You are on page 1of 30

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI PAYUDARA

Perawat mempunyai peranan yang sangat istimewadi dalam penatalaksanaan


pemberian air susu ibu (ASI). Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari
pemberin ASI didasari oleh pemahaman tentang perubahan anatomis dan fisiologis
yang terjadi pada wanita yang sedang berlaktasi postpartum.

Selama kehamilan, hormone estrogen dan progesterone menginduksi


perkembangan alveolus dan ductus laktiverus di dalam mammae atau payudara dan
juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung
sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone esterogen menurun. Penurunan
kadar esterogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolactin dan produksi ASI
pun dimulai. Produksi prolactin yang berkesinambungan disebabkan oleh roses
menyusui

Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan


pada payuda ra (ketika bayi menghisap) akan merangsang produksi oksitosin yang
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Proses ini disebut refleks let down atau
pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia bagi bayi. Pada awal laktasi, refleks
pelepasan ASI ini tidak dipengaruhi oleh keadaan emosi ibu. Namun, pelepasan ASI
dapat dihambat oleh keadaan emosi ibu, misalnya ketika ia merasa sakit, Lelah, malu,
merasa tidak pasti, atau merasakan nye ri.

Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui ductus ke
sinus laktiferus. Isapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofise
posterior. Oksitosi memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel
miopitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan suktus laktiferus. Kontraksi sel-sel
khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui ductus laktiferus menuju ke
sinus laktiferus untuk disimpan. Pada saat bayi mengisap puting, ASI dalam sinus
tertekan dan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down

1
atau pelepasan. Pada akhirnya let down dapat dipicu tanpa rangsangan isapan.
Pelepasan dapat terjadi ketika ibu mendengar bayi menangis atau sekedar
memikirkan tentang bayinya.

Pelepasan ASI penting sekali dalam pemberian ASI yang baik. Tanpa
pelepasan, bayi mungkin menghisap terus-menerus. Akan tetapi, bayi hanya
memperoleh sebagian besar dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara.
Bila pelepasan gagal secara berulang kali dan payudara berulang kali tidak
dikosongkan pada waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi an
laktasi akan berhenti.

Cairan pertama yang diperoleh bayi dan ibunya sesudah dilahirkan adalah
kolostrum yang mengandung campuran yang lebih kaya protein, mineral dan
antibody dibandingkan dengan ASI yang telah matur. ASI mulai ada kira-kira pada
hari ke-3 atau ke-4 setelah kelahiran bayi, dan kolostrum berubah menjadi ASI yang
maturr kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan
bayi diperbolehkan sering menyusu, proses pembentukan ASI akan meningkat.

Disamping protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin dalam kadar


yang diperlukan oleh bayi, ASI juga mengandung enzim, immunoglobulin, leukosit,
hormon, dan faktor pertumbuhan. Susu terdiri dari kira-kira 90% air, sehingga bayi
yang menyusu tidak memerlukan tambahan air atau cairan lain bagi tubuhnya.

2.2 AIR SUSU IBU

Komposisi Gizi ASI

Air susu ibu dalam stadium laktasi dibedakan menjadi:

1. Kolostrum
a. Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara,
mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam
alveoli dan ductus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerperium.
b. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai ke-3.

2
c. Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.
d. Merupakan cairan viskus kental dengan warna kekuning-kuningan dan
lebih kuning dari pada susu yang matur.
e. Merupahan pencahar yang ideal untuk membersihkan meconium dari usus
bayi yang baru lahir dan memppersiapkan saluran pencernaan makanan
bayi bagi makanan yang aakan dating.
f. Lebih banyak mengandung protein daripada ASI yang matur. Dalam
kolostrum, protein yang utama adalah glubolin (gamma glubolin)
g. Lebih banyak mengandung antibody daripada ASI yang matur. Selain itu,
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan.
h. Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah daripada ASI yang matur
i. Mineral (terutama natrium, kalium, dan klorida) lebih tinggi daripada susu
matur.
j. Total energi rendah jika dibandingkan dengan susu matur (hanya
58kal/100 ml kolostrum)
k. Vitamin yang larut dalam lemak tinggi daripada asi yang matur,
sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih
rendah.
l. Bil a dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
m. PH lebih alkalis daripada ASI yang matur.
n. Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin daripada ASI
yang matur.
o. Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidrolisis protein yang ada di dalam
usu bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah
kadar antibodi pada bayi.
p. Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu peralihan
a. Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI yang matur.
b. Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10dari masa laktasi. Ada
pendapat bahwa ASI matur beru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu
ke-5.
c. Kadar Protein semakin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
serta volume juga semakin meningkat.
d. Komposisi ASI menurut Klien dan Ostren adalah dalam satuan gram/100
ml.
3. Air Susu Matur

3
a. Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi
relative konstan.
b. Merupakan cairan bewarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-kasein,
riboflafin, dan karoten yang terdapat didalamnya.
c. Tidak menggumpal jika dipanaskan.
d. Terdapat faktor antimicrobial, antara lain :
 Antibody terhadap bakteri dan virus
 Sel (fagosit granulosit dan makrofag serta limfosit tipe T)
 Enzim (lisozim, laktoperosidase, lipase, katalase, fostase, amilase,
fosfodientarase, alkalifosfatase)
 Protein (laktoferin, B12, binding protein)
 Faktor resisten terhadap stafilokokus
 Komplemen
 Sel penghasil interferon
 Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya
faktor bifidus.
 Hormon
e. Laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat
bakteriostastik kuat terhadap Esbericbia coli dan juga menghambat
pertumbuhan Candida albicans.
f. Lactobacilbus bifidus merupakan koloni kuman yang memetabolisasi
laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya pH seingga
pertumbuhankuman pathogen dapat dihambat.
g. Immunoglobulin memberi mekanisme pertahanan yang efektif terhadap
bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung dengan komplemen
dan lisozim merupakan suatu antibacterial nonspesifik yang mengatur
pertumbuhan flora usus.
h. Faktor leukosit pada pH ASI mempunyai pengaruh mencegah
pertumbuhan kuman pathogen (efek bakteriostasis dicapai pada pH sekitar
7,2)

Komposisi ASI berdasarkan kandungan zat gizi:

1. Protein keistimewaan protein dalam ASI, yaitu:


a. Rasio protein, kasein ASI adalah 60:40, sedangkan susu sapi rasionya
20:80.

4
b. ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin.
c. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi.
d. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, tetapi kadar
sistin lebih tinggi.
e. Kadar tirosin dan fenillanin pada ASI rendah.
f. Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sintesis protein pada
ASI lebih tinggi bila dibandingkan dengan ASI.
2. Karbohidrat
a. ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi daripada susu sapi (6,5 – 7 gram
%)
b. Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
3. Lemak keistimewaan lemak dalam ASSI dibandingkan susu sapi
a. Bentuk emulasi lebih sempurna
b. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih benar daripada susu
sapi
c. Kolesterol yang dibutuhkan mielinisasi saraf pusat dan diperkirakan juga
berfugsi dalam pembentukan enzim
4. Mineral
a. ASI mengandung mineral lengkap
b. Total mineral dalam masa laktasi konstan
c. Fe dan Ca paling stabil, tidak tidak dipengaruhi diet ibu
d. Daram organic yang terdapat didalam ASI, terutama kalsium, kalium,
serta kalium dari asam klorida dan fosfat
5. Air kira-kira 80% ASI terdiri dari air yang berguna untuk melarutkan zat-zat
yang terdapat didlamnya yang sekaligus juga dapat meredakan rangsangan
haus bayi.
6. Vitamin kandungan vitamin dalam ASI yang lengkap dan cukup, yaitu vitamin
A, D, dan C. akan tetapi, golongan vitamin B kecuali, riboflavin dan asam
panotenat kurang.

ASI yang pertama kali diisap oleh bayi menit pertama berbeda dengan ASI
yang diisap pada menit terakhir. ASI pada menit pertama lebih cepat encer, dan
kemudian akan lebih kental. ASI pada menit terakhir mengandung lemak 4-5 kali dan
protein 1,5 lebih banyak daripada ASI pada menit pertama.

5
Ketika bayi menyusu, apa yang didapatnya dalam 15 menit pertama dapat diuraikan
sebagai berikut :

1. Lima menit pertama, bayi mendapatkan :


a. 60% total volume ASI
b. 60% total protein ASI
c. 60% total karbohidrat ASI
d. 40% total lemak ASI
e. 50% total energi ASI
2. Lima menit kedua, bayi mendapatkan :
a. 25% total volume ASI
b. 25% total protein ASI
c. 25% total karbohidrat ASI
d. 33% total lemak ASI
e. 25% total energi ASI

Keuntungan ASI

Beberapa keuntungan yang diperoleh bayi dari mengonsumsi ASI:

1. ASI mengandung semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan


perkembangan bayi
2. Dapat diberikan dimana saja dan kapan saja dan kapan saja dalam keadaan
segar, bebas bakteri, dan dalam suhu yang sesuai, serta tidak memerlukan alat
bantu.
3. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan
4. Problem kesulitan pemberian makanan bayijauh lebih sedikit daripada bayi
yang mendapat susu formula
5. Mengandung zat anti yang berguna untuk mencegah penyakit infeksi usus dan
alat pencernaan
6. Mencegah terjadinya keadaan gizi yang salah (marasmus, kelebihan makanan,
dan obesitas)

Keuntungan ASI yang lain :

1. Mengandung zat antivirus polio. Kandungan zat antipoliomielitik yang dapat


memengaruhi vaksinasi polio yang diberikan secara oral (OPV):
a. Masa laktasi 2-6 hari (kolostrum)
 Kandungan zat antipoliomielitikpaling tinggi
 Mengandung zat antipoliomielitiktipe 1 dan 2 sebesar 92,1%

6
 Mengandung zat antipoliomielitik tipe 3 sebesar 15,8%
b. Masa laktasi pada bulan ke-4
 Kandungan zat antipoliomielitik tipe 3 mengalami penurunan
 Mengandung zatantipoliomielitik tipe 1 sebesar 7,8%
 Mengandung zat antipoliomielitik tipe 1 dan 3 sebesar 15,8%
c. Masa laktasi pada bulan ke 5. Kandungan zat antipoliomielitik sudah tidak
ada lagi dalam ASI

Beberapa pendapat dari penyelidikan terdahulu mengemukakan bahwa anak


yang akan mendapatkan imunisasi polio (OPV) dianjurkan untuk tidak diberi ASI 2
jam sebelum dan sesudah mendapat vaksin tersebut. Alasannya:

a. Dalam ASI terdapat zat penghambat yang dapat menetralisir virus polio di
dalam traktus intestinstinalis bayi yang berumur 6 minggu.
b. Kadar zat antibody dalam ASI dan sisa cairan amnion yang ditelan bayi akan
memengaruhi pemberian OPV, tetapi kadar zat antibody yang didapat bayi
dari ibu melalui plasenta tidak memengaruhi pertumbuhan OPV di saluran
pencernaan.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa:

a. Kadar zat antipoliomielitik pada ASI terus menurun dengan bertambahnya


laktasi dan akan menghilang pada bulan ke 5.
b. Pemberian vaksin OPV untuk bayi yang berumur kurang dari 3bulan,
sebelumnya dan sesudahnya tidak boleh diberi ASI karena kadar zat anti
dalam ASI masih tinggi dan ASI masih mengandung zat penghambat yang
dapat menetralisir virus polio di traktus intestinalis, sehingga akan
memengaruhi vaksin yang diberikan.
c. Pemberian OPV yang dimulai pada umur 3bulan, sebelum dan sesudahnya
dapat diberi ASI karena kadar zat anti dalam ASI pada bulan ke 3 sudah
sangat rendah (antipoliomielitik tipe 1, 2, 3, yang masing-masing 5%, 0%,
1%).

7
Tindakan pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan cara:

1. Pengeluaran ASI dengan tangan, cara ini yang lazim di gunakan karena tidak
banyak membutuhkan sarana dan lebih mudah.

a. Tangan di cuci bersih.

b. Siapkan gelas/cangkir bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.

c. Payudara di kompres dengan handuk hangat dan di masase dengan kedua


telapak tangan dari pangkal kea rah areola. Ulangi pemijatan ini pada
payudara secara merata.

d. Masase dengan ibu jari di sekitar areola payudara bagian atas dan jari
telunjuk bagian sisi yang lain, lalu daerah areola payudra di tekan ke arah
dada.

e. Daerah areola payudara dip eras dengan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan
memijat/memeras putting karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.

f. Ulangi tindakan (tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas). Pada awalnya, ASI


tidak keluar, namun setelah beberapa kali ASI akan keluar.

g. Gerakan ini diulang pada sekitar areola payudara pada semua sisi agar
yakin bahwa ASI telah dip eras dari semua segmen payudara.

2. Pengeluaran ASI dengan pompa. Bila payudara bengkak/terbendung


(egorgemen) dan putting susu nyeri, akan lebih baik bila ASI di keluarkan
dengan pompa payudara. Pompa dapat di gunakan bila ASI benar-benar
penuh, tapi pad payudara yang lunak akan lebih sukan. Ada 2 macam pompa
yang dapat di gunakan, yaitu pompa tangan dan listrik.yang bisa digunakan
adalah pompa tangan perhatikan kotak 2-4.

Pemberian ASI perasan

8
Perlu di perhatikan pada saat pemberian ASI yang telah di keluarkan adalah
cara pemberian pada bayi. Jangan di berikan dengan botol/dot karena hal ini dapat
menyebabkan bayi “bingung puting”. Berikan pada bayi dengan menggunakan
cangkir/sendok, sehingga bila saatnya ibu menyusui lansung, bayi tidak menolak
menyusu. Perhatikan kotak 2-5.

Pemberian dengan sendok biasanya kurang praktis di bandingkan dengan


cangkir, karena membutuhkan waktu yang lama. Akan tetapi, bila bayi membutuhkan
hanya sedikit ASI.

Seorang ibu dengan bayi pertamanyan mungkin mengalami berbagai masalah,


hanya kerena tidak mengetahui cara-cara yang sebenarnya sangat sederhana.
Misalnya, cara menaruh bayi pada payudara ketika menyusiui, isapan bayi yang
mengakibatkan putting susu terasa nyeri , dan masih banyak masalah lainnya.
Terlebih pada minggu pertama setelah persalinan, ibu lebih peka emosinya. Oleh
karena itu, seorang ibu memerlukan seseorang yg dapat membimbingnya dalam
merawat bayi, termasuk menyusui. Orang yang dapat membantunya, terutama orang
yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang di segani, seperti suami,
kerabat/keluarga terdekat, atau keompok ibu-ibu pendukung ASI, dan dokter atau
tenaga kesehatan.
Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang
laktasi harus mengetahui bahwa menyusui merupakan proses alamiah yang tidak
mudah dilakukan, sehingga untuk mencapai keberhasilan diperlukan pengetahua
mengenai teknik-teknik menyusui yang benar. Ada berbagai macam posisi menyusui,
meliputi duduk, berdiri atau berbaring. Ada posisi khusus yang berkaitan dengan
situasi tertentu, seperti menyusui bayi kembar, yang dilakukan dengan memegang
bola (football postnatal) dan kedua bayi di susui bersamaan di payudara sebelah kiri
dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditelungkupkan di atas dada ibu,
tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan posisi ini bayi tidak akan tersedak.
Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet,

9
ASI tidak keluar optimal, sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau
bayi enggan menyusu. Perhatikan kotak 2-2.

 Kotak 2-2 Tanda bayi menyusu dengan benar.

1. Bayi tampak tenang


2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulutu bayi terbuka lebar
4. Dagu menmpel pada payudara ibu
5. Sebagian besar areola payudara masuk ke dalam mulut bayi
6. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7. Putting susu ibu tak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis yang lurus
9. Kepala tidak mengadah

Satu payudara dalam 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 24 jam. Perhatikan kotak 2-3 untuk mengetahui bila bayi sudah cukup
ASI.
Pada awalnya, bayi akan menyusu dengan tidak teratur dan akan mempunyai
pola tertentu setelhah 1-2 minggu kemudian.menyusui yang di jadwalkan akan
berakibat kurang baik. Hal ini disebabkan karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada ransangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui ASI tanpa jadwal dan
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin akan timbul.
Kegiatan menyusui di malam hari aka sangat berguna bagi ibu yang bekerja. Hal ini
akan memacu produksi ASI dan keberhasilan penundaan kehamilan.

10
Pengeluaran ASI
Bila ASI berlebihaan keluar memancar, sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih
dahulu sebelum menyusui. Hal ini utnuk mengindari bayi terseak atau enggan
menyusu. Tindakan engeluaran ASI juga dilakukan pada ibu bekerja yang menyimpan
ASI untuk bayinya dirumah disbabkan ASI yang merenmbes kerena payudara penuh.
Untuk bayi yang mempunyai masalah menghisap (mis, berat badan lahir rendah
BBLR), menghilangi bendungan atau memacu produksi ASI, atau ibu sakit sehingga
tidak bisa lansung menyusui bayinya.

 Kotak 2-3 Tanda kecukupan ASI

1. Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampi kuning mudah.
2. Baayi sering buang air besar dengan berwarna kekuningan dengan bentuk
“berbiji”.
3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.
4. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali selama 24 jam.
5. Payudara ibu nampak kosong setiap kali selesai menyusui.
6. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi menyusu.
7. Bayi bertambah berat badannya.

Upaya Memperbanyak ASI


Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuksn air susu ibu meliputi:
1. Ransangan otot-otot payudara. Ransangan ini diperluhkan untuk
memperbanyak air susu ibu dengan mengaktivitaskan kelerjan-kelejarnya.
Otot otot payudra terdiri dari otot-otot polos. Dengan adanya ransangan, otot-
otot akan bekontraksi lebih dan kontrkasi ini diperlukan dalam laktasi.
Ransangan payudara dpat dilakukan dengan masase atau mengurut, atau
menyiram payudara dengan hangat dan dingin secara bergantian.
2. Keteraturan bayi menghisap. Isapan anak akan meransang otot polos payudara
untuk berkontraksi yang kemudian meransang susunan syaraf di sekitarnya

11
dan menruskan rasangan ini ke otak. Otak akan memerintah kelenjar hipofisis
posterior untuk mengeluarkan hormone pituitaran leih banyak, sehingga kadar
hormone estrogen dan progesterone yang masih ada menjadi lebih rendah.
Pengeluaran hormone pituitaran yang lebih banyak akan mempengaruhi
kuatnya otot-otot payudara dan uterus. Kontraksi otot-otot polos payudara
berguna mempercepat pembentukan ASI. Sedangkan otot-otot polos utrerus
berguna untuk mempercepat involusi.
3. kesehatan ibu. Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam memproduksi
air susus ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makanan kurang atau kekurangan
darah untuk membawa nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara.
Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun. menurut Nilas dn Michael
Newton dalam brief footnoles on maternity Care, keberhasilan meyusui
tergantung pada emosi dan sikap ibu.
4. makanan dan istirahat ibu. Makanan di peruhkan oleh ibu dalam jumlah lebih
bayak mulai dari hamil sampai masa nifas. Istirahat berarti mengadakan
pelemasan pada otot-otot dan syaraf setelah mengalami ketegangan setelah
beraktivitas.

Lama dan frekuensi menyususi


Sebaiknya menyusui bayi tanpa dijadwalkan melainkan on demand, karena
bayi akan menentukan sediri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila menagis
bukan sebab lain (mis, kencing) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi
yang sehat dapat mengosongkan

Hindari susu botol dan “empeng dot”. Susu botol dan empeng membuat bayi
bingung dan membuat ia menolak puting ibunya atau tidak menghisap dengan baik.
Mekanisme menghisap botol dan empeng berbeda dari mekanisme menghisap puting
susu pada payudara ibu. Ini akan membingungkan bayi. Bila bayi di beri susu botol
dan empeng, ia akan lebih sulit belajar menghisa ASI.

12
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut.
1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting
dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfeksi dan
menjaga kelembapan putting susu.
2. Bayi di posisikan menghadap perut atau payudara ibu.
3. Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bali duduk, lebih baik menggunakan
kursi yang rendah (agar kaki tidak menghantung) dan punggung ibu bersndar
pada sandaran kursi.
4. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh mengadah dan bokong bayi di
sokong dengan telapak tangan).
5. Satau tangan bayi terletak di belakang badan ibu dan yang lain di depan.
6. Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap ke payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
7. Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
8. Ibu menatap bayi dengan kasih saying.
9. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah.
Jangan menekan putting susu dan areola saja.
10. Bayi diberi ransangan agar membuka mulut (reflex rooting) denga arah
menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi dengan
jari. Setelah membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan dengan
payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.
11. Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masukka ke mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang teretak dibawah
areola payudara. Posis yang salah, yaitu bila bayi menghisap pada putting susu
saj, yang akan mengakibatkan masukkan ASI yang tidak adekuat dan putting
susu lecet.
12. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu di pegang atau disangga
lagi.

13
Posisi dan cara menyusui
Posisi ibu dan bayi yang bener saat menyusui, yaitu:
1. Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI pertama
kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri.
2. Duduk. Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung
ibu, dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini
mungkin dpat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur atau dudk
du lantai, atau duduk di kursi.
Posisi berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki di topang)
memaksimalkan bentuk payudaranya dan memberi ruang untuk menggerakan
bayinya ke posisi yang baik. Badan bayi harus dihadapkan kea rah badan ibu dan
mulutnya di hadapkan pada putting susu ibu. Leher bayi hrus di tengadahkan. Bayi
sebaiknya di topang pada bahunya sehingga posisi kepala yang agak tengadah dapat
di pertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari tangan yang terlentang atau
pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu bila bayu di bungkus, sehingga
tangannya berada disamping badan. Bila mulut bayi disentuhkan dengan ke putting
susu ibunya, ia akan membuka mulutnya lebar-lebar (reflek rooting). Perhatikan kotak
2-1.
Para ibu dapat diajarkan memperagakan menyentuh bibir atas bayi dengan
putting susu ibu. Sasaranyya adalah memosisikan bibir paling bawah paling sedikit
1,5 cm dari pangkal putting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar areola putting
kedalam mulutnya, bukan hanya ujung putting susunya. Hal ini akan memungkinkan
bayi menarik sebagian besar jaringan payudara masuk kedalam mulutnya dengan
lidah dan rahang bawa.

 Kotak 2-1 Tanda bayi telah berada dalam posisi menyusui yang baik

1. Seluruh tubuh bayi berdekatan dan terarah pada ibu.

14
2. Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara.

3. Areloa berdekatan dengan payudara.

4. Bayi terlihat melaakukan isapan yang lamban dan dalam serta menelan ASI-
nya.

5. Bayi terlihat senang dan tenang.

6. Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.

Bila di posisikan dengan benar, sinus laktiferus akan berada di dalam rongga
mulut bayi. Putting susu akan masuk sampai sejauh langit-langit lunak (velum
palatinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan
meransang reflek menghisap. Rahang bawah bayi menutup pada jaringan payudara,,
pengisapan akan terjadi dan putting susu ditangkap dengan baik di rongga mulut,
sementara lidah memberi penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI
akan keluar dari duktus laktiferus.

Bayi harus di tempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung,
rooming-in). dengan demikian, ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar.
Ibu harus mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayinya lapar. Bila ibu
terpisah tempatnya dengan bayi, ia akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda
tersebut.

Ibu harus memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. Biasannya bayi baru
lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak
minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk member ASI-nya pada bayi setidaknya setiap 4
jam. Namun, selama 2 hari pertama sesudah lahir, beberapa bayi tidur panjang selama
6-8 jam. Untuk member ASI pada bayi setiap atau sesudah 4 jam, yang paing baik

15
adalah membangunkanya selama siklus tidurnya. pada hari ketiga setelah lahir,
sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.
Sebaiknya ibu hanya member kolostrum dan ASI. Makanan lainnya, termasuk
air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI karena produksi ASI
bergantung pada seberapa banyak ASI yang dihisap oleh bayi. Bila minuman lain
atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar. Sehingga ia tidak akan menghisap.

ASI yang telah di dinginkan bila akan digunakan tidak boleh di rebus,karena
kualitas unsure kekebalannya akan menurun. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa
saa tdi dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin atau dapat di rendam di dalam
wadah yang telah berisi air panas. Masih belum ada penelitian yang membuktikan
efek perendaman ASI di air panas terhadap zat-zat yang anti di dalam ASI. Pada
penelitian efek pemanasan dengan geelombang mikro (microwave) terbukti bahwa
dengan pemanasan yang rendah dapat menurunkan aktivitas lisozim dan IgA,
terutama pada pemansan yang tinggi, sehingga semua aktivitas zat anti yang teliti
tidak berfungsi.

2.3 Perawatan Payudara


Perawatan payudara untuk mencegah masalah-masalah yang mungkintimbul pada ibu
menyusui, seabiknya perawatn payudara dilakukan secara rutin. Seperti dikemukakan
bahwa salah satu usaha untuk memperbanyak ASI dengan memberi perawatan
khusus, yaitu dengan pemberi rangsangan pada otot – otot payudara. Perawatan
payudara untuk memperbanyak ASI ada dua cara, yang dapat dilakukan bersama.
Cara tersebut ialah pengurutan dan penyiraman payudara. Pengurutan atau masase
dilakukan untuk memberikan rangsangan pada kelenjar air susu ibu untuk
memproduksi air susu ibu. Pengurutan ini dilakukan pada pagi dan sore, sebaiknya
sebelum mandi, dan diteruskan dengan penyiraman yang dilakukan bersamaan ketika
mandi.
Alat-alat yang diperlukan untuk pengurutan dan penyiraman payudara:

16
a. Pelumas kulit, biasanya digunakan minyak kelapa, bedak talc, sabun dapat
dipilih yang disukai oleh ibu.
b. Handuk kecil/waslp/ kain yang bersih,lembut,cukup tebal, dan mudah
menyerap air, sebanyak dua lembar untuk menggosok payudara setelah
diurut.
c. Handuk besar dua lembar, yang satu lembar untuk menutup punggung dan
satu lembar lagi untuk menggeringkan yang dapat dipakai juga untuk mandi.
d. Kom besar dua buah untuk memnampung air panas dan dingin.
e. Kutang/bra bersih sesuai dengan ukuran payudara ibu, serta perlengkapan
pakaian lainnya.

Cara mengerjakan :

a. Alat-alat disediakan didekat ibu. Cuci tangan dan lakukan pengurutan lebih
dulu. Caranya:
 Kedua telapak tangan diberi bedak talc atau dibasuh dengan minyak.
 Payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan kanan diurut dengan
tangan kanan (bila yang mengerjakan ibu sendiri). Bila dikerjakan
perawat atau bidan , payudara kiri diurut dengan tangan kanan, dan
yang kanan dengan tangan kiri.
 Pengurutan dari arah tengah memutar ke samping, lalu ke bawah, dan
dikerjakan berulang selama 10-15 menit.
 Bagin samping payudara diurut dari pangkal ke arah puting 10-15
menit.
 Pengurutan bagian bawah payudara ke arah puting 15-20 kali.
b. Setelah pengurutan , teruskan dengan penyiraman.
 Pasien duduk atau berdiri, pakaian bagian atas dibuka, punggung
ditutup dengan handuk
 Kom air panas dan dingin disediakan, sebaiknya di kamar mandi.
 Pertama, siram payudara dengan air hangat.
 Penyiraman dilakukan dengan cepat sampai kurang lebih 10 kali,
bergantian antara air dingin dan air hangat , sampai air hangat turun
suhunya.
 Penyiraman atau penguyuran terakhir ialah dengan air hangat.

17
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, sebaiknya setiap kali
menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian. Usahakan sampai payudara
terasa kosong agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan
payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu
menggunakan kutang (bra/BH) yang dapat menyangga payudara dan tidak terlalu
ketat.

2.4 Tujuan Perawatan Perineum

Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton (2002), adalah mencegah


terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi
pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.

Bentuk Luka Perineum

Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu :

1. Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).

2. Episotomi

Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar


muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi (Eisenberg, A.,
1996).

Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang
sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan
akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan
anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi

18
dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai
keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini
lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).

Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai
dalam proses persalinan yaitu :

1. Episiotomi medial

2. Episiotomi mediolateral

Sedangkan rupture meliputi

1. Tuberositas ischii

2. Arteri pudenda interna

3. Arteri rektalis inferior

 Lingkup Perawatan

Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ


reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui
vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan

19
penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001). Sedangkan menurut Hamilton (2002),
lingkup perawatan perineum adalah

1. Mencegah kontaminasi dari rektum

2. Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma

3. Bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau.

 Waktu Perawatan

Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum adalah

1. Saat mandi

Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada
perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

2. Setelah buang air kecil

Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.

3. Setelah buang air besar.

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang
letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum
secara keseluruhan.

 Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum

20
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan
posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki
terbuka.

b. Alat dan bahan

Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower
air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air
hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).

2. Penatalaksanaan

Perawatan khusus perineal bagi wanita setelah melahirkan anak


mengurangi rasa ketidaknyamanan, kebersihan, mencegah infeksi, dan
meningkatkan penyembuhan dengan prosedur pelaksanaan menurut Hamilton
(2002) adalah sebagai berikut:

a. Mencuci tangannya
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah
ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke
belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci kembali tangan
3. Evaluasi

Parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah:

a. Perineum tidak lembab


b. Posisi pembalut tepat
c. Ibu merasa nyaman

Pemeriksaan fisik pada ibu post partum.

Tujuan

21
- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

- Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di


bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.

- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda


penyulit.

 Indikasi

Ibu post partum, mulai dari 24 jam pertama hingga 6 minggu.

Persiapan alat

a. Tensi

b. Stetoskop

c. Sarung tangan (handscoon)

d. Kom berisi kapas sublimat dan air DTT

e. Bengkok

f. Larutan chlorine 0,5%

Persiapan pasien

a. Menyapa klien dengan ramah

b. Memposisikan pasien dengan baik

c. Menutup ruangan/menjaga privasi klien.

Prosedur

1. Mencuci tangan secara efektif dan memakai handscoon.

2. Melakukan infrome consent

22
3. Memeriksa tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)

4. Melakukan pemeriksaan pada muka ibu (mata conjungtiva pucat/tidak,


sclera ikterus/tidak, muka udema/tidak.

5. Melakukan pemeriksaan payudara:

a. Meminta pasien berbaring dengan lengan kiri di atas kepala, kemudian


palpasi payudara kiri secara sistematis sampai ke ketiak, raba adanya
masa, benjolan yang membesar, pembengkakkan ata abses.

b. Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palpasi payudara kanan hingga
ketiak.

6. Melakukan pemeriksaan abdomen:

a. Periksa bekas luka jika operasi baru.

b. Palpasi untuk mendeteksi ada atau tidaknya uterus diatas pubis


(involusi uteri).

c. Palpasi untuk mendeteksi adanya masa atau kelembekan


(konsistensi uterus)

7. Memeriksa kaki untuk:

a. Varises vena.

b. Kemerahan pada betis.

c. Tulang kering, pergelangan kaki, jika adanya edema maka perhatikan


tingkat edema, pitting jika ada.

8. Menekuk betis untuk memeriksa nyeri betis (tanda-tanda human


positif/tanda-tanda tromboflebitis).

9. Mengenakan handscoon.

23
10. Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan perineum
(dengan menggunakan handscoon dan memasang perlak):

a. Memposisikan pasien litotomi.

b. Melakukan vulva hygine.

c. Perhatikan lochea (bau, warna dan konsistensi).

d. Perhatikan perineum (bekas jahitan).

11. Memberitahu klien tentang hasil pemeriksaan.

12. Melepaskan handscoon dan menaruh dalam larutan klorin 0,5%.

13. Pasien dirapikan dan membereskan alat.

14. Mencuci tangan dengan sabun dang mengeringkan dengan handuk yang
bersih.

15. Mendokumentasikan hasil tindakan.

Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum

1. Gizi

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses


penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat membutuhkan
protein.

2. Obat-obatan

a. Steroid : Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan menggangu respon


inflamasi normal.
b. Antikoagulan : Dapat menyebabkan hemoragi.
c. Antibiotik spektrum luas / spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum
pembedahan untuk patolagi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan
setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intrvaskular.

24
3. Keturunan

Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam


penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan
dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah
meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori.

4. Sarana prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam perawatan


perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan
ibu dalam menyediakan antiseptik.

5. Budaya dan Keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,


misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan
gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka.

Dampak Dari Perawatan Luka Perinium

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini
:

1. Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum.

2. Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung


kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi
infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

3. Kematian ibu post partum

25
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian
pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah
(Suwiyoga, 2004).

2.5 Manajemen Laktasi

A). Anatomi Payudara

Agar memahami tentang manajemen laktasi perlu terlebih dahulu memahami


anatomi payudara dan fisiologi laktasi.

Dibedakan menurut struktur internal dan struktur external : Struktur internal payudara
terdiri dari : kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari : parenkim
atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang.

Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :

1. Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu
duktus yang melebar tempat ASI mengumpul (reservoir ASI), selanjutnya saluran
mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25 sinus laktiferus.

2. Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI.


Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus
yang semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobus
sedangkan duktus dan alveolus membentuk lobulus. Sinus duktus dan alveolus
dilapisi epitel otot (myoepithel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi
pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk diproses sintesis
menjadi ASI.Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah
syaraf dan lymfa.Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu
bagian lebih hitam sekitar puting pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery
yang mengeluarkan cairan untuk membuat puting lunak dan lentur ( Depkes RI,
2005).

26
A. Fisiologi Laktasi

Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara
bertambah basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar
pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen,
prolaktin koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan
oleh bertambanya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-
kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan
tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari
kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar
prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah persalinan,
dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan
prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi
ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi
memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI( Depkes,
2005).

B. Komposisi ASI

Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu
dan ibu lainya berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama
dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis ASI sesuai
perkembangan bayi.

Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) adalah :

a). Masa Kehamilan (Antenatal).

27
1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan
keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara
pelaksanaan management laktasi.

2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.

3. Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara. Disamping itu,


perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.

4. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk


mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai
kehamilan trimester ke-2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah
makanan pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.

5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian


keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan
dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang
mulia.

b). Saat segera setelah bayi lahir.

1. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar
mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena
saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan
mencari payudara ibu secara naluriah.

2. Membantu kontak langsung ibu-bayi sedini mungkin untuk memberikan rasa


aman dan kehangatan.

c). Masa Neonetus

28
1. Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.

2. Ibu selalu dekat dengan bayi atau di rawat gabung.

3. Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).

4. Melaksanakan cara menyusui (meletakan dan melekatkan) yang baik dan


benar.

5. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi ASI
tetap lancar.

6. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu
kurang dari 30 hari setelah melahirkan.

d). Masa menyusui selanjutnya (post neonatal).

1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.

2. Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui sehari-hari. Ibu


menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum
minimal 10 gelas sehari.

3. Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran


dan menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

4. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang


keberhasilan menyusui.

29
5. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau
menyusu, puting lecet, dll ).

6. Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah bayi berumur


6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya
secara bertahap.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Kritik dan Saran

30

You might also like