You are on page 1of 21

“ DAKWAH NABI PADA PERIODE MEKKAH DAN MADINAH”

DISUSUN OLEH :

NURMA

IKRIMAH SYAM

ANDI ARDIANSYAH

KEPERAWATAN B

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2017
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur marilah senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Allah

SWT, karena atas berkah limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat

menyusun makalah ini dengan baik.

Makalah ini dibuat dengan literatur yang berupa buku dan jurnal-jurnal

ilmiah yang kami peroleh. Dalam makalah ini, kami membahas mengenai dakwah

nabi pada periode mekkah dan madinah.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh

karena itu kami mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang

dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan

untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Samata, 06 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah dakwah pada periode Mekkah....................................................

1. Masyarakat Arab jahiliyah periode Mekkah………………….

2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul…………

3. Ajaran islam periode Mekkah………………………………….

4. Strategi dakwah rasululah periode Mekkah…………………….

5. Reaksi kaum kafir Quraisy terhadap dakwah Rasulullah SAW

B. Sejarah dakawah di periode Madinah…………………………………..

1. Sejarah dakwah Rasulullah SAW periode Madinah…………….

2. Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah…………………….

3. Strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah…………….

4. Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyrakat

islam

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................

B. Saran................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kewajiban dakwah merupakan suatu kewajiban yang telah Allah

perintahkan kepada kita semua sebagai umat islam untuk menyampaikan

risalah kebenaran islam. Pada hakikatnya, dakwah bukan hanya kewajiban

Nabi ataupun para Rasul yang mempunyai amanah khusus untuk

menyampaikan setiap kebenaran dan ketauhidan Allah, namun juga

menjadi kewajiban setiap umat islam yang mempercayai dan meyakini

akan kebenaran islam sebagai Rahmatan lil Alamin. Sehingga, Islam tidak

hanya dipandang dari satu sisi saja melainkan berbagai tinjauan yang akan

mengantarkan kita kepada pemahaman yang menyeluruh. Dan salah satu

media yang bisa kita gunakan untuk menyampaikan risalah kebenaran

islam ialah melalui dakwah.

Dakwah islamiyyah sudah dimulai saat pertama kali Nabi

Muhammad menerima washilah ataupun tanggung jawab untuk

mengeluarkan manusia dari kegelapan dan kejahiliyyahan hidup yang pada

saat itu telah mencapai klimaks kegelapan yang mencekam. Allah

memerintahkan Rasulullah supaya menyampaikan kebenaran risalah

tentang keesaan Allah. Bukan hanya itu, Rasulullah diperintahkan untuk

mengenalkan aturan hidup yang jelas bagi umat manusia. Dan aturan-

aturan hidup yang Allah maksudkan adalah islam sebagai dinnullah yang
termaktub dalam konsep wahyu berupa Al-qur’an.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekkah

1. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekkah

Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah

masyarakat Arab Jahiliyah, atau masyarakat yang masih berada dalam

kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu

sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan

oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya

beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang

mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah atau rumah Allah

SWT). Di antara berhala-berhala yang termahsyur bernama: Ma’abi,

Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula sebagian

masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang

dilakukan kaum Sabi’in.

2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW Sebagai Rasul

Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT,

terjadi pada tanggal 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala

beliau sedang bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40

tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter sebelah utara

kota Mekah.

Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau Rasul-Nya

ditandai dengan turunnya Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu

yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5.(bacalah


dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan , dan telah

menciptakan manusia dari segumpal darah , bacalah dan tuhan-mulah yang

maha pemurah, yang mengajar manusia dengan prantaraan kalam, dan

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.. ) Turunnya ayat

Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul Al-

Qur’an.

Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-

‘Alaq: 1-5) turun pula Surah Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah

SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada

umat manusia.

Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah

(periode Mekah) selama 13 tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur

telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4726

ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada periode

Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.

3. Ajaran Islam Periode Mekkah

Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah

SAW di awal kenabiannya adalah sebagai berikut:

a. Keesaan Allah SWT

b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan

c. Kesucian jiwa

d. Persaudaraan dan Persatuan

4. Startegi Dakwah Rasulullah Periode Mekkah

Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar

masyarakat Arab meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral

dan hukum, sehingga menjadi umat yang meyakini kebenaran kerasulan


nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan

yang luhur tersebut sebagai berikut:

a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi secara selama 3-4 tahun

Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini,

Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang

berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta

sahabat dekatnya. Orang-orang yang telah memenuhi seruan

dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah: Khadijah binti

Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari

kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW

yang tinggal serumah dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat

Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat

Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW

pada waktu kecil).

Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam

sehingga ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri

masuk Islam, mereka adalah:

1) Abdul Amar dari Bani Zuhrah dan Abu Ubaidah bin Jarrah

dari Bani Haris

2) Utsman bin Affan

3) Zubair bin Awam

4) Sa’ad bin Abu Waqqas dan Thalhah bin Ubaidillah


b. Dakwah secara terang-terangan

Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4

dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang berisi perintah

Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-terangan.

Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26 asy-syu’ara (para

penyiar): 214-216.(dan berikanlah peringatan kepada kerbarat-

kerabatmu yang teerdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap

orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang orang beriman. Jika

mereka mendurhakaimu maka katakanlah sesungguhnya aku tidak

bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.)

Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-

terangan ini antara lain sebaga berikut:

1) Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim,

untuk menghadiri jamuan makan dan mengajak agar masuk

Islam. Walau banyak yang belum menerima agama Islam,

ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah

masuk Islam, tetapi merahasiakannya. Mereka adalah Ali

bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid bin

Haritsah.

2) Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota

Mekah, terutama yang berada dan bertempat tinggal di

sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.

Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah

menyatakan diri masuk Islam dari kalangan kaum kafir Quraisy,

yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar

bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun
ke-6 dari kenabian, sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).

Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para

penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk

di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:

1) Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.

2) Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair dari kaum

Daus.

3) Dakwah Rasululah SAW terhadap penduduk Yatrib

(Madinah).

Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari

suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun

621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun

berikutnya lebih banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin

Amr, pimpinan kaum Salamah.

Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW

pada gelombang ketiga ini, terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian

dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah tersebut

merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan

melindungi dan membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka

memohon kepada Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar

berhijrah ke Yatsrib.
5. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW

Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam,

telah menjelaskan sebab-sebab kaum Quraisy menentang dakwah

Rasulullah SAW, yakni:

a) Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan

dengan ajaran persamaan hak dan kedudukan antara semua orang.

Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam

masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan perbudakan,

sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.

b) Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang

adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan

alam akhirat, karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan

azab neraka.

c) Kaum kafir Quraisy menolak ajaran Islam karena mereka merasa

berat meninggalkan agama dan tradisi hidupnya bermasyarakat

warisan leluhur mereka.

d) Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha

menghentikan dakwah Rasulullah SAW karena Islam melarang

menyembah berhala.

Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan

dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain:

a) Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin

Fuhairah, Ummu Ubais an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil

dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum kafir Quraisy)

di luar batas perikemanusiaan.


b) Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW

agar permusuhan di antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat

kaum kafir Quraisy menganut Islam dan melaksanakan ajarannya.

Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan

melakukan penyembahan terhadap berhala.

Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya

Nabi Muhammad SAW menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke

dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke

Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan

jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi

pada tahun 615 M.

Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena

menduga keadaan di Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah

satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin Khattab. Namun, dugaan mereka

meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.

Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke

Habasyah yang kedua kalinya. Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu

Thalib.

Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman

Rasulullah SAW dan pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi

Muhammad SAW juga telah wafat. Dalam sejarah Islam tahun wafatnya

Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
B. Sejarah Dakwah di Periode Madinah

1) Sejarah dakwah di periode Madinah

Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh

umat Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang

dilarang dan dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan

yang baik, yang disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.

Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-

Islam), karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman,

dan kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan

beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri

Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan

beribadah.

Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah

SAW dan umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal

12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni

622 M.

Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah

(negeri kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah:

a) Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan

kekerasan kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah

SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke

Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum

Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.

b) Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah

serta beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya


dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan

meninggikan agama-Nya (Islam)

2) Dakwah Rasululah periode Madinah

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama

sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama

hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal

tahun ke-11 hijriah.

Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode

Madinah, selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah

dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25

surat Madaniyah dan hadis periode Madinah.

Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah

adalah orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum

Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti

kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah

yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang

yang sudah masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui

seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang

diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan

sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa.

Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan

usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan

terbentuk masyarakat madani di Madinah.

Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang

belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam


sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya,

sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan

beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.

Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara

penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum

masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn

sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia

masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain

masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari

muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah,

kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.

Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana

firman-Nya dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka

kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk

menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan

lagi.

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW

dan para pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan

atau meraih harta rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:

a) Membela diri, kehormatan dan harta

b) Menjamin kelancaran dakwah dan memberi kesempatan kepada

mereka yang hendak menganutnya (islam).

c) Untuk memelihara umat islam agar tidak dihancurkan oleh bala

tentara Persia dan romawi.


Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun

suatu negara yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah,

mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja

terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia,

maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan

mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia

bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya.

Untuk menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah

SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi

peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :

a. Perang Mut’ah

b. Perang Tabuk

c. Perang Badar

d. Perang Uhud

e. Perang Khandaq

f. Perang Hunain

3) Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Pokok-pokok yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode

Madinah adalah :

a. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak

orang lain meyakini kebenaran islam dan mengamalkan ajarannya,

maka terlebih dahulu orang yang berdakwah itu harus meyakini

kebenaran islam dan mengamalkan ajarannya.

b. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk

Allah SWT dalam surah An-Nahl 16 : 125 yang atinya “ seruhlah

(manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhan-mu dialah yang lebih mengetahui tentang

siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

c. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan

umatnya sesuai dengan petunjuk Allah dalam surah Ali Imran,

3:104, yang artinya “ dan hendaklah ada diantara kamu segolongan

umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada umat

yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-

orang yang beruntung”.

d. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata,

bukan dengan niat untuk memperoleh popularitas untuk

keuntungan yang bersifat materi.

4) Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam Mewujudkan Masyarakat Islam

a. Membangun masjid

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW

di Madinah adalah ,asjid Quba, yang berjarak sekitar 5 km, sebelah

barat daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 rabiul

awal tahun pertama hijriah (20 september 622 M). Setelah

Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari sabtu beliau

mengunjungi masjid Quba untuk shalat berjamah dan

menyampaikan dakwah islam.

Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan

para sahabatnya ialah masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini

dibangun secara gotong royong oleh kaum Muhajirin dan kaum

Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi


Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat, dan

kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni : Abu

Bakar r.a, Umar bin Khattab r.a, Utsman bin Affan r.a, dan Ali bin

Abu Thalib.

b. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Ansar

Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk

Mekkah yang berhijrah ke Madinah. Sedangkan, Ansar adalah para

sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang meberikan

pertolongan kepada kaum Muhajirin.

Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a dan

Umar bin Khattab r.a tentang mepersaudarakan antara Muhajirin

dan Ansar, sehingga terwujud persatuan yang tangguh. Hasil

musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajirin mencari dan

mengangkat orang dari kalangan Ansar menjadi saudaranya

dengan niat ikhlas karena Allah SWT, demikian juga sebaliknya

orang Ansar.

Persaudaraan secara sepasang-sepasang seperti tersebut,

ternyata mebuahkan hasil sesama Muhajirin dan Ansar terjalin

hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling mencintai,

saling menyanyangi, saling hormat-menghormati, dan saling

tolong-menolong dala kebaikan dan ketakan.

c. Perjanjian bantu membantu antara umat islam dan non islam

Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah,

pendudknya terdiri dari 3 golongan, yaitu umat Islam, umat

Yahudi, dan orang-orang Arab yang beum masuk islam.


Rasulullah SAW membuat perjanian dengan penduduk

Madinah non-Islam dan tertuang dalam piagam Madinah. Piagam

Madinah itu antara lain :

1. Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk

Madinah mamiliki hak pribadi, keagamaan dan

politik. Sehubungan dengan itu golongan penduduk

Madinah berhak menjatuhkan hukuman kepada

orang yang mebuat kerusakan dan memberi

keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan.

2. Setiap individu penduduk Madinah mendapat

jaminan kebebasan beragama.

3. Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari

kaum muslimin, kaum Yahudi dan orang-orang

Arab yang belum masuk islam sesame mereka

hendaknya saling mebantu dalam bidang moril dan

materiil.

4. Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh

penduduk Madinah, segala perkara dan perselisihan

besar yang terjadi di Madinah harus diajukan

kepada Rasulullah SAW untuk diadili sebagaimana

mestinya.

d. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social yang islami

demi terwujudnya masyarakat Madani

Sebagai kepala negara, Rasulullah SAW telah meletakkan

dasar bagi setiap system politik islam, yakni musyawarah. Melalui

musyawarah, umat islam dapat mengangkat wakil-wakil rakyat dan


kepala pemerintahan, serta mebuat peraturan-peraturan yang harus

ditaati oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan

itu tidak menyimpang dari tuntutan Al-qur’an dan hadits.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dakwah bukan saja kewajiban para ulama, melainkan kewajiban bagi

setiap kaum muslimin. Bukan hanya milik para umaro, melainkan harus adanya

kerja sama dari berbagai kalangan untuk mensukseskan dakwah islamiyyah ini.

Sehingga, di akhir zaman kelak kemenangan islam benar-benar bisa dirasakan.

Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain, dengan

persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum

Anshardapat memberikan rasa aman dan tentram, persatuan dan saling

menghormati antar agama, menumbuh-kembangkan tolong menolong antara

yang kuat dan lemah, yang kaya dan miskin, emahami bahwa umat Islam harus

berpegang menurut aturan Allah swt, memahami dan menyadaribahwa kita

wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan antara manusia dengan

manusia, Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita

baik di dunia maupun di akhirat, menjadikan inspirasi dan motivasi dalam

menyiarkan agama Islam dan terciptanya hubungan yang kondusif.


B.Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut.

1. Sebaiknya dosen selalu memberikan dorongan dan motivasi belajar kepada

mahasiswa.
2. Sebaiknya dosen lebih lama durasi dalam mengisi materi kuliah.
DAFTAR PUSTAKA

A.Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam I, Jakarta : Pustaka Al-Husna, 2003.

Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya, Jakarta : WALI,2012.

Rianawati, sejarah peradaban islam, Pontianak, 2010

Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni. 2007. Pengantar sejarah Dakwah, Jakarta :

Kencana.

You might also like