You are on page 1of 27

MAKALAH PENGEMBANGAN PROFESI KEGURUAN

PROFESIONAL KEGURUAN
(Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pengembangan
profesi keguruan)

Nama Dosen : Didi Suprijadi MM.,Dr

Disusun oleh :

1. Fathia Nur Fauzia (1113016300029)


2. Ulfah Khoeriyah (1113016300030)
3. Hikmah Fajriyah (1113016300033)

Kelompok : 1 (satu)
Kelas : 7A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberi kenikmatan dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan Makalah
pengembangan profesi keguruan berjudul “Profesional Keguruan” ini dapat kami
selesaikan ditinjau tepat waktu dan tanpa halangan yang berarti.
Penulisan makalah ini kami susun bertujuan untuk memenuhi tugas yang
diberikan pada mata kuliah pengembangan profesi keguruan untuk Program Studi
Pendidikan Fisika Semester 6A.
Makalah ini tidak akan dapat selesai tanpa adanya pihak-pihak yang telah
membantu baik secara moral maupun moril, untuk itu kami ucapkan terima kasih
kepada :
1. Didi Suprijadi MM.,Dr selaku dosen pengembangan profesi keguruan.
2. Orang tua kami yang telah memberi dukungan baik berupa moral maupun
moril.
3. Segenap teman-teman Prodi Fisika yang telah bekerja sama dalam
menyelesaikan makalah ini.
4. Dan pihak-pihak yang telah terlibat baik langsung maupun tidak langsung
Kami menyadari makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami
harap adanya kritikan dan saran yang positif dan konstruktif agar makalah
menjadi penyempurnaan kedepan.
Jakarta, 16 September 2016

Penuli

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................4
D. Metode penulisan................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Hakikat Profesi guru............................................................................................5
B. Kedudukan dan Fungsi Guru..............................................................................7
C. Profesional Guru................................................................................................16
E. Kompetensi Guru Profesional...........................................................................20
D. Kode Etik Guru..................................................................................................24
BAB III............................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
A. Kesimpulan..........................................................................................................25
B. Saran....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat
manusia. Karena dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang
baik pada diri seseorang. Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu
mengajar dan diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya dilakukan
oleh seorang guru. Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai tiga
peranan yaitu sebagai pengajar, pembimbing dan administrator kelas.
Guru sebagai pengajar berperan dalam merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran. Oleh sebab itu guru dituntut untuk menguasai
seperangkat pengetahuan dan keterampilan mengajar. Guru sebagai
pembimbing diharapkan dapat memberikan bantuan kepada siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Peranan ini termasuk ke dalam aspek
pendidik sebab tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga
mendidik untuk mengalihkan nilai-nilai kehidupan. Hal tersebut menjelaskan
bahwa tujuan pendidikan adalah sikap yang mengubah tingkah laku peserta
menjadi lebih baik. Guru sebagai administrator kelas berperan dalam
pengelolaan proses belajar mengajar di kelas.
Guru merupakan komponen penting dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan nasional. Guru yang berkualitas, profesional dan berpengetahuan,
tidak hanya berprofesi sebagai pengajar, namun juga mendidik, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Berdasarkan
Standar Nasional Kependidikan, guru harus memiliki empat kompetensi dasar
yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan
kompetensi profesional. Namun, kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru
saat ini masih terbatas, sehingga diperlukan suatu upaya untuk
mengoptimalkan kompetensi-kompetensi tersebut. Kompetensi-kompetensi
yang akan dibahas dalam makalah ini terbatas pada kompetensi-kompetensi

3
kepribadian dan kompetensi profesional. Kompetensi kepribadian adalah
karakteristik pribadi yang harus dimiliki guru sebagai individu yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik.
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan mereka
membimbing peserta didik dalam menguasai materi yang diajarkan.
Guru yang bermutu dan profesional menjadi tuntutan masyarakat
seiring dengan tuntutan persyaratan kerja yang semakin ketat mengikuti
kemajuan era globalisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat profesi guru?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi guru dalam pengambangan profesi
keguruan?
3. Bagaimana kriteria guru profesional?
4. Kompetensi dasar apasajakah yang harus dimiliki oleh guru profesional?
5. Apa saja kode etik guru Indonesia?
C. Tujuan
1. Mengetahui hakikat profesi guru
2. mendeskripsikan kedudukan dan fungsi guru
3. Mendeskripsikan kriteria guru profesional
4. Mengidentifikasi kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional
5. Menjelaskan kode etik guru indonesia.
D. Metode penulisan

Metode Penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah dengan


menggunakan metode kepustakaan. Metode ini digunakan dengan cara
mengumpulkan sejumlah karya yang berkaitan dengan tema yang dibahas.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Hakikat Profesi guru
1. Pengertian Profesi
Profesi pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji
terbuka yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada
suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan itu. Istilah profesi, menurut Everest Hughes (dalam Piet
A Sahartian, 1994) merupakan simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya
menjadi pekerjaan itu sendiri.
Oemar Hamalik (1984 : 2) sampai pada suatu kesimpulan bahwa
hakikat profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji yang terbuka.
Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu : profesionalitas,
profesional, profesionalisasi, dan profesionalisme (Abin Syamsuddin
Makmun, 1999).
a. Professional
Professional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan
tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn
profesinya. Penyandangan dan penampilan “professional” ini telah
mendapat pengakuan, baik segara formal maupun informal. Pengakuan
secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang
mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau
organisasi profesi. Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh
masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Sebagai contoh
misalnya sebutan “guru professional” adalah guru yang telah mendapat
pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik
dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan
formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan,
ijazah, akta, sertifikat, dsb baik yang menyangkut kualifikasi maupun

5
kompetensi. Sebutan “guru professional” juga dapat mengacu kepada
pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dengan demikian,
sebutan “profesional’’ didasarkan pada pengakuan formal terhadap
kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu. Dalam RUU Guru (pasal 1 ayat 4) dinyatakan
bahwa: “professional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai
dangan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain”.
b. Profesionalisme
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental
dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk
senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya.
Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan
tercermin dalam sikap mental serta komitmenya terhadap perwujudan
dan peningkatan kualitas professional melalui berbagai cara dan
strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan
makna proesional.
c. Profesionalitas
Profesionalitas adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan
keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya.
Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu
“keadaan” derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap,
pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
tugasnya.
d. Profesionalisasi
Profesionalisasi adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan
peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Dengan profesionalisasi, para guru secara
bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria profesional
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan menurut Undang-undang
nomer 14 tahun 2005 yaitu berpendidikan akademik S-1 atau D-IV dan

6
telah lulus Sertifikasi Pendidikan. Pada dasarnya profesionalisasi
merupakan sutu proses berkesinambungan melalui berbagai program
pendidikan dalam jabatan (in-service).

2. Pengertian Guru
Guru menurut para ahli :
1. Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang
dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan
kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendiri dapat melaksanakan
tugasnya sebagai makhluk Allah khalifah di muka bumi, sebagai
makhluk sosial dan individu yang sanggup berdiri sendiri.
2. Menurut Peraturan Pemerintah Guru adalah jabatan fungsional, yaitu
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan
hak seorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan
tugasnya didasarkan keahlian atau keterampilan tertentu serta bersifat
mandiri.
3. Menurut Keputusan Men.Pan Guruadalah Pegawai Negeri Sipil yang
diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang
berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.
4. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.

B. Kedudukan dan Fungsi Guru


Menurut undang-undang no 14 tahun 2005 dapat kita lihat bahwa guru dan
dosen memiliki kewajiban dalam mencerdaskankan kehidupan bangsa dengan
menjalankan peran dan fungsinya. Yang mana tertera dalam undang-undang
no 14 tahun 2005 pasal 2,3,4,5,dan 6, yaitu:
Bab II Pasal 2 Undang-UndangNo 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
menyebutkan bahwa:

7
Pasal 2
(1) Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2) Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Maksud dari ayat di atas menyebutkan bahwa guru adalah orang yang
mendalami profesi sebagai pengajar dan pendidik, mempunyai kemampuan
dan kesempatan untuk memberikan kontribusi. Umumnya guru merujuk pada
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih dan mengevaluasi hasil belajar siswa peserta didiknya.
Tugas guru yang diemban timbul dari rasa percaya masyarakat terdiri dari
mentransfer kebudayaan dalam arti yang luas, ketrampilan menjalani
kehidupan (Life skills), terlibat dalam kegiatan-kegiatan menjelaskan,
mendefinisikan, membuktikan dan mengklasifikasikan, selain harus
menunjukkan sebagai orang yang berpengetahuan luas, trampil dan sikap yang
bisa dijadikan panutan. Maka dari itu, guru harus memiliki kompetensi dalam
membimbing siswa untuk siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya (The
real life) dan bahkan mampu memberikan keteladanan yang baik.

Pasal 3
(1)Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
(2)Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Pasal 4

8
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru
sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.

Undang-Undang No 14 tahun 2005, pasal 4 mengisyaratkan bahwa


Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru
sebagai agen pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.

Pasal 5
Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran dosen
sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.

Pasal 6
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.

Pasal 6 menyebutkan bahwa Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga


profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

9
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sesuai dengan kedudukan, fungsi dan peran guru dan dosen yang tertera
pada undang-undang nomor 14 tahun 2005 guru dan dosen berkedudukan
sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang
diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diatur undang –
undang. Dimana guru mempunyai peran dalam pendidikan dasar. Sedangkan
kedudukan dosen sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan tinggi
yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kedudukan
dosen disini sebagai pencetak pada perguruan tinggi bagi mahasiswa. Dimana
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1). Peran dan fungsi guru dan dosen, guru memiliki fungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional, bagi siswa sekolah dasar, menengah
pertama dan sekolah menengah atas. Dosen memiliki fungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran,
pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada
masyarakat. Dalam rangka mencerdaskan kehidpan bangsa.
Guru dan dosen memiliki peran dan fungsi sebagaimana dijelaskan diatas,
sebagai kewajiban pada Negara. Sebagai pelajar khususnya kita sebagai
mahasiswa juga memiliki kewajiban dan hak dalam mendapatkan pendidikan
sebagaimana fungsi guru dan dosen sebagaimana dijelaskan di atas. Sebagai
mahasiswa khususnya dan pelajar pada umumnya sudah pasti kita memiliki
hak untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dan juga memilki
kewajiban untuk mengikuti dengan baik dan akhirnya mendapatkan yang
terbaik dan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dapat terwujud.
Para pakar pendidikan di Barat telah melakukan penelitian tentang peran
guru yang harus dilakoni. Peran guru yang beragam telah diidentifikasi dan
dikaji oleh Pullias dan Young (1988), Manan (1990) serta Yelon dan Weinstein
(1997).
Adapun peran-peran tersebut adalah sebagai berikut :

10
1. Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri
dan disiplin. Peran guru sebagai pendidik (nurturer) berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani,
bebas dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab
kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk
perkawinan dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang
bersifat personal dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut
pendidik dan pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab
pendisiplinan anak harus mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat
laku anak tidak menyimpang dengan norma-norma yang ada.
2. Guru Sebagai Pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar
peserta didik dipengaruhi oleh berbagai factor, seperti motivasi, kematangan,
hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan,
rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika factor-faktor di
atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan
baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik
dan terampil dalam memecahkan masalah.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
pembelajaran, yaitu: Membuat ilustrasi, Mendefinisikan, Menganalisis,
Mensintesis, Bertanya, Merespon, Mendengarkan, Menciptakan kepercayaan,
Memberikan pandangan yang bervariasi, Menyediakan media untuk mengkaji
materi standar, Menyesuaikan metode pembelajaran, Memberikan nada
perasaan.
Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang maksimal, guru-guru harus
senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat yang
telah dimilikinya ketika mempelajari materi standar.

11
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran
perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik
tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang
lebih dalam dan kompleks.
Sebagai pembimbing perjalanan guru memerlukan kompetensi yang tinggi
untuk melaksanakan empat hal berikut:
1) Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi
yang hendak dicapai.
2) Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan
yang paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan
belajar itu tidak hanya secara jasmaniah, tetapi mereka harus terlibat
secara psikologis.
3) Guru harus memaknai kegiatan belajar.
4) Guru harus melaksanakan penilaian.
4. Guru Sebagai Pemimpin
Guru diharapkan mempunyai kepribadian dan ilmu pengetahuan. Guru
menjadi pemimpin bagi peserta didiknya. Ia akan menjadi imam.
5. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
Guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran. Selain
itu, guru juga dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan
agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang dirnilikinya tidak ketinggalan
jaman.
6. Guru Sebagai Model dan Teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua
orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar
untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi
ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus

12
diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan gaya bicara, kebiasaan bekerja,
sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan,
proses berfikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan, gaya hidup
secara umum.
Perilaku guru sangat mempengaruhi peserta didik, tetapi peserta didik
harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.
Guru yang baik adalah yang menyadari kesenjangan antara apa yang
diinginkan dengan apa yang ada pada dirinya, kemudian menyadari kesalahan
ketika memang bersalah. Kesalahan harus diikuti dengan sikap merasa dan
berusaha untuk tidak mengulanginya.
7. Sebagai Anggota Masyarakat
Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang
guru diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan disegala bidang
yang sedang dilakukan. Ia dapatmengembangkan kemampuannya pada
bidang-bidang dikuasainya. Guru perlu juga memiliki kemampuan untuk
berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain
melaluikegiatan olah raga, keagamaan dan kepemudaan. Keluwesan bergaul
harus dimiliki, sebab kalau tidak pergaulannya akan menjadi kaku dan
berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh masyarakat.
8. Guru sebagai administrator
Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar, tetapi juga
sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Guru akan
dihadapkan pada berbagai tugas administrasi di sekolah. Oleh karena itu
seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala pelaksanaan
dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan secara baik.
Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana mengajar,
mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga
bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
9. Guru Sebagai Penasehat

13
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua,
meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat
keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat
menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih
mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan
mental.
10. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan
yang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam
dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya
pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang
peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari
pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam
pendidikan.
Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan pengalaman yang
berharga ini kedalam istilah atau bahasa moderen yang akan diterima oleh
peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan genearasi muda, yang
juga penerjemah pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.
11. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran dan
guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatifitas
tersebut. Kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan
cirri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya
kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan
oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu.
Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara
yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga peserta didik akan
menilaianya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara

14
rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh
guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya.
12. Guru Sebagai Emansipator
Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,
menghormati setiap insan dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan
“budak” stagnasi kebudayaan. Guru mengetahui bahwa pengalaman,
pengakuan dan dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari
“selfimage” yang tidak menyenangkan, kebodohan dan dari perasaan tertolak
dan rendah diri. Guru telah melaksanakan peran sebagai emansipator ketika
peserta didik yang dicampakkan secara moril dan mengalami berbagai
kesulitan dibangkitkan kembali menjadi pribadi yang percaya diri.
13. Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling
kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta
variable lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang
hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Teknik
apapun yang dipilih, dalam penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang
jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
14. Guru Sebagai Kulminator
Guru adalah orang yang mengarahkan proses belajar secara bertahap dari
awal hingga akhir (kulminasi). Dengan rancangannya peserta didik akan
melewati tahap kulminasi, suatu tahap yang memungkinkan setiap peserta
didik bisa mengetahui kemajuan belajarnya. Di sini peran kulminator terpadu
dengan peran sebagai evaluator.
Guru sejatinya adalah seorang pribadi yang harus serba bisa dan serba
tahu. Serta mampu mentransferkan kebisaan dan pengetahuan pada muridnya
dengan cara yang sesuai dengan perkembangan dan potensi anak didik.
Di samping itu guru mempunyai tugas utama sebagai berikut:
a) Menyusun perencanaan pembelajaran;
b) Menyampaikan perencanaan;
c) Melakukan hubungan baik dengan sesama teman seprofesi,
maupun dengan masyarakat;

15
d) Mengelola kelas yang disesuaikan dengan karakterstik peserta
didik;
e) Melakukan penelitian dan inovasi dalam pendidikan, dan
memanfaatkan hasilnya untuk kemajuan pendidikan;
f) Mendidik siswa sehingga mereka menjadi manusia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai etika, bangsa, masyarakat, dan
agama;
g) Melaksanakan program bimbingan konseling, dan administrasi
pendidikan;
h) Mengembangkan diri dalam wawasan, sikap, dan ketrampilan
profesi; dan
i) Memanfaatkan teknologi, lingkungan, budaya, dan sosial, serta
lingkungan alam dalam proses belajar.

Begitu banyak peran yang harus diemban oleh seorang guru. Peran yang
begitu berat dipikul di pundak guru hendaknya tidak menjadikan calon guru
mundur dari tugas mulia tersebut. Peran-peran tersebut harus menjadi
tantangan dan motivasi bagi calon guru. Dia harus menyadari bahwa di
masyarakat harus ada yang menjalani peran guru. Bila tidak, maka suatu
masyarakat tidak akan terbangun dengan utuh. Penuh ketimpangan dan
akhirnya masyarakat tersebut bergerak menuju kehancuran.
C. Profesional Guru
1. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam Kamus Inggris
Indonesia, “profession berarti pekerjaan” .Arifin dalam buku Kapita
Selekta Pendidikan mengemukakan bahwa profession mengandung arti
yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan
keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus.
Adapun mengenai pengertian profesionalisme itu sendiri adalah, suatu
pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan
tertentu yang mana keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan
khusus atau latihan khusus. Profesionalisme guru merupakan kondisi,
arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan

16
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran. Dengan kata lain, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru
yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik,
serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya
Sedangkan Oemar Hamalik mengemukakan bahwa guru profesional
merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru
dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan
telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas besar
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, profesi adalah suatu
jabatan, profesional adalah kemampuan atau keahlian dalam
memegang suatu jabatan tertantu, sedangkan profesionalisme adalah jiwa
dari suatu profesi dan profesional
Guru profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang
berbentuk multidimensional. Guru yang demikian adalah yang secara
internal memiliki empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

2. Prinsip Profesional Guru


Dalam UU Guru pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan
dosen merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-
prinsip professional sebagai berikut :
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism
b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugasnya
c. Memiliki kompetensis yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya
d. Mematuhi kode etik profesi
e. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas

17
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerjanya
g. Memiliki kesempatan untuk mengembnagkan profesinya secara
berkelanjutan
h. Memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas
profesionalnya
i. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hokum
j. Undang-undang Guru dan Dosen sebagai peluang dan tantangan.
Dikaitkan dengan proteksi hak azasi dan profesi guru, undang-undang
guru sangat diperlukan dengan tujuan : (1). Mengangkat harkat citra dan
martabat guru, (2). Meningkatakan tanggung jawab profesi guru sebagai
profesi pengajar, pendidik, pelatih, pembimbing, dan manajer pembelajaran,
(3). Memberdayakan dan mendayagunakan profesi guru secara optimal, (4).
Memberikan jaminan kesejahteraan dan perlindungan terhadap profesi guru,
(5). Meningkatakan mutu pelayanan dan hasil pendidikan, (6). Mendorong
peran serta masyarakat dan kepedulian terhadap guru. Setelah melalui
perjuangan panjang selama lima tahun sejak 1999, dengan melampaui
empat presiden dan empat menteri pendidikan, saat ini UU Guru telah
disahkan menjadi, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Kelahiran Undang-undang Guru ini
merupakan payung dan landasan hukum bagi terwujudnya guru
professional, sejahtera, dan terlindungi. Pada gilirannya akan terwujud
kinerja guru professional dan sejahtera demi terwujudnya pendidikan
nasional yang bermutu dalam rangka pengembangan sumber daya manusia
Indonesia.
Undang-undang ini memberikan landasan kepastian hokum yang
untuk perbaikan guru di masa depan khususnya yang berkenaan dengan
profesi, kesejahteraan, jaminan social, hak dan kewajiban, serta
perlindungan. Beberapa substansi RUU Guru yang bernilai “pembaharuan”
untuk mendukung profesionalitas dan kesejahteraan guru antara lain yang
berkenaan :

18
1) Kualifikasi dan kompetensi guru : yang mensyaratkan kualifikasi
akademik guru minimal lulusan S-1 atau Diploma IV, dengan kompetensi
sebagai agen pembelajaran yang meliputi kompetensi pedagogic,
kepribadian, professional, dan social.
2) Hak guru : yang berupa penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang
terkait tugasnya sebagai guru. (Pasal 15 Ayat)
3) Kewajiban guru ; untuk mengisi keadaan darurat adanya wajib kerja
sebagai guru bagi PNS yang memenuhi persyaratan.
4) Pengembangan profesi guru; melalui pendidikan guru yang lebih
berorientasi pada pengembangan kepribadian dan profesi dalam satu
lembaga yang terpadu.
5) Perlindungan; guru mendapat perlindungamn hukum dalam berbagai
tindakan yang merugikan profesi, kesejahteraan, dan keselamatan kerja.
6) Organisasi profesi; sebagai wadah independen untuk meningkatkan
kompetisi karir, wawasan kependidikan, perlindungan profesi,
kesejahteran dan atau pengabdian, menetapkan kode etik guru,
memperjuangkan aspirasi dan hak-hak guru.

E. Kompetensi Guru Profesional


Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa, Kompetensi yang harus dimiliki
seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut:
a. Kompetensi Pedagogik.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi Kepribadian.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,

19
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia.
c. Kompetensi Profesioanal.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan
d. Kompetensi Sosial.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi social
adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan
masyarakat sekitarAlisuf Sabri .
Dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip pernyataan
Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam
mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk
mendatangkan hasil belajar pada murid-muridnya. Untuk mengatur
efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan cara penilaian
dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian
seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang effektif apabila ia
dari segi: presage, ia memiliki “personality attributes” dan “teacher
knowledge” yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan mengajar yang
mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi process, ia
mampu menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan
belajar-mengajar yang dapat mendatangkan hasil belajar kepada murid.
Dari segi product ia dapat mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki
oleh masing-masing muridnya.

20
Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau
ijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage,
sedangkan ijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah
standar.
Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria
yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai
berikut:
1. Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan)
yang terdiri dari unsur sebagai berikut:
a. Latar belakang pre-service dan in-service
guru.
b. Pengalaman mengajar guru.
c. Penguasaan pengetahuan
keguruan.
d. Pengabdian guru dalam mengajar.
2. Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan
melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri dari:
a. Kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses
Pembelajaran (RPP).
b. Kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di
dalam kelas.
c. Kemampuan guru dalam mengelola kelas.
3. Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri
dari hasil-hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh
guru tersebut.
Kemudian dalam buku yang ditulis oleh Martinis Yamin, secara
konseptual, unjuk kerja guru menurut Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dan Johnson mencakup tiga aspek, yaitu; (a)
kemampuan profesional, (b) kemampuan sosial, dan (c) kemampuan
personal (pribadi). Kemudian ketiga aspek ini dijabarkan menjadi:
a. Kemampuan profesional mencakup:

21
1) Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan
bahan yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar
keilmuan dari bahan yang diajarkannya itu.
2) Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan
wawasan kependidikan dan keguruan.
3) Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan
pembelajaran siswa.
b. Kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan
diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
membawa tugasnya sebagai guru.
c. Kemampuan personal (pribadi) mencakup:
1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya
sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta
unsur-unsurnya.
2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai seyogianya
dianut oleh seseorang guru.
3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan
teladan bagi para siswanya.

Ahmad Sabri dalam buku yang ditulis oleh Yunus Namsa


mengemukaka pula bahwa untuk mampu melaksanakan tugas mengajar
dengan baik, guru harus memiliki kemampuan profesional, yaitu
terpenuhinya 10 kompetensi guru, yang meliputi:
a. Menguasai bahan meliputi:
1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah;
2) Menguasai bahn pengayaan/penunjang bidang studi;
b. Mengelola program belajar mengajar, meliputi :
1) Merumuskan tujuan intsruksional;
2) Mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional yang tepat;
3) Melaksanakan program belajar mengajar;
4) Mengenal kemampuan anak didik;
c. Mengelola kelas, meliputi:
1) Mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran;
2) Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi;

22
d. Menggunakan media atau sumber, meliputi:
1) Mengenal, memilih dan menggunakan media;
2) Membuat alat bantu pelajaran yang sederhana;
3) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar;
4) Menggunakan micro teaching untuk unit program
pengenalan lapangan;
e. Menguasai landasan-landasan pendidikan.
f. Mengelola interaksi-interaksi belajar mengajar.
g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran.
h. Mengenal fungsi layanan dan program bimbingan dan penyuluhan:
1) Mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan;
2) Menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan;
i. Mengenal dan menyelengarakan administrasi sekolah;
k. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pengajaran

D. Kode Etik Guru


Guru sebagai pendidik adalah jabatan profesi yang mulia. Oleh sebab itu,
moralitas guru harus senantiasa terjaga karena martabat dan kemuliaan
sebagian unsur dasar moralitas guru itu terletak pada keunggulan perilaku, akal
budi, dan pengabdiannya.
Guru merupakan pengemban tugas kemanusiaan dengan mengutamakan
kebajikan dan mencegah manusia dari kehinaan serta kemungkaran dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun watak serta budaya,
yang mengantarkan bangsa indonesia pada kehidupan masyarakat yang maju,
adil dan makmur, serta beradab berdasarkan Pancasilan dan UUD 1945.
Pelaksanaan tugas guru Indonesia terwujud dan menyatu dalam prinsip
“ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.”
Untuk itu, sebagai pedoman perilaku guru indonesia dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia.
Berdasarkan dasar hukum, kode etik guru indonesia yang terbaru yaitu
berlandaskan atas keputusan kongres XXI PGRI NO VI/ KONGRES/ XXI/
PGRI/ 2013. Yang isinya:
1. Kewajiban umum
2. Kewajiban guru terhadap peserta didik

23
3. Kewajiban guru terhadap orangtua/wali peserta didik
4. Kewajiban guru terhadap masyarakat
5. Kewajiban guru terhadap teman sejawat
6. Kewajiban guru terhadap profesi
7. Kewajiban guru terhadap organisasi profesi
8. Kewajiban guru pemerintah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Guru adalah seseorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, menilai dan mengevaluasi anak didiknya agar
bermanfaat dimasayang akan datang.
2. Seorang guru harus mengetahui peran dan fungsinya yaitu:
a. Guru Sebagai Pendidik
b. Guru Sebagai Pengajar
c. Guru Sebagai Pembimbing
d. Guru Sebagai Pemimpin
e. Guru Sebagai Pengelola Pembelajaran
f. Guru Sebagai Model dan Teladan
g. Sebagai Anggota Masyarakat
h. Guru Sebagai Administrator
i. Guru Sebagai Penasehat
j. Guru Sebagai Pembaharu (Inovator)
k. Guru Sebagai Pendorong Kreatifitas
l. Guru Sebagai Emansipator
m. Guru Sebagai Evaluator
n. Guru Sebagai Kulminator

24
3. Guru profesional adalah guru yang mampu menerapkan hubungan yang
berbentuk multidimensional. Guru yang demikian adalah yang secara
internal memiliki empat kompetensi, yaitu: kompetensi pedagogik,
kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.
4. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional adalah:
i. Kompetensi Pedagogik
ii. Kompetensi Kepribadian
iii. Kompetensi professional
iv. Kompetensi Sosial
B. Saran
Guru memiliki kedudukan yang terhormat karena guru merupakan pahlawan
tanpa tanda jasa yang patut untuk dihormati, oleh karena itu sebagai seorang guru
harus selalu menjaga sikap dan kepribadiaannya dengan baik agar menjadi contoh
bagi anak didik dan masyarakat.
Sumber daya manusia harus lebih ditingkatkan agar generasi baru yang
nantinya akan menjadi seorang guru (calon guru) menjadi guru yang lebih
professional dan berkualitas.
Guru juga harus mengurangi kebiasaan buruk yang sering dilakukan antara
lain: sering meninggalkan kelas disaat jam pelajaran, tidak menghargai siswa,
pilih kasih terhadap siswa, kurang persiapan dalam pembelajaran, menyuruh siswa
menyuruh menulis di papan tulis, tidak disiplin, kurang memperhatikan siswa, dan
matrealistis.
Untuk itu mari kita tingkatkan mutu pendidikan nasional dengan
memprioritaskan guru yang benar-benar professional dan berkualitas.

25
DAFTAR PUSTAKA
Nurdin, Muhammmad. 2010. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: AR.
Ruzz Media Group
Ahmadi, Fatah. 2012. Makalah Peran dan Fungsi Guru, (online),
(http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/27/, diakses 27 April 2012)
Ratnasari, Amelia. 2012. Makalah Guru Profesional, (online), (http://amalia-
ratnasari.blogspot.com/2012/06/makalah-guru-
profesional.html#ixzz2MsiGLk1L, diakses Juni 2012)

26

You might also like