You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“HISPRUNG DISEASE PRO DUHAMEL”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu
Profesi Ners Departemen Pediatrik di R.15
RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang

Disusun Oleh:
Andrik Hermanto
170070301111024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

“Anak Z dengan Hisprung Disease”

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Anak

Ruang 15 RSU Dr. Saiful Anwar Malang

Oleh :

Andrik Hermanto

NIM. 170070301111024

Kelompok 4

Telah diperiksa dan disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )

Mengetahui

Kepala Ruag 15 RSUD Saiful Anwar

( )
"HISPRUNG DISEASE"
1. DEFINISI
Penyakit Hirschsprung adalah suatu kelainan bawaan berupa aganglionosis usus,
mulai dari sfingter anal internal ke arah proksimal dengan panjang segmen tertentu,
tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum. Kelainan ini dikenal
sebagai congenital aganglionesis, aganglionic megacolon, atau Hirschsprung’s disease.

Dalam keadaan normal, bahan makanan yang dicerna bisa berjalan di sepanjang
usus karena adanya kontraksi ritmis dari otot-otot yang melapisi usus (kontraksi ritmis
ini disebut gerakan peristaltik). Kontraksi otot-otot tersebut dirangsang oleh sekumpulan
saraf yang disebut ganglion, yang terletak dibawah lapisan otot. Pada penyakit
Hirschsprung, ganglion ini tidak ada, biasanya hanya sepanjang beberapa sentimeter.
Segmen usus yang tidak memiliki gerakan peristaltik tidak dapat mendorong bahan-
bahan yang dicerna dan terjadi penyumbatan. Penyakit Hirschsprung 5 kali lebih sering
ditemukan pada bayi laki-laki. Penyakit ini kadang disertai dengan kelainan bawaan
lainnya, misalnya sindroma Down.
Hircshprung adalah malformasi kongenital di mana saraf dari ujung distal usus
tidak ada (Sacharin, 2002). Hircshprung disebut juga penyakit yang disebabkan oleh
obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnya motilitas pada usus sehingga
tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkter rectum
berelaksasi.Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanyasel– sel
gangglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Ketidakadaan ini
menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi
usus spontan( Betz, Cecily &Sowden : 2000 )

Foto pasien penderita Hirschsprung berusia 3 hari. Terlihat abdomen sangat


distensi dan penderita kelihatan menderita
2. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding
usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah
rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh
usus sampai pilorus. Diduga terjadi karena faktor genetik sering terjadi pada anak
dengan Down Syndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus,
gagal eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus (Budi,
2010).
Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi Hirschsprung
atau Mega Colon diduga terjadi karena :
a Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down syndrom.
b Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,
kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
c Kegagalan migrasi sel-sel kista neural saluran gastrointestinal bagian atas ke arah
bawah dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon.
d Aganglionis parasimpatis yang disebabkan oleh lesi primer, sehingga terdapat
ketidakseimbangan autonomik.
e Adanya kegagalan dari reflek stingteranal
f Selain akibat dari aganglion, faktor penyebab lain penyakit Hirschsprung adalah
adanya riwayat keluarga yang terkena penyakit tersebut. Terdapat kecenderungan
bahwa penyakit Hirschsprung dipengaruhi oleh riwayat atau latar belakang
keluarga dari ibu. Penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan penderita
perempuan dengan perbandingan 4:1.

3. KLASIFIKASI

Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Penyakit hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari
kasus penyakit hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki- laki
dibanding anak perempuan.
2. Penyakit Hirscprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus
halus. Ditemukan sama banyak baik laki – laki maupun perempuan.

4. MANIFESTASI KLINIS

a Hirschprung segmen pendek : meliputi colon sigmoid, rektum, dananal canal, tipe ini
lebih sering diderita oleh laki-laki serta sering ditemukan
b Hirschprung segmen panjang: tidak ditemukan sel-sel ganglionik hampir diseluruh
colon atau seluruh colon tidak memiliki ganglion (aganglionik colon total), biasanya
melebihi sigmoid, kadang-kadang sampai usus halus
Gejala yang ditemukan pada bayi yang baru lahir adalah: Dalam rentang
waktu 24-48 jam, bayi tidak mengeluarkan mekonium (kotoran pertama bayi yang
berbentuk seperti pasir berwarna hijau kehitaman), malas makan, muntah yang
berwarna hijau, pembesaran perut (perut menjadi buncit) distensi abdomen,
konstipasi, dan diare meningkat.
Sedangkan, gejala pada masa pertumbuhan (usia 1 -3 tahun) adalah sebagai
berikut:
a. Tidak dapat meningkatkan berat badan
b. Konstipasi (sembelit)
c. Pembesaran perut (perut menjadi buncit)
d. Diare cair yang keluar seperti disemprot
e. Demam dan kelelahan adalah tanda-tanda dari radang usus halus dan dianggap
sebagai keadaan yang serius dan dapat mengancam jiwa.
Pada anak diatas 3 tahun, gejala bersifat kronis :
a. Konstipasi (sembelit)
b. Kotoran berbentuk pita
c. Berbau busuk
d. Pembesaran perut
e. Pergerakan usus yang dapat terlihat oleh mata (seperti gelombang)
f. Menunjukkan gejala kekurangan gizi dan anemia

Pada anak-dewasa
a. Konstipasi
b. Distensi abdomen
c. Dinding abdomen tipis
d. Aktivitas peristaltic menurun
e. Terjadi malnutrisi dan pertumbuhannya terhambat

5. KOMPLIKASI

a Gawat pernapasan (akut)


b Enterokolitis (akut)
c Striktura ani (pascabedah)
d Inkotinensia (jangka panjang

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a Foto abdomen untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
Pemeriksaan foto polos abdomen, terlihat tanda-tanda obstruksi usus letak
rendah. Umumnya gambaran kolon sulit dibedakan dengan gambaran usus halus.
Pada foto polos abdomen memperlihatkan obstruksi pada bagian distal dan dilatasi
kolon proksimal.Penyakit Hirschsprung pada neonatus cenderung menampilkan
gambaran obstruksi usus letak rendah. Daerah pelvis terlihat kosong tanpa udara.
Pada pasien bayi dan anak gambaran distensi kolon dan massa feses lebih jelas
dapat terlihat.

Foto Polos Abdomen Penderita Hirschprung


b Enema barium untuk mengetahui adanya penyumbatan pada kolon.
Pemeriksaan enema barium harus dikerjakan pada neonatus dengan
keterlambatan mekonium disertai distensi abdomen dan muntah hijau, meskipun
dengan pemeriksaan colok dubur gejala dan tanda-tanda obstruksi usus telah
mereda atau hilang. Enema barium berisikan kontras cairan yang larut dalam air,
yang sangat akurat untuk mendiagnosis penyakit Hirschsprung.
Pada foto barium enema memberikan gambaran yang sama disertai dengan
adanya daerah transisi diantara segmen yang sempit pada bagian distal dengan
segmen yang dilatasi pada bagian yang proksimal. Jika tidak terdapat daerah
transisi, diagnosa penyakit hirschprung ditegakkan dengan melihat perlambatan
evakuasi barium karena gangguan peristaltik.
Terdapat tiga jenis gambaran zona transisi yang dijumpai pada foto enema barium
:
 Abrupt, perubahan mendadak
 Cone, bentuk seperti corong atau kerucut
 Funnel, bentuk seperti cerobong
c Biopsi rectal untuk mendeteksi ada tidaknya sel ganglion.
Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah terdapat
ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak ditemukan.
d Manometri anorektal untuk mencatat respons refleks sfingter interna dan eksterna.
e Biopsi otot rektum untuk mengambil lapisan otot rektum, dilakukan dibawah narkose.
Pemeriksaan ini bersifat traumatik.
f Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dari hasil biopsi isap. Pada penyakit
ini khas terdapat peningkatan aktivitas enzim asetikolin enterase.
g Pemeriksaan aktivitas norepinefrin dari jaringan biopsi usus. (Ngatsiyah, 2005)

Laboratorium
a. Kimia Darah : Pada kebanyakan pasien temuan elektrolit dan panel renal
biasanya dalam batas normal. Anak dengan diare memiliki hasil yang sesuai
dengan dehidrasi. Pemeriksaan ini dapat membantu mengarahkan pada
penatalaksanaan cairan dan elektrolit.
b. Darah Rutin : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui hematokrit dan
platelet preoperatif.
c. Profil Koagulasi : Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan tidak ada
gangguan pembekuan darah yang perlu dikoreksi sebelum operasi dilakukan.
Perawatan
 Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasi diet
dan wujud feses adalah efektif.
 Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori digunakan dalam megakolon toksik-
Tidak memadatkan dan tidak menekan feses menggunakan tuba anorektal dan
nasogastric.
 Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak
secara dini
 Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
 Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
 Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang
 Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak
dengan
malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya
meningkat. Hal ini sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti
enema. Diperlukan juga adanya diet rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein
serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral total.
7. PENATALAKSANAAN
Menurut Yuda (2010), penatalaksanaan hirsprung ada dua cara, yaitu pembedahan
dan konservatif.
a) Pembedahan
Pembedahan pada penyakit hirscprung dilakukan dalam dua tahap.Mula-mula
dilakukan kolostomi loop atau double–barrel sehingga tonus dan ukuran usus
yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal (memerlukan waktu kira-kira 3
sampai 4 bulan). Bila umur bayi itu antara 6-12 bulan (atau bila beratnya antara 9
dan 10 Kg), satu dari tiga prosedur berikut dilakukan dengan cara memotong usus
aganglionik dan menganastomosiskan usus yang berganglion ke rectum dengan
jarak 1 cm dari anus.
Tiga prosedur dalam pembedahan diantaranya:
1. Prosedur Duhamel
Prosedur Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang
dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normal ke arah bawah dan
menganastomosiskannya di belakang anus aganglionik, menciptakan dinding
ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal
yang ditarik tersebut.
2. Prosedur Swenson
Pada prosedur Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu dibuang.
Kemudian dilakukan anastomosis end-to-end pada kolon bergangliondengan
saluran anal yang dilatasi. Sfinterotomi dilakukan pada bagian posterior.
3. Prosedur Soave
Prosedur Soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dan merupakan
prosedur yang paling banyak dilakukanuntuk mengobati penyakit hirsrcprung.
Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf
normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon
normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.Dengan cara membiarkan
dinding otot dari segmen rektum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf
normal ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon
normal dan jaringan otot rektosigmoid yang tersisa
Pada prinsipnya tehnik ini adalah merupakan diseksi ekstramukosa
rektosigmoid yang mula-mula dipergunakan untuk operasi atresia ani letak
tinggi. Persiapan preoperasi yang harus dilakukan adalah irigasi rektum, dilatasi
anorektal manual serta pemberian antibiotik. ( Kartono, 2004 )
4. Prosedur Transanal Endorectal Pull-Through.
Tehnik ini dilakukan dengan pendekatan lewat anus. Setelah dilakukan
dilatasi anus dan pembersihan rongga anorektal dengan povidon-iodine, mukosa
rektum diinsisi melingkar 1 sampai 1,5 cm diatas linea dentata. Dengan diseksi
tumpul rongga submukosa yang terjadi diperluas hingga 6 sampai 7 cm kearah
proksimal. Mukosa yang telah terlepas dari muskularis ditarik ke distal sampai
melewati anus sehingga terbentuk cerobong otot rektum tanpa mukosa (Tore,
2000 ).
Keuntungan prosedur ini antara lain lama pemendekan dan operasi lebih
singkat, waktu operasi lebih singkat, perdarahan minimal, feeding dapat
diberikan lebih awal, biaya lebih rendah, skar abdomen tidak ada. Akan tetapi
masih didapatkan komplikasi enterokolitis, konstipasi dan striktur anastomosis.
5. Posterior Sagital Neurektomi Repair for Hirschsprung Disease
Teknik ini diperkenalkan oleh Rochadi, 2005. Rincian teknik operasi adalah
sebagai berikut:
- Persiapan preoperasi :
Pemeriksaan fisik yang teliti, penilaian keadaan umum penderita, adanya
kelainan bawaan yang lain, pemeriksaan laboratorium rutin, albumin dan
pemeriksaan rontgen dievaluasi secara cermat untuk menentukan ada tidaknya
kontraindikasi pembedahan dan pembiusan. Bila ada dehidrasi, sepsis, gangguan
eletrolit, enterokolitis, anemia atau gangguan asam basa tubuh semuanya harus
dikoreksi terlebih dahulu. Pencucian rektum dilakukan dengan cara pemasangan
pipa rektum dan kemudian dimasukkan air hangat 10 ml/kg berat badan. Informed
consent dilakukan kepada keluarga meliputi cara operasi, perkiraan lama operasi,
lama perawatan, komplikasi-komplikasi,cara-cara penanganan apabila terjadi
komplikasi dan kemungkinan-kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi
(Rochadi, 2007).
- Jalannya operasi :
Setelah dilakukan pembiusan, kemudian dipasang pipa lambung dan kateter.
Dipasang infus pada tangan dengan menggunakan abbocath yang sesuai dengan
umur penderita. Tehnik ini dilakukan dengan posisi pasien tertelungkup Rochadi,
2007).
Setelah dilakukan desinfeksi pada daerah anogluteal kemudian daerah
operasi ditutup duk steril. Irisan pertama dimulai dengan irisan kulit intergluteal
dilanjutkan membuka lapisan-lapisan otot yang menyusun “muscle complex”
secara tumpul dan tajam sehingga terlihat dinding rektum. Lapisan otot dinding
rektum dibuka memanjang sampai terlihat lapisan mukosa menyembul dari irisan
operasi. Identifikasi daerah setinggi linea dentata dilakukan dengan cara
memasukkan jari telunjuk tangan kiri ke anus. Panjang irisan adalah 1 cm
proksimal linea dentata sampai zone transisi yang ditandai dengan adanya
perubahan diameter dinding rektum. Agar supaya tidak melukai mukosa rektum
maka setelah mukosa menyembul, muskularis dinding rektum dipisahkan dari
mukosa dengan cara tumpul sehingga lapisan muskularis benar-benar telah
terpisah dari mukosa. Strip muskularis dinding rektum dengan lebar 0,5 cm
dilepaskan dari mukosa sepanjang zone spastik sampai zone transisi. Material ini
dikirim ke bagian Patologi Anatomi untuk pemeriksaan pewarnaan hematoksilin-
eosin guna identifikasi sel ganglion Auerbach dan Meissner (Rochadi, 2007).
Lapisan-lapisan otot muscle complex ditutup kembali seperti semula dengan
benang Vicryl 3/0 diikuti lapisan subkutis dengan benang plain cat-gut 2/0 dan
lapisan kulit dijahit intra kutan dengan benang Vicryl 3/0. Dipasang pipa rektum
untuk mencegah terjadinya infeksi pada irisan operasi (Rochadi, 2007).
Tehnik Posterior Sagittal Repair for Hirschsprung’s Disease ini dilakukan satu
tahap, tanpa kolostomi dan tanpa pull –through (Rochadi, 2007).

b) Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui
pemasangan sonde lambung serta pipa rectal untuk mengeluarkan mekonium
dan udara.
c) Tindakanbedahsementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang
terlambat didiagnosis dan pasien dengan enterokolitis berat dan keadaan umum
memburuk. Kolostomi dibuat di kolon berganglion normal yang paling distal.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HISPRUNG DISEASE


a. Pengkajian
1. Identitas.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan
dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai
sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh
kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan
perempuan (Ngastiyah, 1997).
2. Riwayat Keperawatan.
a. Keluhan utama.
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang
sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam
setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah
muntah dan diare.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total
saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi
mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala
ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan,
enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau
busuk dapat terjadi.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit
Hirschsprung.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.
f. Imunisasi.
Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung.
3. Pemeriksaan fisik.
a. Sistem kardiovaskuler.
Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi
apikal, frekuensi denyut nadi / apikal.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan, dan kaji frekuensi pernapasan
c. Sistem pencernaan.
Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus,
adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah
(frekuensi dan karakteristik muntah) adanya kram, tenderness. Perut
kembung atau perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih
besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan
pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau
tinja yang menyemprot.
e. Sistem saraf.
Tidak ada kelainan.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman.
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Akral hangat.
i. Sistem pendengaran { Tidak ada kelainan }

b. Diagnosa Keperawatan Prioritas :


Pre operasi
1. Perubahan pola eliminasi fekal : obstipasi berhubungan dengan spastis usus
dan tidak adanya daya dorong.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang inadekuat.
3. Defisit volume cairan berhubungan output berlebih akibat muntah dan diare.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d adanya distensi abdomen.
5. Ansietas b/d keadaan status kesehatan anak, dan persiapan pembedahan
pada anak
Post operasi
1. Kerusakan integritas kulit b/d kolostomi dan perbaikan pembedahan
2. Nyeri akut b/d insisi pembedahan
3. Kurangnya pengetahuan b/d kurangnya paparan informasi seputar kebutuhan
irigasi, pembedahan dan perawatan kolostomi di rumah
c. Rencana Keperawatan
Perencanaan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Aktivitas berdasarkan NIC
Intervensi (NIC)
Keperawatan (NOC)
Ketidakseimbangan Jangka Panjang: 1. Nutritional Status : 1. Kaji adanya alergi makanan
Gangguan pola nutrisi teratasi 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
nutrisi kurang dari food and Fluid
Jangka Pendek :
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
kebutuhan tubuh b/d Setelah dilakukan tindakan Intake
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
2. Nutrition
ketidakmampuan keperawatan 3x24 jam pola 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
Management
mencerna makanan nutrisi kembali normal dengan vitamin C
5. Berikan substansi gula
kriteria hasil :
Definisi : Intake nutrisi 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi
1. Adanya peningkatan berat
tidak cukup untuk serat untuk mencegah konstipasi
badan sesuai dengan 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah
keperluan metabolisme
tujuan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
tubuh.
2. Berat badan ideal sesuai 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % dengan tinggi badan makanan harian.
3. Mampu mengidentifikasi 9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
atau lebih di bawah
10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi
ideal 11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
4. Tidak ada tanda tanda
- Dilaporkan adanya
nutrisi yang dibutuhkan
malnutrisi
intake makanan yang
5. Tidak terjadi penurunan
kurang dari RDA
berat badan yang berarti
Nutrition Monitoring
(Recomended Daily
1. BB pasien dalam batas normal
Allowance)
2. Monitor adanya penurunan berat badan
- Membran mukosa
3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dan konjungtiva pucat
dilakukan
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk 4. Monitor interaksi anak atau orangtua selama
menelan/mengunyah makan
- Luka, inflamasi pada 5. Monitor lingkungan selama makan
6. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
rongga mulut
- Mudah merasa jam makan
7. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
kenyang, sesaat
8. Monitor turgor kulit
setelah mengunyah 9. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah
makanan patah
- Dilaporkan atau fakta 10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar
adanya kekurangan
Ht
makanan
12. Monitor makanan kesukaan
- Dilaporkan adanya
13. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
perubahan sensasi 14. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
rasa jaringan konjungtiva
- Perasaan 15. Monitor kalori dan intake nuntrisi
16. Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila
ketidakmampuan
lidah dan cavitas oral.
untuk mengunyah
17. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
makanan
- Miskonsepsi
- Kehilangan BB
dengan makanan
cukup
- Keengganan untuk
makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
- Nyeri abdominal
dengan atau tanpa
patologi
- Kurang berminat
terhadap makanan
- Pembuluh darah
kapiler mulai rapuh
- Diare dan atau
steatorrhea
- Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
- Suara usus hiperaktif
- Kurangnya informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi zat-
zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

Ansietas b/d kondisi Jangka Panjang 1. Anxiety control 1. Gunakan pendekatan yang menenangkan
status kesehatan anak Ansietas dapat teratasi 2. Anxiety Reduction 2. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku
Jangka Pendek : 3. Coping
dan persiapan pasien
Setelah dilakukan asuhan 4. Impulse control
3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
pembedahan pada
keperawatan selama 1x24
selama prosedur
anak
jam, ansietas dapat diatasi 4. Pahamiprespektifpasienterhdapsituasistres
5. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
Definisi : dengan kriteria hasil :
Perasaan gelisah yang mengurangi takut
1. Klien mampu
6. Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,
tak jelas dari
mengidentifikasi dan
tindakan prognosis
ketidaknyamanan atau
mengungkapkan gejala 7. Dorong keluarga untuk menemani anak
ketakutan yang disertai 8. Lakukan back / neck rub
cemas
9. Dengarkan dengan penuh perhatian
respon autonom 2. Mengidentifikasi,
10. Identifikasi tingkat kecemasan
(sumner tidak spesifik mengungkapkan dan 11. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
atau tidak diketahui menunjukkan tehnik untuk kecemasan
12. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
oleh individu); perasaan mengontol cemas
3. Vital sign dalam batas ketakutan, persepsi
keprihatinan
13. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
normal
disebabkan dari 14. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
4. Postur tubuh, ekspresi
antisipasi terhadap mengurangi kecemasan.
wajah, bahasa tubuh dan
bahaya. Sinyal ini
tingkat aktivitas
merupakan peringatan
menunjukkan berkurangnya
adanya ancaman yang
kecemasan
akan datang dan
memungkinkan individu
untuk mengambil
langkah untuk
menyetujui terhadap
tindakan
Ditandai dengan :
- Gelisah
- Insomnia
- Resah
- Ketakutan
- Sedih
- Fokus pada diri
- Kekhawatiran
- Cemas

Kerusakan integritas
Tujuan Jangka Panjang : 1. Tissue Integrity : 1. Kaji insisi pembedahan, bengkak dan drainage.
kulit b/d kolostomi dan
Kerusakan integritas kulit tidak 2. Berikan perawatan kulit untuk mencegah kerusakan
Skin and Mucous
perbaikan pembedahan
terjadi kulit.
Definisi : Perubahan Membrane
3. Oleskan krim jika perlu.
2. Pressure
pada epidermis dan Jangka Pendek: 4. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Setelah dilakukan asuhan Management
dermis longgar
Batasan karakteristik : keperawatan 3x 24 jam 5. Hindari kerutan padaa tempat tidur
Gangguan pada bagian 6. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
kerusakan integritas kulit dapat
7. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
tubuh
diatasi dengan kriteria hasil :
Kerusakan lapisa kulit jam sekali
1. Integritas kulit yang baik 8. Monitor kulit akan adanya kemerahan
(dermis)
9. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
Gangguan permukaan bisa dipertahankan
yang tertekan
kulit (epidermis) (sensasi, elastisitas,
10. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
temperatur, hidrasi, 11. Monitor status nutrisi pasien
Faktor yang
pigmentasi)
berhubungan :
2. Tidak ada luka/lesi pada
Eksternal :
- Hipertermia atau kulit
3. Perfusi jaringan baik.
hipotermia
- Substansi kimia 4. Menunjukkan pemahaman
- Kelembaban udara
dalam proses perbaikan
- Faktor
kulit dan mencegah
mekanik(misalnya : alat
terjadinya sedera berulang.
yang dapat
5. Mampu melindungi kulit
menimbulkan luka,
dan mempertahankan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
tekanan, restraint)
kelembaban kulit dan
- Immobilitas fisik termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
1. Pain Level
- Radiasi perawatan alami
2. Pain control frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Usia yang ekstrim
3. Comfort level 2. Observasi reaksi nonverbal dari
- Kelembaban kulit
Obat-obatanInternal : ketidaknyamanan
- Perubahan status 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
metabolik mengetahui pengalaman nyeri pasien
- Tulang menonjol Setelah dilakukan tindakan 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Defisit imunologi 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
keperawatan 2x24 jam, nyeri
- Faktor yang 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
dapat teratasi dengan kriteria
berhubungan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
hasil :
denganperkembanga lampau
1. Mampu mengontrol nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
n
- Perubahan sensasi (tahu penyebab nyeri, menemukan dukungan
- Perubahan status 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
mampu menggunakan
nutrisi (obesitas, nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
tehnik nonfarmakologi
kekurusan) kebisingan
untuk mengurangi nyeri,
- Perubahan status 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
mencari bantuan) 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
cairan
2. Melaporkan bahwa nyeri
- Perubahan (farmakologi, non farmakologi dan inter
berkurang dengan
pigmentasi personal)
- Perubahan sirkulasi menggunakan manajemen 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
Perubahan turgor nyeri intervensi
3. Mampu mengenali nyeri 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
(elastisitas kulit)
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
(skala, intensitas, frekuensi
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
dan tanda nyeri) 15. Tingkatkan istirahat
4. Menyatakan rasa nyaman 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
setelah nyeri berkurang dan tindakan nyeri tidak berhasil
5. Tanda vital dalam rentang 17. Monitor penerimaan pasien tentang
normal manajemen nyeri
Nyeri akut b.d insisi
Analgesic Administration
pembedahan
18. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
Definisi :
19. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
Sensori yang tidak
dan frekuensi
menyenangkan dan
20. Cek riwayat alergi
pengalaman emosional 21. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi
yang muncul secara dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
22. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
aktual atau potensial
beratnya nyeri
kerusakan jaringan
23. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
atau menggambarkan
dan dosis optimal
adanya kerusakan 24. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
(Asosiasi Studi Nyeri pengobatan nyeri secara teratur
25. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
Internasional):
pemberian analgesik pertama kali
serangan mendadak
26. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat
atau pelan
nyeri hebat
intensitasnya dari 27. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
ringan sampai berat gejala (efek samping)
yang dapat diantisipasi
dengan akhir yang
dapat diprediksi dan
dengan durasi kurang
dari 6 bulan.

Batasan karakteristik :
- Laporan secara
verbal atau non
verbal
- Fakta dari
observasi
- Gerakan melindungi
- Tingkah laku
berhati-hati
- Muka topeng
- Gangguan tidur
(mata sayu, tampak
capek, sulit atau
gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri
sendiri
- Fokus menyempit
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan
proses berpikir,
penurunan interaksi
dengan orang dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui
orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
- Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
- Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Faktor yang
berhubungan :
Agen injuri (biologi,
kimia, fisik, psikologis)
DAFTAR REFERENSI

Bulechet, Gloria et. Al. 2004. Nursing Interventions Clasification (NIC) Fouth
Edition. Mosby, Inc
Johnseon, Marion et al. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC) second
edition. Mosby, Inc
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI :Jakart
Nanda. 2005. Nursing Diagnosis : Definition dan Classification. Alih Bahasa Ani
Haryani. Bandung: Akper Aisyiah
Rizki. 2003. Mengenal Penyakit Hirschsprung (Aganglionic Megacolon). Diakses
Pada 28 November 2012. http://www.nursingbegin.com
Yuda. 2010. Penyakit Megacolon. Diakses Pada 28 November 2012.
http://dokteryudabedah.com/wp-content/uploads2010/01/mega-colon
Madara, Bernadette., et al.2008.Obstetric and Pediatric
Pathophysiology.Canada: Jones and Bartlett Publishers

Lefkowitz, Mark., et al.2010.Atlas of Pathophysiology.3rd Edition.California:


Lippincott Williams & Wilkins

You might also like