You are on page 1of 29

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 4
RESIN AKRILIK

Blok 12 Biomaterial dan Teknologi Kedokteran Gigi


SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2017/2018

TUTORIAL 4

1. Kartika Artha Rini (161610101026)


2. Dwi Mukti Kusumastuti (161610101027)
3. Atha Ramadhona Yaniar (161610101028)
4. Reganita Nurmaulawati S (161610101029)
5. Elfrida Maya Agustina (161610101030)
6. Salsabila Qotrunnada (161610101031)
7. Rafif Naufi Waskitha H (161610101032)
8. Kristin Rizki Mustika (161610101033)

Tutor : drg. Swasti P, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
MARET 2018
SKENARIO 4
Logam/ alloy

Skill lab Mahasiswa semester IV Fakultas Kedokteran Gigi Universitas


Jember membuat bentukan setangah lingkaran diameter 1 cm dengan ketebalan 2
cm dari bahan alloy. Mahasiswa dibagi menjadi 3 kelompok, kelompok I
menggunakan bahan alloy CoCr, kelompok II menggunakan alloy AgCu, dan
kelompok III menggunakan logam Ag. Pada saat casting suhu pembakaran tiap
kelompok berbeda tergantung dari komposisi dan tipe logam maupun alloy yang
dipakai. Bila manipulasi dilakukan dengan benar, maka hasilnya tidak porous,
permukaan rata, dan mengkilap.
STEP 1 (Unfamiliar Therm)

1. Alloy : adalah suatu bahan yang diproses dengan jalan mencampur


beberapa jenis logam menjadi bahan baru melalui proses peleburan pada
suhu tinggi dengan tujuan mencari sifat yang lebih unggul.

: campuran satu atau lebih unsur logam ke logam primer atau matriks

: pencampuran dari 2 jenis logam atau lebih untuk mendapatkan sifat


fisik mekanik listrik dan visual yang lebih baik
: campuran dari beberapa logam untuk mendapatkan logam baru
yang lebih unggul. Pencampuran ini dilakukan saat alloy dalam keadaan
cair.
2. Casting : merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengolah
logam dalam bidang KG dengan cara mencairkan logam
: pengecoran logam untuk pembuatan restorasi gigi, tujuannya
membuat duplikat atau tiruan logam dari struktur gigi yang sudah hilang
dengan akurat.
3. Alloy CoCr : Campuran logam antara cobalt dengan Cromium, untuk
pembuatan kerangka logam dari gigi tiruan parsial yang bisa dilepas
4. Alloy AgCu : Campuran logam antara perak dengan Copper dengan sifat
Ag yang mudah korosi dan Cr yang melindungi Cu dari korosi
5. Logam Ag : biasanya dicampur dengan paladium atau platina untuk
meningkatkan sifat mekanisnya

STEP 2 (problem definition)

1. Apa saja sifat dari alloy?


2. Apa saja syarat dari alloy?
3. Apa saja klasifikasi alloy?
4. Bagaimana proses casting aloy?
5. Apa perbedaan Alloy CoCr dan AgCu?
6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari alloy?
7. Bagaimana aplikasi alloy dalam kedokteran gigi?
STEP 3 (brainstorming)

1. Apa saja sifat dari alloy?

Sifat fisik:

 Memantulkan sinar yang datang, dengan panjang gelombang dan


frekuensi yang sama. Sehingga logam mengkilat, sifat ini tidak
dimiliki pada bahan padat yang lain.
 Logam dapat menghantarkan panas.
 Logam mampu menghantarkan listrik.
 Meability, kemampuan logam untuk ditempa.
 Ductility, kemampuan lgam berubah menjadi lebih kuat dengan
sifatnya yang mampu ditarik.
 Radiopak
 Densitas tinggi sehingga casting dapat berlangsung cepat.
 Titik leleh dan titik didih tinggi karena dipengaruhi oleh ikatan
atom.

Sifat kimia

 Tahan korosi.
 Tidak larut dalam cairan rongga mulut.
 Tidak luntur.

Sifat biologi:

 Tidak mengiritasi RM dan jaringan pendukungnya.


 Tidak menghasilkan reaksi alergen.
 Tidak mutagen dan karsinogen.

2. Apa saja syarat dari alloy?
 Biokompatibel: tidak toksik yang larut dalam saliva.
 Mekanis: mampu menahan beban
 Estetik (penampilan) natural pada gigi
 Syarat kimia: tahan korosi, tidak larut dalam cairan RM dan tidak
larut dalam cairan yang dionsumsi
 Syarat biologi: tidak beacun, tidak mengiritasi jaringan RM dan
sekitarnya, tidak menimbulkan reksi alergi, tidak mutagen dan
karsinogen.
 Syarat fisik : konduktivitas termal dan kuat, mudah di solder dan
dipoles, titik didih dan leleh tinggi, tahan abrasi.

3. Apa saja klasifikasi alloy?


a. Berdasarkan metals:
1. Nobel : gold, platinum, rodium dll (tidak mudah korosi)
Silver (mudah korosi)
2. Base metals
b. Berdasarkan ADA:
1. High nobel : 40% gold, 60% nobel metal elemen,
2. Nobel: ≥25% nobel metals
3. Base metal: < 25% logam metals, lebih mudah korosi
c. Berdasarkan dental function:
1. Tipe 1 (soft) fungsinya untuk inlay sederhana, inlay satu
permukaan
2. Tipe 2 (medium) fungsinya untuk restorasi yang terkena tekanan
sedang, inlay beberapa permukaan
3. Tipe 3 (hard) fungsinya untuk restorasi dengan tekanan yang besar
4. Tipe 4 (ekstra hard) fungsinya untuk keadaan tekanan yang besar
5. Alloy untuk mahkota dan jembatan untuk veneer
6. Alloy untuk gigi tiruan sebagian dan lepasan
d. Berdasarkan tingkat kekerasan;
1. Tipe 1 (lunak) angka kekerasan vickers (VHN) 50-90.
2. Tipe 2 (sedang) angka kekerasan vickers (VHN) 90-120.
3. Tipe 3 ( keras) angka kekerasan vickers (VHN) 120-150.
4. Tipe 4 (ekstra keras) angka kekerasan vickers (VHN) >150.
e. Berdasarkan jumlah unsur penyusunnya
1. Binarry system : terdiri dari 2 unsur. Ex : AgCu, CoCr.
2. Ternary system : terdiri dari 3 unsur penyusun. Ex : AuCuAg
3. Quartenary system : terdiri dari 4 unsur penyusun. Ex: AgCuTiSn

4. Bagaimana proses casting aloy?


Ada 3 tahapan, yaitu:
1. Pre investment
Persiapan yang dilakukan sebelum melakukan investment material.
Bahan yang digunakan yaitu wax agar dapat burning out hingga
menghasilkan mould space yang diinginkan. Dalam tahap ini juga
dilakukan pembuatan sprue( diameter dan panjangnya tergantung pada
jenis dan ukuran model malam, jenis mesin tuang yang digunakan, dan
ukuran bumbung tuang), model lilin awalnya pembuatan die dengan
gipsum tipe 4 atau 5 , kemudian pada oklusal dibentuk model malam
sesuai restorasi yang dibutuhkan, ventilator dan crussible former. Lalu
dilakukan perakitan dengan casting ring.
2. Investment
Menggunakan Bahan investment material karena bahan ini
memiliki setting dan ekspansi yang cukup serta memiliki kekuatan yang
cukup pada temperaratur tinggi sehingga cukup kuat menerima tekanan
alloy yang masuk ke rongga cetak. Bahan ini juga memiliki sifat
permeabel, saat masuk yang memudahkan udara untuk keluar saat alloy
cair masuk. Bahan ini jug mudah dirusak saat casting selesai dilakukan.
Tahapan ini yaitu : seluruh model malam yang sudah dilapisi bahan tanam,
dimasukkan ke dalam casting ring, penuangan dilakukan sedikit demi
sedikit dengan vibrator. Setelah itu, dilakukan pembakaran dalam oven,
untuk menghilangkan model malamnya.
3. Pasca investment
Casting, yang dilakukan dalam casting machine. Pencairan logam
dilakukan dalam sentrifugal casting machine. Diperlukan ruang cetak,
sekali pakai dari pasir atau tanah liat. Api pengencer logam, dari induksi
listrik. Mesin pengecoran, biasanya menggunakan sentrifugal dengan
ruang laboratorium yang cukup ventilasi. Menggunakan teknik close wax.
Tetapi ada teknik lain yaitu keramic bonded yang diletakkan di sekitar
alloy, untuk estetik dan biaya lebih murah. Bentukan yang terlihat sesuai
dengan permukaan gigi sedangkan yang bagian dalam adalah alloy itu
sendiri. Pencairan ini dapat dengan 2 cara : blow torch diinduksi dengan
panas pada crucible, dan secara elektrik logam dicairkan secara otomatis
dalam crucible yang terbuat dari grafit dalam tungku untuk logam dg titik
cair 15.0400.
Membersihkan ruangan, setelah casting selesai, bumbung tuang
dikeluarkan dan direndam dalam air segera setelah logam pada sprue
berkilau merah gelap
Perendaman, diremdam dalam asam sulfat untuk membersihkan kotoran
oksida.
Finishing: grinding memotong bintil dan sayapnya kemudian dihaluskan.
Disesuaikan dengan ukuran semula. Kemudian logam dipoles dengan
arkansas stone sampai model lebih halus kemudian dilanjutkan dengan
rubber merah dan hijau. Setelah halus dan mengklat dipotong dengan
diamond disc, lalu dirapikan dan dipulas pada daerah bekas potongan.
Polishing mengkilatkan permukaan logam.

5. Apa perbedaan Alloy CoCr dan AgCu?


 Batas keseimbangan alloy CoCr < AgCu yang telah dikeraskan
 CoCr memiliki modulus elastisitas 2x lebih besar dari AgCu
 CoCr memiliki kegetasan yang lebih baik daripada AgCu tetapi
titik cair dan kekerasan AgCu lebih besar
6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari alloy?
Kelebihan :
a. Sifatnya lebih kuat dari pada material lainnya
b. Alloy lebih tahan terhadap korosi
c. Alloy merupakan penghantar panas yang baik, dapat menstimulasi
rangsangan pada jaringan di sekitarnya
d. Pemakaian alloy dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
e. Alloy mampu mempertahankan bentuk anatomis dari gigi
Kekurangan:
a. Kurang estetis, krn warnanya sangat kontras dengan gigi
b. Dapat menimbulkan reaksi alergi
c. Dapat menyebabkan galvanic shock

7. Bagaimana aplikasi alloy dalam kedokteran gigi?


 Amalgam, sebagai bahan tambal gigi yang berupa alloy silver
 Alloy emas, sebagai inlay, onlay, mahkota dan GTJ
 Alloy AgPd dan NiCu, sebagai inlay, onlay, mahkota dan jembatan
 Alloy CoCr dapat juga digunakan sebagai bahan implan dan AgPd
(klamer) sebagai gigi tiruan sebagian

STEP 4

MAPPING
Resin Akrilik

Sifat

Syarat

Klasifikasi

Manipulasi dan Kekurangan


Komposisi
Polimerisasi dan Kelebihan

Indikasi
STEP 5 (Learning Objective)

1. MMM Syarat dari alloy.


2. MMM Klasifikasi dari alloy.
3. MMM Manipulasi alloy
4. MMM Komposisi, sifat, aplikasi, kelebihan dan kekurangan dari masing
masing klasifikasi alloy.

STEP 7 (Reporting Generalitation)

1. MMM Syarat dari alloy


Syarat Kimia
Tahan terhadap korosi, tidak larut dalam cairan rongga mulut atau
dalam cairan yang dikonsumsi, tidak luntur, dan tidak korosi.
Syarat Biologi
Tidak beracun terhadap pasien, dokter gigi, perawat maupun
tekniker, tidak mengiritasi rongga mulut dan jaringan pendukungnya, tidak
menghilangkan reaksi alergi dan tidak bersifat mutagen maupun
karsinogen.
Biokompatibilitas
Tidak mengandung substansi toksik yang dapat larut dalam saliva
sehingga tidak membahayakan sistem tubuh, tidak membahayakan pulpa
dan jaringan lunak, bebas dari bahan yang berpotensi dalam menimbulkan
sensitifitas atau respon alergi dan tidak memiliki potensi karsinogen.
Syarat Mekanis
Harus mampu menerima beban yang tinggi.
Syarat Estetik

Sesuai dengan perkembangan jaman dan memberi penampilan


yang natural pada gigi.

Syarat Fisik
 Konduktivitas thermal dan kuat.
 Tahan Suhu Panas dan Dingin
 Mudah di Solder dan Dipoles
 Titik Leleh Tinggi
 Pertahanan terhadap Abrasi baik
 Tahan terhadap Tekanan
 Berkekuatan Tinggi
 Bereaksi Minimal terhadap Bahan Mold
 Sedikit Penyusutan ketika Memadat
(Anusavice, 2013)

2. MMM klasifikasi resin akrilik dan manipulasi dan polimerisasi resin


akrilik
Klasifikasi :

a. Berdasarkan jumlah unsur penyusun

- Binary system

- Ternary system

- Quartemary system

b. Berdasarkan dental function (the Bureau of Standard)

- Type I alloy (soft): untuk inlai kecil dengan tekanan kecil.

- Type II alloy (medium): untuk gigi dengan mendapat tekanan


moderat misalnya untuk crown, abutment, pontic, full crown.

- Type III alloy (Hard): untuk gigi yang mendapat teanan okiusal
tinggi termasuk crown, full crown, cast backing, abutment, pontic,
denture base, fixed partia denture (kecil), inlay.

- Type IV alloy (extra hard): untuk inlay, denture bar, clasp, full
crown, fixed partial denture, partial denture frame work.

- Metal ceramic alloy (Hard & extra hard): coping, veneer dental
porcelain, crown (dinding tipis).

- Removable partial denture alloy: Alloy ini digunakan sebagai


pengganti Type IV alloy.
c. Klasifikasi logam berdasarkan tingkat kekerasan

Tipe I (lunak) kekerasan vickers (VHN) 50-90.

Tipe II (sedang) angka kekerasan vickers (VHN) 90-120.

Tipe II (keras) angka kekerasan vickers (VHN) 120-150.

Tipe IV (ekstra keras) angka kekerasan vickers (VHN) >150.

d. Klasifikasi alloy berdasarkan ADA


1. High noble alloy (HN) atau logam sangat mulia dengan
komposisi logam mulia >60% dan kandungan emas >40%
Au—Pt Alloy: Full casting Porcelain Fused to Metal
Au—Cu—Ag Alloy: Full casting
2. Noble alloy (N) atau logam mulia dengan komposisi logam mulia
>25%
Ag—Cu alloy : Full casting, PFM
Ag—Au—Cu alloy: Full casting
Ag—Pd alloy : Full casting, PFM
3. Redominantly base metal alloy atau alloy berbahan utama logam
dasar dengan kandungan logam mulia <25%
Ni— based alloy : full casting, PFM, wrought, partial denture
Ti— based alloy : implant
Spesifikasi terbaru juga mengikut sertakan non-noble alloy sama seperti
alloy yang tidak mengandung emas tapi memiliki kandungan palladium yang
tinggi. Berdasarkan klasifikasi terbaru maka semua tipe alloy pada
klasifikasi lama merupakan high noble alloy.(Davis, 2003).
Klasifikasi berdasarkan ketahanan terhadap korosi:
a. Immune system
1. Gold system
2. Gold substitute

b. Passivating system
1. Ni—Cr
2. Co—Cr
3. Fe—Cr
4. Ti system
(Roberson et al, 2006)

3. MMM Manipulasi alloy

Tahap – tahap casting aloy dalam kedokteran gigi adalah sebagai berikut :
1. WAXING
Waxing adalah cara pembuatan pola malam (wax pattern). Pola
malam dibuat dengan tujuan untuk :
a. Mendapatkan suatu restorasi atau rehabilitasi gigi sesuai dengan
ukuran dan bentuk gigi yang direstorasi atau direhabilitasi.
b. Mendapatkan adaptasi yang baik dengan gigi yang direstorasi atau
direhabilitasi.
c. Mendapatkan hubungan yang baik dengan gigi tetangganya
maupun gigi antagonisnya.
d. Mendapatkan bentuk anatomi yang baik sesuai dengan bentuk
restorasi gigi atau rehabilitasi gigi.
e. Wax pattern berguna untuk membentuk ruang cetak (mould space)
di dalam bahan invesmen setelah malam dan pola malam (di dalam invesn)
dihilangkan (wax elimination).
o Cara pembuatan pola malam ada 3 cara :
1. Cara langsung (direct)
Cara langsung ini dibuat seluruhnya di dalam mulut pasien,
sehingga tidak memerlukan die.
2. Cara tidak langsung
Cara tidak langsung ini pola malam dibuat seluruhnya pada die,
sehingga pembuatannya di luar mulut pasien.
3. Cara langsung tidak langsung.
Malam yang digunakan untuk pembuatan pola malam adalah
casting wax atau inlay wax yang berwarna biru atau hijau. Jenis
malam pola ada 2 tipe yaitu :
o Tipe - I (tipe B) berguna untuk pembuatan pola malam secara
langsung.
o Tipe - II (tipe A) berguna untuk pembuatan pola malam secara
tidak langsung atau cara langsung tidak langsung.
Perbedaan kedua malam tersebut adalah mengenai setting time dan
flow-nya.
o Komposisi malam cor untuk inlay ini terdiri dari :
a. Malam paratin (paratin wax)
b. Gum dammar (dammar gum)
c. Malam karnauba (carnauba wax)
d. Beberapa bahan pewarna
Semua substansi ini merupakan bahan alamiah asli dan derivat dan
mineral atau tumbuhan tertentu. Malam parafin umumnya
merupakan substansi utama, biasanya konsentrasinya antara 40%
sampal 60%.
Gum damar atau resin damar adalah resin alamiah derivat varitas
pohon cemara. Ia dibutuhkan malam paralin untuk mempertahankan
kehalusan dinding ruang cetak (mould space) dan untuk
mengembalikan resistensi yang Iebih besar terhadap kerapuhan dan
penggumpalan. Malam karnauba bentuknya seperti serbuk yang
halus dan veritas pohon palm tropis. Mala mini cukuo kuat dan
mempunyai titik cair relatif tinggi.
o Syarat-syarat casting wax untuk pola malam :
Menurut American Dental Association Specincation (ADAS) No. 4 (Peyton
and Craig, 2006) menyatakan bahwa casting wax atau inlay casting wax yang
digunakan untuk pola malam harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
a. Warnanya berbeda dengan warna jaringan disekitar gigi.
b. Pada waktu dilunakkan harus bersifat kohesit.
c. Tidak mudah patah atau rapuh pada waktu dipotong atau diukir
untuk membentuk anatomi gigi sesuai.
d. Pada waktu dibakar atau dipanasi pada suhu tertentu harus habis
tak tersisa atau menguap semuanya tanpa meninggalkan bekas
sedikitpun.
2. SPRUING
Spruing adalah cara pembuatan sprue pin.
a. Kegunaan sprue pin untuk :
- pembentukan Sprue di dalam invesmen.
- pegangan pola malam pada waktu investing.
b. Pembuatan sprue pin dapat dibuat dan bahan :
o Logam
Sprue pin yang terbuat dan logam, maka sebelum dilakukan pre-heating, sprue pin
diambil lebih dahulu. Untuk memudahkan pengambilan, sprue pin logam dilapisi
dengan malam. Keuntungan sprue pin yang terbuat dan logam apabila dilekatkan
pada pola malam, maka pegangannya lebih erat dan kuat. Kerugiannya, sprue pin
dan logam apabila tidak dilapisi malam, maka akan sukar dikeluarkan atau
dilepaskan dan pola malam sesudah investing.

o Inlay casting wax seluruhnya


Sprue pin yang terbuat seluruhnya dan malam inlal (inlay casting wax) maka pada
wax elimination tidak perlu diambil karena sprue pin akan hilang Bersama-sama
dengan pola malamnya.
Keuntungan :
1. Pada wax elimination sprue pin akan menguap bersama – sama dengan pola
malamnya, sehingga tidak meninggalkan malam sedikitpun dalam mould space.
2. Perlekatannya dengan pola malam kuat dan tidak mudah lepas.
Kerugian :
1. Mudah patah, karena malam inlai apabila sudah keras bersitat getas.
o Plastik / resin
Sprue pin yang terbuat seluruhnya dan malam inlay (inlay casting wax) maka
pada wax elimination tidak perlu diambil karena sprue pin akan hilang bersama -
sama dengan pola malamnya.
Kerugian :
1. Sukar dilepaskan dan pola malam sesudah investing dan dibiarkan tidak diambil
pada waktu wax elimination.
2. Bahan plastik / resin apabila dipanasi akan memuat lebih besar, sehingga akan
merusak dinding invesmennya.
3. Suhu cair plastik Iebih besar daripada malam, sehingga pada waktu wax
elimination malam pola sudah mencair dan menguap, tetapi plastik / resin belum
cair atau menguap, akibatnya ada sisa plastik di dalam sprue dan ini akan
menyumbat aliran logam cair.
c. Diameter sprue pin
Diameter sprue pin tidak ada ketentuan yang pasti, tergantung dan; pertama,
besarnya pola malam yang dibuat dan yang kedua, jenis casting machine yang
digunakan untuk casting. Sebagai standar diameter sprue pin sebagai berikut :
a. untuk inlai yang kecil ± 1,3 mm
b. untuk inlai yang besar ± 1,4 mm
c. untuk mahkota penuh ± 1,6 mm
d. Untuk inlai yang paling besar ± 2,6 mm
Peyton and Craig (2006) menyatakan bahwa diameter sprue pin adalah gauge no.
10 atau 0,259 cm.
Pemasangan Sprue pin pada pola malam hendaknya pada daerah yang tebal dan
jauh dan pinggiran pola malam. Sedangkan posisinya pada pola malam dapat
tegak (90%) atau miring (450) terhadap permukaan pola malam. Penempatan
sprue pin pada pola malam dengan posisi tegak lurus apabila daerah yang
ditempati cukup ketebalannya. Penempatan sprue pin pada pola malam dengan
posisi miring, apabila daerah yang ditempati sprue pin pada pola malam tidak
cukup ketebalannya atau tipis. Hal ini ada hubungannya dengan gerakan
turbolensi yang diakibatkan adanya back presser / tekanan baik.
d. Pembuatan Sprue pin yang berhubungan dengan casting machine yang digunakan.
Apabila menggunakan chorizontal casting macnine pada casting, maka sprue pin
diameternya harus besar dan pendek, sebab pelelehan logam dilakukan pada fire
clay. Apabila menggunakan hand casting sistem (slinger aparat) yang gerakannya
vertikal maka diameter sprue pin kecil dan panjang serta ditambah reservoir
former / reservoir former karena pelelehan logam dilakukan pada sprue hold
(crucible). Pada sprue pin tidak harus ditambah / dibuat reservoir modul. Untuk
sprue pin yang diameternya besar tidak perlu ditambah reservoir modul, tetapi
sprue pin yang diameternya kecil perlu ditambah reservoir modul. Ukuran
panjang sprue pin juga tidak ada ketentuan yang pasti, karena tergantung dan
besar kecilnya dan bentuknya pola malam.

3. INVESTING
Investing adalah cara untuk menanam pola malam dalam bahan invesmen. Yang
perlu diperhatikan pada investing :
a. Letak pola malam di dalam casting ring.
Pola malam letaknya harus ditengah – tengah agar jarak antar pola malam dan
dinding-dinding casting ring sama.
b. Jarak pola malam dan dasar casting ring terletak antara (6 - 8 mm)
Perbandingan antara air dan puder (w/p ratio) harus tepat. W/p ratio suatu bahan
invesmen tergantung dan petunjuk pabrik yang memproduksinya sebagai contoh
invesmen merek Duroterm w/p ratio-nya adalah 10 : 29, dan invesmen merek
Durotreem w:p ratio-nya adalah 1 : 3.
Bahan invesmen (invesment materials)
 Komposisi
Komposisi dasar dan invesmen terdini dari :
a. Binder material (bahan pengikat)
b. Refractory material (bahan tahan panas)
c. Asher chemical (bahan kimia lain)
 Macam-macam Jenis Bahan Invesmen
1. Berdasarkan bahan pengikatnya, maka ada 3 jenis invesmen yaitu :
a. Gypsum bonded invesmen materials  invesmen yang mengandung bahan
pengikat gip. Invesmen ini digunakan pada proses casting untuk pengecoran
logam yang titik cairnya kurang dan 10000 C, sebab apabila logam yang dicor itu
Iebih besar dan 1000° C, maka invesmen akan retak-retak. Bahan pengencernya
adalah air (aquadestilata).
b. Phospate/sulfate bonded invesment materials  bahan invesmen yang
mengandung bahan pengikat as. phosphat atau as. sulfat. Invesmen ini digunakan
pada proses casting untuk pengecoran logam yang titik cairnya lebih besar dan
10000. Bahan pengencernya adalah liquit, yang merupakan satu paket dengan
puder invesmennya.
c. Silicate bonded invesment materials  bahan invesmen yang mengandung
bahan pengikat silikon (silica). Invesment ini digunakan pada proses casting untuk
pengecoran logam yang titik cairnya lebih besar dan 10000. Bahan pengencernya
adalah liquit, yang merupakan satu paket dengan puder invesmennya.
2. Berdasarkan titik cair logam yang di casting (dicor) ada 2 jenis invesmen, yaitu:
- Gypsum bonded invesment materials, digunakan untuk mengecor logam yang
mempunyat titik cair kurang dari 1000 oC.
- Phosphate/silicale bonded invesment materials digunakan untuk mengecor
logam yang mempunyai titik cair lebih dari 1000 oC.
Cara Investing
Casting yang dilakukan di kedokteran gigi proses yang disebut lose wax proccess
terdapat 2 teknik investing, yaitu :
1. Manual (hand) investing technic (teknik ini ada 2 cara)
a) Single investing
Pada pninsipnya puder invesmen kering dicampur dengan air (aquades) dengan
w/p ratio tertentu. Kemudian diaduk selanjutnya dituangkan ke dalam casting
ring, apabila konsistensinya sudah baik. Selanjutnya pola malam dimasukkan /
ditanam kedalam casting ring yang

b) Double investing
Prinsipnya puder invesmen kering dibagi menjadi bagian, misalnya A dan B.
Bagian A dibagi menjadi 2 bagian, ialah bagian A1 dan A2. Bagian Al dicampur
dengan air (aquades) sampai rata dan bersifat encer. Selanjutnya dengan kuas
halus, adonan invesmen A, dioleskan pada seluruh permukaan pola malam secara
merata. Kemudian invesmen A2 yang kering ditaburkan diatas seluruh permukaan
pola malam, yang telah diolesi dengan invesmen A1 tadi, sehingga berbentuk
seperti buah talok / cherry. Pada invesmen B kering dicampur dengan air diaduk
sarnpai mendapatkan konsistensi yang baik dan lebih kental dan adonan invesmen
Al. Adonan B ini ditungakan ke dalam casting ring sampai penuh, yang
sebelumnya pola malam sudah dimasukkan / diletakkan ke dalam casting ring dan
ditunggu sampai kering.
Pada double investing ini terdapat 3 lapisan, yaitu:
 Lapisan adonan invesmen yang encer
 Lapisan invesmen kening
 Lapisan adonan invesmen yang agak kental
Pada kedua cara tersebut diatas pencampuran antara puder invesmen kering
dan air dilakukan pada rubber bowl dan alat pengadukannya spalula. Pengadukan
dan penuangannya dalam casting ring dilakukan dengan tangan. Pencampuran
juga dapat dilakukan pada rubber bowl khusus dan pengadukan dilakukan dengan
alat yang disebut vacuum mixer (pengadukan dengan hampa udara). Penuangan
adonan invesmen ke dalam casting ring dilakukan dengan tangan diatas alat yang
disebut vibrator (alat penggetar) agar gelembung - gelembung udara di dalam
adonan invesmen dapat keluar.
Liquid invesmen atau aquades adalah bahan pelarut / pencampur yang berguna
untuk membuat adonan invesmen. Liquit invesmen digunakan apabila pada
investing digunakan jenis bahan jenis invesmen berupa phosphate / silicate
bonded invesment materials dan liquit ini merupakan satu paket dengan puder
invesmennya.
Air/aquades digunakan apabila pada investing digunakan jenis bahan invesmen
berupa gypsum bonded invesment materials. Pada investing ini dilakukan dengan
alat khusus yang hampa udara. Di fakultas kedokteran gigi tidak dilakukan karena
tidak ada alatnya.

4. PRE HEATING, WAX ELIMINATION DAN HEATING


Sebelum wax elimination, dilakukan dahulu preheating pada temperatur kamar
sampai 150oC dalam waktu 15 menit di dalamalat pemanas yang disebut furnace,
yang dapat distel mengenam temperatur dan waktunya. Pre-heating dilakukan
dengan tujuan agar adonan invesmen betul-betul kering. Masih di dalam furnace,
lalu dilakukan wax elimination dari 150 oC dinaikkan sampai 350 oC dengan
perlahan – lahan dalam waktu 30 menit. Pada temperature 350 oC diperkirakan
seluruh malam yang ada di dalam adonan invesmen sudah hilang tak bersisa.
Setelah wax elimination yang menghasilkan mould space di dalam invesmen,
kemudian dilakukan heating yaitu temperatur dinaikkan dan 350° C sampai
700°C.
Dalam waktu 30 menit. Heating ini bertujuan agar terjadi baik pemuaian
invesmen maupun pemuaian mould space dapat maksimal. Pemanasan hanya
sampai 700° C, karena stabilitas bahan invesmen jenis gypsum bonded invesmen
materials diperkirakan dalam keadaan stabil. Selanjutnya pada temperatur 700 oC
didiamkan selama 30 menit, kemudian casting ring diambil dari casting machine.

5. MELTING DAN CASTING


Setelah didiamkan selama 30 menit pada 700 oC dengan cepat dipindah ke alat
casting machine dan selanjutnya dilakukan melting.
 Macam – macam casting machine
1. Centrifugal casting machine (casting machine macamnya ada 2 jenis)
a. Horizontal centri fugal casting machine : casting machine ini gerakan memutarnya
secara horizontal/mendatar.
b. Vertical centrifugal casting machine : casting machine ini gerakan memutarnya
secara vertical/tegak lurus.
2. Air pressure casting machine
Alat casting yang menggunakan tekanan udara. Bekerjanya alat ini pnnsipnya
sama dengan bekerjanya alat casting vertikal (vertical centri fugal casting
machine) hanya bedanya vertical casting machine menggunakan gaya sentri tugal,
tetapi air pressure casting machine menggunakan tenaga / tekanan udara.
Pada melting (pelelehan) terhadap logam yang akan dicor, dilakukan dengan alat
penyemprot api yang disebut blow pipe atau blow torch.

 Macam – macam blow torch


Berdasarkan bahan pembakarnya blow torch ada 4 macam yaitu :
1. Blow torch dengan menggunakan bahan pembakar bensin dan tenaga angin.
2. Blow torch dengan gas elpiji
3. Blow torcfl dengan gas elpiji dan O2
4. Blow torch dengan gas acetilen (gas karbit = C2H2) dan O2
Biasanya O2 digunakan untuk melelehkan logam yang akan dicor dengan titik
cairnya lebih besar dari 1000 oC. Untuk logam yang titik lelehnya kurang dan
1000 oC cukup menggunakan bensin dan udara.
 Api yang disemprotkan oleh blow torch ada 4 zone, yaitu :
a. Zone I, disebut air dan gas zane transparan.
b. Zone II, disebut combution zone warnanya kering.
c. Zone IIl, disebut reduction zone (zone ini warnanya biru yang dapat mereduksi
logam menjadi meleleh)
d. Zone IV, disebut oxidising zone (zone ini warnanya merah yang mengoksidasi
dari logam, tetapi tidak meleleh)
Pada proses casting yang menggunakan horizontal casting machine, pelelehan
logam dilakukan pada fire clay, yang terbuat dari bahan ceramic yang tahan
panas. Apabila pada proses casting yang menggunakan vertical casting machine
(slinger apparate) pelelehan dilakukan pada crucible, tepatnya pada sprue hold.
Casting/pengecoran logam ke dalam mould space dilakukan apabila lelehan
logam baik pada fire clay, maupun pada crucible sudah bergerak-gerak seperti
gerakan air raksa, karena tiupan dari blow torch.
Setelah casting dilakukan, kemudian casting ring diambil dan casting machine
dan didiamkan sampai dingin sekali dengan sendirinya Selanjutnya hasil cor
cliambil dengan merusakkan invesmennya.
Hasil casting yang terjadi ada 2 bentuk :
a. Bentuknya bersih seperti warna logam sebelum dicor. Hal ini terjadi apabila
logam yang dicor non precius, artinya logam tersebut tidak mengandung logam
mulia sebagai dasar dan logam campur / aloy. Pada bentuk ini tidak perlu
dilakukan pickling.
b. Bentuknya berubah menjadi warna hitam dan tidak sama dengan warna sebelum
dicor. Hal ini terjadi apabila logam campur / aloy yang dicor mengandung bahan
dasar logam mulia, misalnya emas atau perak. Keadaan ini terjadi karena adanya
peristiwa oksidasi pada permukaan logam cor tersebut. Untuk mengembalikan
warna seperti warna semula dilakukan pickling.
6. PICKLING
Suatu cara penghilangan/pembersihan oksidasi yang terjadi pada permukaan
logam yang mengandung logam mulia dengan larutan pickling. Larutan pickling
ada 2 jenis, yaitu larutan asam hidro chlorida (HCl) dan larutan asam sulfat
(H2SO4)
 Cara pickling :
Hasil casting logam aloy yang mengandung dasar logam mulia warnanya hitam
diikat dengan benang dan dipanasi dahulu. Sebelumnya sudah dipersiapkan
dahulu salah satu larutan pickling yang sudah diencerkan. Sesudah panas, hasil
cor dimasukkan ke dalam larutan pickling sebentar sarnpai warna hilang dan
warna semula muncul. Oleh karena larutan pickling ini sangat toksis, maka untuk
menetralisir, hasil cur dimasukkan ke dalam larutan sodium bikarbonat.

7. FINISHING DAN POLISHING


 Pengertian Finishing
Suatu cara untuk membentuk hasil casting menjadi suatu bangunan yang
diinginkan dengan jalan menghilangkan / membuang ekses-ekses pada permukaan
hasil casting dan logam yang tidak berguna. Setelah dilakukan finishing maka
bentuk bangunan, misalnya yang berbentuk inlay, full crown atau bridge work,
menjadi baik tetapi masih kasar. Kemudian dilakukan polishing.
 Pengertian Polishing
Suatu cara untuk membuat suatu bangunan, setelah dilakukan finishing, menjadi
rata, halus dan mengkilap, sehingga bentuk bangunan tersebut menjadi amat
bagus dan indah. Dan inilah merupakan syarat utama di bidang kedokteran gigi
bahwa polishing selalu dilakukan pada alat-alat yang dipasang dalam mulut
pasien.
(Craig, 2006).

5. MMM Komposisi, sifat, aplikasi, kelebihan dan kekurangan dari


masing masing klasifikasi alloy.
Komposisi Alloy
A. Noble Metal Alloys
Merupakan logam mulia, yang terdiri dari :
 berat atom ± 100 & densitas 12-13 g/cm3 : ruthenium, rhodium,
dan palladium
 berat atom ± 190 & densitas 19-23 g/cm3 : osmium, iridium,
platinum, gold
B. Base-Metal Alloys
Yaitu Bahan Logam/Metal yang digunakan dibidang kedokteran Gigi,
contoh :
 Wrought Alloys : Alloy yang dibuat untuk diadaptasikan dalam
bentuk prefabricated sebagai bahan restorasi
Contoh : precision attachment, backing, wire dengan berbagai
potongan melintang
Komposisi :
 Pt-Au-Pd
 Au-Pt-Cu-Ag
 Au-Ag-Cu-Pd
 PD-Ag-Cu
 Wrought Stainless Steel Alloys:
Merupakan alloy dari iron dan karbon yang mengandung chromium,
nickel, dan metal lain untuk meningkatkan kekuatannya. Biasanya pada
alat ortodontik dan instrumen endodontic
 Wrought Nickel-Titanium Alloy
Digunakan sebagai wire dalam alat ortodontik. High resiliency, limited
formability, dan thermal memory. Terdiri dari 55% nikel dan 45%
titanium Shape-memory alloy
(Harty dan Ogston, 2012)
Sifat Alloy
Logam memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Titik didih dan titik leleh yang tinggi
Logam-logam cenderung memiliki titik leleh dan titik didih
yang tinggi karena kekuatan ikatan logam. Kekuatan ikatan berbeda
antara logam yang satu dengan logam yang lain tergantung pada jumlah
elektron yang terdelokalisasi pada lautan elektron, dan pada susunan
atom-atomnya.
2. Memiliki daya hantar listrik yang baik
Elektron yang terdelokalisasi bebas bergerak di seluruh
bagian struktur tiga dimensi. Elektron-elektron tersebut dapat melintasi
batas butiran kristal. Meskipun susunan logam dapat terganggu pada
batas butiran kristal, selama atom saling bersentuhan satu sama lain,
ikatan logam masih tetap ada. Cairan logam juga menghantarkan arus
listrik, hal ini menunjukkan bahwa meskipun atom logam bebas
bergerak, elektron yang terdelokalisasi masih memiliki daya yang
tersisa sampai logam mendidih.
3. Memiliki daya hantar panas yang baik
Logam adalah konduktor panas yang baik. Energi panas
diteruskan oleh elektron sebagai akibat dari penambahan energi kinetik
(hal ini memnyebabkan elektron bergerak lebih cepat). Energi panas
ditransferkan melintasi logam yang diam melalui elektron yang
bergerak.
4. Dapat ditempa dan diregangkan (Malleability dan Ductility)
Logam mempunyai sifat yang mampu dibentuk dengan suatu
gaya, baik dalam keadaan dingin maupun panas tanpa terjadi retak pada
permukaannya, misalnya dengan hammer (palu).
5. Toughness
Logam dapat dibengkokan beberapa kali tanpa mengalami retak.
6. Hardness
Logam tahan terhadap penetrasi atau penusukan indentor yang
berupa bola baja, intan piramida, dll.
7. Strength
Logam memiliki kemampuan untuk menahan deformasi.
8. Weldability
Logam memiliki kemampuan untuk dapat dilas, baik dengan
menggunakan las listrik maupun dengan las karbit (gas).
9. Machinibility
Logam dapat dikerjakan dengan mesin, misalnya : dengan mesin
bubut
10. Tahan impact
Logam memiliki sifat yang tahan terhadap beban kejut.
11. Elektropositif
Logam melepaskan ion (+) ketika berikatan.
12. Memiliki modulus elastisitas
Merupakan ukuran kekakuan suatu bahan. Jadi, semakin tinggi
nilainya semakin sedikit perubahan bentuk pada suatu benda
apabila diberi gaya.
13. Mengalami penyusutan kecuali jika ditambahkan Pt, Pd dan Cu.

Aplikasi Alloy

Aplikasi Titanium bidang kedokteran gigi

1. Perawatan Implan :
Secara umum ada 2 bahan dasar untuk dental implant yaitu metal dan
keramik. Untuk metal implant umumnya adalah logam murni Titanium
(CpTi) dan paduan Ti-6Al-4V dimana keduanya mempunyai daya lahan
korosi yang baik untuk berbagai lapisan tipis oksida dan tingkatan Ph. Ion
Titanium dapat dilepaskan yang merupakan hasil penguraian secara kimia
dari Titanium oksida. Dengan rendahnya penguraian secara kimia akan
berpotensi untuk tumbuhnya osseointegrasi denqan Titanium. Paduan Ti-
6Al-4V memiliki kekuatan 60% lebih besar dari Titanium murni tetapi lebih
mahal (Irawan, 2000)

2. Perawatan Orthodontik :
Beta-Titanium telah diperkenalkan 15 tahun yang lalu, dikenal
dengan TMA (Titanium-Molybdenum Alloy) yaitu 77,8% Ti, 11,3% Mo
dengan 6,6% Zirconium dan 4,3% Tin. Adanya molybdenum meningkatkan
temperature phase beta bentuk Kristal body centered cubic dari Titanium
menjadi metasbil pada temperatur ruang, dibandingkan phase α bentuk
Kristal hexagonal close-packed. Paduan beta titanium adalah kawat
orthodontic yang mempunyai kemampuan welding tanpa menggunakan
bahan antara. Dengan sifat yang dimiliki beta Titanium cocok digunakan
dengan perawatan orthodontik (Irawan, 2000).
Nickel-Titanium, paduan ini dikenal dengan Nitinol dimana komposisinya
55% Nickel dan 45% Titanium. Paduan ini mempunyai sifat khas “shape-
memory” yang berkaitan dengan kembalinya transformasi antara bentuk
austenitic dan martensitik phase NiTi dimana terjadi proses yang bersamaan
(Irawan, 2000).

3. Perawatan Prosthodonti :
Untuk pembuatan protesa porselen, penggunaan Titanium
mengalami kesulitan terbesar pada proses yang sulit. Pengecoran paduan
Titanium sulit, karena memerlukan temperatur yang tinggi aitu 1700 derajat
Celcius dan pada kondisi tersebut cepat mengalami proses oksidasi dan
bereaksi dengan bahan tanam. Untuk meleburkan logam Titanium perlu
penggunaan gas argon. Bahan tanam yang digunakan adalah ethyl-sylicate-
bonded investment untuk temperatur tinggi (Irawan, 2000).

4. Penggunaan lain :
Paduan Nickel-Titanium juga digunakan untuk alat endodontic
yang mempunyai kemampuan dapat dibengkokkan tanpa terjadi deformasi
permanen saat membersihkan saluran akar gigi. Daya tahan untuk terjadi
pecahnya alat endodontic sangat penting saat digunakan dalam perwatan
endodontic karena bila patah saat digunakan, sulit untuk dikeluarkan
(Irawan, 2000).
Titanium dioxide ditambahkan pada akrilik untuk basis gigi tiruan
dengan maksud untuk meningkatkan opacity dari material sehingga
mendekati translucent mukosa mulut (Irawan, 2000).

Aplikasi Ni-Cr di Kedokteran Gigi


Alloy Nikel Kromium sering digunakan untuk restorasi. Pertimbangan
pemakaian alloy Ni-Cr terutama karena harganya relative murah
dibandingkan dengan precious alloy, mempunyai kekrasan yang cukup,
serta sifat fisik dan mekanik yang baik (Anusavice, 2013). Komposisi alloy
Ni-Cr terdiri dari komponen utama Ni 68-80% dan Cr 11,9% - 26,3% serta
komponen tambahan seperti molybdenum (Mo), niobium (Nb), berilium
(Be), silicon (Si), alumunium (Al) dan titanium (Ti) (Bauer, 2006).
Alloy Ni-Cr banyak digunakan untuk kontruksi metal frame denture
(kerangka logam gigi tiruan), fixed prosthodontics (mahkota dan jembatan),
serta dapat juga dikombinasikan dengan porselen (Bauer, 2006).

Kelebihan Dan Kekurangan Dari Masing Masing Klasifikasi Alloy

1. Alloy
Kelebihan :
a. Kekuatan dan ketahanannya baik dibandingkan tambalan lain.
b. Lebih sedikit pengambilan jaringan gigi dibanding porselen
c. Tahan korosi
d. Resiko kebocoran minimal
e. Bentuk dapat mudah dimanipulasi (Anusavice, 2013)

Kekurangan:

a. Paling mahal diantara yang lainnya


b. Tidak sewarna dengan gigi
c. Dapat menyebabkan reaksi alergi, tetapi sangat jarang
(Anusavice, 2013)

2. Noble Alloy
Kelebihan :
a. Mudah saat proses casting
b. Memliki kekuatan yang cukup untuk merestorasi mahkota
c. Alloy emas-paladium memiliki titik leleh yang sangat tinggi
d. Memiliki sifat mekanik yang baik (Anusavice, 2013)

Kekurangan

a. Mahal
b. Bisa mengalami creep (kecuali Au-Pd) (Hussain, 2008)
3. Base metal alloy
Kelebihan:
a. Lebih murah daripada alloy emas
b. Titik leleh dan modulus elasrisitasnya tinggi
c. Menjadi lebih kuat pada temperature tinggi (Hussain, 2008)

Kekurangan

a. Densitas rendah
b. Mudah mengalami penyusutan saat casting
c. Mudah teroksidasi
d. Tidak tahan terhadap korosi dan tarnish (Hussain, 2008)
Daftar Pustaka
Anusavice. 2013. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 10th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bauer JRO. Microhardness of Ni-Cr alloys under different casting onditions, Braz
Oral Res 2006 : 20 (1) : 40-6.
Craig RG, Powers JM, dan Sakaguchi RL, 2006, Resin Compounds Restorative
Materials. Craig’s Restorative Dental Material, Edisi 12, Mosby, St. Louis,
h. 190-193.

Davis JR. 2003. Hand Book of Material for Medical Devices. ASM International.

Harty FJ, dan Ogston R. 2012. Kamus Kedokteran Gigi. Alih Bahasa: Narlan
Sumawinata dari “Concise Illustrated Dental Dictionary”. Jakarta: EGC.

Hussain S. Textbook Of Dental Material.2008. India. Jaypee Publisher. P. 248-


249
Irawan B. Titanium dan Paduan Titanium Material Pilihan Kedokteran Gigi
Masa Depan. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. 2000; 7 (Edisi
Khusus) : 106-109.
Roberson T, Heymann H, Swift E. 2006. Sturdevant’s Art and Science of Operative
Dentistry. Elsevier 5th ed.

You might also like