You are on page 1of 21

Anatomi Tumbuhan "Akar, Batang, Daun, Bunga, Buah, Biji"

AKAR

Akar merupakan bagian bawah dari tumbu-tumbuhan dan biasanya berkembang di


bawah permukaan tanah, meskipun terdapat juga akar yang tumbuh di atas tanah. Akar tidak
mempunyai alat tambahan yang dapat di bandingkan dengan daun pada batang. Akar tidak
mempunyai stomata, tetapi mempunyai tudung akar yang tidak ada kesejajaranya pada batang.
Berdasarkan asal usulnya terdapat dua tipe akar, yaitu akar tunggang dan akar serabut . akar
primer berkembang dari ujung embrio yang terbatas, sedangkan akar serabut berkembang dari
jaringan akar dewasa atau dari bagian lain tubuh tumbuhan seperti batang dsan daun. System
akar sebagian besar Dicotiledoneae dan Gymnospermae terdiri tas akar tunggang yang
membentuk cabang pada sisinya. Akar Monocotyledoneae dewasa biasanya berupa akar
serabut dan berkembang dari batang. Umumnya akar ini tidak mengalami penebalan sekunder.
Tipe paling umum akar Monocotyledoneae adalah system akar serabut.

Struktur dan Fungsi Akar Pada Tumbuhan


Akar adalah bagian dari tumbuhan yang ada di dalam tanah atau substrat.:
Struktur Morfologi
1. Batang akar
2. Rambut akar, untuk memperluas daerah penyerapan air dan mineral
3. Ujung akar, sebagai daerah meristematik yang sel-selnya selalu aktif membelah
4. Kaliptra / Tudung akar, sebagai pelindung dari ujung akar dari kerusakan mekanis ketika
menembus tanah
Struktur Anatomi
1. Dari lapisan luar ke dalam
2. Jaringan Epidermis, terdiri dari sel selapis, tipis, rapat, dan mudah dilalui air
3. Jaringan Korteks, terdiri dari sel beberapa lapis, berdinding tipis, berfungsi sebagai penyimpan
cadangan makanan
4. Jaringan Endodermis, terdiri dari sel selapis, tebal, sulit dilalui air (selektif
5. Stele, terdiri dari xylem dan floem

Fungsi akar :
1. Menyerap air dan garam-garam mineral
2. Memperkokoh tegaknya tanaman
3. Alat respirasi
4. Penyimpan cadangan makanan
5. Alat perkembangbiakan vegetatif
6. Mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke tempat-tempat pada
tubuh tumbuhan yang memerlukan.

 Akar Primer
Pada jarak tertentu dari sel inisial pucuk akar, dapat di bedakan jaringan tudung akar,
epidermis, korteks akar, silinder pusat. Tudung akar terletak pada ujung akar, yang berfungsi
melindungi meristem akar dan alat pemantakan akar yang tumbuh kedalam tanah. Pada
korteks akar sering terdapat ruang antar sel yang terbentuk secara skizogen. Pada tumbuhan
tertentu yaitu Gramineae dan Cyperaceae, ruang antar sel terbentuk secara lisigen. Sel
parenkim korteks tidak mempunyai klorofil, tetapi pada tumbuhan air, akar udara, dan epifit
terdpat klorofil. Pada kebanyakan angiospermae, pteridophyta, dan beberapa Gymnospermae
endodermis tetap dalam bentuk primer. Silinder pusat terletak di bagian tengah akar dan
dibatasi oleh endodermis. Di sebelah dalam endodermis terdapat satu atau beberapa lapisan
sel perenkim berdinding tipis yang disebut perisiklus (perisikel). Bagian-bagian akar primer
terdiri dari:
 Tudung akar
Tudung akar terdapat di ujung akar dan melindungi promeristem akar serta membantu
penembusan tanah oleh akar, terdiri atas sel hidup yang sering mengandung pati. Tudung akar
berkembang terus menerus. Sel paling luar mati, terpisah dari yang lain dan hancur, lalu
digantikan oleh sel baru yang dibentuk oleh pemula.
 Epidermis
Sel epidermis akar berdinding tipis dan biasanya tanpa kutikula. Namun, kadang-kadang
dinding sel paling luar berkutikula. Ciri khas akar adalah adanya rambut akar yang teradaptasi
untuk menyerap air dan garam tanah. Rambut akar adalah sel epidermis yang memanjang ke
luar, tegak lurus permukaan akar, dan berbentuk tabung.

 Korteks akar
Pada umunya korteks terdiri dari sel parenkim. Pada sejumlah besar monokotil yang tidak
melepaskan korteksnya semasa akar masih hidup, banyak sklerenkim dibentuk. Sel korteks
biasanya besar dan bervakuola besar. Plastid didalamnya menghimpun pati. Lapisan paling
dalam berkembang menjadi endodermis dan satu atau beberapa lapisan korteks paling luar
dapat berkembang menjadi eksodermis.
 Eksodermis
Pada sejumlah besar tumbuhan, dinding sel pada lapisan sel terluar korteks akan membentuk
gabus, sehingga terjadi jaringan pelindung baru, yakni eksodermis yang akan menggantikan
epidermis. Struktur dan sifat sitokimiawi sel eksodermis mirip sel endodermis. Dinding primer
dilapisi oleh suberin dan lapisan itu dilapisi lagi oleh selulosa. Lignin juga dapat ditemukan. Sel
eksodermis mengandung protoplas hidup ketika dewasa.
 Endodermis
Di daerah akar yang digunakan untuk penyerapan, dinding sel endodermis mengandung selapis
suberin di dinding antiklinalnya, yakni pada dinding radial dan melintang. Rampingnya lapisan
itu menyebabkannya diberi nama pita, dan dibubuhi nama caspary. Pita tersebut merupakan
kesatuan antara lamella tengah dan dinding primer, tempat suberin dan lignin tersimpan. Jika
sel terplasmolisis, maka protoplas melepaskan diri dari dinding, namun tetap melekat pada
pitacaspary.
 Silinder pembuluh
Silinder pembuluh terdiri dari jaringan pembuluh dengan satu atau beberapa lapisan sel di
sebelah luarnya, yaitu perisikel. Jika bagian tengah tidak ditempati jaringan pembuluh, maka
bagian itu diisi oleh parenkim empulur di bagian dalam, perisikel langsung berbatasan dengan
protofloem dan protoxilem. Perisikel dapat mempertahankan sifat meristematiknya di dalamnya
terbentuk akar lateral, felogen, dan sebagian dari cambium pembuluh.

 Mikorhiza
Epidermis dan korteks akar pada kebanyakan tumbuhan sering kali bergabung atau
bersimbiosis dengan jamur tanah. Gabungan antara hifa jamur dengan akar muda tumbuhan
tinggi disebut mikorhiza. Gabungan antara kedua organisme ini sebagai simbiosis mutualisme,
yang artinya kedua organisme ini saling mendapat keuntungan dari hidup bersama tersebut
.
 Bintil Akar
Tipe lain gabungan antara akar tumbuhan tingkat tinggi dan organisme tingkat rendah terjadi
dalam Leguminosae. Pada akar Leguminosae terdapat benjolan yang disebut bintil akar. Bintil
akar berkembang sebagai hasil pemantakan bakteri pengikat nitrogen (Rhizobium) kedalam
korteks akar. Hubungan antara bakteri Rhizobium dengan akar Leguminosae merupakan
simbiosis mutualisme. Artinya kedua belah pihak mendapat keuntungan.

 Diferensiasi jaringan dalam akar


Sel prokambium yang berdiferensiasi menjadi unsur trakea dapat dibedakan dengan sel yang
akan menjadi unsure floem. Sel ini membesar dan mempunyai fakuola besar. Selanjutnya sel
akan mengalami pembelaha beberapa kali tanpa pembesaran sehingga terbentuk banyak sel
kecil. Prokambium berkembang secara akropetal bersambungan dengan jaringan pembuluh
dalam akar yang lebih dewasa. Diferensiasi maupun pemasakan xilem dan floem juga secara
akropetal. Hasil penelitian menunjukan bahwa unsur protoxilem dewasa lebih dekat ke
meristem pucuk dari pada unsure trakea yang paling awal.

 Akar sekunder
Pertumbuhan sekunder pada akar seperti pada batang terdiri atas pembentuk jaringan
pembuluh sekunder dari cambium pembuluh dan periderm logen. Pertumbuhan sekunder
dijumpai khas pada akar Gymnospermae dan Dicotyledoneae. Akar monocotyledoneae
biasanya tidak mengalami pertumbuha sekunder.kambium menghasilkan xilem dan floem
dengan membelah periklin dan antiklin sehingga lingkaran akar bertambah besar. Pertumbuha
periderm mengikuti pertumbuhan pembuluh sekunder.
Pada tumbuhan dikotil menerna, misalnya pada Medocago sativa,xilem sekunder terdiri atas
pembuluh dengan penebalan dinding menganak tangga dan memata jala. Pembuluh ini juga
mengandung serabut dan sel parenkim. Gabus merupakan turunan felogen yang berfungsi
sebagai jaringan pelindung. Akar gymnospermae mempunyai tipe pertumbuhan sekunder yang
sama dengan akar tumbuhan dicotyledoneae. Namun, terdapat perbedaan histologis antara
batang dan akar. Hubungan utama untuk pengangkutan yang melintasi akar adalah
endodermis. Sel endodermis menjaga lewatnya larutan secara terpilih dari luar kedalam
pembuluh.

BATANG

Pengertian Batang
Batang merupakan bagian dari tumbuhan yang amat penting, dan mengingat serta
kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan. Seperti kita ketahui bersama bahwa batang merupakan hal yang sangat vital dari
organ-organ yang ada pada suatu tumbuhan pada umumnya, betapa penting nya dari suatu
organ batang,tumbuhan tidak dapat hidup dengan sempurna tanpa adanya organ yang nama
nya batang seperti suatu hal yang tidak dapat di pisahkan. Batang sendiri mempunyai
beberapa yang menyusun suatu batang tumbuhan tersebut.dalam makalah ini,kelompok kami
akan membahas tentang”anatomi batang” yang akan membahas tentang beberapa sub
pembahasan antara lain ontogeni batang,tipe stele,batang primer, dan batang sekunder.
Batang adalah bagian tubuh tumbuhan yang amat penting dan merupakan tempat
serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh
tumbuhan.
Batang merupakan bagian sistem tunas pada tumbuhan. Letaknya berada di atas
tanah. Organ ini dikategorikan sebagai penghasil alat-alat lateral, misalnya daun, tunas, dan
bunga. Pada bagian batang terdapat buku (node) atau tempat daun melekat dan ruas
(internode), yaitu bagian batang yang letaknya di antara buku-buku.
Selain buku dan ruas, pada batang terdapat suatu tunas. Tunas yang terdapat pada
sudut di antara daun dan batang dinamakan tunas aksiler. Tunas ini berpeluang menjadi
cabang. Adapun bagian ujung batang terdapat tunas terminal.
Perkembangan ontogeny batang
Pucuk batang biasanya terdiri atas aksis, yaitu epikotil yang berisi beberapa buku
yang belum memanjang dan beberapa primordia daun. Pada perkecambahan biji,embrio
membesar dan mulai tumbuh , meristem pucuk batang muda menambah primordia daun dan
buku. Panjang buku beragam pada spesies yang berbeda. Pada tumbuhan yang daunnya
tersusun pada roset basal,bukunya sangat pendek. Namun,sebagian besar spermatophyta
bukunnya memanjang. Setiap ruas terdapat satu atau lebih daun. Susunan daun pada batang
disebut filotaksis.
Posisi primordia pada ujung batang dipengaruhi oleh faktor dalam, yaitu faktor yang
mengendalikan penebaran potensi pertumbuhan dalam meristem pucuk. Susunan daun
disebabkan oleh adanya interaksi dalam pucuk atau pengaruh jaringan dewasa di bawah pucuk
melalui perikambium. Ada tiga teori utama yang mendasari penelitian mengenai interaksi lokal
dalam pucuk ini.
1. Teori ruang pertama yang tersedia (first available space theory) menurut teori ini, primordial
daun meningkat dalam ruang pertama yang mencapai lebar minimum dan jarak minimum di
bawah pucuk batang.
2. Teori lahan daun atau lahan primordial (leaf field atau primordial field theory) menurut teori ini,
primordial bersama dengan bagian meristem pucuk membentukunit fisiologi. Primordial
dibentuk pada tempat yang khas.
3. Teori pilin ganda daun (multiple foliar helices theory) menurut teori ini, sifat mitosis khusus
dipindahkan secara akropetal yang berujung pada pusat pembentukan daun.

A. Batang primer
Batang primer berkembang dari protiderm, prokambium, dan meristem dasar.
Susunan dan struktur jaringan primer batang adalah sebgai berikut.Batang dikelilingi
epidermis.Di antara sel epidermis ada yang berubah menjadi sel penutup, idioblas, dan
berbagai tipe trikoma. Di sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri dari berbagai
tipe sel. Korteks yang paling sederhana seluruhnya terdiri atas sel parenkim yang berdinding
tipis.pada pelargonium, retama, dan salicornia, parenkim berfungsi untuk fotosintesis dan
sebagi penyimpan tepung dan metabolit lain. Daerah diluar korteks yang berbatasan dengan
epidermis terdiri atas kolenkim atau serabut. Korteks batang ini dapat juga berisi sklereida, sel
sekretori, dan latifiser.
Batas antara korteks dan stele adalah endodermis. Endodermis batang berbeda
dengan endodermis akar. Sel endodermis terdiri atas sel hidupp yang berbentuk silinder
kosong. Dinding endodermis mempunyai struktur yang khas dan khusus. Pada dinding menjari
dan melintang terdapat penebalan lignin(zat kayu) dan suberin (zat gabus), yang disebut pita
caspary. Dalam perkembangannya, sel endodermis mengalami perubahan, yaitu penambahan
lapisan gabus diseluruh permukaan dalam dinding sel. Selanjutnya diikuti dengan penambahan
lapisan sekunder dari selulosa yang sering kali berisi zat kayu pada sisi dalam lapisan gabus.
Lapisan endodermis batang dicotyledoneae sering kali berisi butiran tepung sehingga lapisan
ini disebut sarung tepung.disebelah dalam lapisan endodermis terdapat perisiklus yang
merupakan satu lapisan sel diluar floem.
Disebelah dalam endodermis adalah stele yang berisi system pembuluh . pada
gymnospermae dan sebagian besar dicotyledoneae, system pembuluh terdiri atas silinder
bercelah dan bagian tengahnya disebut empulur. Terdapat dua tipe jaringan pembuluh, yaitu
floem yang biasanya terletak dibagian luar dan xylem yang biasanya terletak dibagian dalam.
Xylem dan floem membentuk berkas pengangkut. Ada dua tipe berkas pengangkut, yaitu
sebagai berikut.
1. Kolateral
Tipe kolateral dibedakan menjadi kolateral tertutup dan terbuka. Disebut kolateral tertutup
apabila di antara xylem dan floem tidak terdapat cambium, tetapi terdapat parenkim
penghubung. Tipe ini biasa terdapat dalam batang monocotyledoneae. Pada kolateral terbuka,
di antara xylem dan floem terdapat cambium yang bersifat dipleuris. Tipe ini biasanya terdapat
pada batang dicotyledoneae (lihat gambar 54)
2. Bikolateral
Berkas pengangkut tipe bikolateral terdiri atas satu bagian xylem di tengah serta satu bagian
floem di sebelah luar dan xylem di tengah serta satu bagian floem di sebelah luar dan satu
bagian di sebelah dalam. Antara xylem dan floem luar terdapat cambium, dan antara xylem dan
floem dalam terdapat parenkim penghubung. Tipe bikolateral terdapat pada beberapa
dicotyledoneae, misalnya pada solanaceae, cucurbitaceae, asclepiadaceae, apocynaceae,
convolvulaceae, dan compositae.

3. Konsentris (terputus)
Berkas pengangkut tipe konsentris terdiri atas xylem yang dikelilingi oleh floem atau sebaliknya.
Apabila xylem dikelilingi oleh floem disebut konsentris amfikribral, yang biasa terdapat pada
pteridophyta. Apabila floem dikelilingi oleh xylem disebut konsentris amfivasal, yang biasa
terdapat pada monocotyle-doneae misalnya pada aloe arborescens, dracaena, cordylin, dan
sebagainya (lihat gambar 55 A dan B).
4. Radial (menjari)
Berkas pengangkut tipe menjari terdiri atas xylem dan floem yang tersusun berselang-seling
menurut arah jari-jari. Susunan seperti ini terdapat pada akar sewaktu xylem dan floem dalam
keadaan primer (lihat gambar 55 C). Pada sebagian besar monocotyledoneae dan sedikit
dicotyle-doneae, system pembuluh primer terdiri atas sejumlah besar berkas pengangkut yang
tersebar tidak berarturan sehingga tidak dapat dibedakan secara tegas batas antara korteks,
silinder pembuluh, dan empulur. System pembuhluh yang dibicarakan di atas adalah jaringan
primer yang terdiri atas protoxilem dan metaxilem serta protofloem dan metafloem. Apabila
protoxilem terdapat di bagian dalam dari metaxilem dan diferensiasi metaxilem kea rah perifer
seperti pada batang angiospermae, disebut endark. Apabila protoxilem terdapat di bagian luar
dari metaxilem dan metaxilem berdiferensiasi secara sentripetal seperti pada akar
angiospermae, disebut eksar. Sering kali terjadi mesark, apabila diferensiasi metaxilem kea rah
sentripetal dan sentrifugal dari protoxilem. Tipe mesark dan eksark xylem primer tampaknya
lebih primitive. Pada angiospermae, khususnya dicotyledoneae, silinder pembuluh primer
terputus-putus pada tiap ruas karena keluarnya satu atau lebih berkas pengangkut yang masuk
ke dalam daun. Bagian ini disebut jejak daun (leaf trace). Menurut jumlah jejak daun pada tiap
ruas, ada yang disebut unilakuna, trilakuna, dan multilakuna. Menurut Sinnot (1914), ruas
trilakuna adalah tipe primitive pada angiospermae. Namun, menurut Bailey (1956), dalam
proses vaskularisasi, angiospermae dapat mengalami perubahan yang reversible. Dari
kenyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa:
1. Ruas unilakuna dari ranales tertentu adalah primitive dan tidak dapat berubah selama
evolusinya
2. Pada dicotyledoneae tertentu, misalnya leguminosae dan anacardiaceae, ruas unilakuna
diturunkan dengan pengurangan dari suatu ruas trilakuna; dan
3. Pada dicotyledoneae yang lain, misalnya epacridaceae dan cloranthaceae, ruas tri- dan
multilakuna berasal dari ruas unilakuna.

Ujung pucuk berkembang menjadi cabang dan mempunyai hubungan pembuluh dengan sumbu
utama. Hubungan pembuluh ini disebut jejak cabang (branch traces). Pada ruas, jejak cabang
dekat sekali dengan jejak daun.
Batang berbagai dicotyledoneae berbeda satu sama lain dalam hal pola pembentukan jaringan
pembuluh primer. Perbedaan ini ada hubungannya dengan perkembangan evolusi.
Diasumsikan bahwa selama terjadi evolusi, silinder pembuluh primer menjadi lebih tipis dan
terjadi pengurangan kea rah menjari. Karena ada celah daun, celah batang, dan perforasi,
pengurangan jaringan pembuluh selanjutnya terjadi ke arah membujur. Silinder menjadi
terbelah menjadi untaian memanjang, dan ini terdapat pada sebagian besar dicotyledoneae.
System pembuluh pada monocotyledoneae biasaya terdiri atas berkas yang tersebar di seluruh
jaringan dasar pada batang. Ada dua tipe dasar susunan berkas pengangkut pada gramineae,
yaitu sebagai berikut:
1. Berkas pengangkut tersusun dalam dua lingkaran. Lingkaran luar tersusun dari berkas
pengangkut yang kecil dan disebelah dalam tersusun dari berkas pengangkut yang kecil dan
disebelah dalam tersusun atas berkas pengangkut besar.
2. Berkas pengangkut tersebar di seluruh penampang melintang batang. Setiap berkas
pengangkut dikelilingi oleh selubung sklerenkim
Empulur merupakan tubuh silindris dari jaringan di bagian tengah batang yang dikelilingi oleh
jarigan pembuluh. Empulur terdiri atas jaringan yang agak seragam, terutama parenkim dengan
susunan longgar. Sering kali terdapat sel parenkim yang berdinding tebal dengan penebalan
lignin. Selain itu juga terdapat sklereida. Pada beberapa spesies, terdapat struktur sektretori
dalam empulur. Pada batang beberapa tumbuhan, misalnya phytolaca Americana, empulurnya
berongga.
B. Batang Sekunder
Pertumbuhan sekunder batang merupakan hasil dari keaktifan kambium pembuluh yang
membelah secara terus menerus sehingga jumlahnya meningkat. Pertumbuhan sekunder ini
khas pada tumbuhan dikotil dan gymnospermae. Beberapa dikotil menema (herbaceous) dan
kebanyakan monokotil tidak menebal sekunder. Pada pertumbuhan sekunder terjadi
pembentukan periderm dari felogen. Cambium yang terdapat di antara xylem dan floem disebut
cambium pembuluh (cambium intravaskuler). Sementara, cambium yang terdapat di antara
berkas pengangkut disebut cambium antar pembuluh (cambium intervaskuler).
Kambium mengadakan dilatasi, yaitu pembelahan dengan cepat kea rah membujur dan menjari
sehingga diameter batang menjadi lebih tebal. Ke arah dalam cambium membentuk xylem
sekunder, sedangkan kea rah luar membentuk floem sekunder. Jaringan yang dibentuk pada
pertumbuhan sekunder disebut jaringan sekunder. Cambium biasanya terdiri atas 2 tipe sel
sebagai berikut.
1. Sel inisial pemicu menggelendong, yang selnya memanjang dan berujung runcing. Pada
batang sequoia sempervirens yang tua, panjang sel-sel ini mencapai 8,7 mm.
2. Sel inisial bersinar (ray initial cell), yang selnya banyak dan lebih kecil dari tipe sel inisial
menggelendong, bentuknya hampir isodiametris.

Kedua tipe sel inisial lebih besar pada batang yang tua dari pada batang yang muda. Unsur
yang berorientasi memanjang dalam organ, seperti unsur trakea, serabut, parenkim xylem,
floem dan unsur tapisan berkembang dari sel inisial menggelendong. Sel yang berorientasi
mendatar dalam organ berkembang dari sel inisial jari-jari . sel cambium mempunyai noktah
primer dengan plasmodesmata. Dinding menjari lebih tebal daripada dinding membujurnya.
Apabila cambium mempunyai noktah primer dengan plasmodesmata. Dinding menjari lebih
tebal daripada dinding membujurnya. Apabila cambium aktif, wilayah cambium terdiri atas
beberapa lapisan sel. Apabila cambium dorman, wilayah cambium berkurang, biasanya hanya
satu lapisan sel saja. Berdasarkan susunan sel menggelendong, cambium dapat dibedakan
menjadi dua tipe berikut:
1. Cambium bertingkat atau berlapis (gambar 59), letak sel inisial menggelendong tersusun dalam
deratan mendatar sehingga ujungnya sama tinggi. Panjang sel inisial ini beragam antara 140-
529 mm.
2. Cambium tidak bertingkat, letak sel inisial menggelendong tumpang tindih satu dengan lainnya.
Tipe cambium ini ditemukan dengan panjang yang beragam antara 320-2300 mm.

Hasil penebalan sekunder menyebabkan lingkaran silider xylem meningkat. Cambium


bertingkat membelah antiklin memanjang. Pada cambium tidak bertingkat, sel inisial
menggelendong membelah miring, semua melintang, dan antiklin, yang diikuti dengan
pertumbuhan intrusif.
Pada Gymnoespermae, bagian kayu maupun kulit kayu mempunyai banyak pembuluh resin,
kecuali pada Gnetaceae. Pada Dicotyledoneae tidak terdapat pembuluh resin. Pada
Monocotyledoneae tidak terdapat pertumbuhan sekunder. Antara xylem dan floem terdapa
parenkim penghubung. Pada tumbuhan yang masih mudah, titik tumbuh kecil, tetapi semakin
meluas sehingga batang Monocotyledoneae juga dapat membesar, misalnya pada Palmae.
Jadi, pemebsaran batang tidak disebabkan oleh eprtumbuhan sekunder, tetapi oleh melebarnya
titik tumbuh.

C. Tipe Batang
Struktur batang primer berbeda dengan struktur batang sekunder sehingga sering kali
digunakan untuk membedakan tipe batang. Biasanya tipe batang dibedakan atas batang
Conifer, Dikotil berkayu, Dikotil tidak berkayu (perdu), Dikotil merambat, Dikotil dengan
pertumbuhan menyimpang, dan Monokotil.
1. Batang Conifer
Contoh batang Conifer adalah Pinus. Batang Pinus mempunyai tipe berkas pengangkut
konsentris amfikribral. Pada floem primer tidak terbentuk serabut pada bagian tepi dan tidak
ditemukan adanya endodermis. Selama pertumbuhan sekunder, batas luar dari floem dapat
dikenali dengan adanya jari-jari empulur. Terkadang, sel di luar floem berisi tannin. Sejak
pertumbuhan awal, batang mengandung pembuluh resin pada korteks. Apabila batangnya
membesar, pembuluh resin juga menjadi lebih luas.
2. Batang Dikotil Berkayu
Pada kebanyakan Dikotil yang berbentuk pohon, daerah antar pembuluhnya sempit, misalnya
pada Salix, Prunus, dan Quercus, dan sangat sempit pada Tilia. Pada spesies-spesies tersebut,
jaringan sekunder membentuk silinder yang membentang terus, tidak diputus oleh jari-jari
empulur. Di bawah epidermis terdapat selapis sel parenkim yang kemudian menjadi beberapa
lapisan kolenkim. Bagian korteks yang lain terdiri atas sel parenkim yang berisi klorofil.
Endodermis yang berisi tepung disebut floeoterma atau selubung tepung. Empulur terdiri atas
sel parenkim yang berisi getah (sel getah) yang juga terdapat pada bagian korteks. Pada
batang yangsudah tua, empu8lur terdiri atas sel berdinding tebal dan berwarna lebih yang
mengandung tepung. Pada floem sekunder banyak dibentuk serabut yang terdiri atas pembuluh
pengangkut dan sel parenkim.
3. Batang Dikotil Tidak Berkayu (Herbaceus = Menerna)
Pada batang muda terdapat epidermis dan masih terdapat pada awal pertumbuhan sekunder.
Pada batang tua akan terbentuk periderm dengan lentisel. Satu atau dua lapisan korteks di
bawah epidermis berisi kloroplas. Lapisan ini diikuti oleh dua atau tiga lapisan kolenkim, dan
parenkim dengan sel getah. Floem primer berisi serabut dekat dengan korteks (serabut
protofloem). Di dalam floem sekunder juga terdapat serabut, tetapi tidak pada metafloem.
Cambium pembuluh memisahkan floem dengan xylem sekunder dengan membentuk silinder
yang pada. Empulur terdiri atas sel parenkim yang berisi sel getah. Tepung dan Kristal sering
terdapat dalam empulur maupun korteks. Berkas pengangkut pada batang menerna biasanya
kolateral. Solanaceae, misalnya tomat, kentang, dan tembakay, serta Cucurbitaceae, misalnya
labu, mempunyai berkas pengangkut bikolateral. Jadi, selain floem yang terdapat di bagian luar
xylem, juga terdapat floem dalam. Kambium terdapat diantara floem luar dengan xylem
sehingga pertumbuhan sekunder hanya terdapat daerah antara floem luar dan xylem saja.
Korteks terdiiri atas parenkim dan kolenkim.
4. Batang Dikotil Merambat
Para Aristolochia, jaringan pembuluh primer tersusun kolateral. Jaringan primer terdiri atas
epidermis, korteks yang terdiri atas parenkim dan kolenkim yang mengandung klorofil, dan
silinder pusat (stele) yang terdiri atas serabut yang banyak mengandung tepung.
Sel yang dibentuk pada akhir masa pertumbuhan relative lebih kecil. Floem sekunder tidak
berserabut. Apabila diameter batang membesar, setiap berkas pengangkut juga membesar ke
arah luar atau ke arah tepi. Pada beberapa spesies, beberapa sel parenkim berubah menjadi
sel batu. Periderm membentuk sel kolenkim di bawah epidermis.
Cucurbita mempunyai berkas pangangkut bikolateral. Epidermis uniseriate dan di bawahnya
terdapat kolenkim dan klorenkim. Klorenkim terdapat di bawah epidermis yang mempunyai
stomata. Endodermis mengandung tepung. Cirri khas batang Diotil merambat adalah
terdapatnya sklerenkim di luar berkas pengangkut.
5. Batang Dikotil dengan Pertumbuhan Sekunder yang Menyimpang
Pertumbuhan sekunder yang menyimpang digunakan untuk menunjukkan bentuk keaktifan
kambium yang menyimpang dari kebiasaan, yang ditemukan pada Conifer dan tumbuhan
Dikotil berkayu dari daerah beriklim sedang. Pada beberapa tumbuhan dengan pertumbuhan
menyimpang, kambium pembuluh terdapat pada kedudukan normal. Namun, tubuh sekunder
menunjukkan penyebarang xylem dan floem yang tidak biasa. Pada Leptadenia,
Strychnos, dan Thunbergia, floem dibentuk tidak hanya ke arah luar, tetapi juga ke arah dalam
sehingga floem sekunder terdapat di dalam xylem sekunder. Pada Amaranthaceae,
Chenopodiaceae, Menispermaceae, dan Nygtaginaceae, serangkaian cambium pembuluh
tersusun dari bagian pusat batang ke arah luar. Masing-masing kambium menghasilkan xylem
ke arah dalam dan floem ke arah luar sehingga terjadi lapisan yang terdiri atas xylem, kambium,
dan floem. Pada batang Bougaienvillea spectobilis, xylem dan floem membentuk untaian yang
tertanan dalam jaringan parenkim, yang disebut jaringan konjungtif. Jaringan ini merupakan
hasil keaktifan kambium di antara berkas pengangkut yang mirip dengan keaktifan kambium
antarpembuluh, tetapi masa keaktifannya terbatas. Bougainvillea spectibilis mempunyai
kambium yang tidak normal. Pertumbuhan menyimpang yang lain juga terjadi pada
Bignoniaceae. Setelah silinder kambium biasa terbentuk pada akhir pertumbuhan primer, empat
bidang kambium berhenti menghasilkan xylem, tetapi terus melepaskan turunannya ke sisi
floem. Jadi, ada dua jenis kambium, yaitu
(1) dipleuris, yang menunjukkan keaktifan ke dua arah, dan
(2) monopleuris, yang keaktifannya hanya satu arah.
Dari pertumbuhan yang menyimpang ini terbentuklah floem yang tertanan dalam xylem. Setiap
panel floem yang tertanam dalam xylem mempunyai kambium yang hanya mengahsilkan floem
ke arah luar saja. Diantara xylem dan floem tepi terdapat kambium yang menghasilkan xylem
ke arah dalam dan floem ke arah luar.
Aralia cordeta, yang mempunyai berkas penangkut bikolateral, juga mengalami pertumbuhan
menyimpang, berkas pengangkut bikolateral biasanya terdiri atas xylem di bagian tengah dan
floem di sebelah luar dan dalam. Pada Aralia terjadi sebaliknya, yaitu floem terdapat di tengah,
dan xylem terdapat di sebelah luar dan dalam.

6. Batang Monocotyledoneae
`Batang Poaceae pada penampang melintangnya tampak mempunyai berkas pengangkut yang
tersusun dalam dua lingkaran. Pada rumput-rumputan, berkas pengangkut yang tersusun
melindungi di sebelah luar tertanam dalam jaringan sklerenkim. Antara berkas pengangkut yang
kecil dengan epidermis terdapat serabut dan klorenkim. Stomata terdapat pada epidermis di
dekat klorenkim. Pada batang dengan bekas pengangkut tersebar, tidak terdapat lapisan
serabut tepi, akan tetapi parenkim di bawah epidermis mengalami penskleritan. Pada batang
Monokotil, tidak terjadi pertumbuhan sekunder dan berkas pengangkutnya mempunyai
selubung sklerenkim.
Monocotyledoneae selain Poaceae juga mempunyai berkas pengakut tersebar atau melingkar
dekat bagian tepi. Potamogeton, tumbuhan Monokotil yang hidup di air, mempunyai korteks
lebar yang terdiri atas jaringan aerenkim. Antara korteks dan silinder pembuluh dibatasi oleh
endodermis yang selnya kecil.
Pada umumnya, Monokotil tidak mempunyai pertumbuhan sekunder dari kambium pembuluh,
tetapi batangnya dapt berkembang menajd itebal. Misalnya pada Palmae. Penebalan ini berasal
dari pembelahan dan pembesaran sel parenkim dasar. Pertumbuhan ini disebut pertumbuhan
sekunder menyebar (diffuse). Namun ada juga tumbuhan Monokotil yang mempunyai kambium
sehingga mengalami pertumbuhan sekunder, yaitu pada Liliflorae berkayu (Agave, Aloe,
Cordyline, Draceaena, Sansevieria, dan Yucca). Kambium berasal dari parenkim yang terdapat
di luar berkas pengangkut primer, yang menghasilkan berkas pengangkut sekunder dan
parenkim ke arah dalam, serta sejumlah kecil parenkim ke arah luar. Perkembangan berkas
pengangkut berasal dari sel turunan kambium yang membelah memanjang, kemudian sel yang
dihasilkan membelah memanjang lagi dua atau tiga kali. Hasil pembelahan ini berdiferensiasi
menjadi unsur pembuluh dan bergabung dengan sel sklerenkim. Sel yang berderet tegak
bergabung membentuk berkas pengangkut. Berkas pengangkut sekunder mungkin kolateral
atau amfivasal.

Secara umum, batang mempunyai beberapa fungsi berikut:


 Sebagai tempat pengangkutan air dan unsur hara dari akar.
 Memperluas tajuk tumbuhan untuk efisiensi penangkapan cahaya matahari
 Tempat tumbuhnya organ-organ generatif.
 Efisiensi penyerbukan dan membantu pemencaran benih.
 Pada tumbuhan tertentu, sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan, misalnya berupa
umbi atau rimpang.
Pada umumnya, batang mempunyai sifat – sifat berikut :

a) Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain,
akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua
bagian yang setangkup.
b) Terdiri atas ruas – ruas yang masing – masing dibatasi oleh buku – buku, dan pada buku –
buku inilah terdapat daun.
c) Tumbuhnya biasanya keatas, menuju cahaya bersifat fototrop/ heliotrop.
d) Selalu bertambah panjang diujungnya. Sehingga disebut batang mempunyai pertumbuhan
yang tidak terbatas.
e) Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang –
kadang cabang atau ranting yang kecil.
f) Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek. Misalnya rumput dan
waktu batang masih muda.

Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk :

 Mendukung bagian – bagian tumbuhan yang ada diatas tanah, yaitu : daun, bunga dan buah.
 Dengan percabangannya memperluas asimilasi.
 Jalan pengangkutan air dan zat – zat makanan dari bawah keatas dan jalan pengangkutan hasil
– hasil asimilasi dari atas kebawah.
 Menjadi tempat penimbunan zat – zat makanan cadangan.

Tumbuhan yang tidak berbatang ( plantacaulis )


tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada, hanya tampaknya
saja tidak ada karena batang amat pendek, sehinng semua daunnya seakan – akan keluar dari
bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu roset ( rosula
). Misalnya pada sawi ( Brassica jruncea ), lobak (Raphanus sativus ).
Tumbuhan yang jelas berbatang
o Batang tumbuhan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair. Misalnya pada bayam (
Amaranthus spinosus ).
2. Batang berkayu (lignosus), yaitu batang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri
atas kayu yang terdapat pada pohon – pohon (arbores) dan semak – semak ( frutices ) pada
umumnya.
3. Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas – ruas yang nyata
dan seringkali berongga. Misalnya pada padi (Oriza sativa) dan rumput ( Gramineae).
4. Batang mendong ( calamus ), seperti batang rumput tetapi ruas – ruasnya lebih panjang.
Misalnya pada mendong (Fimbistylis globusa )
Struktur Jaringan Batang Pada Tumbuhan
Secara umum struktur jaringan penyusun batang tumbuhan terdiri atas tiga bagian, yaitu
epidermis, korteks, dan stele. Adapun struktur jaringan penyusun batang (dari luar ke dalam)
beserta ciri-cirinya dijelaskan dalam uraian berikut.

1) Epidermis batang Tumbuhan

 Tersusun oleh selapis sel, tersusun rapat, tanpa ruang antarsel, dinding luar terdapat kutikula
yang berfungsi untuk melindungi batang dari kehilangan air yang terlalu besar. Pada tumbuhan
kayu yang telah tua terdapat kambium gabus yang menggantikan fungsi jaringan primer.
 Aktivitas kambium gabus adalah melakukan pertukaran gas melalui celah yang disebut lentisel.
Derivat epidermis antara lain sel silika dan sel gabus, misalnya pada batang tanaman tebu.

2) Korteks batang Tumbuhan

Tersusun oleh beberapa lapis sel parenkim yang tidak teratur dan berdinding tipis, banyak
ruang antarsel.
Terdapat kolenkim dan sklerenkim yang berfungsi sebagai penyokong dan penguat tubuh.
– Sel-sel korteks sebelah dalam yang mengandung amilum disebut floeterma (sarung tepung,)
3) Stele ( silinder pusat ) batang Tumbuhan
 Lapisan terluar disebut perisikel.
 Di dalamnya terdapat sel parenkim dan berkas pengangkut.
Gambar 2 Jaringan pembuluh pada tanaman (a) monokotil dan (b) dikotil.

Struktur Jaringan luar Batang Tumbuhan

Perbedaan struktur luar pada tumbuhan tingkat tinggi dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu batang tumbuhan herba dan batang tumbuhan berkayu. Tumbuhan herba dan tumbuhan
berkayu memiliki daun-daun di sepanjang batangnya.

1) Batang tumbuhan herba


Batang tumbuhan herba biasanya, berwarna hijau, jaringan kayu sedikit atau tidak
ada, ukuran batang kecil, dan umumnya relatif pendek. Bagian luar batang terdiri dari epidermis
yang tipis dan tidak mengandung gabus. Pada epidermis terdapat stomata sehingga jaringan di
dalamnya dapat mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Contoh: pacar air,
jagung, bayam, kacang, dan bunga matahari.

2) Batang tumbuhan kayu


Batang tumbuhan berkayu umumnya keras dan umurnya relatif panjang. Permukaan
batang keras dan di bagian tertentu terdapat lentisel. Lentisel berhubungan dengan bagian
dalam batang dan berfungsi sebagai tempat pertukaran gas di batang. Pada tumbuhan berkayu
yang masih muda terdapat klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis. Akan tetapi, jika
sudah terbentuk lapisan gabus kemampuan fotosintesis menjadi hilang. Lapisan gabus
terbentuk oleh kambium gabus. Adanya aktivitas kambium menyebabkan rusaknya jaringan
yang terdapat pada korteks dan epidermis. Dengan rusaknya jaringan tersebut akan
menyebabkan kemampuan fotosintesis menjadi hilang.

DAUN

Daun merupakan modifikasi dari batang. Daun merupakan bagian tubuh tumbuhan
yang paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak
berlangsung di daun. Daun memiliki bentuk dan ukuran tertentu sehingga dapat melakukan
tugas penting, membuat makanan seefisien mungkin. Tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap
dan teduh memiliki daun yang lebar agar dapat menangkap sinar matahari sebanyak
mungkin. Secara umum fungsi daun adalah Membuat makanan melalui proses fotosintesis,
sebagai tempat pengeluaran air melalui transpirasi dan gutasi, menyerap CO2 dari udara, dan
respirasi.
Struktur jaringan penyusun daun terdiri dari berbagi jaringa diantaranya adalah:
1. Jaringan epidermis, Jaringan epidermis merupakan jaringan tubuh tumbuhan yang terletak
paling luar. Jaringan epidermis menutupi seluruh tubuh tumbuhan mulai dari akar, batang,
hingga daun. Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih dan rapat.
Fungsi jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan di dalamnya serta sebagai tempat
pertukaran zat. Jaringan epidermis daun terdapat di permukaan atas dan permukaan bawah
daun. Jaringan epidermis daun tidak mempunyai kloroplas kecuali pada bagian sel penutup
stomata.
2. Jaringan mesofil, Pada daun, proses fotosintesis terjadi dalm sel-sel mesofil. Jaringan mesofi,
dengan perkecualian berkas pembuluh, meliputi semua sel antara epidermis atas dan bawa.
Sel-sel mesofil berdinding tipis, dan tetap mengandung protoplasma hidup dan nucleus
meskipun telah mencapai fase matang. Jaringan mesofi debedakan menjadi dua yaitu parenkim
palisade dan bunga karang. Parenkim palisade adalah sel-sel yang ada dibelahan atas daun
memanjang tegak lurus terhadap permukaaan daun dan membentuk satu sampai tiga lapisan
yang sangat rapat. Sedangkan parenkim bunga karanf adalah sel-sel yang bentuknya tidak
beraturan dengan ruang antarasel yang besar.
3. Berkas pembuluh, untaian jaringan khusus yang berfungsi sebagai penunjang dan sebagai
saluran. Pada daun, berkas pembuluh yang lebih besar dapat dilihat dipermukaan daun berupa
tulang daun utama.satu atau beberapa berkas dari tangkai masuk ke pangkal daun, dan
menghubungkan helaian daun dengan batang tumbuhan. Berkas pembuluh biasanya terletak di
tengah-tengah, antara epidermis atas dan epidermis bawah.berkas pembuluh terdiri dari dua
jenis jaringan yang mempunyai kepentingan yang asasi, jaringan tersebut
adalah xylem dan floem.kedua jaringan ini bersama-sama membentuk jaringan pembuluh.
Jaringan penyokongpada daun terdiri dari epidermis dan kolenkim, Epidermis daun
memiliki struktur yang padat dan diperkuat oleh kutikula dinding selnya seringkali tebal atau
banyak mengandung silica dan memberikan sokongan pada helai daun. Pada daun Dokotil
kolenkim sering ditemukan di dekat ibu tlang daun, dibawah epidermis, dan juga peda tepi
daun. Selain kolenki, pada mesofil daun Dikotil juga ditemukan sklereida. Tulang daun
berukuran besar atau sedang, dikelilingi oleh sekelompok serabut. Pada gramineae dan
kebanyakan Monokotil yang lain, terdapat serabut menutupi satu atau dua sisi berkas
pengangkut, dan berhubungan ke epidermis.
Perkembangan daun berasal dari primordium daun yang terdapat pada meristem
puncak yang terdapat pada ujung batang. Perkembangan primordium daun sampai menjadi
daun melalaui beberapa tahap yaitu:
1. Inisiasi, Kegiatan pembelahan sel yang paling awal terjadi pada meristem apikal.
2. Pembentukan penyangga daun, Sebagai akibat adanya pembelahan secara periklinal pada
daerah tunika dan korpus dan dilanjutkan dengan pembentangan sel, maka terbentuklah
tonjolan kearah luar yang selanjutnya disebut sebagai penyangga daun.
3. Deferensiasi awal, Sebagai hasil kelanjutan pembelahan sel, primordium daun menonjol dari
pucuk batang sebagai penyokong yang mempunyai bentuk papilla kecil atau tonjolan.
Penyangga daun yang telah terbentuk terdiri dari jaringan yang masih sederhana. Dalam
perkembangan selanjutnya, masing masing akan berkembang dan menghasilkan epidermis dan
derivatnya, mesofil dan berkas pengangkut daun.
4. Pembentukan sumbu daun, Sebagai hasil pertumbuhan cepat dari primordia maka penyangga
daun akan berbentuk seperti kerucut dengan sisi adaksialnya memipih (rata). Ujung kerucut
berperan sebagai meristem apikal. Dalam pertumbuhan selanjutnya penyangga daun akan
makin bertambah panjang dan secara berangsur angsur mendekati pengkal semakin memipih.
Dengan demikian primordium daun sudah dapat dibedakan antara permukaan atas atau
adaksial dan permukaan bawah atau abaksial. Hal tersebut disebabkan oleh aktifitas meristem
adaksial.
5. Pembentukan helai daun, Selama awal pemanjangan dan penebalan sumbu daun muda, sel
sel adaksial bagian tepi membelah lebih cepat dibandingkan sel sel meristem dasar yang
berada disebelah dalamnya. Dengan demikian terbentuklah dua garis seperti sayap yang
berkembang pada kedua tepinya sebagai akibat percepatan pertumbuhan sel sel tersebut.
6. Histogenesis, Setelah helai daun terbentuk, proses selanjutnya adalah menyempurnakan
jaringan penyusun daun. Dalam perkembangannya, meristem yang terlibat ialah meristem
apikal, meristem adaksial, meristem marginal, meristem submarginal, meristem lempeng dan
meristem lateral. Meristem marginal berdiferensiasi menghasilkan epidermis atas dan epidermis
bawah serta derivatnya, sedangkan meristem submarginal akan berdeferensiasi menghasilkan
mesofil dan jaringan pengangkut.

BUNGA

Pengertian
Bunga (flos) atau kembang adalah struktur reproduksi seksual pada tumbuhan
berbunga (divisio Magnoliophyta atau Angiospermae, "tumbuhan berbiji tertutup"). Pada bunga
terdapat organ reproduksi (benang sari dan putik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk
menyebut struktur yang secara botani disebut sebagai bunga majemuk atau inflorescence.
Bunga majemuk adalah kumpulan bunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam
konteks ini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret.
Bunga merupakan batang dan daun yang termodifikasi. Modifikasi ini disebabkan oleh
dihasilkannya sejumlah enzim yang dirangsang oleh sejumlah fitohormon tertentu.
Pembentukan bunga dengan ketat dikendalikan secara genetik dan pada banyak jenis diinduksi
oleh perubahan lingkungan tertentu, seperti suhu rendah, lama pencahayaan, dan ketersediaan
air.

Fungsi bunga
Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet jantan (mikrospora)
dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai dengan penyerbukan, yang
diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan pembentukan biji. Beberapa bunga memiliki
warna yang cerah dan secara ekologis berfungsi sebagai pemikat hewan pembantu
penyerbukan. Beberapa bunga yang lain menghasilkan panas atau aroma yang khas, juga
untuk memikat hewan untuk membantu penyerbukan. Bunga berfungsi utama menghasilkan
biji. Penyerbukan dan pembuahan berlangsung pada bunga. Setelah pembuahan, bunga akan
berkembang menjadi buah. Buah adalah struktur yang membawa biji. Organ reproduksi betina
adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya terdapat bakal buah (ovarium) dengan
satu atau sejumlah bakal biji (ovulum, jamak ovula) yang membawa gamet betina) di dalam
kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala putik atau stigma untuk menerima serbuk sari
atau pollen. Tangkai putik atau stylus berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal
buah. Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur
tumbuhan yang "umum", spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat bervariasi.
Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan yang satu dengan
yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga dibedakan dari jumlah organ
bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5 organ (atau kelipatan 4 atau 5)
sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau kelipatannya.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat jantan (benang sari) dan alat
betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang demikian disebut bunga
banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap apabila memiliki semua bagian
utama bunga. Empat bagian utama bunga (dari luar ke dalam) adalah sebagai berikut:

* Kelopak bunga atau calyx;


* Mahkota bunga atau corolla yang biasanya tipis dan dapat berwarna-warni untuk memikat
serangga yang membantu proses penyerbukan;
* Alat kelamin jantan atau androecium (dari bahasa Yunani andros oikia: rumah pria) berupa
benang sari;
* Alat kelamin betina atau gynoecium (dari bahasa Yunani gynaikos oikia: "rumah wanita")
berupa putik.
Keterangan gambar :
Bagian-bagian bunga sempurna.
1. Bunga sempurna,
2. Kepala putik (stigma),
3. Tangkai putik (stilus),
4. Tangkai sari (filament, bagian dari benang sari),
5. Sumbu bunga (axis),
6. artikulasi,
7. Tangkai bunga (pedicel),
8.Kelenjar nektar,
9. Benang sari (stamen),
10. Bakal buah (ovum),
11. Bakal biji (ovulum),
12. Saluran Serbuk sari
13. Serbuk sari (pollen),
14. Kepala sari (anther),
15. Perhiasan bunga (periantheum),
16. Mahkota bunga (corolla),
17. Kelopak bunga (calyx)

Bagian-bagian bunga
Bunga terdiri dari bagian steril dan fertil yang melekat pada sumbu, yakni dasar
bunga (reseptakulum). Bagian sumbu yang merupakan ruas batang yang diakhiri oleh bunga
disebut tangkai bunga atau pedisel. Bagian steril dari bunga terdiri dari sejumlah daun kelopak
atau sepal dan sejumlah helai daun mahkota atau petal. Keseluruhan sepal dalam bunga
disebut kaliks, dan keseluruhan petal disebut korola. Kaliks dan korola sama-sama disebut
perhiasan bunga atau periant. Jika periant tidak terbagi menjadi kaliks dan korola maka setiap
helainya disebut tepal. Bagian reproduktif adalah benang sari atau stamen (mikrosporofil).dan
daun buah atau karpel (megasporofil). Keseluruhan stamen disebut Andresium, sedangkan
keseluruhan karpel disebut ginesium. Pada umumnya, bunga terdiri dari empat bagian bunga
yang tempatnya berturut-turutdari luar ke dalam: Kaliks (kelopak), korola (mahkota), Andresium
(benang sari), dan Ginesium (putik).
Tumbuhan berbunga adalah kelompok terbesar tumbuhan yang hidup di daratan.
Namanya diambil dari cirinya yang paling khas, yaitu menghasilkan organ reproduksi dalam
bentuk bunga. Bunga sebenarnya adalah modifikasi daun dan batang untuk mendukung sistem
pembuahan tertutup. Sistem pembuahan tertutup (dikatakan tertutup karena bakal biji terlindung
di dalam bakal buah atau ovarium) ini juga menjadi ciri khasnya yang lain. Ciri yang terakhir ini
membedakannya dari kelompok tumbuhan berbiji yang lain: tumbuhan berbiji terbuka atau
Gymnospermae.
A. Gametofit Jantan
Gametofit jantan terdapat pada ururan ketiga dalam susunan morfologinya, setelah
Kaliks dan korola. Gametofit jantan terdiri dari beberapa bagian,diantaranya:
 Benang sari
Kebanyakan Angiospermae memiliki kepala sari yag tetrasporangiat,dengan 2 ruang sari
(lokulus) dalam setiap cuping kepala sari sehingga jumlah keseluruhannya empat. Pada
sejumlah tumbuhan yang anteranya telah matang, sebelum antera memecah (terbuka sendiri)
batas sntara pasangan lokulus disetiap cuping rusak, sehingga antera tetrasporangiat
huytjtgjutanya menunjukkan dua lokulus. Filamen,berstruktur sederhana. Padanya,terdapat
sebuah berkas pengangkut yang bersifat amfikibral disepanjang filamen dan berakhir di
konektivum. Dinding antera terdiri dari beberapa lapisan sel yang merupakan turunan sel
pariental primer,kecuali epidermis yang dalam perkembangannya hanya membelah pada
bidang antiklinal. Dua lapisan yan penting adalah endotesium,tepat dibawah epidermis,dan
tapetum,yang berbatasan dengan lokulus antera. Sel diantara kedua lapisan itu sering memipih
karena tertekan, lalu rusak. Endotesium membentuk penebalan tak rata, terutama didinding
radial dan tangensial dalam. Pengerutan deverensial yang terjadi padanya ketika antera
mengering saat matang, memudahkan terjadinya retakan atau celah pada antera untuk
membebaskan serbuk sari. Membukanya antera sering dimulai pada celah atau stomata yang
tidak berfungsi. Sel tafetum bersifat sekretori dan penuh sitoplasma padat. Isi sel tapetum
diserap oleh butir serbuk sari yang sedang berkembang dalam lokulus sehingga ketika butir
serbuk sari matang, biasanya tapetum sudah berdegenerasi. Untuk membebaskan serbuk sari,
selain lewat celah atau stomium, tumbuhan dapat memiliki pori disisi lateral atau diujung cuping
antera.
 Serbuk Sari
Hasil mikrosporogenesis adalah mikrospora atau butir serbuk sari. Butir tersebut
berupa tubuh yang bersimetri radial atau bilateral dan pada dindingnya terdapat bagian yang
kurang kuat yang disebut aperatur, ada yang bulat(pori), dan ada yang memanjang(kolpi).
Waktu serbuk sari berkecambah, tabung polen akan muncul melalui apertur, meskipun ada pula
serbuk sari yang tanpa arpertur.
Sel sporogen primer memulai pembelahan mitosis dalam dataran yang berbeda, bersamaan
dengan perkembangan dinding kantong sari. Turunan dari pembelahan ini adalah sel induk
serbuk, yang juga dikenal sebagai mikrosporosit. Tiap sel induk mengalami pembelahan miosis
membentuk suatu tetradbutir serbuk, yaitu empat mikrospora haploid. Tetrad diselubungi oleh
dinding kalosa. Susunan tetrad biasanya tetrahedral atau isobirateral.
Berdasarkan pada cara pembentukan dinding dan pembelahan miosis dari sel induk serbuk ada
dua tipe perkembangan butir serbuk sari yaitu:
a. Tipe suksesif, yaitu setiap pembelahan inti diiringi dengan pembentukan dinding.
b. Tipe simultan, yaitu tekanan kearah tepi mulai berkembang hanya setelah keempat inti
dibentuk, dan pembentukan dinding menghasilkan tekanan kearah dalam.
Tipe simultan dimiliki oleh tumbuhan dikotil, sedangkan tipe suksesif dimiliki pada
kebanyakan monokotil, meskipun hal ini tidak mutlak karena ada perkecualian. Seringkali, butir
serbuk dari setiap tetrad terpisah satu dengan yang lain dan mereka terletak bebas didalam
kantong sari. Antara butir sari dihubungkan oleh benang yang agak liat. Pada beberapa
tumbuhan misalnya eriaceae, butir serbuk sari tetap tinggal sebagai tetrad sampai masak. Pada
tumbuhan tertentu misalnya, acacia, tetrad berkumpul bersama dalam satu kelompok, yang
dapat berisi 64 butir serbuk. Kelompok ini ditemukan dalam ruangan terpisah yang dibentuk
selama perkembangan pada bagian melintang kantong sari. Pada beberapa tumbuhan,
misalnya asclepiadaceae, semua butir sebuk dari kantong digabung dalam suatu masa padat
yang disebut polinium. Pada orcidaceae, polinium juga dibentuk, tetapi pada genus tertentu dari
familia ini poliniumnya kurang padat kerena terdiri atas sekelompok kecil butit serbuk,yaitu
masula, yang tergabung secara sangat longgar. Suatu butir serbuk sari yang masak dikelilingi
oleh dinding pektoselulosa tipis,yaitu intin. Disebelah luar intin,ada lapisan yang disebut eksin.
Komponen utama dari eksin adalah sporopolenin. Diperkirakan sporopolenin adalah polimer
oksidatif dari karotenoid atau esterkarotenoid.

B. Gametofit Betina
Ginoesium tersusun dari karpela bebas (apokarpus) atau berlekatan (sinkarpus),
yang biasanya terdiri atas 3 bagian :
1. Ovarium (bakal buah), suatu bulatan yang berisi satu atau lebih ovulum (bakal
biji)
2. Stilus (tangkai putik), yang dihasilkan dari pemanjangan dinding ovarium
3. Stigma (kepala putik), bagian diujung stilus yang mempunyai struktur permukaan
yang memungkinkan terjadinya penyerbukan.
Ovulum menempel pada daerah penebalan khusus dinding karpela yang disebut
plasenta.
 Ovulum
Ovulum terdiri atas nuselus yang dikelilingi oleh satu atau dua integumen dan
menempel pada plasenta dengan sebuah tangkai yang disebut funikulus. Pada ujung ovulum
yang bebas terdapat celah kecil yang disebut mikropil. Daerah tempat integumen berlekatan
dengan funikulus disebut khalaza. Sel nuselus biasanya terdapat dibawah lapisan paling luar
pada ujung mikropil, dan disebut sel induk megaspora. Karena itu, nuselus dianggap sebagai
megasporangium.
Ovulum dibedakan menjadi dua tipe utama, yaitu ortotropus atau atropus dan
anatropus. Atropus, apabila ujung nuselus pada garis lurus dan bersambungan dengan
funikulus. Anatropus, apabila ujung nuselus diarahkan kebelakang menuju dasar funikulus.
Diantara kedua bentuk ekstrim tersebut terdapat tahap peralihan yang berbeda, yaitu sumbu
ovulum mengarah keberbagai arah, ada yang disebut hemianatropus, kampilotropus, dan
amfitropus. Pada plumbaginaceae, opuntia, dan beberapa genus lain dari cactaceae, funikulus
sangat panjang dan mengelilingi ovulum. Tipe ini disebut sirsinotropus.
Ovulum berkembang dari plasenta ovarium. Primordia ovulum berasal dari
pembelahan periklin sel dibawah lapisan permukaan plasenta. Integumen bagian dalam mulai
berkembang dan mulai terjadi pembelahan periklin dalam protodrem. Pertama kali, integumen
tampak seperti cincin dibagian tepi kemudian tumbuh menuju ujung dan menutupi nuselus
kecuali mikropil. Permulaan integumen luar terjadi karena pembelahan periklin lapisan dibawah
permukaan. Perkembangan kedua integumen sama.
Pada kebanyakan tumbuhan, integumen luar tidak mencapai mikropil. Pada
tumbuhan dengan bunga simpetala, nuselus biasanya dibungkus oleh integumen tunggal atau
unitagemik. Sementara pada dikotil, ovulum mempunyai dua integumen atau bitagmik. Pada
khalaza, tidak ada perbedaan antara jaringan integumen dan funikulus.

 Megasporogenesis
Ada tumbuhan yang mempunyai beberapa sel induk megaspora didalam ovulum
tunggal, tapi biasanya hanya sebuah sel induk yang berkembang dalam tiap nuselus.
Umumnya, sel sporogen berkembang langsu ng dari hipodermis sel nuselus. Sel ini dapat
dibedakan dari sel tetangganya karena ukuran sel, ukuran inti, dan kepadatan sitiplasmanya.
Sel hipodermis pertama kali membelah menjadi sel pariental, bagian luar biasanya lebih kecil,
dan sebuah sel didalam yang lebih besar merupakan sel sporogen primer. Selanjutnya, sel
tersebut berkembang menjadi sel induk megaspora, dan sel pariental membelah membentuk
sejumlah sel sehingga sel induk megaspora ditekan kedalam. Ovulum dengan tipe nuselus ini
disebut krasinuselat. Sel induk megaspora mengalami pembelahan miosis membentuk empat
megaspora yang disusun dalam satu deretan, dan biasanya tiga yang terdekat dengan mikropil
mengalami kemunduran sehingga tinggal satu megaspora yang membesar.

You might also like