You are on page 1of 4

BPJS Kesehatan Usul Cukai Rokok jadi

Tambal 'Bocor' Rp9 T


Yuliyanna Fauzi, CNN Indonesia | Rabu, 27/09/2017 07:17 WIB

Bagikan :

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menyatakan, hal ini dilakukan
lantaran opsi penambahan besaran iuran peserta tak mungkin dilakukan. (CNN
Indonesia/Andry Novelino)

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Kesehatan tengah mengkaji beberapa kebijakan guna menambal defisit
anggaran yang terjadi setiap tahun dalam pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan Nasional dan Kartu Indonesia Sehat (JKN KIS).

Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) BPJS Kesehatan Nopi Hidayat


mengatakan, hal ini dilakukan lantaran opsi penambahan besaran iuran yang
harus dibayarkan peserta tak mungkin dilakukan.

Selain itu, pemerintah hanya memberikan tambalan anggaran untuk lembaga


peralihan dari PT Asuransi Kesehatan (Askes) itu sampai tahun ini saja.
Artinya, tahun depan tak ada lagi Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk
BPJS Kesehatan.

Lihat juga:

BPJS Kesehatan Sebut Presiden Jokowi Komitmen Tutup Defisit

Sehingga, dibutuhkan jalan keluar lain untuk menambah asupan anggaran.


Adapun saat ini, Nopi bilang, ada delapan opsi bauran yang tengah dikaji.

"Saat ini sedang dipersiapkan opsi bauran sebanyak delapan opsi untuk
memastikan sustainabilitas program JKN KIS tanpa membebani masyarakat
melalui kenaikan iuran," ucap Nopi dalam keterangan tertulis yang didapat
CNNIndonesia.com, Selasa (26/9).

Pertama, pemanfaatan pungutan pajak rokok yang didapat dari cukai hasil
tembakau. Ini merupakan kompensasi bagi perokok terhadap program
kesehatan.

Kedua, penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) yang


khusus diperuntukkan untuk program JKN. Ketiga, pembagian beban biaya
yang lebih efektif dan efisien ke asuransi pemerintah, PT Jasa Raharja
(Persero).

Keempat, peninjauan beban pembiayaan penyakit akibat kerja ke BPJS


Ketenagakerjaan. Sayang, empat opsi lainnya enggan dijabarkan oleh BPJS
Kesehatan.

Namun, Nopi menyatakan kajian itu tengah dibahas bersama antar


Kementerian/Lembaga (K/L), mulai dari Kementerian Keuangan,
Kementerian Kesehatan, hingga Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).

Adapun pembahasannya di bawah pimpinan Kementerian Koordinator Bidang


Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), yang telah
dilakukan sejak tahun lalu dan diharapkan dapat diberlakukan mulai tahun
depan.

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menambahkan,


memang kajian tersebut telah dilakukan, namun masih perlu waktu untuk
menentukan opsi mana yang bisa digunakan.

Menurutnya, sumber pemasukan anggaran baru memang perlu dilakukan


untuk mengurangi beban defisit BPJS Kesehatan, khususnya di tahun depan.
Sebab, sesuai rencana pemerintah, tak akan lagi memberikan PMN kepada
BPJS Kesehatan pada tahun depan.

"Untuk PMN memang tidak ada. Pemerintah sudah mereview BPJS secara
keseluruhan dan beberapa langkah antipasi yang akan dilakukan," kata
Askolani secara terpisah.

Sayang, Askolani masih enggan memberikan potensi penurunan beban


anggaran BPJS Kesehatan bila sejumlah opsi bauran dalam rangka menambah
anggaran dilakukan mulai tahun depan.

Lihat juga:

Rawat Inap BPJS Kesehatan Cuma 'Laku' 3 Hari di RS Swasta

BPJS Kesehatan memproyeksi, defisit anggaran bisa mencapai Rp9 triliun


pada tahun ini. Meski, pemerintah telah memberikan PMN sekitar Rp3,6
triliun dari APBN 2017.

Secara kumulatif, total defisit anggaran BPJS Kesehatan dalam tiga tahun
terakhir sejak didirikan pada 2014 lalu telah mencapai Rp15,9 triliun.
Sementara, jumlah suntikan yang telah diberikan pemerintah sebesar Rp9,1
triliun sejak 2014 sampai 2016. (gir/asa)

You might also like