You are on page 1of 65

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

PERCOBAAN 5
SISTEM SARAF DAN PANCA INDERA

Disusun Oleh :
1. Siti Sundari (10060316019)
2. Destini Amalia R. (10060316020)
3. Mahbubah (10060316021)
4. Weda Maharani (10060316023)
5. Opi andaresta (10060316024)

Shift / Kelompok : A / 4
Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2017
Tanggal Pengumpulan : 25 Oktober 2017
Asisten : Dina R.Sari S.farm.

LABORATORIUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2017 M / 1439 H

PERCOBAAN 5

SISTEM SARAF DAN PANCA INDERA


1. TUJUAN
1) Dapat menjelaskan struktur sel dan jaringan yang menyusun sistem saraf.
2) Dapat menjelaskan anatomi dan fungsi otak.
3) Dapat menjelaskan anatomi spinalis cordata beserta fungsinya.
4) Dapat menjelaskan anatomi dan fungsi sistem saraf tepi.
5) Dapat menjelaskan fungsi panca indera dan kaitannya dengan sistem saraf.
2. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan

Pipet tetes Larutan kinin sulfat 0.1% dan


0.000008 M

Kartu snellen Larutan sukrosa 5% dan 0.01 M

Garpu tala Larutan asam asetat 1%

Jam atau stopwatch Larutan HCl 0.0009 N

Penutup mata Larutan NaCl 10% dan 0.01 M

Penutup hidung

Penutup telinga

Buku tes buta warna Ishihara

3. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 PENGLIHATAN
a. Anatomi mata
Dicari dari literatur bagian-bagian mata manusia kemudian digambarkan
kembali secara sederhana dalam jurnal dan laporan dan dituliskan bagian-bagian
dan fungsi masing-masing.

b. Fisiologi Mata
i. Refleks akomodasi
Pupil mata diukur pada kondisi di bawah sinar biasa dan sinar terang
(menggunakan sinar senter). Kemudian dilakukan pengukuran kembali pupil saat
melihat objek dengan jarak 20 cm, 50 cm dan 75 cm, dan diamati.

ii. Titik Dekat

Mata difokuskan pada objek berupa pulpen dengan jarak 50 cm.


Kemudian objek digerakkan perlahan-lahan mendekati mata sampai objek terlihat
ganda. Jarak mata dengan objek dicatat. Lalu objek digerakkan kembali menjauh
sampai objek terlihat tunggal.

iii. Ketajaman Pengelihatan

Uji ketajaman pengelihatan dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen.


Ketajaman pengelihatan dinyatakan sebagai V = d/D.
d=jarak dimana huruf dapat dilihat dengan jelas (dapat dibaca)
D=jarak dimana huruf seharusnya dapat dibaca (mata normal)

iv. Pengelihatan Binokular

Benang dimasukkan ke dalam lubang jarum dengan kedua mata terbuka.


Waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan benang dicatat. Lalu hal yang sama
dilakukan dengan salah satu mata ditutup. Waktu yang dibutuhkan untuk
memasukkan benang dicatat.

v. Uji Buta Warna

Pengujian dilakukan dengan Uji Ishihara. Plat warna Ishihara diletakkan


dengan jarak 75 cm dari subjek. Jawaban nomor atau gambar yang terdapat dalam
plat diberikan oleh praktikan. Setiap jawaban harus diberikan tidak lebih dari 3
detik.

3.2 PENDENGARAN

Dilakukan dengan uji weber. Pertama-tama, sebuah garpu tala dipukulkan


dengan frekuensi 512 cps pada lutut. Lalu garpu tala digigit diantara gigi dengan
bibir terbuka. Suara yang timbul didengarkan, apakah bunyi lebih besar pada
sebelah telinga atau frekuensi bunyinya sama.

3.3 PENGECAPAN
i. Distribusi Reseptor Kecap

Lokasi reseptor ditentukan terlebih dahulu untuk empat jenis rasa pada lidah
dengan menggunakan satu tetes dari larutan-larutan tersebut :

1. Larutan Kinin Sulfat 0,1%


2. Larutan NaCl 10%
3. Larutan CH3COOH 1%
4. Larutan Sukrosa 5%
Setiap kali setelah mengecap suatu rasa, praktikan berkumur dengan air
tawar.
ii. Nilai Ambang Rasa
Pada percobaan nilai ambang rasa, dilakukan kepada tiga orang anggota
kelompok. Pertama ditentukan terlebih dahulu reseptor untuk empat jenis rasa pada
lidah dengan menggunakan satu tetes dari larutan-larutan tersebut :

1. Pahit : Kinin 0,000008 M


2. Manis : Sukrosa 0,01 M
3. Asam : asam klorida 0,0009 M
4. Asin : Natrium Klorida 0,01 M
Diuji kebenaran data literatur tersebut pada seluruh anggota kelompok.

3.4 PENCIUMAN

Percobaan dilakukan oleh dua orang. Mata rekan ditutup dengan penutup
mata. Kemudian kamfer diciumkan pada salah satu lubang hidungnya (hidung lain
ditutup). Kamfer dicium hingga tidak lagi mencium aroma kamfer dan waktu
yang dibutuhkan dicatat. Kemudian rekan diminta untuk membedakan bau
minyak permen dan bau minyak cengkeh dengan kondisi mata tetap tertutup.

3.5. PELIPUT
Pada bagian anterior dilengan bawah dan pada bagian telapak tangan
digambarkan suatu daerah dengan luas 2 cm yang terdiri dari kotak sebanyak 20
kotak dilengan bawah dan 16 kotak di telapak tangan dengan luas 1,5 cm,
kemudian dilakukan sentuhan pada setiap kotak dengan bulu sikat, jarum, paku
panas, dan paku dingin, untuk sensasi sentuhan digunakan bulu sikat, untuk
sensasi nyeri digunakan jarum, untuk sensasi panas digunakan paku yang telah
dipanaskan diatas api bunsen, dan untuk sensasi dingin digunakan paku yang telah
didinginkan didalam air yang berisi es batu. Setelah semua kotak disentuh
hasilnya dicatat dengan
huruf S = terasa, N = nyeri,
D = dingin, P = panas
pada setiap kotak.

4. DATA PENGAMATAN
4.1 PENGELIHATAN
Anatomi mata

A. Refleks Akomodasi

Stimulus Ukuran Pupil (mm)


Sinar biasa 0,56
Sinar terang (senter) 0,38
Saat melihat objek 20 cm 0,32
Saat melihat objek 50 cm 0,38
Saat melihat objek 70 cm 0,4

B. Titik Dekat

Mata Melihat objek Jarak objek ( CM )


Awal saat mata melihat objek tunggal 50
Objek berganda 5
Objek kembali tunggal 13

C. Ketajaman Pengelihatan
d= 4,1 m
D= 3,05 m

V= = 1,34

Hasil dari perhitungan ketajaman pengelihatan (V) lebih dari 1, artinya


mata praktikan berpengelihatan sangat tajam.

D. Pengelihatan Binokular

Waktu
Pengelihatan Penjelasan
(s)
2 mata 3,61 Lebih fokus, lubang pada jarum terlihat jelas
Kurang fokus, lubang pada jarum terlihat
Mata kiri 6,03 berbayang-bayang, lebih sulit memasukan benang.

Kurang fokus, lubang pada jarum terlihat


Mata Kanan 7,98
berbayang-bayang, lebih sulit memasukan benang.

E. Uji Buta Warna


Mata praktikan normal (tidak buta warna).

4.2 PENDENGARAN
Pada saat lutut kita diketuk menggunkan garpu tala terjadi getaran yang
menjalar sampe kebagian tangan dan pada bagian kepala hanya sekilas, lalu
pada saat garpu tala digigit getaran dan bunyi begitu keras pada bagian kepala
sampai keseluruh bagian kepala. Saat salah satu telinga ditutup, bunyi yang
terdengar nyaring pada bagian telinga yang ditutup.
4.3 PENGECAPAN
a. Distribusi
Reseptor Kecap

b. Nilai Ambang Rasa

Larutan Berasa Responden 1 Responden 2 Responden 3


Larutan Kinin
Sulfat 0,000008 +++++ ++ +++
M
Larutan NaCl
+++++ ++ +++
0,01 M
Larutan
Asam klorida +++++ - -
0,0009 M
Larutan Sukrosa
+++ +++ +++++
0,01 M

4.4 PENCIUMAN
Pada saat diciumkan kamfer dalam keadaan lubang hidung yang tertutup
satu bau kamfer langsung dapat tercium. Dengan waktu 00:10:45 detik. Waktu
Adaptasi yang diperlukan agar bau kamfer tak tercium lagi adalah 06:24:10 menit.
Saat membedakan bau minyak cengkeh dan minyak permen bau kedua minyak
sangat berbeda jauh ,Waktu yang dibutuhkan untuk mengenali bau minyak
permen adalah 00:15:36 detik dan waktu yang dibutuhkan untuk mengenali
minyak cengkeh 00:09:56 detik.

4.5 PELIPUT
Distribusi resptor pada bagian kulit lengan :
SNDP SNDP SNDP SNDP SNDP
SNDP SNDP SNDP SNDP SNP
SNDP SNDP SNDP SNDP SNP
SNDP SNDP SNDP SNDP SNDP

Distribusi reseptor pada bagian kulit telapak tangan:


SNDP SNDP SNDP SNDP
SNDP SNDP SNDP SNDP
SNDP SNDP SNDP SNDP
SNDP SNDP SNDP SNP

Keterangan :
S = Terasa
N = Nyeri
D = Dingin
P = Panas

Tugas Pendahuluan
5.1. Carilah dari literatur, amati dan gambarkan struktur sel sara, otak, serta
spinalis cordata pada laporan saudara.
1. Tuliskanlah bagian – bagian yang ditunjuk pada gambar sel saraf
dibawah ini :

2. Tuliskan bagian – bagian yang ditunjuk pada gambar otak dibawah ini
3. Tuliskan bagian – bagian yang ditunjuk pada gambar medulla spinalis
dibawah ini :

5.2. cari dari literatur bagian – bagian mata manusia. Gambarkan kembali secara
sederhana dalam jurnal dan laporan saudara dan tuliskan bagian – bagiannya
beserta fungsi masing – masing !

Jawab :
Organ luar :
1. Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
2. Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
3. Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
Organ dalam :
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia.
Bagian-bagian tersebut adalah:
1. Kornea : Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya
dari sumber cahaya.
2. Sklera : Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya
rata- rata 1 milimeter tetapi pada irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter.
3. Pupil dan iris : Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil
menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih
dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan
menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh iris
di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah terlihat
sebagai bagian yang berwarna pada mata.
4. Lensa mata : Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya
pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya, sehingga
cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk melihat objek yang
jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk
melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan
menebal.
5. Retina atau Selaput Jala : Retina adalah bagian mata yang paling peka
terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang disebut bintik kuning.
Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik.
6. Saraf optik :Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk
menuju ke otak.
5.3. Cari dari literatur bagian – bagian telinga manusia. Gambarkan kembali
secara sederhana dalam jurnal dan laporan saudara dan tuliskan bagian –
bagiannya beserta fungsin masing – masing !
Jawab :

Telinga manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar, bagian
tengah, dan bagian dalam.
1. Telinga bagian luar
Telinga bagian luar terdiri atas:
 Daun telinga, berfungsi untuk menampung getaran.
 Saluran telinga luar atau lubang telinga, berfungsi menyalurkan getaran.
 Kelenjar minyak, berfungsi menyaring udara yang masuk sebagai
pembawa gelombang suara.
 Membran timpani atau selaput gendang, berfungsi menerima dan
memperbesar getaran suara.
2. Telinga bagian tengah
 Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam membran timpani. Fungsi
dari telinga bagian tengah adalah untuk meneruskan getaran dari suara
telinga bagian luar ke telinga bagian dalam. Pada telinga tengah terdapat
saluran Eustachius dan tiga tulang pendengaran.
 Saluran Eustachius, berfungsi untuk mengurangi tekanan udara di telinga
tengah sehingga tekanan udara di luar dan di dalam akan sama.
Keseimbangan tekanan ini akan menjaga gendang telinga supaya tidak
rusak. Saluran ini akan tertutup dalam keadaan biasa, dan akan terbuka
jika kita menelan sesuatu.
 Tulang pendengaran, berfungsi untuk mengantarkan dan memperbesar
getaran ke telinga bagian dalam. Tulang pendengaran ada tiga, yaitu tulang
martil, tulang landasan, dan tulang sanggurdi. Tulangtulang ini
menghubungkan gendang telinga dan tingkap jorong.
3. Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam berfungsi mengantarkan getaran suara ke pusat
pendengaran oleh urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai
berikut.
 Tingkap jorong, berfungsi menerima dan menyampaikan getaran.
 Rumah siput, berfungsi menerima, memperbesar, dan menyampaikan
getaran suara ke saraf pendengaran. Di dalam saluran rumah sifut terdapat
cairan limfe dan terdapat ujung-ujung saraf pendengaran.
 Tiga saluran setengah lingkaran, berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
posisi tubuh dan menjaga keseimbangan.
5.4. Cari dari literatur bagian – bagian hidung manusia. Gambarkan kembali
secara sederhana dalam jurnal dan laporan saudara dan tuliskan bagian –
bagiannya beserta fungsi masing – masing !
Jawab :

Bagian bagian hidung dan fungsinya :

1. Rongga Hidung

Rongga hidung adalah lubang tempat melekatnya beragam organ hidung


dalam menjalankan fungsinya, baik sebagai indera pembau maupun alat
pernapasan. Rongga hidung pada manusia dilengkapi dengan bulu hidung yang
berfungsi menyaring setiap kotoran yang masuk melalui pernapasan. Saringan
bulu hidung pada rongga hidung menghasilkan padatan yang biasa kita kenal
dengan sebutan upil. Bulu hidung penting peranannya bagi kesehatan sistem
pernapasan kita.

2. Tulang Rawan dan Tulang Nasal

Hidung dilindungi oleh 2 tulang yang letaknya terpisah. Kedua tulang


tersebut adalah tulang rawan dan tulang nasal. Tulang rawan letaknya berada di
ujung hidung, teksturnya sangat lunak dan bisa digerak-gerakan. Sementara tulang
nasal letaknya berada di antara tulang rawan dan dahi.

3.Rongga Sinus
Hidung memiliki 4 rongga sinus yang letaknya terpisah-pisah.
Keempatnya yaitu sinus maksilaris (di pipi), sinus frontalis (di dahi), sinus
etmoidalis (antara kedua mata), dan sinus sfenoidalis (di belakang dahi).

Rongga sinus memiliki banyak sekali fungsi, di antaranya adalah:

a) Memproduksi lendir yang mengalir ke dalam dan melembabkan hidung


dan menguras lendir hidung.

b) Untuk menjaga kelembaban hidung dan udara saat seseorang bernapas.

c) Menjaga pertukaran udara di daerah hidung.

d) Meringankan kepala yang terasa berat.

e) Melindungi organ vital.

f) Memaksimalkan kualitas suara.

g) Lendir yang dihasilkan oleh rongga sinus selain dapat menjaga


kelembaban udara yang masuk ke paru-paru, juga dapat membantu
polutan-polutan asing seperti debu, kotoran, maupun zat kimia yang
terlarut di dalam udara yang kita hidup.

4. Bagian Bulbus Olfaktori

Dalam menjalankan fungsinya sebagai alat indera pembau, hidung


ditunjang oleh bagian yang bernama bulbus olfaktori. Bagian bagian hidung dan
fungsinya pada bagian bulbus olfaktori ini antara lain:

a. Tonjolan Olfaktori

tonjolan olfaktor berperan dalam menerima semua impuls yang dikirim


akson dan membawanya menuju otak. Kecepatan pengiriman impuls dari akson
menuju tonjolan olfaktor hingga ke otak sangat luar biasa. Inilah yang membuat
kita dapat menerjemahkan suatu bau saat pertama kali menghirup udara.
b. Akson

Akson (neurit) merupakan sel saraf pengubung yang mengangkut impuls


hasil kerja saraf pembau. Impuls atau informasi yang diterima saraf pembau
berupa informasi tentang seperti apa aroma atau bau dari udara yang terhirup oleh
hidung. Ukuran akson di hidung satu mikrometer (1μm).

c. Saraf Pembau

Saraf pembau adalah reseptor yang menerima stimulus dari gas yang
dihirup. Bagian ini terdiri atas 7 macam sel reseptor yang mampu mengenali lebih
dari 400 macam aroma. Pada anjing, saraf pembau memiliki lebih banyak sel
reseptor. Inilah yang menyebabkan anjing dapat mencium aroma dalam tingkatan
yang lebih spesifik dan banyak. Kemampuan anjing dalam menerjemahkan
sebuah bau digunakan dalam dunia kepolisian untuk mengenali jejak-jejak pelaku
kejahatan.

d. Silia

bulu hidung di bagian rongga hidung luar memiliki ukuran yang besar.
Semakin ke dalam, bulu-bulu ini akan memiliki ukuran yang lebih halus dan kecil.
Bulu hidung inilah yang disebut dengan silia (cilia). Selain berfungsi menyaring
partikel yang terlewatkan oleh bulu hidung, silia juga mendorong mukus (lendir)
yang dihasilkan oleh rongga sinus. Lendir ini mengalir keluar dan membersihkan
permukaan rongga hidung dari segala macam kotoran.

Ketika pilek, kerja bulbus olfaktori tidak begitu signifikan. Ia tidak dapat
menerima stimulus secara sempurna karena adanya mukus atau lendir yang
menghalangi masuknya reseptor ke dalam saraf pembau.

5. Nasofaring

Nasofaring berasal dari 2 kata, yakni naso yang artinya hidung dan faring
yang artinya tenggorokan. Oleh karena itu, nasofaring adalah bagian sistem
pernapasan yang menghubungkan hidung dan tenggorokan. Saat tersedak, bagian
inilah yang menstimulasi rasa sakit pada hidung.

5.5. Cari dari literatur bagian – bagian lidah manusia. Gambarkan kembali
secara sederhana dalam jurnal dan laporan saudara dan tuliskan bagian –
bagiannya beserta fungsi masing – masing !
Jawab :

a. Papila

Papila mengandung kuncup pengecap (kemoreseptor), yang membantu


kita mengidentifikasi antara selera yang berbeda dari makanan. Ketika kita
mengunyah makanan, sebagian larut dalam air liur. Bagian makanan yang terlarut
ini terjadi kontak dengan selera dan menghasilkan impuls saraf.
Serabut saraf ini dikenal sebagai mikrovili. Serabut saraf ini membawa
pesan ke pusat rasa di otak. Kemudian otak merasakan rasa. Selera adalah koleksi
sel seperti saraf yang terhubung ke saraf yang berjalan ke otak. Selera adalah
organ rasa yang sejati. Mereka memiliki banyak sel-sel sensorik yang pada
gilirannya terhubung ke banyak serat saraf yang berbeda.
4 jenis utama dari papila:

1. Papila filiform, atau papila kerucut, yang paling banyak dari empat jenis
utama dari papila, yang diatur dalam baris cukup teratur berjalan sejajar dengan
alur tengah lidah. Tersebar diseluruh permukaan lidah. Papila ini tidak memiliki
sel kecap namun memiliki mekanoreseptor. Fungsinya yaitu untuk meningkatkan
gesekan antara lidah dan makanan.
2. Papila poliate yang berkerumun menjadi dua kelompok diposisikan pada
setiap sisi lidah. Sel kecap berdegenerasi pada awal masa kanak-kanak.
3. Papila fungiform terlibat dalam sensasi rasa dan memiliki selera yang
tertanam di permukaan mereka. Mereka menanggapi baik rasa manis dan asam.
Terletak di seluruh permukaan lidah. Setiap papila memiliki lima kuncup
pengecap.
4. Papila sirkumvlata, Setiap orang hanya memiliki 7 sampai 12 papila
sirkumvalata, namun papila ini masing-masing berisi beberapa ribu selera. Papila
sirkumvalata berbetuk bulat, mengangkat, dan terlihat dengan mata telanjang.
Mereka diatur dalam bentuk V di bagian belakang lidah, memiliki 100-300
kuncup pengecap.
b. Tonsil atau amandel
Fungsi utama dari amandel adalah untuk melayani sebagai garis
pertahanan pertama dalam sistem kekebalan tubuh.
c. Adenoid.
Mereka membantu dalam memerangi infeksi.
d. Kuncup rasa (taste bud)
Adalah Struktur yang terletak pada permukaan lidah. Mereka tertanam
dalam mukosa papila lidah. Papila adalah juluran pada permukaan diatas lidah.
Kuncup rasa mengandung reseptor untuk rasa. Ada sekitar 3000 Selera
pada lidah orang dewasa. Ada empat rasa utama – manis, asin, asam dan pahit.
Keempat selera utama dirasakan oleh porsi yang berbeda dari lidah. Ujung lidah
kita untuk merasakan garam dan manis. Selera di sisi lidah akan mendeteksi rasa
asam. Sedangkan bagian belakang lidah mendeteksi rasa pahit.

e. Sel reseptor rasa atau reseptor gustatory


Mereka adalah sel berbentuk gelendong yang bersifat neurosensorik.
Mereka memiliki rambut di salah satu ujung dan di ujung lain mereka memiliki
serabut saraf. Jumlah mereka 5-15 di setiap pengecap. (Sloane, 2003 )
5.6. Jelaskan fenomena yang terjadi ! bandingkan bagaimana ukuran pupil yang
diberi stimulasi cahaya dan pengaruh jarak objek ! bagaimana kedua stimulus
tersebut mempengaruhi perubahan ukuran pupil, kaitkan dengan sistem saraf
Jawab : Pada percobaan yang telah dilakukan hasil yang didapat adalah diameter
pupil mata yang disinari cahaya terang secara tiba-tiba mengecil di
bandingkan saat pupil mata tidak disinari .Reaksi inidisebut refleks cahaya
pupil.saat melihat objek pada jarak dekat ukuran pupil lebih lebar daripada
saat melihat objek pada jarak jauh.
Daya akomodasi mata diatur melalui syaraf parasimpatis, perangsangan
syaraf parasimpatis menimbulkan kontraksi otot siliaris yang
selanjutnya kan mengendurkan gligamen lensa dan meningkatkan daya
bias. Dengan meningkatkan daya bias, mata mampu melihat objek lebih
dekat dibanding waktu daya biasnya rendah. Akibatnya dengan
mendekatnya objek kearah mata frekuensi impuls parasimpatis
kedotsiliaris progresif ditingkatkan agar objek tetap dilihat dengan jelas.
5.7. Jelaskan pengertian titik dekat untuk akomodasi! Jelaskan bagian dari sistem
saraf yang berperan dalam proses akomodasi penglihatan !

Jawab : titik dekat mata (punctum proximum) adalah jarak benda terdekat di
depan mata yang masih dapat dilihat dengan jelas. Untuk mata normal
(emetropi) titik dekatnya berjarak 10cm s/d 20cm (untuk anak-anak) dan
berjarak 20cm s/d 30cm (untuk dewasa). Titik dekat disebut juga jarak
baca normal.

Sistem saraf yang berperan dalam proses akomodasi penglihatan adalah


saraf parasimpatik hal ini terjadi saat spicel berkontraksi.

5.8. Berdasarkan pengamatan, bagaimanakah ketajaman penglihatan dari


sukarelawan? Jelaskan !

Jawab : Hasil pengamatan menunjukan bahwa ketajaman penglihatan sebesar


1,34 . Hasil yang seharusnya adalah 1 atau mendekati 1 untuk mata
normal. Maka mata praktikan memiliki penglihatan yang sangat tajam.
5.9. Jelaskan yang dimaksud dengan penglihatan binokular! Jelaskan bagian dari
sistem saraf yang berperan dalam proses penglihatan binokular !

Jawab : Penglihatan binokuler : suatu penglihatan optimal yang terjadi bila


bayangan yang diterima mata sangat jelas pada kedua fovea centralis,
yang secara simultan dikirim ke susunan saraf pusat, kemudian diolah
menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal. Jenis sistem saraf yang
berperan dalam penglihatan binokular adalah optikus.

5.10. Jelaskan bagian mata yang berperan dalam mengidentifikasi warna !


jelaskan apa yang terjadi padaseseorang yang mengalami buta warna persial
maupun buta warna total !

Jawab : Retina adalah ekstensi peka cahaya dari sistem saraf pusat, ke mana
cahaya diproyeksikan oleh lensa mata. Sel-sel fotoreseptor retina, batang
dan kerucut, secara khusus saraf yang beradaptasi berubah secara
kimiawi ketika cahaya menyerang mereka. sel kerucut adalah yang peka
terhadap informasi warna.

Buta warna terjadi karena kelainan pada salah satu atau lebih dari ketiga
fotopigmen pada sel kerucut. Pengidap buta warna total mengalami
ketiadaan fotopigmen pada kerucut sehingga sama sekali tidak mampu
membedakan warna. Sedangkan pada pengidap buta warna parsial
kelainan hanya terjadi pada salah satu atau dua fotopigmen pada sel
kerucut.

5.11. Jelaskan bagaimana proses mendengar beserta bagian-bagiannya yang


berperan ! Jelaskan peranan bagian sistem saraf pada proses pendengaran
sehingga kita bisa mengartikan suara-suara yang kita dengar !

Jawab : Suara yang kita dengar akan ditangkap oleh daun telinga, kemudian
sampai ke gendang telinga sehingga membuat gendang telinga bergetar.
Getaran ini diteruskan oleh tiga tulang pendengaran ke tingkap jorong
dan diteruskan ke rumah siput. Di dalam rumah siput, cairan limfe akan
bergetar sehingga meransang ujung-ujung saraf pendengaran dan
menimbulkan impuls saraf yang ditujukan ke otak .Di dalam otak, impuls
tersebut akan diolah sehingga kita bisa mendengar dan mengenali suara
tersebut.Selain sebagai indera pendengar, telinga juga berfungsi sebagai
indera keseimbangan. Letak indera keseimbangan terdapat di dalam
ampula, yaitu pangkal dari tiga saluran setengah lingkaran yang
menggembung. Di dalam ampula terdapat sel-sel rambut yang peka
terhadap gravitasi. Bila kepala menggeleng, arah sel-sel rambut berubah.
Perubahan ini diterima oleh sel-sel saraf kemudian diteruskan ke otak
(Pearce, 2009: 325). Di dalam otak, impuls tersebut akan diolah sehingga
kita bisa mendengar dan mengenali suara tersebut.
5.12. Gambar peta lidah pada jurnal saudara, kemudian tentukan pada bagian
lidah manakah yang lebih peka terhadap masing-masing larutan

5.13. 1. Jelaskan yang dimaksud dengan nilai ambang rasa ?


Jawab : nilai ambang rasa adalah nilai maksimum dari suaru rangsangan
untuk mendeteksi suatu rasa sehingga dapat terasa oleh alat
indera.

2. Berdasarkan pengamatan pada seluruh anggota kelompok simpulkan nilai


ambang rasa yang dimiliki masing-masing anggota kelompok

Larutan Berasa Responden 1 Responden 2 Responden 3


Larutan Kinin
Sulfat 0,000008 +++++ ++ +++
M
Larutan NaCl
+++++ ++ +++
0,01 M
Larutan
Asam klorida +++++ - -
0,0009 M
Larutan Sukrosa
+++ +++ +++++
0,01 M

3. Apakah ambang rasa setiap orang dapat berbeda ? mengapa bisa terjadi ?
Jawab : karena terbiasanya dengan mengkonsumsi makanan dengan rasa
yang berlebihan seperti rasa manis yang pada responden 1 yang
terlalu sering mengkonsumsi teh manis dan gulali maka dari itu
kepakaan lidah terhadap manis berkurang.
4. Jelaskan bagian apakah pada sistem saraf yang berperan dalam proses
identifikasi rasa dan interpretasinya!

Jawab : Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh


lendir dan penuh dengan bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa
pada lidah karena terdapat reseptor yang dapat menerima
rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap atau kuncup
pengecap. Kuncup pengecap merupakan kumpulan ujung-ujung
saraf yang terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak kasar
karena memiliki tonjolan-tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam
papila terdapat banyak kuncup-kuncup pengecap (taste bud) yaitu
suatu bagian berbentuk bundar yang terdiri dari dua jenis sel yaitu
sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai
reseptor (Pearce, 2009).

5.14. 1. Jelaskan yang dimaksud adaptasi penciuman!

Jawab : kemampuan reseptor penciuman pada hidung untuk


menyesuaikan diri terhadap rangsangan berupa bau yang datang.
2. Jelaskan mengapa lama kelamaan bau kamfer tidak lagi terasa menyengat,
kaitkan dengan mekanisme adaptasi sel reseptor penciuman !

Jawab : Hal ini terjadi karena sel-sel saraf pada hidung telah
mengadaptasikan bau kamper dan telah direkam oleh otak,
sehingga untuk beberapa saat praktikan akan selalau merasakan
bau kamper.

3. Jelaskan bagian apakah pada sistem saraf yang berperan dalam proses
penciuman!

4. Jawab : Indera penciuman terdapat di rongga hidung. Sel-sel sensori


penerima rangsang berupa bau terdapat di lapisan epitel dalam rongga
hidung dan dilindungi oleh mukus (lendir). Di akhir setiap sel sensori
terdapat silia atau rambut pembau. Rasa penciuman dirangsang oleh gas
yang terhirup. Rasa penciuman ini sangat peka, tetapi kepekaan ini mudah
hilang bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk
waktu yang lama. Rasa penciuman akan melemah bila kamu sedang flu
karena terdapat penumpukan cairan yang menghalangi silia untuk
membaui sesuatu.

5.15. Berdasarkan hasil percobaan diatas, jelaskan apakah ada perbedaan jumlah
reseptor pada kedua daerah? Jelaskan peranan bagian system saraf dalam
proses sensitisasi dan interpretasi keempat sensasi?
Jawab: Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan ada perbedaan jumlah
reseptor pada kedua daerah dimana pada daerah lengan bawah terdapat
20 kotak dan sensasi pada reseptor nyeri oleh jarum,panas oleh paku
suhu 40o ,sentuhan oleh sikat sangat peka terhadap kulit sehingga
semua dari kotak yang telah di dilakukan uji reseptor tersebut
berjumlah tetap 20 kotak, sedangkan pada reseptor dingin oleh paku
yang dimasukkan didalam kulkas hanya terdpat 18 kotak yang terasa
pada kulit lengan bawah hal ini disebabkan kedinginan paku yang
menyusut. Sama hal nya dengan daerah telapak tangan dimana terdapat
16 kotak dimana reseptor nyeri oleh jarum,panas oleh paku suhu 400 ,
dan sentuhan oleh sikat ketika diujikan pada telapak tangan semua dari
16 kotak terasa, sedangkan pada reseptor dingin oleh paku yang
dimasukkan didalam kulkas hanya 15 yang terasa hal ini disebabkan
kedinginan paku yang menyusut.
Pada percobaan sensasi kulit sentuhan lebih peka pada daerah
lengan karena lengan lebih peka terhadap rangsangan dan lebih banyak
memiliki reseptor. Ketebalan kulit mempengaruhi kepekaan semakin
tipis semakin peka contohnya pada pengujian menggunakan jarum yaitu
terasa nyeri dan contoh lainnya dengan bulu sikat yaitu uji sentuhan
yaitu hasilnya lebih peka pada bagian lengan tangan karena ketebalan
kulit mempengaruhi kepekaan. Selain itu faktor lainnya penggunaan
bulu sikat terhadap kulit termasuk rangsangan sentuhan dengan
menggunakan reseptor korpuskit messiner, perlu diketahui intensitras
reseptor korpuskit messiner tidak merata diseluruh permukaan kulit. Ini
mengandung lebih banyak ditemukan pada kulit yang tidak berambut
hal ini yang menyebabkan hasil percobaan pada bagian telapak tangan
mmiliki intensitas rambut lebih banyak, menjadi kurang sensitive
terhadap rangsangan. Permukaan kulit dibawah telapak tangan memiliki
jumlah rangan korpuskit messiner lebih sedikit sehingga menyebabkan
kurang peka terhadap rangsang hal ini pun berlaku pada reseptor
lainnya , contohnya panas, dingin dan rasa nyeri
Bagian system saraf pada proses sensitifitas keempat senssasi
permukaan kulit mengandung saraf2 yang memiliki bentuk dan fungsi
yang berbeda – beda . Saraf tersebut yang berkatitan dengan 4 sensasi
yaitu
 Rufini = bagian saraf pada kulit yang peka thd panas
 Messenger = bagian saraf pada kulit yang peka thd sentubhan
 Krause = bagian saraf pada kulit yang peka thd rangsangan dingin
 Ujung saraf tanpa selaput = ujung saraf perasa nyeri

5. PEMBAHASAN
Tujuan percobaan panca indera ini diharapkan praktikan dapat
menjelaskan struktur anatomi, fungsi organ sensorik khusus dan mekanisme
fisiologis serta sifat-sifat masing-masing indera. Alat indera pada manusia terdiri
dari indera pengelihatan (mata), penciuman (hidung), pendengaran (telinga),
pengecap/perasa (lidah), dan peliput (kulit). Masing-masing organ memiliki
anatomi dan fisiologi yang berbeda bergantung pada stimulus yang dapat diterima
oleh masing-masing reseptor. Setiap organ ini memiliki reseptor yang berbeda,
reseptor ini akan membawa stimulus/rangsangan menuju saraf pusat untuk diolah
agar dapat diinterpretasikan menjadi suatu respon.
5.1 PENGLIHATAN
Mata merupakan organ indra rumit. Mata disusun dari bercak sensitive
dancahaya prmitip pada permukaan invertebrata. Dalam selubung pelindungnya
mata mempunyai lapsan reseptor yaitu system lensa bagi pemfokusan cahaya atas
reseptor dan merupakan suatu system syaraf untuk mengantarkan impuls serta
membentuk bayangan penglihatan yang disadari menjadi sasaran (Sherwood,
2001). Gambar Anatomi Mata

A. Anatomi Mata
1. Kelopak Mata
Kelopak mata atau
palpebra
mempunyai fungsi
melindungi bola mata,
serta
mengeluarkan sekresi
kelenjarnya membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma
sinar, dan pengeringan bola mata (Ilyas, 2010).
2. Bulu Mata
Bulu ini terletak dekat sekali dengan mata yang berfungsi menyaring sinar/
cahaya yang akan di terima sebelum masuk ke bola mata (Ilyas, 2010).
3. Alis Mata
Berada tepat di atas kelopak mata yang sebenarnya memiliki fungsi untuk
menahan mata dari air jatuh dari atas seperti keringat dan saat hujan (Ilyas, 2010).
4. Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior. Sistem lakrimal terdiri atas 2
bagian, yaitu (Ilyas, 2010):
a. Sistem produksi atau glandula lakrimsekal. Glandula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita.
b. Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak di bagian
depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke
dalam rongga hidung di dalam meatus inferior (Ilyas, 2010).
5. Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva
ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang di hasilkan oleh sel Goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjungtiva terdiri atas
tiga bagian, yaitu (Ilyas, 2010):
a. Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar di
gerakkan dari tasus.
b. Konjungtiva bulbi menututpi sklera dan mudah di gerakkan dari sclera di
bawahnya.
c. Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat
peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi
dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan jaringan di
bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.
6. Bola Mata
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh
3 lapis jaringan, yaitu (Ilyas, 2010):
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebeut kornea yang bersifat transparan yang
memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih
besar dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid. Badan
siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuous
humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal
iris di batas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis
membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan
pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Badan kaca mengisi rongga di
dalam bola mata dan bersifat gelatin dan hanya menempel papil saraf
optik, makula dan pars plana. Bila terdapat jaringan ikat didalam badan
kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka akan robek dan terjadi
ablasi retina.
Terdapat 6 otot pergerakkan bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.
a. Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan dan terdiri dari atas lapis epitel, membran bowman,
stroma, membran descement, endotel.
b. Uvea
Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3
akar saraf di bagian posterior yaitu:
1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk kornea, iris dan badan siliar.
2. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah
uvea dan untuk dilatasi pupil.
3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk
mengecilkan pupil.
Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris
terdiri dari atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, badan siliar terletak antara iris
dan koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm
temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu:
longitudinal, radiar dan sirkular (Ilyas, 2010).
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke
dalam bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis
(midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot
melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan
siliar akan mengakibatkan melebarnya pembuluh darah di daerah limbus, yang
akan mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran karakteristik
peradangan intraocular (Ilyas, 2010).
Otot longitudinal badan siliar yang berinsersi di daerah baji sklera bila
berkonstraksi akan membuka anyaman trabekula dan mempercepat pengaliran
cairan mata melalui sudut bilik mata (Ilyas, 2010).
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan
mengakibatkan mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa.
Kedua otot ini dipersarafi oleh saraf parasimpatik dan bereaksi baik terhadap obat
parasimpatomimetik (Ilyas, 2010).
c. Pupil
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf
simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan pada orang tua, pupil
mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis (Ilyas,
2010).
Pupil waktu tidur kecil, hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi,
koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari:
1. Berkurangnya rangsangan simpatis
2. Kurangnya rangsangan hambatan miosis
Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun
korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur
hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna
yang akan meningkatakan miosis. Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah
aberasi kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada
kamera foto yang diafragmanya di kecilkan (Ilyas, 2010).
d. Sudut Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan
dengan sudut ini di dapatkan jaringan trabekulum, kanal Schlemm, baji sklera,
garis Schwalbe dan jonjot iris (Ilyas, 2010).

e. Lensa Mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di
dalam mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris
yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal
dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Secara fisiologik lensa mempunyai
sifat tertentu, yaitu :
a. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi
untuk menjadi cembung.
b. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan.
c. Terletak di tempatnya. Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :
 Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,
 Keruh atau apa yang disebut katarak,
 Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi (Ilyas, 2010).
Lensa terletak dibelakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada
badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peran dan akomodasi
atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah makula lutea (Ilyas,
2010).
f. Vitreous Humor (Humor Bening)
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat
transparan seperti jeli (agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan
membuat bola mata membulat (Ilyas, 2010).
g. Aqueous Humor (Humor Berair)
Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya
sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan
difusi gas dengan udara luar melalui kornea (Ilyas, 2010).
h. Badan Kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.
Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air (Ilyas,
2010).

i. Retina
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid
dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan (Ilyas, 2010):
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
yang mempunyai bentuk ramping dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapisan nukleus sel kerucut dan
batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolism dari
kapiler koroid.
4. Lapis fleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
asinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6. Lapis fleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat
sinaps bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang arteri
oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang
akan memberikan nutrisi pada retina dalam.
Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dan koroid (Ilyas,
2010).
Sel batang dan kerucut adalah reseptor fotosensitif yang terletak
berdekatan dengan lapisan terpigmentasi. Sel batang adalah neuron silindris
bipolar yang termodifikasi menjadi dendrit sensitif cahaya. Setiap mata berisi
sekitar 120 juta sel batang terletak terutama pada perifer retina. Sel batang tidak
sensitif terhadap warna dan bertanggung jawab untuk penglihatan di malam hari.
Sel kerucut berperan dalam persepsi warna. Sel ini berfungsi pada tingkat
intensitas cahaya yang tinggi dan berperan dalam penglihatan di siang hari.
Neuron bipolar membentuk lapisan tengah dan menghubungkan sel batang dan sel
kerucut ke sel-sel ganglion. Sel ganglion mengandung akson yang bergabung
pada regia khusus dalam retina untuk membentuk saraf optik (Sloane, 2003).
j. Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis
serabut saraf, yaitu: saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik
menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung atau tidak
langsung terhadap saraf optik ataupun perbuatan toksik dan anoksik yang
mempengaruhi penyaluran aliran listrik (Ilyas, 2010).
k. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea (Ilyas, 2010).
l. Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang
yang membentuk dinding orbita yaitu: lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan
dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang
palatinum dan zigomatikus. Rongga orbita yang berbentuk pyramid ini terletak
pada kedua sisi rongga hidung. Dinding lateral orbita membentuki sudut 45
derajat dengan dinding medialnya (Ilyas, 2010).
m. Otot Penggerak Mata
Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan
mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot
penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu, oblik inferior, otot oblik superior, otot
rektus inferior, otot rektus lateral, otot rektus medius, otot rektus superior (Ilyas,
2010).
A. Fisiologi Pengelihatan
Manusia dapat melihat benda karena adanya cahaya. Cahaya yang
ditangkap mata berturut-turut akan melalui kornea, aqueous humor, pupil, lensa,
vitreus humor, dan retina. Lensa mata berfungsi memfokuskan cahaya yang
terpantul dari benda-benda yang terlihat sehingga menjadi bayangan yang jelas
pada retina. Cahaya ini akan merangsang fotoreseptor untuk menyampaikan
impuls ke saraf penglihat dan berlanjut sampai lobus oksipitalis pada otak besar
(Sherwood, 2001).
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan
lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang
masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat
gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka
pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris
merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor,
karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam
menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke
lensa (Sherwood, 2001).
Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke
otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain
menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga
berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada
objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa
menjadi lebih tebal dan lebih kuat (Sherwood, 2001).
Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris
akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya
sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel
yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke
otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah
terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak,
karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan
normal (Sherwood, 2001).

B. Fisiologi
a. Refleksi Akomodasi
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya
dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina sebagai akomodasi. Kekuatan lensa
bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris (Sherwood, 2001).
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan
menarik lensa, sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi
minimal. Ketika berkontraksi, garis tengah otot ini berkurang dan tegangan di
ligamentum suspensorium mengendur. Sewaktu lensa kurang mendapat tarikan
dari ligamentum suspensorium, lensa mengambil bentuk yang lebih sferis (bulat)
karena elastisitas inherennya. Semakin besar kelengkungan lensa (karena semakin
bulat), semakin besar kekuatannya, sehingga berkas-berkas cahaya lebih
dibelokkan (Sherwood, 2001).
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk
penglihatan jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa
menjadi lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Otot siliaris
dikontrol oleh sistem saraf otonom. Serat-serat saraf simpatis menginduksi
relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis
menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat (Sherwood, 2001).
Pada praktikum fisiologi mata kita akan mengukur pupil mata sebagai
refleks akomodasi pada jarak dekat dan jarak jauh serta pada pengaruh cahaya
terang dan gelap. Mata yang terkena cahaya secara tiba-tiba akan mengecil secara
cepat dan iris mendekat secara cepat, sedangkan mata yang tidak terkena cahaya
tiba-tiba, pupil akan mengecil secara lambat dan iris mendekat secara lambat.
Pupil mata tergantung dari iris atau semacam otot kecil. Iris mendekati jika
cahaya yang masuk terlalu terang (otot radial) dan iris menjauhi jika cahaya yang
masuk terlalu redup (spincel berkontraksi). Jika mata tidak siap saat terkena
cahaya maka pupil mengecil atau meredup secara langsung, kalau siap maka pupil
akan mengecil atau meredup secara perlahan (otot radial).
Pada percobaan yang telah dilakukan hasil yang didapat adalah diameter
pupil mata yang disinari cahaaya dengan secara tiba-tiba mengecil di
bandingkan saat pupil mata tidak disinari yaitu dari diameter 0,5 mm menjadi
0,38mm. Reaksi inidisebut refleks cahaya pupil. fungsi refleks cahaya adalah
membantu mata untuk beradaptasi secara sangat cepat terhadap perubahan cahaya.
Pada saat mata melihat benda pada jarak lebih jauh misalkan 1 meter,
mata hanya membutuhkan sedikit cahaya karena sudut pengelihatan lebih luas dan
lensa mata tidak pelu bekerja lebih keras untuk memfokuskan bayangan benda
dan ukuran pupil akan membesar. Sedangkan pada saat melihat objek pada jarak
dekat, misalnya jarak 20 cm mata membutuhkan lebih banyak cahaya agar lensa
dapat memfokuskan bayangan dengan baik. Selain itu apabila melihat dalam jarak
yang sangat dekat akan membentuk sudut kerucut artinya sudut yang dilihat oleh
mata menjadi lebih sempit dan akan menyebabkan pupil mengecil (Pearce, 1991).
Pada percobaan saat mata melihat objek berjarak 75 cm diameter pupil sebesar
0,32 mm, saat melihat objek berjarak 50 cm diameter pupil sebesar 0,38 mm, dan
saat melihat objek berjarak 20cm diameter pupil sebesar 0,4 mm. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa saat melihat objek pada jarak dekat ukuran pupil
lebih lebar daripada saat melihat objek pada jarak jauh. Hal ini menunjukan
bahwa hasil pengamatan tidak sesuai dengan literatur (pearce,1991), hal ini
mungkin terjadi karena adanya kesalahan pada saat pengamatan atau pembacaan
diameter saat pengukuran.
b. Titik dekat mata
Titik dekat mata adalah jarak terdekat seseorang untuk melihat benda
secara jelas. Pada mata normal (tanpa kaca mata), titik dekat mata adalah 25 cm.
Sementara titik jauh mata (jarak terjauh seseorang untuk melihat benda secara
jelas) adalah tak terhingga (~) (Anderson, 2007).
Pada Percobaan titik dekat jarak awal saat objek terlihat tunggal yaitu
50cm, jarak ketika objek terlihat ganda yaitu 5 cm dan benda kembali objek
tunggal yaitu 13cm . Pada saat mata melihat benda pada jarak 50 cm benda akan
terlihat satu, tidak berbayang dan jelas. Hal ini disebabkan karena pada saat
melihat jauh hanya dibutuhkan sedikit cahaya saja dan sudut pengelihatan lebih
luas dan lensa mata tidak pelu bekerja lebih keras untuk memfokuskan bayangan
benda. Sedangkan pada saat objek lebih dekat pada jarak benda 5 cm dari mata
maka benda menjadi berbayang dan terlihat dua. Hal ini terjadi karena mata
membutuhkan lebih banyak cahaya agar lensa dapat memfokuskan bayangan
dengan baik. Selain itu apabila melihat dalam jarak yang sangat dekat akan
membentuk sudut kerucut artinya sudut yang dapat dilihat oleh mata menjadi
lebih sempit.
Titik dekat mata adalah 25 cm artinya pada jarak tersebut mata dapat
berakomodasi dengan baik. Apabila seseorang melihat atau membaca pada jarak
dekat (kurang dari 25 cm) orang tersebut akan merasakan pengelihatan yang
terganggu, misalnya hasil pengelihatan menjadi berbayang, mata lebih mudah
cape dan pegal, dan terasa pusing saat membaca untuk waktu lama. Apabila mata
terus menerus digunakan untuk melihat atau membaca pada jarak yang dekat mata
akan rentang terkena penyakit, seperti myopi, hipermyopi, maupun silindris.
Maka sangat disarankan untuk membaca atau melihat benda pada jarak lebih dari
25 cm agar mata dapat melakukan fungsinya dengan baik dan kita dapat terhindar
dari berbagai macam penyakit.
c. Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan merupakan kemampuan sistem penglihatan untuk
membedakan berbagai bentuk. Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai bila
terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, struktur mata yang sehat serta
kemampuaan fokus mata yang tepat (Anderson, 2007).
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi mata kita normal atau
berkelainan seperti myopi atau hypermiopi maupun rabun senja. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa ketajaman penglihatan sebesar 1,34 . Hasil yang
seharusnya adalah 1 atau mendekati 1 untuk mata normal. Maka mata praktikan
memiliki penglihatan yang sangat tajam.
Apabila ketajaman seseorang terganggu maka dapat dikatakan bahwa mata
tersebut tidak normal. Beberapa ketidak normalan mata ini seperti, hipermotropia
(rabun dekat) yang disebabkan lensa mata tidak dapat mencembung atau bola
mata terlalu pendek sehingga bayangan benda jatuh di belakang retin dan dapat
dibantu dengan lensa cembung(konvergen/positif), myopia (rabun jauh) yang
disebabkan lensa mata terlalu cembung atau bola mata terlalu panjang sehingga
bayangan benda jatuh di depan retina yang dapa dibantu dengan lensa cekung
(divergen/negatif), presbiopia karena elastisitas lensa mata berkurang karena usia
tua dan dibantu dengan lensa rangkap (dua macam lensa), rabun senja (rabun
ayam) tidak dapat melihat dengan baik pada senja dan malam hari ketika cahaya
mulai rentang-remang. Gangguan penglihatan ini disebabkan oleh kekurangan
vitamin A, dan mata silinder atau astigmatic-eye karena bentuk kornea atau lensa
mata membentuk suatu lengkungan yang tidak sama, ada yang membentuk
horizontal da nada pula yang membentuk vertical (Anderson, 2007).
d. Penglihatan binokular
Penglihatan binokular adalah penggunaan simultan kedua mata.
Penglihatan binokular yang normal menghasilkan citra stereoskopik dan persepsi
kedalaman yang disebabkan oleh paralaks (Anderson, 2007).
Penglihatan binokular adalah penglihatan dimana kedua mata digunakan
secara bersama-sama. Uji penglihatan binokular dilakukan dengan memasukan
benang kedalam jarum dengan kedua mata terbuka dan satu mata tertutup. Hasil
yang dipeoleh pada percobaan ini adalah memasukan benang ke dalam jarum
dengan kedua mata terbuka lebih cepat yaitu membutuhkan waktu 3,61 detik
dibandingkan dengan satu mata terutup, pada mata kiri waktu yang dibutuhkan
yaitu 6,03 detik dan pada mata kanan waktu yang dibutuhkan yaitu 7,98 . Karena
saat menggunakan dua mata luas pandangan menjadi lebih sempit sehingga
memudahkan mata untuk fokus ke satu objek. Jika melihat dengan 1 mata tertutup
luas pandang akan menjadi lebih besar sehingga sulit untuk memfokuskan pada
objek yang dilihat oleh mata.
Penglihatan binokuler adalah keadaan simultan yang didapat dari kedua
mata yang berkoordinasi, sehingga bayangan yang sedikit berbeda dan terpisah
pada tiap-tiap mata dianggap sebagai suatu bayangan tunggal. Dengan demikian,
penglihatan binokuler dihasilkan dari penggabungan penglihatan dari kedua mata
untuk membentuk suatu persepsi tunggal. (Syauqie, 2014).

e. Tes Ishihara
Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu
Ishihara. Tes ini pertama kali dipublikasi pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat
itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna
Ishihara terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapat titik-titik dengan berbagai
warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk
lingkaran. Warna titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak
akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal (pseudo-
isochromaticism) (Anderson, 2007).
Penglihatan bergantung pada stimulasi fotoreseptor retina oleh cahaya.
Benda-benda tertentu di lingkungan, misalnya matahari, api, dan bola lampu,
memancarkan cahaya. Pigmen -pigmen di berbagai benda secara selektif
menyerap panjang gelombang tertentu cahaya yang datang dari sumber-sumber
cahaya, dan panjang gelombang yang tidak diserap dipantulkan dari permukaan
benda. Berkas-berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang memungkinkan kita
melihat benda tersebut. Suatu benda yang tampak biru menyerap panjang
gelombang cahaya merah dan hijau yang lebih panjang dan memantulkan panjang
gelombang biru yang lebih pendek, yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel-sel
kerucut biru mata, sehingga terjadi pengaktifan sel-sel tersebut (Sherwood, 2001).
Buta warna merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat mengenali
warna baik secara total maupun sebagian. Ada penderita buta warna total dan
parsial. Buta warna total adalah keadaan dimana seseorang tidak dapat mengenali
warna sama sekali, semua warna dilihat sebagai tingkatan warna hitam, putih, dan
abu-abu. Sedangkan buta warna parsial adalah ketidakmampuan untuk
membedakan warna-warna merah dan hijau. Buta warna ini disebabkan
ketidakmampuan sel-sel kerucut (cone cell) pada retina mata untuk menangkap
suatu spektrum warna tertentu sehingga objek yang terlihat bukan warna yang
sesungguhnya (Campbell, 2002). Pada saat kita melihat suatu objek yang
berwarna dan memancarkan cahaya, mata akan menangkap berkas-berkas cahaya
tersenut dan ini yang membuat kita dapat melihat benda dengan berbagai warna
yang berbeda karena semua berkas cahaya yang jatuh pada retina dapat terserap
utuh oleh sel kerucut, sedangkan pada penderita warna berkas-berkas cahaya
tidak dapat ditangkap secara sempurna, sehingga cahaya yang masuk ke dalam
mata dan jatuh di retina tidak dapat terserap sempurna oleh sel kerucut sehingga
presepsi kita terhadap warna menjadi tidak sempurna (Sherwood, 2001).Buta
warna umumnya disebabkan karena keturunan (genetikal). Penyebab
lainnyaadalah adanya kerusakan pada syaraf mata yang disebabkan karena
berbagai sebab, seperti kecelakaan atau bawaan lahir. Buta warna dibedakan
menjadi 2 tipe yaitu tipe buta warna parsial dan butawarna total. Buta warna
parsial adalah buta warna yang hanya bisa membedakan beberapa warna saja,
tetapi sebaliknya buta warna total tidak bisa membedakan warna.

Saat di lakukan percobaan dengan menggunakan kartu isihara penderita buta


warna total rata-rata hanya bisa menjawab dengan benar soal di halaman pertama, dan
halaman berikutnya tidak, dikarenakan halaman pertama hanya ada perbedaan gradasi
warna muda dan tua, jadi penderita buta warna total hanya bisa membaca dengan benar
soal di halaman pertama dengan hanya melihat perbedaan gradasi warnanya bukan
dengan perbedaan warnanya. Saat dilakukan percobaan ini dengan salah satu
sukarelawan, dengan membaca semua soal dan menjawabnya dengan cepat setelah itu
dilihat kata kunci yang ada di belakang soal tersebut untuk dilihat kebenarannya di tabel
skor di kartu isihara, dan sukarelawan menjawab semua dengan tepat, di pastikan sang
sukarelawan tidak menderita penyakit buta warna.

Gambar no. 1 Gambar No. 1

Baik orang normal maupun buta warna


dapat membaca angka 12
gambar no.2 Gambar no. 2

o Mereka yang memiliki penglihatan


warna normal melihat angka 8.
o Mereka yang buta warna merah
hijau ( parsial ) melihat angka 3.
o yang buta warna total tidak melihat
apapun.

Gambar no. 3 Gambar no. 3


o Mereka yang memiliki penglihatan
warna normal bisa melacak garis
wiggly merah dan oranye.
o Orang buta warna hijau merah
akan melacak garis wiggly merah
dan biru-hijau.
o Orang dengan kebutaan warna
total tidak akan bisa melacak garis
apapun.
5.2. PENDENGARAN
Telinga merupakan alat indera yang berfungsi untuk pendengaran yang
peka terhadap rangsangan berupa gelombang. Gelombang ini akan dialirkan dari
udara masuk ke telinga luar (daun telinga yang berfungsi untuk menampung
getaran, kanal pendengaran untuk menyalurkan getaran, dan membrane tympani
untuk merima dan memperbesar getaran suara) menuju telinga tengah yang
berfungsi untuk meneruskan getaran dari telinga luar menuju telinga dalam.
Telinga tengah terdiri dari tulang pendengaran untuk transmisi getaran menuju
telinga dalam, saluran eutachius untuk mengurangi tekanan udara di telinga
tengah sehingga tekanan udara di luar dan di dalam akan sama. Selanjutnya akan
diterukan menuju telinga dalam yang terdiri dari tingkap jorong untuk menerima
dan menyampaikan getara, rumah siput (cochlea) untuk reseptor getaran yang
akan diteruskan ke sistem saraf pendengaran, dan tiga saluran setengah lingkaran
untuk menjaga keseimbangan tubuh (Pearce, 2009).
Telinga merupakan alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa
gelombang suara. Telinga manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi
antara 20-20.000 Hz. Selain sebagai alat pendengaran, telinga juga berfungsi
menjaga keseimbangan tubuh manusia (Pearce, 2009: 325)
A. Anatomi Telinga

Telinga manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian luar,
bagian tengah, dan bagian dalam.
1. Telinga bagian luar
Telinga bagian luar terdiri atas:
 Daun telinga, berfungsi untuk menampung getaran.
 Saluran telinga luar atau lubang telinga, berfungsi menyalurkan getaran.
 Kelenjar minyak, berfungsi menyaring udara yang masuk sebagai
pembawa gelombang suara.
 Membran timpani atau selaput gendang, berfungsi menerima dan
memperbesar getaran suara.
2. Telinga bagian tengah
 Telinga bagian tengah terletak di sebelah dalam membran timpani. Fungsi
dari telinga bagian tengah adalah untuk meneruskan getaran dari suara telinga
bagian luar ke telinga bagian dalam. Pada telinga tengah terdapat saluran
Eustachius dan tiga tulang pendengaran.
 Saluran Eustachius, berfungsi untuk mengurangi tekanan udara di telinga
tengah sehingga tekanan udara di luar dan di dalam akan sama. Keseimbangan
tekanan ini akan menjaga gendang telinga supaya tidak rusak. Saluran ini akan
tertutup dalam keadaan biasa, dan akan terbuka jika kita menelan sesuatu.
 Tulang pendengaran, berfungsi untuk mengantarkan dan memperbesar
getaran ke telinga bagian dalam. Tulang pendengaran ada tiga, yaitu tulang martil,
tulang landasan, dan tulang sanggurdi. Tulangtulang ini menghubungkan gendang
telinga dan tingkap jorong.
1. Telinga bagian dalam
Telinga bagian dalam berfungsi mengantarkan getaran suara ke pusat
pendengaran oleh urat saraf. Penyusun telinga bagian dalam adalah sebagai
berikut.
 Tingkap jorong, berfungsi menerima dan menyampaikan getaran.
 Rumah siput, berfungsi menerima, memperbesar, dan menyampaikan
getaran suara ke saraf pendengaran. Di dalam saluran rumah sifut terdapat
cairan limfe dan terdapat ujung-ujung saraf pendengaran.
 Tiga saluran setengah lingkaran, berfungsi sebagai alat untuk mengetahui
posisi tubuh dan menjaga keseimbangan. (Pearce, 2009: 325)
B. Fisiologi Pendengaran
Suara yang kita dengar akan ditangkap oleh daun telinga, kemudian
sampai ke gendang telinga sehingga membuat gendang telinga bergetar. Getaran
ini diteruskan oleh tiga tulang pendengaran ke tingkap jorong dan diteruskan ke
rumah siput. Di dalam rumah siput, cairan limfe akan bergetar sehingga
meransang ujung-ujung saraf pendengaran dan menimbulkan impuls saraf yang
ditujukan ke otak (Pearce, 2009: 330).
Di dalam otak, impuls tersebut akan diolah sehingga kita bisa mendengar
dan mengenali suara tersebut.
Selain sebagai indera pendengar, telinga juga berfungsi sebagai indera
keseimbangan. Letak indera keseimbangan terdapat di dalam ampula, yaitu
pangkal dari tiga saluran setengah lingkaran yang menggembung. Di dalam
ampula terdapat sel-sel rambut yang peka terhadap gravitasi. Bila kepala
menggeleng, arah sel-sel rambut berubah. Perubahan ini diterima oleh sel-sel saraf
kemudian diteruskan ke otak.
C. Gangguan Pada Telinga
Ada dua penyebab gangguan telinga, yaitu gangguan penghantar bunyi
dan gangguan saraf. Gangguan telinga yang disebabkan oleh gangguan saraf dan
gangguan penghantar bunyi bisa diatasi menggunakan alat pendengaran buatan.
Alat ini mampu memperbesar gelombang suara sebelum suara masuk ke telinga.
Ada bermacam gangguan telinga, yaitu (Pearce, 2009: 335)
1. Tuli, tuli ada dua macam yaitu:
 Tuli konduktif, terjadi karena gangguan transmisi suara ke dalam koklea
misalnya kotoran yang menumpuk, nanah yang memenuhi telinga tengah
pada peradangan menimbulkan kerusakan pada tulang- tulang
pendengaran.
 Tuli saraf, bila terjadi kerusakan koklea atau saraf pendengaran.
Ganguan telinga disebabkan oleh luka pada telinga bagian luar yang telah
terinfeksi atau otitis sehingga mengeluarkan nanah. Gangguan ini dapat bersifat
permanent jika terjadi infeksi yang sangat parah. Penderita ini harus segera
memeriksakan telinganya pada dokter supaya bisa cepat disembuhkan.
Penumpukan kotoran sehingga menghalangi getaran suara untuk sampai ke
gendang telinga. Oleh karena itu, kita harus membersihkan telinga dari kotoran
dengan kapas minimal satu kali dalam seminggu.
2. Kerusakan gendang telinga, misalnya gendang telinga pecah
Pecahnya gendang telinga bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu kapasitas
suara yang didengar terlalu kuat dan terkena suatu benda yang tajam, misalnya
membersihkan telinga dengan peniti atau lidi sehingga menyentuh gendang
telinga dan menyebabkan gendang telinga menjadi sobek. Gendang telinga sangat
tipis sekali.
 Otosklerosis, adalah kelainan pada tulang sanggurdi yang ditandai dengan
gejala tinitus (dering pada telinga) ketika masih kecil.
 Presbikusis, adalah perusakan pada sel saraf telinga yang terjadi pada usia
manula.
 Rusaknya reseptor pendengaran pada telinga bagian dalam akibat dari
mendengarkan suara yang amat keras. (Pearce, 2009: 335).
D. Uji Ketulian
Pada percobaan kali ini, lutut kita diketuk menggunakan garpu tala terjadi
getaran yang menjalar sampe kebagian tangan dan pada bagian kepala hanya
sekilas. Tujuan pengujian dengan garputala yang diketukkan pada lutut adalah
menguji tuli konduktif. Tuli konduktif ini disebabkan karena terganggunya
transmisi getaran yang masuk ke telinga bagian tengah yaitu bagian telinga luar,
yaitu bagian membrane timpani. Rambatan gelombang terasa hanya sampai
bagian tangan dan kepala dan sebentar karena impuls tidak sampai ke bagian otak.
Praktikan mendengar suara garputala artinya praktikan tidak mengalami tuli
konduktif.
Lalu pada saat garpu tala digigit getaran dan bunyi begitu keras pada
bagian kepala sampai keseluruh bagian kepala. Percobaan diulangi dengan cara
yang sama tetapi salah satu telinga ditutup, saat telinga kiri ditutup terdengar
bunyi keras pada bagian kiri telinga begitupun saat telinga kanan ditutup, hal itu
menunjukkan bahwa pendengaran kita normal.. Tujuan dilakukan uji garputala
dengan menggigit untuk menguji tuli persesif. Tuli persesif adalah tuli yang
disebabkan oleh kerusakan bagian telinga tengah dan dalam. dengan menggigit
garputala, getaran akan dihantarkan langsung menuju coclea dan dilanjutkan ke
otak besar yaitu lobus temporal. Apabila praktikan merasakan adanya bunyi yang
frekuensinya cukup tinggi dan terasa seperti terngiang-ngiang maka
pendengarannya normal.

5.3. PENGECAPAN
Lidah adalah struktur otot yang memiliki organ untuk menerima rasa.
Organ untuk rasa rasa ini adalah selera. Lidah terletak di dalam mulut dan
merupakan otot yang penting. Lidah tidak memiliki tulang. Lidah memiliki warna
kemerahan atau merah muda. Stimulus berupa molekul kimia yang dapat
dibedakan menjadi 5 macam rasa, yaitu manis, asin, asam, pahit, dan gurih.
Sensasi yang ditimbulkan berkombinasi dengan sensasi olfaktori dan visual.
Lidah adalah alat indera yang peka terhadap rangsangan berupa zat kimia
larutan. Lidah memiliki otot yang tebal, permukaannya dilindungi oleh lendir dan
penuh dengan bintil-bintil. Kita dapat merasakan rasa pada lidah karena terdapat
reseptor yang dapat menerima rangsangan. Reseptor itu adalah papilla pengecap
atau kuncup pengecap. Kuncup pengecap merupakan kumpulan ujung-ujung saraf
yang terdapat pada bintil-bintil lidah. Papilla agak kasar karena memiliki tonjolan-
tonjolan pada permukaan lidah. Di dalam papila terdapat banyak kuncup-kuncup
pengecap (taste bud) yaitu suatu bagian berbentuk bundar yang terdiri dari dua
jenis sel yaitu sel-sel penyokong dan sel-sel pengecap yang berfungsi sebagai
reseptor (Pearce, 2009).
Sensasi pengecapan dasar pada manusia merupakan campuran dari 4 rasa
dasar. Yaitu manis, asin, asam, dan pahit. Namun, orang cina memperkenalkan
vetsin yang menghasilkan jenis rasa baru, yaitu lezat (umami).

1. Manis, distimulasi oleh zat-zat organik seperti gula, glikol, alkohol, aldehid,
keton, amida, ester, asam amino, garam-garam timbal, dan garam-garam
berilium.
2. Asam, dihasilkan terutama oleh H+. semakin tinggi [H+] atau pH semakin
rendah, maka rasa asam akan semakin kuat.
3. Asin, distimulasi oleh garam-garam yang terionisasi. Intensitas bervariasi
dari jenis garam yang satu ke garam
yang lainnya. Yang bertanggung
jawab pada rasa asin adalah bagian
kation.
4. Pahit, dihasilkan hampir
semuanya oleh zat organik.
Penghasil rasa pahit dapat dibagi
kedalam dua kelompok,
yaitu zat organik rantai panjang dan alkaloid. Rasa pahit merupakan suatu
karekteristik untuk ditolak
berperan dalam merangsang
pertahanan tubuh (Pearce, 2009).

A. anatomi Lidah
Gambar anatomi lidah

a. Papila

Papila mengandung kuncup pengecap (kemoreseptor), yang membantu


kita mengidentifikasi antara selera yang berbeda dari makanan. Ketika kita
mengunyah makanan, sebagian larut dalam air liur. Bagian makanan yang terlarut
ini terjadi kontak dengan selera dan menghasilkan impuls saraf.
Serabut saraf ini dikenal sebagai mikrovili. Serabut saraf ini membawa
pesan ke pusat rasa di otak. Kemudian otak merasakan rasa. Selera adalah koleksi
sel seperti saraf yang terhubung ke saraf yang berjalan ke otak. Selera adalah
organ rasa yang sejati. Mereka memiliki banyak sel-sel sensorik yang pada
gilirannya terhubung ke banyak serat saraf yang berbeda.
4jenis utama dari papila:

1. Papila filiform, atau papila kerucut, yang paling banyak dari empat jenis
utama dari papila, yang diatur dalam baris cukup teratur berjalan sejajar
dengan alur tengah lidah. Tersebar diseluruh permukaan lidah. Papila ini
tidak memiliki sel kecap namun memiliki mekanoreseptor. Fungsinya yaitu
untuk meningkatkan gesekan antara lidah dan makanan.
2. Papila poliate yang berkerumun menjadi dua kelompok diposisikan pada
setiap sisi lidah. Sel kecap berdegenerasi pada awal masa kanak-kanak.
3. Papila fungiform terlibat dalam sensasi rasa dan memiliki selera yang
tertanam di permukaan mereka. Mereka menanggapi baik rasa manis dan
asam. Terletak di seluruh permukaan lidah. Setiap papila memiliki lima
kuncup pengecap.
4. Papila sirkumvlata, Setiap orang hanya memiliki 7 sampai 12 papila
sirkumvalata, namun papila ini masing-masing berisi beberapa ribu selera.
Papila sirkumvalata berbetuk bulat, mengangkat, dan terlihat dengan mata
telanjang. Mereka diatur dalam bentuk V di bagian belakang lidah, memiliki
100-300 kuncup pengecap.
b. Tonsil atau amandel
Fungsi utama dari amandel adalah untuk melayani sebagai garis
pertahanan pertama dalam sistem kekebalan tubuh.
c. Adenoid.
Mereka membantu dalam memerangi infeksi.
d. Kuncup rasa (taste bud)
Adalah Struktur yang terletak pada permukaan lidah. Mereka tertanam
dalam mukosa papila lidah. Papila adalah juluran pada permukaan diatas lidah.
Kuncup rasa mengandung reseptor untuk rasa. Ada sekitar 3000 Selera pada lidah
orang dewasa. Ada empat rasa utama – manis, asin, asam dan pahit. Keempat
selera utama dirasakan oleh porsi yang berbeda dari lidah. Ujung lidah kita untuk
merasakan garam dan manis. Selera di sisi lidah akan mendeteksi rasa asam.
Sedangkan bagian belakang lidah mendeteksi rasa pahit.
e. Sel reseptor rasa atau reseptor gustatory

Mereka adalah sel berbentuk gelendong yang bersifat neurosensorik.


Mereka memiliki rambut di salah satu ujung dan di ujung lain mereka memiliki
serabut saraf. Jumlah mereka 5-15 di setiap pengecap. (Sloane, 2003 ).

B. Fungsi Utama Lidah

I. Sebagai indera pengecap

II. Alat bantu mengucap pada saat berbicara

III. Membantu letak makanan saat dikunyah dan membantu menelan


makanan

IV. Membantu mencerna makanan secara mekanik yang dilakukan oleh gigi
(Sloane, 2003).

C. Fisiologi Pengecapan
a. Aktivasi reseptor kecap
Suatu zat untuk dapat dikecap harus terlarut dalam saliva. Ketika tastant
terlarut dalam saliva, akan terjadi kontak dengan rambut pengecapan yang
merupakan lokasi transduksi rasa. Hasilnya yaitu berupa potensial yang akan
menstimulasi eksositosis vesikula sinaptik pada reseptor pengecapan. Selanjutnya,
pembebasan neurotransmiter memicu terbentuknya impuls saraf di neuron
penerima yang bersinapsis dengan sel-sel reseptor pengecapan. Aktivasi reseptor
sebanding dengan kadar zat terlarut.
Ketika zat-zat terabsorpsi di sel-sel kecap, sel kecap lebih permeabel
terhadap ion-ion. Lalu perubahan karakteristik membran sel kecap akan
menyebabkan depolarisasi yang menghantarkan impuls rasa ke SSP. Setelah
terjadi depolarisasi, zat tercuci oleh saliva (perlahan-lahan) dan stimulus akan
hilang.

b. Mekanisme alur transmisi sensasi kecap ke SSP


Informasi kecap dari lidah akan dibawa ke N VII dan N IX, dari epiglotis
akan dibawa ke N X, dan dari faring akan dibawa ke N X. kemudian akan
bersinaps di Medulary Nuclei pada hipotalamus. Kemudian akan diproses di
korteks somatosensoris dan dipersepsikan sebagai sensasi kecap atau rasa
(Sherwood, 2001).

D. Beberapa Faktor Yang Ikut Berperan Dalam Pengecapan


1. Sisi afektif dalam pengecapan yang membedakan rasa menjadi enak dan
tidak enak (tergantung dari konsentrasi zat dikecap)
2. Sensasi kecap sangat tergantung dari reseptor penciuman (80% dari
pengecapan adalah penciuman) (Sherwood, 2001)
E. Kelainan-Kelainan Pada Lidah
Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang sebagian
besar disebabkan ragi yang disebut Candida albican. Agen penyebab kurang
umum lainnya adalah Candida glabrata dan Candida tropicalis. Ketika itu terjadi
pada membran mukosa mulut, itu dikenal sebagai lisan kandidiasis oral. Gejala
munculnya dapat diidentifikasi dengan munculnya deposit putih atau berwarna
krem tebal di permukaan lidah. Lidah terinfeksi mungkin tampak merah dan
sedikit mengangkat dari tingkat normal. Kandidiasis oral menyebabkan sensasi
terbakar dan banyak ketidaknyamanan. Hal ini diobati dengan obat antijamur.
Pasien diminta untuk menggunakan suspensi oral ini untuk mencuci sekitar mulut
dan menelan. Dalam beberapa kasus yang parah, obat dapat diberikan secara
intravena pada lidah.
Leukoplakia adalah penyakit melibatkan pembentukan bercak putih atau
patch pada membran mukosa mulut. Bagian-bagian mulut umum yang
mengembangkan leukoplakia adalah lidah, gusi, dll Jika tidak diobati pada
waktunya, leukoplakia dapat menyebabkan kanker. Patch leukoplakia di lidah
tidak dapat dengan mudah tergores. Penyebab umum penyakit ini seperti merokok
dan mengunyah tembakau. Dalam sebagian besar kasus, penyakit lidah ini tidak
berbahaya. Tapi mengunjungi dokter gigi diperlukan untuk mencegah kanker.
Keratosis pharyngis. Hal ini terjadi ketika protein dari rambut atau kuku,
yang disebut keratin, tumbuh di faring. Ini adalah penyakit lidah yang termasuk
dalam kelompok penyakit yang tidak ada pengobatan yang dikenal sampai
sekarang. Gejala mengidentifikasi adalah sakit di bagian belakang tenggorokan
dan kesulitan menelan (Canderson, 2007).
F. Pengecapan
Pada percobaan kecap, telah dilakukan percobaan distribusi reseptor kecap
dengan cara meneteskan larutan uji pada masing-masing reseptor lidah dan
dilakukan pada tiga orang dari setiap anggota kelompok. Tujuan dilakukan kepada
tiga orang adalah untuk membandingkan nilai ambang rasa serta mengetahui
apakah letak reseptor kecap yang dirasakan para praktikan telah sesuai atau belum
dengan literatur.
Percobaan dilakukan menggunakan larutan uji dengan konsentrasi yang
telah ditentukan. Tujuannya adalah agar dapat melihat seberapa peka lidah
seseorang terhadap berbagai jenis rasa, apakah dengan konsentrasi normal sudah
terasa atau hanya dapat terasa apabila menggunakan konsentrasi yang tinggi.
Larutan uji yang digunakan adalah larutan kinin sulfat, larutan sukrosa,
larutan asam asetat, serta larutan NaCl. Tujuan digunakan larutan uji tersebut
karena larutan tersebut larutan yang memiliki rasa pada nilai ambang rasa lidah
pada rata-rata orang dengan konsentrasi tertentu.
Pada percobaan, distribusi reseptor kecap menggunakan satu tetes dari
larutan-larutan sebagai berikut :
1. Larutan Kinin Sulfat 0,1%
2. Larutan NaCl 10%
3. Larutan asam asetat 1%
4. Larutan Sukrosa 5%

Berdasarkan hasil pengujian, responden dapat merasakan sensasi rasa pada


lokasi reseptor yang tepat. Manis di bagian ujung lidah bagian depan, pahit
dibagian ujung lidah bagian belakang, asam dibagian kiri dan kanan lidah bagian
atas, dan asin dibagian kiri dan kanan lidah dibawah reseptor asam. Hal ini
menunjukkan bahwa reseptor kecap para responden normal dan sedang tidak
mengalami gangguan karena telah sesuai dengan literatur.
Pada percobaan nilai ambang rasa yaitu percobaan dalam mengidentifikasi
seberapa kuat rasa yang dapat dirasakan oleh masing-masing responden terdapat
perbedaan antara yang satu dan yang lainnya. Dengan penetesan larutan-larutan
yang memiliki rasa pada nilai ambang rasa lidah (pada rata-rata orang).

Pahit : kinin0,000008 M
Manis : sukrosa 0,001 M
Asam : asam klorida 0,0009 M
Asin : natrium klorida 0,01 M

Pada percobaan rasa pahit, responden 1 merasakan sangat pahit,


sedangkan responden 2 dan 3 merasakan sedikit pahit. Hal ini dapat disebabkan
kebiasaan responden 1 yang tidak terbiasa mengonsumsi makanan yang pahit,
sedangkan responden 2 dan 3 sudah terbiasa mengonsumsi makanan yang pahit
misalnya jamu, obat, Apabila melihat dari nilai ambang rasa, berdasarkan literatur
konsentrasi kinin 0,000008M Ini artinya para responden sudah bisa mendeteksi
rasa pahit tersebut.
Pada percobaan rasa asin, responden 1 memiliki kesamaan dalam
mengidentifikasi seberapa asinnya larutan tersebut, yaitu kuat. sedangkan
responden 2 dan 3 merasakan asin yang lemah. Hal ini disebabkan karena
responden 1 tidak terbiasa mengkonsumsi makanan pahit. Dan apabila ditinjau
dari konsentrasi, pada literatur nilai ambang rasa asin adalah 0,01M. Ini artinya
para responden sudah bisa merasakan rasa asin pada konsentrasi ambang rasa.
Dapat disimpulkan bahwa responden 1 dan 2 sudah terbiasa mengonsumsi
makanan yang asin, namun dalam jumlah yang sedikit.
Pada percobaan rasa asam, dilakukan menggunakan larutan asam klorida
dengan konsentrasi 0,0009 M. Hasil identifikasi rasa pada responden 1,2 ataupun
3 pada konsentrasi 0,0009 M memiliki kesamaan dalam mengidentifikasi seberapa
asamnya larutan tersebut, yaitu responden 1 merasakan asam kuat sedangkan
responden 2 dan 3 tidak terasa asam sama sekali. Apabila dilihat dari nilai ambang
rasa dari literatur yaitu 0,0009M pada responden 1 ini dapat merasakan karena
kepekaan lidah dengan asam masih normal sedangkan responden 2 dan 3 Ini tidak
merasakan asam ini dapat disebabkan karena para responden sudah terbiasa
dengan rasa yang asam, misalnya memakan buah jeruk, sehingga ketika diberi
larutan asam dengan konsentrasi normal, rasa asamnya tidak.
Pada percobaan rasa manis, dilakukan menggunakan larutan sukrosa
dengan konsentrasi 0.01 M. Hasil identifikasi rasa, pada konsentrasi sukrosa 0,01
M terdapat perbedaan antara responden 1,2 dengan responden 3. Dimana
responden 1,2 merasakan rasa manis yang sedang, sedangkan responden 3
merasakan rasa manis yang kuat. Dapat disimpulkan bila responden 1 dan 2
senang mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, sehingga ketika diberi
larutan yang manis dengan konsentrasi yang sedang maka lidah sudah terbiasa
dalam mendeteksi rasa tersebut. Sedangkan pada responden 3, pada umumnya
senang mengonsumsi makanan atau minuman yang sangat manis tetapi setelah
diteteskan rasa manis dengan konsentrasi sedang responden merasakan manis
yang kuat. Hal ini terjadi karena kemungkinan papila yang dimiliki responden
tipis, sehingga lidah lebih peka dalam memberikan kekuatan rasa, ketika pada
umumnya manis yang dirasakan sedang akan terasa kuat.

5.4. PENCIUMAN

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang


yang dipisahkan oleh sekat hidung. Bagian luar dinding hidung terdiri dari kulit,
lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari
selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan konka hidung (konka nasalis).
A. Anatomi Hidung

Gambar 1. Kerangka luar hidung


Keterangan :
1. Kartilago lateralis superior
2. Septum
3. Kartilago lateralis inferior
4. Kartilago alar minor
5. Processus frontalis tulang maksila
6. Tulang hidung
Pada gambar 1 tampak kerangka luar hidung yang terdiri dari dua tulang
hidung, processus frontal tulang maksila, kartilago lateralis superior, sepasang
kartilago lateralis inferior dan tepi anterior kartilago septum nasi. Tepi medial
kartilago lateralis superior menyatu dengan kartilago septum nasi dan tepi atas
melekat erat dengan permukaan bawah tulang hidung serta processus frontal
tulang maksila. Tepi bawah kartilago lateralis superior terletak di bawah tepi atas
kartilago lateralis inferior. Hidung berbentuk piramid, kira-kira dua per lima
bagian atasnya terdiri dari tulang dan tiga per lima dibawahnya tulang rawan.
Bagian puncak hidung biasanya disebut apeks, agak ke atas dan belakang dari
apeks disebut batang hidung atau dorsum nasi, yang berlanjut sampai ke pangkal
hidung dan menyatu dengan dahi, yang disebut kolumela membranosa mulai dari
apeks, yaitu di posterior bagian tengah bibir dan terletak sebelah distal dari
kartilago septum. Titik pertemuan kolumela dengan bibir atas dikenal sebagai
dasar hidung (Ballenger, 1994).
Dasar hidung dibentuk oleh processus palatina (1/2 bagian posterior) yang
merupakan permukaan atas lempeng tulang tersebut

Gambar 2. Rongga hidung pandangan bawah (Ballenger, 1994)

Keterangan :
1. Kartilago alar
 Medial crus
 Lateral crus
2. Spins hidungis anterior
3. Fibro aleolar
4. Kartilago septal
5. Sutura intermaksilaris
Pada tulang tengkorak, lubang hidung yang berbentuk segitiga disebut
apertura piriformis. Tepi latero superior dibentuk oleh kedua tulang hidung dan
processus frontal tulang maksila. Pada gambar dua memperlihatkan tonjolan di
garis tengah hidung yang disebut spina hidungis anterior. Bagian hidung bawah
yang dapat digerakkan terdiri dari dua tulang alar (lateral inferior) dan kadang-
kadang ada tulang sesamoid di lateral atas. Tulang rawan ini melengkung
sehingga membuat bentuk nares. Kedua krus medial dipertemukan di garis tengah
oleh jaringan ikat dan permukaan bawah septum oleh kulit. Di dekat garis tengah,
krus lateral sedikit sedikit tumpang tindih dengan kartilago lateralis superior. Krus
medial saling terikat longgar dengan sesamanya.
Beberapa tulang rawan lepas, kecil-kecil (kartilago alar minor) sering
ditemukan di sebelah lateral atau di atas krus lateral. Kulit yang membungkus
hidung luar tipis dan mengandung jaringan sub kutan yang bersifat areolar.
Tulang hidung merupakan tulang yang rata, yang satu dengan yang lain
bersendi di garis tengah menuju jembatan hidung, masing-masing tulang
berbentuk empat persegi panjang yang mempunyai dua permukaan dan empat
pinggir. Nares anterior menghubungkan rongga hidung dengan dunia luar. Nares
anterior lebih kecil dibandingkan dengan nares posterior yang berukuran kira-kira
tinggi 2,5 cm dan lebar 1,25 cm.

B. Fungsi Hidung
Adapun fungsi hidung yaitu sebagai berikut :
1. Alat Penciuman
Nervus olfaktorius atau saraf kranial melayani ujung organ pencium.
Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lender hidung, yang
dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang
sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan
serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius pada hakekatnya
merupakan bagian dari otak yang terpencil, adalah bagian yang berbentuk bulbus
(membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang
ethmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius
dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung, hingga mencapai daerah
penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak, dimana
perasaan itu ditafsirkan (Saifuddin,1995).
2. Saluran Pernapasan
Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh
darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lender semua
sinus yang mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Daerah pernapasan
dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel
cangkir atau sel lender. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan
berlendir. Diatas septum nasalis dan konka selaput lender ini paling tebal, yang
diuraikan di bawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi
epithelium pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga,
sangat memperbesar permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui
hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan
arena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya maka udara menjadi
hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lender menjadi lembab.
3. Resonator
Ruang atas rongga untuk resonansi suara yang dihasilkan laring, agar
memenuhi keinginan menjadi suara hidung yang diperlukan. Bila ada gangguan
resonansi, maka udara menjadi sengau yang disebut nasolalia
4. Regulator atau Pengatur
Konka adalah bangunan di rongga hidung yang berfungsi untuk mengatur
udara yang masuk, suhu udara dan kelembaban udara.
5. Protektor Atau Perlindungan
Hidung untuk perlindungan dan pencegahan (terutama partikel debu)
ditangkap oleh rambut untuk pertikel yang lebih kecil, bakteri dan lain-lain
melekat pada mukosa. Silia selanjutnya membawa kebelakang nasofaring,
kemudian ditelan (Bambang, 1991).

C. Fisiologi Indera Penciuman

Reseptor untuk indera penciuman merupakan saraf khusus yang terdapat


dalam bagian kecil di membran mukosa di bagian atas dari tulang hidung kita,
tepat dibawah mata. Jutaan reseptor di setiap rongga hidung bertemu dengan
molekul kimia yang terdapat pada udara. Ketika individu menghirup udara,
individu menarik molekul-molekul ini ke dalam rongga hidung, namun udara ini
dapat masuk melalui mulut, berjalan mealui kerongkongan seperti asap pada
sebuah cerobong asap. Molekul-molekul ini mendorong munculnya respon-respon
di reseptor yang terkombinasi menjadi bau yang khas. Sinyal dari reseptor ini
kemudian dibawa ke bulbus olfaktori di otak oleh sarf-saraf olfaktori, yang terbuat
dari akson-akson reseptor. Dari bulbus olfaktori, sinyal-sinyal tersebut kemudian
dikirimkan ke bagian yang lebih tinggi dari otak (Carole & Carol, 2007).
Aroma tentu saja memiliki pengaruh psikologis pada diri kita. Itulah
alasannya mengapa kita membeli parfum dan mencium aroma bunga. Karena
pusat olfaktori di otak terhubung dengan area yang mengelola ingatan dan emosi,
aroma yang khas sering kali menghasilkan ingatan yang jelas dan dipenuhi
dengan warna emosi (Carole & Carol, 2007).
D. Macam-Macam Gangguan Pada Hidung

Hidung adalah salah satu organ yang berperan penting dalam menjaga
keseimbangan tubuh. Saat bernafas, hidung akan menyaring bakteri, kuman, dan
segala bentuk gangguan sekecil apapun sehingga udara yang masuk ke dalam
paru-paru selalu bersih.
Apabila hidung mengalami gangguan atau penyakit, umumnya ini akan
mengganggu fungsi pernafasan. Macam-macam gangguan hidung pada yaitu :

1. Deviated Septum

Lubang hidung dipisahkan oleh sebuah sekat yang disebut septum.


Normalnya, sekat ini akan membagi secara rata besar lubang hidung seseorang.
Tapi pada kasus abnormal, sekat ini membagi secara tidak rata dan menyebabkan
salah satu lubang hidung lebih besar. Pada kasus yang ringan gejala tidak akan
muncul, tapi pada tingkat yang lebih serius, ini dapat mengganggu pernafasan dan
diperlukannya tindakan operasi.

2. Rhinitis
Pembengkakan dan peradangan pada jaringan lendir inilah yang disebut rhinitis.
Rhinitis yang akut biasa disebabkan oleh virus sedangkan pada yang ringan, ini
bisa terjadi karena alergi. Gejalanya bisa berupa hidung tersumbat, bersin, demam
ringan, mata berair dan batuk. Penggunaan humidifier bisa meringankan gejala
rhinitis ini. Sedangkan pengobatan lainnya adalah untuk mengatasi peradangan
dan pemyumbatan.

3. Polip
Polip adalah jaringan berlebih yang tumbuh di dalam hidung. Biasanya ada di
hidung bagian atas dan dapat tumbuh membesar. Semakin membesarnya polip
dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan ditandai dengan semakin sering
bernafas dengan mulut, berkurangnya kemampuan membau, dan ingusan. Operasi
diperlukan apabila polip sampai menghalangi jalan udara saat Anda bernafas
(Ballenger JJ. 1994).

E. Penciuman
Pada percobaan ini dilakukan dengan menciumkan kamfer ke salah satu
lubang hidung, waktu pertama kali bau kamfer tercium pada 00:10:45 detik dan
kamfer dicium terus- menerus sampai bau kamfer tidak tercium lagi pada
06:24:10 menit. Kamfer berfungsi untuk menginduksi bau. Kamfer diciumkan
hingga bau kamfer tersebut tidak terdeteksi lagi oleh hidung. Hal ini terjadi karena
sel-sel saraf pada hidung telah mengadaptasikan bau kamper dan telah direkam
oleh otak, sehingga untuk beberapa saat praktikan akan selalau merasakan bau
kamper.
Dilanjutkan dengan membedakan minyak permen dan minyak cengkeh
dengan cara diciumkannya minyak permen dan minyak cengkeh tersebut secara
bergantian. Saat praktikan diciumkan pada minyak permen terdapat jeda untuk
mengenali bau tersebut, ini terjadi karena pada sebelumnya hidung telah dibaui
oleh kamfer jadi otak telah mengenali bau tersebut untuk beberapa saat sehingga
bau kamfer dapat terus tercium. Namun saat diciumkan minyak cengkeh praktikan
langsung mengenali bau minyak cengkeh tersebut. Karena konsentrasi bau
minyak cengkeh lebih tajam dibandingkan bau minyak permen. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengenali bau minyak permen adalah 00:15:36 detik dan waktu
yang dibutuhkan untuk mengenali minyak cengkeh 00:09:56 detik.
Ini menandakan bahwa indera penciuman akan mendeteksi zat yang
melepaskan molekul-molekul di udara. Di atap rongga hidung terdapat olfactory
epithelium yang sangat sensitif terhadap molekul-molekul bau, karena pada
bagian ini ada bagian pendeteksi bau (smell receptors). Ketika partikel bau
tertangkap oleh receptor, sinyal akan di kirim ke olfactory bulb melalui saraf
olfactory. Bagian inilah yang mengirim sinyal ke otak dan kemudian di proses
oleh otak bau apakah yang telah tercium oleh hidung.

5.5. SISTEM PELIPUT

Sistem peliput meliputi kulit, turunana kulit (seperti kuku, keleknjar, dan
rambut) serta beberapa jenis reseptor khusus. System ini sering kali mencakup
bagian system organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik,
kuku, kelenjar keringat dan produknya. Kata kulit berasal dari bahasa latin
“integumentum” yang berarti penutup. (Pearce 1979).

A. KULIT
Kulit Merupakan indera peraba. Di dalam kulit terdapat ujung-ujung saraf
peraba. Tidak semua permukaan kulit merupakan alat peraba yang sama pekanya.
Bagian paling peka adalah ujung jari dan bibir. Kulit dapat membedakan kasar,
halus, panas, dingin, dan sakit. Kulit adalah organ terluar dari tubuh yang melapisi
seluruh tubuh manusia. Pada permukaan luar kulit terdapat pori – pori (rongga)
yang menjadi tempat keluarnya keringat. Kulit adalah organ yang memiliki
banyak fungsi, diantaranya adalah sebagai pelindung tubuh dari berbagai hal yang
dapat membahayakan, sebagai alat indra peraba, sebagai salah satu organ yang
berperan dalam eksresi, pengatur suhu tubuh, dll. Secara umum kulit memiliki 2
lapisan yaitu Epidermis (Kulit ari) dan Dermis (Kulit Jangat) serta terdapat
lapisan lemak bawah kulit (Hipodermis) yang juga sering dibahas. Beberapa
sumber juga mengatakan bahwa lapisan lemak bawah kulit juga termasuk ke
dalam lapisan kulit, tidak dipisahkan dalam pengelompokkan lapisan kulit
tersebut. (Wibowo, S.Daniel. 1987 hal 105)
Kulit juga adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat. Kulit manusia terdiri atas 3 lapisan :
Gambar Anatomi Kulit

1. Epidermis

Merupakan lapisan sel


epitel berlapis membentuk
keratin
(bahan utama dari epidermis)
kuku dan rambut, agar sel-sel
dibawahnya ,mencegah dan melindungi dari bahaya dehidrasi. Epidermis
berfungsi untuk memproteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen
(sel Langerhans). Tebalnya di kulit biasa 0, 3 mm, Ditelapak tangan dan kaki
tebalnya 1.5 mm. Waktu yang diperlukan dari lapisan yang paling bawah menjadi
paling luar 30 hari. Dasar dari lapisan epidermis- sel pembentuk melanin
(melanosit) merupakan sel-sel berwarna muda mengandung pigmen- pigmen
melanosom. Epidermis atau lapisan luar merupakan bagian kulit paling luar ,
ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal
berukuran 1 milimeter. Epidermis terbagi atas 5 bagian , yaitu :

a. Stratum korneum / lapisan tanduk

Lapisan tanduk terdiri dari beberapa lapisan sel pipih tidak berinti,
mengandung air . protoplasma lapisan tanduk telah berubah menjadi keratin (zat
tanduk). Yaitu sejanis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia . proses pembaharuan lapisan tanduk terus
berlangsung sepanjang hidup menjadikannya memiliki self repairing capacity atau
kemampuan memperbaiki diri.
b. Stratum iusidum

Stratum iusidum adalah lapisan tembus cahaya, terdiri dari sel-sel mati.
mengandung eledrin ( protein peralihan antara soft keratin dengan kheratholyne )
dan hanya tanpak di telapak tangan dari kaki lapisan ini berperan dalam
melindungi kulit dari sinar ultra violet.
c. Stratum granulosum / lapisan granular
Stratum granulosum / lapisan granular adalah Lapisan yang terdiri dari 2
atau 3 lapisan sel pipih yang memiliki inti di tengah nya, yaitu sitoplasmanya
berbutir kasar dan terdiri atas keratohialin. Lapisan ini berisi sedikit keratin yang
menyebabkan kulit menjadi keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan
granulosum umumnya menghasilkan pigmen hitam (melanin). Kandungan
melanin menentukan derajat warna kulit yaitu kehitaman ataupu kecokelatan.
d. Stratum spinosum / lapisan malpigi
Stratum spinosum / lapisan malpigi adalah lapisan yang terdiri dari lapisan
epidermis yang paling tebal yang terdiri dari sel polygonal yang besarnya
berbeda-beda karena ada proses mitosis.
e. Stratum Germnativum
Stratum germinativum adalah lapisan terbawah dari epidermis , lapisan ini
terdiri dari sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis dan tersusun sebagai
tiang pagar atau palisade.(Wibowo 1987).

2. Dermis
Bagian bawah dari epidermis yang keadaannya lebih tebal dan dilengkapi
dengan pembuluh darah, pembuluh limpa, dan urat saraf. Dermis berfungsi
sebagai struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi. Lapisan dermis (corium) ini terdiri dari 2 lapisan
yaitu:1. Pars Papilaris (Stratum Papilar), bagian atas yang berisi ujung saraf dan
pembuluh darah dan pembuluh getah bening.2. Pars Retikularis (Stratum
Retikularis), bagian bawah yang terdiri dari serabut-serabut penunjang misalnya
serabut kolagen, serabut elastin dan serabut retikulin. Serabut kolagen
memberikan kekuatan pada kulit, serabut elsatis memberikan kelenturan pada
kulit, serabut retikulin di sekitar kelenjar dan rambut memberikan kekuatan pada
alat-alat tersebut. Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis,
adapun penyusun lapisan dermis adalah sebagai berikut :

1) Pembuluh Darah, Merupakan pembuluh darah kapiler yang berfungsi


sebagai pemberi nutrisi dan juga oksigen kepada sel – sel kulit serta
rambut agar tidak mati dan rusak. Pembuluh darah juga berfungsi dalam
menjaga panas tubuh karena adanya oksigen di dalam pembuluh darah.
2) Ujung Saraf Indra, terdiri dari ujung saraf peraba dan ujung saraf perasa.
Bagian ujung saraf perasa ini dapat merasakan rangsangan berupa
sentuhan, tekanan, nyeri, dingin, dan panas. Sedangkan ujung saraf peraba
dapat merasakan kasar atau halusnya sesuatu. Ujung saraf ini tidak
tersebar merata ke seluruh permukaan lapisan dermis, contohnya ujung –
ujung jari lebih banyak memiliki ujung – ujung saraf peraba.
3) Kelenjar Keringat, merupakan kelenjar yang berfungsi untuk sistem
eksresi keringat yang terdiri atas air dan mineral lain. Seperti yang telah
saya jelaskan sebelumnya, keringat dihasilkan kemudian dibawa ke
permukaan untuk dikeluarkan melalui pori – pori (rongga kulit). Keringat
merupakan zat – zat sisa metabolisme terutama garam dapur.
4) Katung Rambut, merupakan bagian rambut yang berisi akar dan batang
rambut. Rambut dapat tumbuh karena mendapat suplai nutrisi dari
pembuluh kapiler ke akar rambut. Di dekat akar rambut terdapat otot-otot
yang dapat menegangkan rambut ketika ia berkontraksi, dan dekat akar
rambut terdapat ujung-ujung saraf perasa, sehingga saat rambut dicabut
kita dapat merasakannya.
5) Kelenjar Minyak, merupakan kelenjar yang terletak disekitar batang
rambut. Kelenjar minya berfungsi untuk menghasilkan minyak yang
menjaga rambut tetap sehat dan agar rambut tidak kering.
Serabut kolagen memberikan kekuatan pada kulit, serabut elsatis
memberikan kelenturan pada kulit, serabut retikulin di sekitar kelenjar dan rambut
memberikan kekuatan pada alat-alat tersebut. Dermis atau korium merupakan
lapisan di bawah epidermis , dermis terdiri dari jaringan ikat yang terdiri dari 2
lapisan , yaitu :
a. Pars papilare
Pars papilare adalah lapisan yang merupakan bagian menonjol ke
epidermis, lapisan pars papilare berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare
Pars retikulare , merupakan bagian yang menonjol ke subkutan , lapisan
ini terdiri atas serabut-serabut penunjang ( kolagen, elastin , retikulin ), matriks
( cairan kental asam hialuronat dan kondrotin sulfat serta fibroblast ) dan sel
fibroblast yang memproduksi kolagen serta retikulasi yang terdapat banyak
pembuluh darah, limfa, akar rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus
(Shearwood 1996).

3. Jaringan hipodermis/subkutan
Jaringan hipodemis/subkutan merupakan jaringan yang terdiri atas
jaringan ikat longgar dan berisi sel-sel lemak di dalamnya, pada lapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi , pembuluh darah, dan getah bening. Subkutis /
hipodermis berfungsi untuk melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan
kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber Subkutan terdiri dari
kumpulan-kumpulan sel lemak yang dinamakan Adiposa yang tebalnya tidak
sama pada tiap-tiap tempat atau juga pada laki-laki maupun perempuan. Guna
lapisana dipose adalah sebagai bantalan terhadap tekanan pada trauma mekanis
yang menimpa padakulit, isolator panas (untuk mempertahankan suhu),
penimbunan cadangan kalori, dan tambahan untuk kecantikan tubuh. Dilapisan ini
juga ujung-ujung syaraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening
(Anderson 1996).

B. FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barrier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi
dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan
dari elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami
proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan
mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh
darah kulit. Bila temperature meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit
dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit.
Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan avasokontriksi yang
kemudian akan mempertahankan panas (Sloane,2003).
C. Fungsi Kulit
a) Mengeluarkan keringat.
b) Pelindung tubuh dari gangguan fisik ( sinar, tekanan, suhu), gangguan
biologi (jamur, kuman penyakit), dan gangguan kimiawi.
c) Tempat menyimpan cadangan lemak.
d) Tempat pembentukan vitamin D.
e) Alat indra peraba dan perasa.
f) Pengatur suhu tubuh.

D. Reseptor Pada Kulit


a) Korpus pacini,
 berfungsi menerima rangsang tekanan.

 Letaknya di bawah lapisan dermis.

b) Ujung saraf sekeliling rambut,


 merupakan saraf peraba.
 Letaknya disekeliling kulit rambut
c) Korpus ruffini,
 berfungsi untuk menerima rangsang panas.
 Letaknya di lapisan dermis.
d) Korpus krause,
 berfungsi untuk menerima rangsang dingin.
 Letaknya di lapisan dermis.
e) Korpus meissner
 Terletak di dekat permukaan kulit.
 Berfungsi untuk menerima rangsang sentuhan/ rabaan.
 Reseptor ini tersebar tidak merata di permukaan kulit.
 memiliki paling banyak di ujung jari
f) Ujung saraf tanpa selaput,
 peka terhadap rasa sakit/ nyeri.
 Letaknya di lapisan epidermis.
 Penting untuk keselamatan tubuh.
g) Merkel cells ( Lempeng Merkel)
 berbentuk oval,
 berfungsi mendeteksi sensasi berbagai sentuhan dan tekanan ringan
untuk membedakan bentuk dan tekstur.
(Sloane, 2003 hal 203-204).

E. Peliput
Kulit tipis menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta
pedis yang merupakan kulit tebal. Epidermisnya tipis sedangkan ketebalan
kulitnya tergantung dari daerah di tubuh. Pada dasarnya memiliki susunan yang
sama dengan kulit tebal, hanya terdapat beberapa perbedaan :
1) Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2) Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3) Tidak terdapat stratum lucidium.
4) Stratum corneum sangat tipis.
5) Papila corii tidak teratur susunannya.
6) Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7) Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea (Anderson 1996).
Setiap manusia dan hewan mempunyai sistem peliput atau kulit dimana
kulit merupakan lapisan terluar tubuh yang dapat melindungi bagian dalam tubuh
manusia dari berbagai ancaman. Secara fisiologi kulit dapat merasakan panas,
dingin, sentuh dan nyeri dan itu adalah sensasi kulit. Pada percobaan ini
menggunakan kulit manusia pada daerah lengan dan telapak tangan yang
bertujuan untuk mengetahui apakah reseptor kulit masih berfungsi dengan normal
atau sudah terjadi kerusakan sehingga tidak dapat merasakan rangsangan yang
diberikan. Media yang digunakan adalah bulu sikat, jarum, paku panas, dan paku
dingin. Pada lengan digambarkan sebuah daerah yang berbentuk kotak sebanyak
20 kotak dengan panjang 2 cm lalu pada setiap kotak diberikan rangsangan
dengan bulu sikat untuk merasakan adanya sentuhan, jarum untuk merasakan
nyeri, paku panas untuk merasakan panas, dan paku dingin untuk merasakan
dingin.
Hasil yang diperoleh yaitu, pada setiap kotak yang diberi rangsangan ada
beberapa sensasi yang tidak dirasakan pada bagian kulit. Dari keempat
rangsangan yang diberikan, rangsangan sentuhan bulu sikat pada lengan bawah
sejumlah 20 kotak pada kulit yang dirasakan. Sensasi pada tusukan jarum pada
lengan bawah sejumlah 20 kotak dibagian kulit yang dirasakan. Rangsangan bulu
sikat dan jarum yang paling cepat direspon oleh tubuh. Hal itu terjadi karena
reseptor lempeng merkel dan korpuskula meissner masih berfungsi dengan baik
sehingga dapat langsung menerima rangsangan dari tusukan jarum dan langsung
diterima oleh otak dimana bulu sikat mengakibatkan rasa suatu sentuhan dan
tusukan jarum mengakibatkan rasa nyeri. Selanjutnya pada percobaan
menggunakan paku panas pada lengan bawah didapat 20 kotak dibagian kulit
yang dirasakan sedangkan paku dingin pada lengan bawah didapatkan hanya 18
kotak dibagian kulit yang dirasakan, yang tidak dirasakan yaitu pada bagian kulit
yang hampir sampai pada pergelangan tangan hal ini dikarenakan kedinginan
paku yang menyusut sehingga tidak terasa pada kulit. Sensasi pada paku dingin
dan paku panas lebih terasa yang paku panas dibandingkan dengan paku dingin.
Hal ini bisa disebabkan oleh kurang lamanya paku dipanaskan atau memang
reseptor korpuskula ruffini sudah mengalami kerusakan.
Dan pada percobaan uji sentuhan telapak tangan hasilnya sama dengan
percobaan pada lengan bawah dimana setiap kotak hanya beberapa yang dapat
merasakan semua rangsangan yang diberikan. Dimana pada sentuhan bulu sikat
telapak tangan sejumlah 16 kotak dibagian kulit yang dirasakan. Pada tusukan
jarum ditelapak tangan sejumlah 16 kotak dibagian kulit yang dirasakan. Pada
percobaan menggunakan paku panas sejumlah 16 kotak dibagian kulit yang
dirasakan sedangkan pada sentuhan paku dingin di telapak tangan sejumlah 15
kotak dibagian kulit yang dirasakan hal ini dikarenakan dinginnya pake yang
menyusut.
Namun pada percobaan antara telapak tangan yang diterima lebih lama
dibandingkan dengan percobaan pada lengan. Hal ini dimungkinkan karena
membran telapak tangan cenderung lebih tebal dibandingkan dengan membran
kulit pada lengan bawah karena pada dasarnya kulit yang tebalan akan didapatkan
kepekaan yang rendah dibandingkan kulit yang tipis sehingga reseptor lebih lama
menerima rangsangan yang diberikan dari keempat media tersebut.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai


berikut:
Sistem saraf ialah salah satu organ yang berfungsi untuk
menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi
kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf dapat kita menerima suatu rangsangan
dari luar pengendalian pekerjaan otot. Pembagian susunan saraf yaitu; susunan
saraf pusat, yang terdiri dari medula spinalis dan medulla oblongata. Otak bagi
menjadi 3 yaitu, otak besar, otak kecil dan batang otak. Otak besar sebagai pusat
pengendali utama pada hal-hal yang berhubungan dengan sifat, berbicara, perilaku
dan intelegensi. Otak kecil sebagai pengatur keseimbangan didalam tubuh,
sedangkan batang otak sebagai kontrol keseimbangan mata, pembuluh darah dan
mengontrol gerak refleks.
Panca indra adalah alat-alat tubuh yang mempunyai fungsi untuk
mengetahui keadaan luar. Alat indra manusia sering disebut juga dengan panca
indra, karena terdiri dari lima indra yakni indra penglihat (mata), indra pendengar
(telinga), indra pembau/pencium (hidung), indra pengecap (lidah) dan indra
peraba (kulit).
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, D.M., 2007. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 31St ed.


Philadephia: Saunders.
Anderson, Paul, D. 1996. Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta: EGC
Ballenger, JJ. 1994. Aplikasi Klinis Anatomi dan Fisiologi Hidung dan Sinus.
Paranasal. Dalam: Penyakit Telinga Hidung Telinga Tenggorok Kepala
dan leher. Medan: Pustaka utama.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi
Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Carole, dan Carol Tavris. 2007. Psychology, 9th edition bahasa Indoensia
language edition. Jakarta : Erlangga
Ilyas, H.S. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Leat, S.J., Yadav, N.K., dan Irving, E.L. 2009. Development of Visual Acuity and
Contrast Sensitivity in Children. J Optom 2
Pearce, Evelyn, C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk para medis. Jakarta:
PT.Gramedia.
Pearce, Evelyn. 1991. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Saladin, K.S. 2003. Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function. 3 rd
ed. New York: McGraw-Hill.
Seeley, R.R., Stephens, T.D., dan Tate, P. 2006. Anatomy and Physiology.7Th ed.
New York: McGraw-Hill.
Sherwood, L., Santoso B.I. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel Ke Sistem. Jakarta:
EGC.
Sherwood, Lauralee. 1996. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.
Syauqie, Muhammad dan Sri. 2014. Development of Binocular Vision. Padang:
Universitas Andalas.
Wibowo, S.Daniel. 1987. Anatomi Fisiologi Manusia. Jalarta : Garasindo.

You might also like