak antar pola malam dan
dinding-dinding casting ring sama.
b. Jarak pola malam dan dasar casting ring terletak antara (6 - 8 mm)
Perbandingan antara air dan puder (w/p ratio) harus tepat. W/p ratio suatu bahan
invesmen tergantung dan petunjuk pabrik yang memproduksinya sebagai contoh
invesmen merek Duroterm w/p ratio-nya adalah 10 : 29, dan invesmen merek
Durotreem w:p ratio-nya adalah 1 : 3.
Bahan invesmen (invesment materials)
Komposisi
Komposisi dasar dan invesmen terdini dari :
a. Binder material (bahan pengikat)
b. Refractory material (bahan tahan panas)
c. Asher chemical (bahan kimia lain)
Macam-macam Jenis Bahan Invesmen
1. Berdasarkan bahan pengikatnya, maka ada 3 jenis invesmen yaitu :
a. Gypsum bonded invesmen materials invesmen yang mengandung bahan
pengikat gip. Invesmen ini digunakan pada proses casting untuk pengecoran
logam yang titik cairnya kurang dan 10000 C, sebab apabila logam yang dicor itu
Iebih besar dan 1000° C, maka invesmen akan retak-retak. Bahan pengencernya
adalah air (aquadestilata).
b. Phospate/sulfate bonded invesment materials bahan invesmen yang
mengandung bahan pengikat as. phosphat atau as. sulfat. Invesmen ini digunakan
pada proses casting untuk pengecoran logam yang titik cairnya lebih besar dan
10000. Bahan pengencernya adalah liquit, yang merupakan satu paket dengan
puder invesmennya.
c. Silicate bonded invesment materials bahan invesmen yang mengandung
bahan pengikat silikon (silica). Invesment ini digunakan pada proses casting untuk
pengecoran logam yang titik cairnya lebih besar dan 10000. Bahan pengencernya
adalah liquit, yang merupakan satu paket dengan puder invesmennya.
2. Berdasarkan titik cair logam yang di casting (dicor) ada 2 jenis invesmen, yaitu:
- Gypsum bonded invesment materials, digunakan untuk mengecor logam yang
mempunyat titik cair kurang dari 1000 oC.
- Phosphate/silicale bonded invesment materials digunakan untuk mengecor
logam yang mempunyai titik cair lebih dari 1000 oC.
Cara Investing
Casting yang dilakukan di kedokteran gigi proses yang disebut lose wax proccess
terdapat 2 teknik investing, yaitu :
1. Manual (hand) investing technic (teknik ini ada 2 cara)
a) Single investing
Pada pninsipnya puder invesmen kering dicampur dengan air (aquades) dengan
w/p ratio tertentu. Kemudian diaduk selanjutnya dituangkan ke dalam casting
ring, apabila konsistensinya sudah baik. Selanjutnya pola malam dimasukkan /
ditanam kedalam casting ring yang
b) Double investing
Prinsipnya puder invesmen kering dibagi menjadi bagian, misalnya A dan B.
Bagian A dibagi menjadi 2 bagian, ialah bagian A1 dan A2. Bagian Al dicampur
dengan air (aquades) sampai rata dan bersifat encer. Selanjutnya dengan kuas
halus, adonan invesmen A, dioleskan pada seluruh permukaan pola malam secara
merata. Kemudian invesmen A2 yang kering ditaburkan diatas seluruh permukaan
pola malam, yang telah diolesi dengan invesmen A1 tadi, sehingga berbentuk
seperti buah talok / cherry. Pada invesmen B kering dicampur dengan air diaduk
sarnpai mendapatkan konsistensi yang baik dan lebih kental dan adonan invesmen
Al. Adonan B ini ditungakan ke dalam casting ring sampai penuh, yang
sebelumnya pola malam sudah dimasukkan / diletakkan ke dalam casting ring dan
ditunggu sampai kering.
Pada double investing ini terdapat 3 lapisan, yaitu:
Lapisan adonan invesmen yang encer
Lapisan invesmen kening
Lapisan adonan invesmen yang agak kental
Pada kedua cara tersebut diatas pencampuran antara puder invesmen kering
dan air dilakukan pada rubber bowl dan alat pengadukannya spalula. Pengadukan
dan penuangannya dalam casting ring dilakukan dengan tangan. Pencampuran
juga dapat dilakukan pada rubber bowl khusus dan pengadukan dilakukan dengan
alat yang disebut vacuum mixer (pengadukan dengan hampa udara). Penuangan
adonan invesmen ke dalam casting ring dilakukan dengan tangan diatas alat yang
disebut vibrator (alat penggetar) agar gelembung - gelembung udara di dalam
adonan invesmen dapat keluar.
Liquid invesmen atau aquades adalah bahan pelarut / pencampur yang berguna
untuk membuat adonan invesmen. Liquit invesmen digunakan apabila pada
investing digunakan jenis bahan jenis invesmen berupa phosphate / silicate
bonded invesment materials dan liquit ini merupakan satu paket dengan puder
invesmennya.
Air/aquades digunakan apabila pada investing digunakan jenis bahan invesmen
berupa gypsum bonded invesment materials. Pada investing ini dilakukan dengan
alat khusus yang hampa udara. Di fakultas kedokteran gigi tidak dilakukan karena
tidak ada alatnya.
Aplikasi Alloy
1. Perawatan Implan :
Secara umum ada 2 bahan dasar untuk dental implant yaitu metal dan
keramik. Untuk metal implant umumnya adalah logam murni Titanium
(CpTi) dan paduan Ti-6Al-4V dimana keduanya mempunyai daya lahan
korosi yang baik untuk berbagai lapisan tipis oksida dan tingkatan Ph. Ion
Titanium dapat dilepaskan yang merupakan hasil penguraian secara kimia
dari Titanium oksida. Dengan rendahnya penguraian secara kimia akan
berpotensi untuk tumbuhnya osseointegrasi denqan Titanium. Paduan Ti-
6Al-4V memiliki kekuatan 60% lebih besar dari Titanium murni tetapi lebih
mahal (Irawan, 2000)
2. Perawatan Orthodontik :
Beta-Titanium telah diperkenalkan 15 tahun yang lalu, dikenal
dengan TMA (Titanium-Molybdenum Alloy) yaitu 77,8% Ti, 11,3% Mo
dengan 6,6% Zirconium dan 4,3% Tin. Adanya molybdenum meningkatkan
temperature phase beta bentuk Kristal body centered cubic dari Titanium
menjadi metasbil pada temperatur ruang, dibandingkan phase α bentuk
Kristal hexagonal close-packed. Paduan beta titanium adalah kawat
orthodontic yang mempunyai kemampuan welding tanpa menggunakan
bahan antara. Dengan sifat yang dimiliki beta Titanium cocok digunakan
dengan perawatan orthodontik (Irawan, 2000).
Nickel-Titanium, paduan ini dikenal dengan Nitinol dimana komposisinya
55% Nickel dan 45% Titanium. Paduan ini mempunyai sifat khas “shape-
memory” yang berkaitan dengan kembalinya transformasi antara bentuk
austenitic dan martensitik phase NiTi dimana terjadi proses yang bersamaan
(Irawan, 2000).
3. Perawatan Prosthodonti :
Untuk pembuatan protesa porselen, penggunaan Titanium
mengalami kesulitan terbesar pada proses yang sulit. Pengecoran paduan
Titanium sulit, karena memerlukan temperatur yang tinggi aitu 1700 derajat
Celcius dan pada kondisi tersebut cepat mengalami proses oksidasi dan
bereaksi dengan bahan tanam. Untuk meleburkan logam Titanium perlu
penggunaan gas argon. Bahan tanam yang digunakan adalah ethyl-sylicate-
bonded investment untuk temperatur tinggi (Irawan, 2000).
4. Penggunaan lain :
Paduan Nickel-Titanium juga digunakan untuk alat endodontic
yang mempunyai kemampuan dapat dibengkokkan tanpa terjadi deformasi
permanen saat membersihkan saluran akar gigi. Daya tahan untuk terjadi
pecahnya alat endodontic sangat penting saat digunakan dalam perwatan
endodontic karena bila patah saat digunakan, sulit untuk dikeluarkan
(Irawan, 2000).
Titanium dioxide ditambahkan pada akrilik untuk basis gigi tiruan
dengan maksud untuk meningkatkan opacity dari material sehingga
mendekati translucent mukosa mulut (Irawan, 2000).
1. Alloy
Kelebihan :
a. Kekuatan dan ketahanannya baik dibandingkan tambalan lain.
b. Lebih sedikit pengambilan jaringan gigi dibanding porselen
c. Tahan korosi
d. Resiko kebocoran minimal
e. Bentuk dapat mudah dimanipulasi (Anusavice, 2013)
Kekurangan:
2. Noble Alloy
Kelebihan :
a. Mudah saat proses casting
b. Memliki kekuatan yang cukup untuk merestorasi mahkota
c. Alloy emas-paladium memiliki titik leleh yang sangat tinggi
d. Memiliki sifat mekanik yang baik (Anusavice, 2013)
Kekurangan
a. Mahal
b. Bisa mengalami creep (kecuali Au-Pd) (Hussain, 2008)
3. Base metal alloy
Kelebihan:
a. Lebih murah daripada alloy emas
b. Titik leleh dan modulus elasrisitasnya tinggi
c. Menjadi lebih kuat pada temperature tinggi (Hussain, 2008)
Kekurangan
a. Densitas rendah
b. Mudah mengalami penyusutan saat casting
c. Mudah teroksidasi
d. Tidak tahan terhadap korosi dan tarnish (Hussain, 2008)
Daftar Pustaka
Anusavice. 2013. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bauer JRO. Microhardness of Ni-Cr alloys under different casting onditions, Braz
Oral Res 2006 : 20 (1) : 40-6.
Craig RG, Powers JM, dan Sakaguchi RL, 2006, Resin Compounds Restorative
Materials. Craig’s Restorative Dental Material, Edisi 12, Mosby, St. Louis,
h. 190-193.
Davis JR. 2003. Hand Book of Material for Medical Devices. ASM International.
Harty FJ, dan Ogston R. 2012. Kamus Kedokteran Gigi. Alih Bahasa: Narlan
Sumawinata dari “Concise Illustrated Dental Dictionary”. Jakarta: EGC.