Professional Documents
Culture Documents
Kominusi (Crushing)
Sulfadli papo (09320150024) /
Laboratorium Kelompok 2/ Rabu 28 Maret 2018
Pengolahaan Bahan Galian Asisten :Ayu Lestari Budiani
Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri
Abstrak
Crushing - Mineral berharga hasil penambangan biasanya masih bersatu dengan pengotornya. Untuk meningkatkan
kadar mineral tersebut maka perlu dilakukan proses pengolahan bahan galian. Pengolahan bahan galian
merupakan proses dimana bahan galian diolah dengan mempergunakan perbedaan sifat fisik untuk memperoleh
produkta yang dapat dijual dan produkta yang tidak berguna dengan tidak mengubah sifat fisik/ kimia dari bahan
galian yang bersangkutan. Kominusi merupakan salah satu tahap dalam proses pengolahan bahan galian yang
bertujuan untuk memperkecil ukuran agar memudahkan untuk proses selanjutnya,untuk membebaskan mineral
berharga dari gangue mineral dan memperbesar luas permukaan, sehingga kecepatan reaksi pelarutan dapat
berlangsung dengan lebih baik. Kominusi dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu peremukan/pemecahan (crushing)
dan pengerusan/penghalusan (grinding). Untuk melakukan hal ini digunakan alat crusher dan grinding mill.
Percobaan crushing dilakukan dengan tujuan memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat remuk serta
memahami mekanisme pengayakan dan cara kerja alat. Tujuan lainnya adalah unuk menentukan 80% Reduction
Ratio dari alat remuk yakni jaw crusher serta double roll crusher dan yang digunakan adalah batuan lempung
kemudian juga menghitung persentase berat hilang
4. Roll crusher
Roll crushers memiliki maksimum teoritis
pengurangan rasio 4:1. Jika 2 inci partikel
diumpankan ke crusher roll mutlak ukuran terkecil
yang bisa diharapkan dari crusher adalah 1 / 2 inci.
Roll crushers hanya akan menghancurkan materi ke
ukuran partikel minimum sekitar 10 Mesh (2 mm).
5. Impact crusher
5 -5 251,1 28,434 99,9998 0,0002 Gambar 4.3 Grafik distribusi ukuran partikel Roll
40 27.389 R² = 0.9619
30 4 5 1024 44,91 98,94 1,055
20 11.341 12.605
10
0 5 -5 24 1052 100 0
0 5 10 15 20 25 30
BERAT LOLOS Total 2280 100
%
Gambar 4.4 Grafik distribusi ukuran partikel Jaw
Crusher
45.96 R² = 0.6783
60
tertah tertahan lolos
N Uku % 40
an komulati komulatif 20
o ran fraksi 1.055
(gr) f 0
0 5 10 15 20 25 30
Axis Title
1 25 594 27,0 27,8 72,9
2 13 154 7,02 34,1 65,89 Gambar 4.5 Grafik distribusi ukuran partikel Roll
RC 1,25
100
65.89 72.9
80 y = 3.3812x - 3.9575
UKURAN
60 R² = 0.7342
40 16.234
20 6.659
0
0 5 10 15 20 25 30
BERAT LOLOS
Masukkan umpan perlahan-lahan dan tampung hasilnya Ambil contoh sebanyak 0.5 kg dari hasil remukan ini dan
kerjakan seperti langkah ke-7 di atas
𝑦 = 2,3805 𝑥 + 45,516
80 = 2,3805 𝑥 + 45,516
80 − 45,516
𝑥= = 14,4860 𝑚𝑚
2,3805
Jadi perbandingan antara lubang ayakan umpan
dengan lubang ayakan produk pada kumulatif
80%.= 32,14 mm
2. Roll Crusher.dengan Gape 1 cm = 56,14 % = 2807 gram
Nisbah reduksi (reduction ratio) secondary crushing 3. Roll crusher Gape 1.75 cm
menggunakan roll crusher dapat dihitungan dengan: % 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐻𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐹𝑒𝑒𝑑 𝑅𝑜𝑙𝑙 𝑐𝑟𝑢𝑠ℎ𝑒𝑟
𝑅𝑅80 = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑅𝑜𝑙𝑙 𝑐𝑟𝑢𝑠ℎ𝑒𝑟 × 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
dengan lubang ayakan produk pada kumulatif menggunakan jaw crusher dapat dihitungan dengan:
5000 − 2193
= × 100 %
5000
3. Roll Crusher.dengan Gape 1,75 cm (75,396%), (53,339%) dan (85,434%). sedangkan
Nisbah reduksi (reduction ratio) secondary crushing jumlah produk yang diperoleh adalah 896,48 gr.
menggunakan roll crusher dapat dihitungan dengan: Perbedaan hasil dari umpan yang dimasukkan dengan
hasil produk disebabkan oleh beberapa umpan melekat
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐹𝑒𝑒𝑑 𝑅𝑜𝑙𝑙 𝑐𝑟𝑢𝑠ℎ𝑒𝑟
𝑅𝑅80 = ke alat dan beberapa produk telah terubah menjadi
𝑈𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑅𝑜𝑙𝑙 𝑐𝑟𝑢𝑠ℎ𝑒𝑟
debu beberapa kesalahan yang dilakukan oleh
𝑦 = 2,9587𝑥 + 5,858
praktikan.
80 = 2,9587𝑥 + 5,858 Pada tabel 4.3 dapat dilihat distribusi ukuran,
berat partikel dan % fraksinya dari hasil proses
80 − 5,858
𝑥= = 25,05 𝑚𝑚 secondary crushing dengan menggunakan double roll
2,9587
crusher gape 1,25 cm.. Dari tabel tersebut diperoleh
37,195 berat produk yang lolos untuk masing-masing ayakan
𝑥= = 1,48 𝑚𝑚
25,05
25 mm, 13 mm, 9,5 mm, 5 mm, dan -5 mm adalah
Jadi perbandingan antara lubang ayakan umpan (96,68 %), (96,38%), (69,77%),(44,185%) . sedangkan
dengan lubang ayakan produk pada kumulatif jumlah produk yang diperoleh adalah 723,5344 gr.
80%. Dengan gape 1,75 cm =1,48 mm Perbedaan hasil dari umpan yang dimasukkan dengan
hasil produk disebabkan oleh beberapa umpan melekat
4.1 Pembahasan
ke alat dan beberapa produk telah terubah menjadi
4.1.1 Data Praktikum
debu beberapa kesalahan yang dilakukan oleh
Berdasarkan tabel percobaan di atas (tabel 4.1,4,2
praktikan.
dan tabel 4.3) partikel yang diumpankan kedalam alat
Jadi Reduction ratio 80% yang di dapatkan dari
peremuk akan mengalami reduksi ukuran. Reduksi
hasil penggunaan alat primary crushing berupa jaw
ukuran ini disebabkan gaya-gaya bekerja yang
crusher yaitu digunakan formula dimana ukuran
diberikan oleh crusher kepada material. Proses
umpan yang dimasukkan dibagi dengan ukuran produk
peremukan berlangsung dua tahap dimulai dari
untuk mendapatkan persentasinya maka pada jaw
tahapan peremukan primer (primary crushing) oleh
crusher di dapatkan nilai reduction rationya 80% =
jaw crusher dan tahapan peremukan sekunder
32,14 mm untuk penggunaan alat secondary crushing
(secondary crusher) oleh double roll crusher.
berupa double roll crushing masih menggunakan
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat distribusi ukuran, berat
formula yang sama untuk mendapatkan nilai reduction
partikel dan % fraksinya dari proses primary crushing
rationya 80% dan hasil yang didapatkan untuk roll
dengan menggunakan jaw crusher. Dari tabel tersebut
crusher gape 1 cm yaitu 1,2533 mm sedangkan untuk
diperoleh berat produk yang lolos untuk masing-
gape 1,25 cm didapatkan nilainya yaitu 21,84 mm
masing ayakan 25 mm, 13 mm, 9,5 mm, 5 mm, dan -
5 mm adalah 70,1 %), (25,18%), (19,15%),(12,48%)
4.1.1 Data Problem Set
dan (8,98%) Jumlah berat total umpan yang digunakan
Berdasarkan tabel percobaan di atas (tabel 4.4,4,5
adalah 45,75 gr sedangkan jumlah produk yang
dan tabel 4.6) partikel yang diumpankan kedalam alat
diperoleh adalah 1954,93 gr. Selisih ini dapat
peremuk akan mengalami reduksi ukuran. Reduksi
disebabkan oleh beberapa hal seperti produk yang
ukuran ini disebabkan gaya-gaya bekerja yang
terbawa angin, menempel di alat dan kesalahan yang
diberikan oleh crusher kepada material. Proses
dilakukan oleh praktikan.
peremukan berlangsung dua tahap dimulai dari
Pada tabel 4.2 dapat dilihat distribusi ukuran,
tahapan peremukan primer (primary crushing) oleh
berat partikel dan % fraksinya dari hasil proses
jaw crusher dan tahapan peremukan sekunder
secondary crushing dengan menggunakan double roll
(secondary crusher) oleh double roll crusher.
crusher. Dari tabel tersebut diperoleh berat produk
Pada Tabel 4.4 dapat dilihat distribusi ukuran,
yang lolos untuk masing-masing ayakan 25mm, 13
berat partikel dan % fraksinya dari proses primary
mm, 9,5 mm, 5 mm, dan -5 mm adalah (97,105 %),
crushing dengan menggunakan jaw crusher. Dari
tabel tersebut diperoleh berat produk yang lolos untuk nilai reduction rationya 80% dan hasil yang didapatkan
masing-masing ayakan 25 mm, 13 mm, 9,5 mm, 5 untuk roll crusher gape 1,25 cm yaitu 1,497mm
mm, dan -5 mm adalah (53,35 %), (27,38%), sedangkan untuk gape 1,75 cm didapatkan nilainya
(12,60%), (11,36%) dan (0%) Jumlah berat total yaitu 1,48 mm
umpan yang digunakan adalah 414 gram sedangkan
jumlah produk yang diperoleh adalah 4586 gram. E. Kesimpulan
Selisih ini dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti Proses kominusi, yaitu proses pengecilan
produk yang terbawa angin, menempel di alat dan ukuran bijih dengan cara peremukan dan penggerusan
kesalahan yang dilakukan oleh praktikan. sehingga mineral berharga dapat terlepas dari mineral
Pada tabel 4.5 dapat dilihat distribusi ukuran, berat gangue dan mempermudah proses konsentrat.
partikel dan % fraksinya dari hasil proses secondary Mekanisme peremukan yang terjadi pada material
crushing dengan menggunakan double roll crusher. adalah abrasi, kompresi, dan impact. Peremukan
Gape 1.25 Dari tabel tersebut diperoleh berat produk dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu tahap pertama
yang lolos untuk masing-masing ayakan 25 mm, 13 (dengan Jaw Crusher, Gyratory Crusher), tahap kedua
mm, 9,5 mm, 5 mm, dan -5 mm adalah (72,9%), (Cone Crusher, Roll Crusher), dan tahapan ketiga
(65,89%), (16,23%), dan (6,65%), (0). Jumlah berat dengan Cone Crusher.
total umpan yang digunakan adalah 2807 gram Pengayakan hasil peremukan dapat dilakukan
sedangkan jumlah produk yang diperoleh adalah 2193 secara manual (dengan ayakan tangan), sementara
gram. Perbedaan hasil dari umpan yang dimasukkan pengayakan hasil penggerusan harus dilakukan dengan
dengan hasil produk disebabkan oleh beberapa umpan ayakan getar. Pengayakan yang dilakukan pada
melekat ke alat dan beberapa produk telah terubah material dilakukan secara bertingkat dengan tujuan
menjadi debu beberapa kesalahan yang dilakukan oleh untuk membedakan tingkat kehalusan produk dan
praktikan. menganalisis penyebaran ukuran material yang ada
Pada tabel 4.6 dapat dilihat distribusi ukuran, berat karena proses kominusi ini.
partikel dan % fraksinya dari hasil proses Pada praktikum, primary crushing
secondary crushing dengan menggunakan menggunakan jaw crusher dengan mekanisme kerja
double roll crusher gape 1,75 cm.. Dari tabel tersebut seperti rahang manusia, dengan satu jaw bergerak
diperoleh berat produk yang lolos untuk masing- meremukkan. Pada secondary crushing dengan roll
masing ayakan 25 mm, 13 mm, 9,5 mm, 5 mm, dan - crusher, yang cara kerjanya berdasarkan rotasi yang
5 mm adalah (70,26 %), (61,649%), (45,96%), (1,05 mengakibatkan materi terjepit dan teremukkan.
%) dan (0%). Jumlah berat total umpan yang Semakin lama waktu penggerusan, semakin halus
digunakan adalah 2720 gamr sedangkan jumlah ukuran material yang dihasilkan. Hal ini akibat dari
produk yang diperoleh adalah 2280 gram. Perbedaan gaya-gaya yang bekerja selama proses grinding
hasil dari umpan yang dimasukkan dengan hasil dilakukan, seperti gaya tumbuk, serta aksi abrasi,
produk disebabkan oleh beberapa umpan melekat ke kompresi dan impact. Namun, perlu diperhatikan
alat dan beberapa produk telah terubah menjadi debu selang waktu penggerusan agar tidak terjadi
beberapa kesalahan yang dilakukan oleh praktikan. overcrushing.
Jadi Reduction ratio 80% yang di dapatkan dari
hasil penggunaan alat primary crushing berupa jaw
crusher yaitu digunakan formula dimana ukuran
umpan yang dimasukkan dibagi dengan ukuran produk
untuk mendapatkan persentasinya maka pada jaw
crusher di dapatkan nilai reduction rationya 80% =
37,195 mm untuk penggunaan alat secondary
crushing berupa double roll crushing masih
menggunakan formula yang sama untuk mendapatkan
F. Daftar Pustaka
Kelly, Errol G.; 1982; “Introduction of Mineral
Processing”; John Wiley&Sons, Inc.; US
America
http://tambangunhas.wordpress.com/tag/pengola
han-bahan-galian/
http://www.quarrying.org/r.html
http://www.mine-engineer.com/
http://ardra.biz/sain-
teknologi/mineral/pengolahan-mineral/kominusi-
operasi-pengecilan-ukuran/
http://arsipteknikpertambangan.blogspot.com/20
11/01/kominusi.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Three_roll_mill