Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui ductus ke
sinus laktiferus. Isapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hipofise
posterior. Oksitosi memasuki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusus (sel
miopitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan suktus laktiferus. Kontraksi sel-sel
khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui ductus laktiferus menuju ke
sinus laktiferus untuk disimpan. Pada saat bayi mengisap puting, ASI dalam sinus
tertekan dan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down
1
atau pelepasan. Pada akhirnya let down dapat dipicu tanpa rangsangan isapan.
Pelepasan dapat terjadi ketika ibu mendengar bayi menangis atau sekedar
memikirkan tentang bayinya.
Pelepasan ASI penting sekali dalam pemberian ASI yang baik. Tanpa
pelepasan, bayi mungkin menghisap terus-menerus. Akan tetapi, bayi hanya
memperoleh sebagian besar dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara.
Bila pelepasan gagal secara berulang kali dan payudara berulang kali tidak
dikosongkan pada waktu pemberian ASI, refleks ini akan berhenti berfungsi an
laktasi akan berhenti.
Cairan pertama yang diperoleh bayi dan ibunya sesudah dilahirkan adalah
kolostrum yang mengandung campuran yang lebih kaya protein, mineral dan
antibody dibandingkan dengan ASI yang telah matur. ASI mulai ada kira-kira pada
hari ke-3 atau ke-4 setelah kelahiran bayi, dan kolostrum berubah menjadi ASI yang
maturr kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan
bayi diperbolehkan sering menyusu, proses pembentukan ASI akan meningkat.
1. Kolostrum
a. Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara,
mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam
alveoli dan ductus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerperium.
b. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai ke-3.
2
c. Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.
d. Merupakan cairan viskus kental dengan warna kekuning-kuningan dan
lebih kuning dari pada susu yang matur.
e. Merupahan pencahar yang ideal untuk membersihkan meconium dari usus
bayi yang baru lahir dan memppersiapkan saluran pencernaan makanan
bayi bagi makanan yang aakan dating.
f. Lebih banyak mengandung protein daripada ASI yang matur. Dalam
kolostrum, protein yang utama adalah glubolin (gamma glubolin)
g. Lebih banyak mengandung antibody daripada ASI yang matur. Selain itu,
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan.
h. Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah daripada ASI yang matur
i. Mineral (terutama natrium, kalium, dan klorida) lebih tinggi daripada susu
matur.
j. Total energi rendah jika dibandingkan dengan susu matur (hanya
58kal/100 ml kolostrum)
k. Vitamin yang larut dalam lemak tinggi daripada asi yang matur,
sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih
rendah.
l. Bil a dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
m. PH lebih alkalis daripada ASI yang matur.
n. Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin daripada ASI
yang matur.
o. Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidrolisis protein yang ada di dalam
usu bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah
kadar antibodi pada bayi.
p. Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu peralihan
a. Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI yang matur.
b. Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10dari masa laktasi. Ada
pendapat bahwa ASI matur beru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu
ke-5.
c. Kadar Protein semakin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
serta volume juga semakin meningkat.
d. Komposisi ASI menurut Klien dan Ostren adalah dalam satuan gram/100
ml.
3. Air Susu Matur
3
a. Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi
relative konstan.
b. Merupakan cairan bewarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-kasein,
riboflafin, dan karoten yang terdapat didalamnya.
c. Tidak menggumpal jika dipanaskan.
d. Terdapat faktor antimicrobial, antara lain :
Antibody terhadap bakteri dan virus
Sel (fagosit granulosit dan makrofag serta limfosit tipe T)
Enzim (lisozim, laktoperosidase, lipase, katalase, fostase, amilase,
fosfodientarase, alkalifosfatase)
Protein (laktoferin, B12, binding protein)
Faktor resisten terhadap stafilokokus
Komplemen
Sel penghasil interferon
Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya
faktor bifidus.
Hormon
e. Laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat
bakteriostastik kuat terhadap Esbericbia coli dan juga menghambat
pertumbuhan Candida albicans.
f. Lactobacilbus bifidus merupakan koloni kuman yang memetabolisasi
laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya pH seingga
pertumbuhankuman pathogen dapat dihambat.
g. Immunoglobulin memberi mekanisme pertahanan yang efektif terhadap
bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung dengan komplemen
dan lisozim merupakan suatu antibacterial nonspesifik yang mengatur
pertumbuhan flora usus.
h. Faktor leukosit pada pH ASI mempunyai pengaruh mencegah
pertumbuhan kuman pathogen (efek bakteriostasis dicapai pada pH sekitar
7,2)
4
b. ASI mengandung alfa-laktalbumin, sedangkan susu sapi mengandung
beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin.
c. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi.
d. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, tetapi kadar
sistin lebih tinggi.
e. Kadar tirosin dan fenillanin pada ASI rendah.
f. Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sintesis protein pada
ASI lebih tinggi bila dibandingkan dengan ASI.
2. Karbohidrat
a. ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi daripada susu sapi (6,5 – 7 gram
%)
b. Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
3. Lemak keistimewaan lemak dalam ASSI dibandingkan susu sapi
a. Bentuk emulasi lebih sempurna
b. Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih benar daripada susu
sapi
c. Kolesterol yang dibutuhkan mielinisasi saraf pusat dan diperkirakan juga
berfugsi dalam pembentukan enzim
4. Mineral
a. ASI mengandung mineral lengkap
b. Total mineral dalam masa laktasi konstan
c. Fe dan Ca paling stabil, tidak tidak dipengaruhi diet ibu
d. Daram organic yang terdapat didalam ASI, terutama kalsium, kalium,
serta kalium dari asam klorida dan fosfat
5. Air kira-kira 80% ASI terdiri dari air yang berguna untuk melarutkan zat-zat
yang terdapat didlamnya yang sekaligus juga dapat meredakan rangsangan
haus bayi.
6. Vitamin kandungan vitamin dalam ASI yang lengkap dan cukup, yaitu vitamin
A, D, dan C. akan tetapi, golongan vitamin B kecuali, riboflavin dan asam
panotenat kurang.
ASI yang pertama kali diisap oleh bayi menit pertama berbeda dengan ASI
yang diisap pada menit terakhir. ASI pada menit pertama lebih cepat encer, dan
kemudian akan lebih kental. ASI pada menit terakhir mengandung lemak 4-5 kali dan
protein 1,5 lebih banyak daripada ASI pada menit pertama.
5
Ketika bayi menyusu, apa yang didapatnya dalam 15 menit pertama dapat diuraikan
sebagai berikut :
Keuntungan ASI
6
Mengandung zat antipoliomielitik tipe 3 sebesar 15,8%
b. Masa laktasi pada bulan ke-4
Kandungan zat antipoliomielitik tipe 3 mengalami penurunan
Mengandung zatantipoliomielitik tipe 1 sebesar 7,8%
Mengandung zat antipoliomielitik tipe 1 dan 3 sebesar 15,8%
c. Masa laktasi pada bulan ke 5. Kandungan zat antipoliomielitik sudah tidak
ada lagi dalam ASI
a. Dalam ASI terdapat zat penghambat yang dapat menetralisir virus polio di
dalam traktus intestinstinalis bayi yang berumur 6 minggu.
b. Kadar zat antibody dalam ASI dan sisa cairan amnion yang ditelan bayi akan
memengaruhi pemberian OPV, tetapi kadar zat antibody yang didapat bayi
dari ibu melalui plasenta tidak memengaruhi pertumbuhan OPV di saluran
pencernaan.
7
Tindakan pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan cara:
1. Pengeluaran ASI dengan tangan, cara ini yang lazim di gunakan karena tidak
banyak membutuhkan sarana dan lebih mudah.
d. Masase dengan ibu jari di sekitar areola payudara bagian atas dan jari
telunjuk bagian sisi yang lain, lalu daerah areola payudra di tekan ke arah
dada.
e. Daerah areola payudara dip eras dengan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan
memijat/memeras putting karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.
g. Gerakan ini diulang pada sekitar areola payudara pada semua sisi agar
yakin bahwa ASI telah dip eras dari semua segmen payudara.
8
Perlu di perhatikan pada saat pemberian ASI yang telah di keluarkan adalah
cara pemberian pada bayi. Jangan di berikan dengan botol/dot karena hal ini dapat
menyebabkan bayi “bingung puting”. Berikan pada bayi dengan menggunakan
cangkir/sendok, sehingga bila saatnya ibu menyusui lansung, bayi tidak menolak
menyusu. Perhatikan kotak 2-5.
9
ASI tidak keluar optimal, sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau
bayi enggan menyusu. Perhatikan kotak 2-2.
Satu payudara dalam 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu 24 jam. Perhatikan kotak 2-3 untuk mengetahui bila bayi sudah cukup
ASI.
Pada awalnya, bayi akan menyusu dengan tidak teratur dan akan mempunyai
pola tertentu setelhah 1-2 minggu kemudian.menyusui yang di jadwalkan akan
berakibat kurang baik. Hal ini disebabkan karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada ransangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui ASI tanpa jadwal dan
sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin akan timbul.
Kegiatan menyusui di malam hari aka sangat berguna bagi ibu yang bekerja. Hal ini
akan memacu produksi ASI dan keberhasilan penundaan kehamilan.
10
Pengeluaran ASI
Bila ASI berlebihaan keluar memancar, sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih
dahulu sebelum menyusui. Hal ini utnuk mengindari bayi terseak atau enggan
menyusu. Tindakan engeluaran ASI juga dilakukan pada ibu bekerja yang menyimpan
ASI untuk bayinya dirumah disbabkan ASI yang merenmbes kerena payudara penuh.
Untuk bayi yang mempunyai masalah menghisap (mis, berat badan lahir rendah
BBLR), menghilangi bendungan atau memacu produksi ASI, atau ibu sakit sehingga
tidak bisa lansung menyusui bayinya.
1. Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampi kuning mudah.
2. Baayi sering buang air besar dengan berwarna kekuningan dengan bentuk
“berbiji”.
3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup.
4. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali selama 24 jam.
5. Payudara ibu nampak kosong setiap kali selesai menyusui.
6. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setiap kali bayi menyusu.
7. Bayi bertambah berat badannya.
11
dan menruskan rasangan ini ke otak. Otak akan memerintah kelenjar hipofisis
posterior untuk mengeluarkan hormone pituitaran leih banyak, sehingga kadar
hormone estrogen dan progesterone yang masih ada menjadi lebih rendah.
Pengeluaran hormone pituitaran yang lebih banyak akan mempengaruhi
kuatnya otot-otot payudara dan uterus. Kontraksi otot-otot polos payudara
berguna mempercepat pembentukan ASI. Sedangkan otot-otot polos utrerus
berguna untuk mempercepat involusi.
3. kesehatan ibu. Kesehatan ibu memegang peranan penting dalam memproduksi
air susus ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makanan kurang atau kekurangan
darah untuk membawa nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara.
Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun. menurut Nilas dn Michael
Newton dalam brief footnoles on maternity Care, keberhasilan meyusui
tergantung pada emosi dan sikap ibu.
4. makanan dan istirahat ibu. Makanan di peruhkan oleh ibu dalam jumlah lebih
bayak mulai dari hamil sampai masa nifas. Istirahat berarti mengadakan
pelemasan pada otot-otot dan syaraf setelah mengalami ketegangan setelah
beraktivitas.
Hindari susu botol dan “empeng dot”. Susu botol dan empeng membuat bayi
bingung dan membuat ia menolak puting ibunya atau tidak menghisap dengan baik.
Mekanisme menghisap botol dan empeng berbeda dari mekanisme menghisap puting
susu pada payudara ibu. Ini akan membingungkan bayi. Bila bayi di beri susu botol
dan empeng, ia akan lebih sulit belajar menghisa ASI.
12
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut.
1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting
dan areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfeksi dan
menjaga kelembapan putting susu.
2. Bayi di posisikan menghadap perut atau payudara ibu.
3. Ibu duduk atau berbaring dengan santai. Bali duduk, lebih baik menggunakan
kursi yang rendah (agar kaki tidak menghantung) dan punggung ibu bersndar
pada sandaran kursi.
4. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku ibu (kepala bayi tidak boleh mengadah dan bokong bayi di
sokong dengan telapak tangan).
5. Satau tangan bayi terletak di belakang badan ibu dan yang lain di depan.
6. Perut bayi menempel pada badan ibu dan kepala bayi menghadap ke payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
7. Telingan dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
8. Ibu menatap bayi dengan kasih saying.
9. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di bawah.
Jangan menekan putting susu dan areola saja.
10. Bayi diberi ransangan agar membuka mulut (reflex rooting) denga arah
menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi dengan
jari. Setelah membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan dengan
payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.
11. Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masukka ke mulut bayi,
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang teretak dibawah
areola payudara. Posis yang salah, yaitu bila bayi menghisap pada putting susu
saj, yang akan mengakibatkan masukkan ASI yang tidak adekuat dan putting
susu lecet.
12. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu di pegang atau disangga
lagi.
13
Posisi dan cara menyusui
Posisi ibu dan bayi yang bener saat menyusui, yaitu:
1. Berbaring miring. Ini posisi yang amat baik untuk pemberian ASI pertama
kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri.
2. Duduk. Penting untuk memberikan topangan atau sandaran pada punggung
ibu, dalam posisinya tegak lurus (90 derajat) terhadap pangkuannya. Ini
mungkin dpat dilakukan dengan duduk bersila diatas tempat tidur atau dudk
du lantai, atau duduk di kursi.
Posisi berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki di topang)
memaksimalkan bentuk payudaranya dan memberi ruang untuk menggerakan
bayinya ke posisi yang baik. Badan bayi harus dihadapkan kea rah badan ibu dan
mulutnya di hadapkan pada putting susu ibu. Leher bayi hrus di tengadahkan. Bayi
sebaiknya di topang pada bahunya sehingga posisi kepala yang agak tengadah dapat
di pertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari tangan yang terlentang atau
pada lekukan siku ibunya. Mungkin akan membantu bila bayu di bungkus, sehingga
tangannya berada disamping badan. Bila mulut bayi disentuhkan dengan ke putting
susu ibunya, ia akan membuka mulutnya lebar-lebar (reflek rooting). Perhatikan kotak
2-1.
Para ibu dapat diajarkan memperagakan menyentuh bibir atas bayi dengan
putting susu ibu. Sasaranyya adalah memosisikan bibir paling bawah paling sedikit
1,5 cm dari pangkal putting susu. Bayi harus mengulum sebagian besar areola putting
kedalam mulutnya, bukan hanya ujung putting susunya. Hal ini akan memungkinkan
bayi menarik sebagian besar jaringan payudara masuk kedalam mulutnya dengan
lidah dan rahang bawa.
Kotak 2-1 Tanda bayi telah berada dalam posisi menyusui yang baik
14
2. Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara.
4. Bayi terlihat melaakukan isapan yang lamban dan dalam serta menelan ASI-
nya.
Bila di posisikan dengan benar, sinus laktiferus akan berada di dalam rongga
mulut bayi. Putting susu akan masuk sampai sejauh langit-langit lunak (velum
palatinum) dan bersentuhan dengan langit-langit tersebut. Sentuhan ini akan
meransang reflek menghisap. Rahang bawah bayi menutup pada jaringan payudara,,
pengisapan akan terjadi dan putting susu ditangkap dengan baik di rongga mulut,
sementara lidah memberi penekanan yang berulang-ulang secara teratur sehingga ASI
akan keluar dari duktus laktiferus.
Bayi harus di tempatkan dekat ibunya di kamar yang sama (rawat gabung,
rooming-in). dengan demikian, ibu dapat dengan mudah menyusui bayinya bila lapar.
Ibu harus mengenali tanda-tanda yang menunjukkan bahwa bayinya lapar. Bila ibu
terpisah tempatnya dengan bayi, ia akan lebih lama belajar mengenali tanda-tanda
tersebut.
Ibu harus memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. Biasannya bayi baru
lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak
minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk member ASI-nya pada bayi setidaknya setiap 4
jam. Namun, selama 2 hari pertama sesudah lahir, beberapa bayi tidur panjang selama
6-8 jam. Untuk member ASI pada bayi setiap atau sesudah 4 jam, yang paing baik
15
adalah membangunkanya selama siklus tidurnya. pada hari ketiga setelah lahir,
sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.
Sebaiknya ibu hanya member kolostrum dan ASI. Makanan lainnya, termasuk
air dapat membuat bayi sakit dan menurunkan persediaan ASI karena produksi ASI
bergantung pada seberapa banyak ASI yang dihisap oleh bayi. Bila minuman lain
atau air diberikan, bayi tidak akan merasa lapar. Sehingga ia tidak akan menghisap.
ASI yang telah di dinginkan bila akan digunakan tidak boleh di rebus,karena
kualitas unsure kekebalannya akan menurun. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa
saa tdi dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin atau dapat di rendam di dalam
wadah yang telah berisi air panas. Masih belum ada penelitian yang membuktikan
efek perendaman ASI di air panas terhadap zat-zat yang anti di dalam ASI. Pada
penelitian efek pemanasan dengan geelombang mikro (microwave) terbukti bahwa
dengan pemanasan yang rendah dapat menurunkan aktivitas lisozim dan IgA,
terutama pada pemansan yang tinggi, sehingga semua aktivitas zat anti yang teliti
tidak berfungsi.
16
a. Pelumas kulit, biasanya digunakan minyak kelapa, bedak talc, sabun dapat
dipilih yang disukai oleh ibu.
b. Handuk kecil/waslp/ kain yang bersih,lembut,cukup tebal, dan mudah
menyerap air, sebanyak dua lembar untuk menggosok payudara setelah
diurut.
c. Handuk besar dua lembar, yang satu lembar untuk menutup punggung dan
satu lembar lagi untuk menggeringkan yang dapat dipakai juga untuk mandi.
d. Kom besar dua buah untuk memnampung air panas dan dingin.
e. Kutang/bra bersih sesuai dengan ukuran payudara ibu, serta perlengkapan
pakaian lainnya.
Cara mengerjakan :
a. Alat-alat disediakan didekat ibu. Cuci tangan dan lakukan pengurutan lebih
dulu. Caranya:
Kedua telapak tangan diberi bedak talc atau dibasuh dengan minyak.
Payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan kanan diurut dengan
tangan kanan (bila yang mengerjakan ibu sendiri). Bila dikerjakan
perawat atau bidan , payudara kiri diurut dengan tangan kanan, dan
yang kanan dengan tangan kiri.
Pengurutan dari arah tengah memutar ke samping, lalu ke bawah, dan
dikerjakan berulang selama 10-15 menit.
Bagin samping payudara diurut dari pangkal ke arah puting 10-15
menit.
Pengurutan bagian bawah payudara ke arah puting 15-20 kali.
b. Setelah pengurutan , teruskan dengan penyiraman.
Pasien duduk atau berdiri, pakaian bagian atas dibuka, punggung
ditutup dengan handuk
Kom air panas dan dingin disediakan, sebaiknya di kamar mandi.
Pertama, siram payudara dengan air hangat.
Penyiraman dilakukan dengan cepat sampai kurang lebih 10 kali,
bergantian antara air dingin dan air hangat , sampai air hangat turun
suhunya.
Penyiraman atau penguyuran terakhir ialah dengan air hangat.
17
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, sebaiknya setiap kali
menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian. Usahakan sampai payudara
terasa kosong agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan
payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu
menggunakan kutang (bra/BH) yang dapat menyangga payudara dan tidak terlalu
ketat.
Sedangkan menurut Moorhouse et. al. (2001), adalah pencegahan terjadinya infeksi
pada saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran anak atau aborsi.
1. Rupture
Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit
dilakukan penjahitan. (Hamilton, 2002).
2. Episotomi
Episiotomi, suatu tindakan yang disengaja pada perineum dan vagina yang
sedang dalam keadaan meregang. Tindakan ini dilakukan jika perineum diperkirakan
akan robek teregang oleh kepala janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan
anestasi lokal, kecuali bila pasien sudah diberi anestasi epiderual. Insisi episiotomi
18
dapat dilakukan di garis tengah atau mediolateral. Insisi garis tengah mempunyai
keuntungan karena tidak banyak pembuluh darah besar dijumpai disini dan daerah ini
lebih mudah diperbaiki (Jones Derek, 2002).
Pada gambar berikut ini dijelaskan tipe episotomi dan rupture yang sering dijumpai
dalam proses persalinan yaitu :
1. Episiotomi medial
2. Episiotomi mediolateral
1. Tuberositas ischii
Lingkup Perawatan
19
penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001). Sedangkan menurut Hamilton (2002),
lingkup perawatan perineum adalah
Waktu Perawatan
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada
perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni padarektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada
perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang
letaknya bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineum
secara keseluruhan.
Penatalaksanaan
1. Persiapan
a. Ibu Pos Partum
20
Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan
posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki
terbuka.
Alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower
air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air
hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik (Fereer, 2001).
2. Penatalaksanaan
a. Mencuci tangannya
b. Mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat
c. Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan ke bawah mengarah
ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung plastik.
d. Berkemih dan BAB ke toilet
e. Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
f. Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke
belakang.
g. Pasang pembalut dari depan ke belakang.
h. Cuci kembali tangan
3. Evaluasi
Tujuan
21
- Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Indikasi
Persiapan alat
a. Tensi
b. Stetoskop
e. Bengkok
Persiapan pasien
Prosedur
22
3. Memeriksa tanda vital sign (tensi, suhu, nadi dan pernafasan)
b. Ulangi prosedur pada lengan kanan dan palpasi payudara kanan hingga
ketiak.
a. Varises vena.
9. Mengenakan handscoon.
23
10. Membantu pasien pada posisi untuk pemeriksaan genetalia dan perineum
(dengan menggunakan handscoon dan memasang perlak):
14. Mencuci tangan dengan sabun dang mengeringkan dengan handuk yang
bersih.
1. Gizi
2. Obat-obatan
24
3. Keturunan
4. Sarana prasarana
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal berikut ini
:
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum.
2. Komplikasi
25
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian
pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum masih lemah
(Suwiyoga, 2004).
Dibedakan menurut struktur internal dan struktur external : Struktur internal payudara
terdiri dari : kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari : parenkim
atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang.
1. Saluran kelenjar : duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu
duktus yang melebar tempat ASI mengumpul (reservoir ASI), selanjutnya saluran
mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25 sinus laktiferus.
26
A. Fisiologi Laktasi
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara
bertambah basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar
pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen,
prolaktin koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan
oleh bertambanya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-
kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan
tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari
kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar
prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah persalinan,
dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan
prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh estrogen maka terjadi sekresi
ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi
memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI( Depkes,
2005).
B. Komposisi ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu
dan ibu lainya berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama
dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis ASI sesuai
perkembangan bayi.
27
1. Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan
keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan keluarga serta cara
pelaksanaan management laktasi.
2. Menyakinkan ibu hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
1. Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar
mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena
saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan
mencari payudara ibu secara naluriah.
28
1. Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum apapun.
3. Menyusui tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta (on demand).
5. Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi ASI
tetap lancar.
6. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu
kurang dari 30 hari setelah melahirkan.
1. Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.
29
5. Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau
menyusu, puting lecet, dll ).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Kritik dan Saran
30