You are on page 1of 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya paper ini dapat terselesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Makalah berjudul “PPh Pasal 23” ini adalah suatu pembahasan dalam rangka memperdalam
pemahaman mengenai mata kuliah Akuntansi Perpajakan, yang sangat diperlukan khususnya
dalam dunia ekonomi dan bisnis.
Demikian makalah ini penulis selesaikan dengan sebaik-baiknya, namun tidak ada
gading yang tak retak. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.
Terima kasih dan semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya dan dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.

Medan, 28 Maret 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

COVER
PENGANTAR ......................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang................................................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN .......................................................................................................... 5
2.1 Sejarah dan Istilah dalam PPh Pasal 23 ........................................................................... 5
2.2 Subjek dalam PPh Pasal 23 ............................................................................................. 5
2.3 Objek dalam PPh Pasal 23 ............................................................................................... 5
2.4 Pemotong PPh Pasal 23 ................................................................................................... 8
2.5 Penentuan saat Terutang PPh Pasal 23 ............................................................................ 8
2.6 Tarif PPh 23 dan Perhitungannya ................................................................................... 10
2.7 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak ............................................................................. 13
2.8 Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak ................................. 14
2.9 Akuntansi untuk PPh Pasal 23 ........................................................................................ 14
2.10 Penghitungan PPh Pasal 23 Jika Pembayaran dengan Mata Uang Asing ...................... 18
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 20
3.1 Simpulan ......................................................................................................................... 20
3.2 Saran ............................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pajak merupakan sumber
penerimaan negara yang sangat potensial. Penerimaan hasil pajak digunakan untuk
membiayai pengeluaran yang berkaitan dengan pembangunan yang dilakukan
pemerintah untuk kebutuhan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pajak merupakan
iuran wajib yang dipungut dari warga Negara Indonesia yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang.
Untuk mendukung berjalannya pembangunan di Indonesia dibutuhkan peran serta
kesadaran masyarakat tentang kewajiban membayar pajak, karena pada akhirnya hasil
penerimaan pajak dari masyarakat juga akan digunakan untuk kepentingan masyarakat,
sehingga fungsi dari diberlakukannya pajak adalah pencapaian peningkatan ekonomi
suatu negara. Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial sebagai sumber
penerimaan negara.
Ketentuan dalam PPh Pasal 23 mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah di potong
Pajak Penghasilan Pasal 21, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah
jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa sejarah dan istilah dalam PPh Pasal 23?
1.2.2 Siapa subjek dalam PPh Pasal 23?
1.2.3 Apa objek dalam PPh Pasal 23?
1.2.4 Siapa pemotong PPh Pasal 23?
1.2.5 Bagaimana penentuan saat terutang PPh Pasal 23?
1.2.6 Bagaimana tarif PPh 23 dan perhitungannya?

3
1.2.7 Apa hak dan kewajiban pemotong pajak?
1.2.8 Apa hak dan kewajiban penerima penghasilan yang dipotong pajak?
1.2.9 Bagaimana akuntansi untuk PPh Pasal 23?
1.2.10 Bagaimana penghitungan PPh Pasal 23 jika pembayaran dengan mata uang asing?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah dan istilah dalam PPh Pasal 23.
1.3.2 Untuk mengetahui subjek dalam PPh Pasal 23.
1.3.3 Untuk mengetahui objek dalam PPh Pasal 23.
1.3.4 Untuk mengetahui pemotong PPh Pasal 23.
1.3.5 Untuk mengetahui penentuan saat terutang PPh Pasal 23.
1.3.6 Untuk mengetahui tarif PPh 23 dan perhitungannya.
1.3.7 Untuk mengetahui hak dan kewajiban pemotong pajak.
1.3.8 Untuk mengetahui hak dan kewajiban penerima penghasilan yang dipotong pajak.
1.3.9 Untuk mengetahui akuntansi untuk PPh Pasal 23.
1.3.10 Untuk mengetahui penghitungan PPh Pasal 23 jika pembayaran dengan mata
uang asing.

1.4 Manfaat
Manfaat penulisan makalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu manfaat bagi
penulis dan manfaat bagi pembaca. Manfaat bagi penulis adalah
1.4.1.1 melatih kemampuan analisis,
1.4.1.2 menambah kemampuan menulis makalah.
Manfaat makalah ini bagi pembaca adalah
1.4.2.1 sebagai bahan referensi untuk pembaca,
1.4.2.2 sebagai bahan kajian bagi penulisan yang relevan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Istilah


Pajak Penghasilan Pasal 23 (PPh Pasal 23) mengatur mengenai pajak yang
dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak atas penghasilan yang diperoleh dari
modal (dividen, bunga, royalty, dll.), penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan
selain yang dipotong dalam Pajak Penghasilan Pasal 21.
PPh Pasal 23 adalah peraturan pajak penghasilan yang diatur dalam UU No. 7
Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun
2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 23. Menurut pengertian dari Pasal 23 ayat (1) UU
PPh, dijelaskan sebagai berikut: atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah, Subjek
Pajak badan dalam negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha
tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan.

2.2 Subjek PPh Pasal 23


Yang menjadi Subjek Pajak PPh Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negeri, baik
WP Orang Pribadi maupun WP Badan, termasuk Bentuk Usaha Tetap yang menerima
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa atau penyelenggaraan kegiatan
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.

2.3 Objek PPh Pasal 23


Penghasilan Wajib Pajak dalam negeri dan BUT yang dipotong PPh Pasal 23,
sesuai dengan Pasal 23 UU PPh, antara lain:
a. Dividen. Secara umum, dividen dapat diartikan sebagai bagian laba perusahaan yang
diberikan kepada para pemilik perusahaan. Dalam penjelasan Pasal 4 (g) UU PPh,
dividen adalah bagian laba yang diperoleh pemegang saham atau pemegang polis
asuransi atau pembagian Sisa Hasil Usaha koperasi yang diperoleh anggota koperasi.
Termasuk dalam pengertian dividen antara lain:
1. Pembagian laba baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama dan
dalam bentuk apa pun.
2. Pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor.

5
3. Pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus
yang berasal dari kapitalisasi agio saham.
4. Pembagian laba dalam bentuk saham.
5. Pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran.
6. Jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh
pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang
bersangkutan.
7. Pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika
dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran
kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan
secara sah.
8. Pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima
sebagai penebusan tanda-tanda laba tersebut.
9. Bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi.
10. Bagian laba yang diterima oleh pemegang polis.
11. Pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi.
12. Pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang
dibebankan sebagai biaya perusahaan.
13. Dividen terselubung.
b. Bunga, termasuk juga premium, diskonto, atau imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang. Imbalan bunga deposito/bunga tabungan dari bank bukan objek
PPh 23, melainkan objek PPh Pasal 23 final.
c. Royalti, atau imbalan sehubungan dengan penggunaan:
1. Hak atas harta tak berwujud, misalnya hak pengarang, paten, merek dagang,
formula, atau rahasia perusahaan.
2. Hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri, komersial, dan ilmu
pengetahuan. Yang dimaksudkan dengan alat-alat industri, komersial, dan ilmu
pengetahuan adalah setiap peralatan yang mempunyai nilai intelektual, misalnya
peralatan-peralatan yang digunakan di beberapa industri khusus seperti anjungan
pengeboran minyak (drilling rig), dan sebagainya.
3. Informasi yang belum diungkapkan secara umum, walaupun mungkin belum
dipatenkan, misalnya pengalaman di bidang industri atau bidang usaha lainnya.
Ciri dari informasi dimaksud adalah bahwa infromasi itu telah tersedia sehingga
pemiliknya tidak perlu lagi melakukan riset untuk menghasilkan informasi

6
tersebut. Tidak termasuk dalam pengertian informasi di sini adalah infromasi
yang diberikan oleh akuntan publik, ahli hukum, atau ahli teknik sesuai dengan
bidang keahliannya, yang dapat diberikan oleh setiap orang yang mempunyai
latar belakang disiplin ilmu yang sama.
d. Hadiah penghargaan selain yang telah dipotong PPh 21.
1. Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. Contohnya hadiah
lomba, hadiah kenang-kenangan, dan lain-lain.
2. Penghargaan karena suatu prestasi. Contohnya adalah penghargaan karena
berhasil memenuhi target penjualan, penghargaan karena berhasil menemukan
benda purbakala. Hadiah undian dikenai PPh final.
e. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. Contohnya adalah
sewa kendaraan pengangkut dan sewa mobil, dan lain-lain. Sewa tanah dan bangunan
merupakan objek PPh Pasal 23 final.
f. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21. Contohnya adalah jasa akuntansi, jasa
pengisian suara, dan lain-lain.
Dari objek pajak tersebut ada beberapa hal yang dikecualikan dari pemotongan
PPh Pasal 23, antara lain:
a. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank.
b. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi (leasing).
c. Dividen yang diterima Perseroan Terbatas (PT), Koperasi, BUMN/D atas penyertaan
modal minimal 25% dan penerima dividen memperoleh penghasilan riil di luar
penghasilan dari penyertaan modal.

d. Bunga obligasi yang diterima/diperoleh perusahaan reksadana.

7
e. Bagian laba yang diterima/diperoleh perusahaan modal ventura dari badan pasangan
usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, dengan syarat: masuk
dalam kelompok UMKM dan sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek.
f. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya.
g. Bunga simpanan yang jumlahnya tidak melebihi Rp240.000 per bulan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya. Bunga simpanan yang jumlahnya
melebihi batas dikenakan PPh Pasal 23 final.
h. Penghasilan yang diterima lembaga/badan pemerintah.

2.4 Pemotong PPh Pasal 23


Pemotong PPh 23 merupakan pihak yang berkewajiban memotong pajak atas
penghasilan yang dibayarkan dan menyetorkan PPh 23 yang dipotong ke kas negara
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah terutang pajak. Para pemotong pajak
PPh pasal 23, yang selanjutnya disingkat pemotong pajak, adalah:
a. Orang pribadi yang ditunjuk oleh direktur jenderal pajak yaitu:
- Akuntan - Camat
- Arsitek - Pengacara
- Dokter - Konsultan
- Notaris - Yang melakukan pekerjaan bebas
- Orang pribadi yang menjalankan usaha dan menyelenggarakan pembukuan, telah
terdaftar sebagai wajib pajak yng ditunjuk sebagai pemotong PPh 23 atas
pembayaran sewa.
b. Badan, yakni badan/lembaga pemerintah, BUMN/D, dan wajib pajak badan dalam
negeri (PT, CV, Fa, dan lain-lain).

2.5 Saat Terutang PPh Pasal 23


Secara umum saat terutangnya PPh 23 adalah:
a. Saat pembayaran penghasilan secara tunai, atau
b. Saat akhir bulan setelah terutangnya penghasilan, tergantung pada peristiwa mana
yang terjadi lebih dulu.
Contoh:
1. Pada tanggal 3 April, PT Makmur membayar tagihan jasa akuntan Kantor Akuntan
Publik (KAP) Joko dan Budi secara tunai sebesar Rp5.000.000. Jadi, pada saat itu
juga terutang PPh 23.

8
2. Pada tanggal 3 April, PT Makmur menerima tagihan sewa truk dari PT Lintas Jawa
dengan nilai nominal Rp 15.000.000. Jadi, saat terutangnya PPh 23 adalah tanggal
30 april (akhir bulan terutangya penghasilan).
Namun, khusus pembagian dividen ada aturan tersendiri mengenai saat terutang PPh
pasal 23. Untuk perusahaan yang go public (Tbk) saat terutang PPh 23 atas dividen
adalah pada tanggal penentuan kepemilikan pemegang saham yang berhak atas dividen
(recording date), meskipun dividen belum diterima. berbeda dengan perusahaan yang
tidak go public (belum Tbk), saat terutang PPh 23 atas dividennya adalah pada tanggal
diumumkannya pembagian dividen dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
tahunan.
Contoh:
1. Pada tanggal 3 mei 2008, PT Makmur (belum Tbk) yang sebelumnya dimiliki Andi
(60%) dan Antony (40%), mengadakan RUPS. Rapat memutuskan dan
mengumumkan bahwa setengah laba usaha akan dibagikan sebagai dividen. Jumlah
dividen yang akan dibagikan adalah Rp 450.000. Atas keputusan itu pada tanggal 3
Mei 2008, Andi dan Antony sudah terutang PPh 23. Untuk lebih jelasnya lihat jurnal
berikut ini.
3 Mei 2008 Piutang Dividen 229.500.000
UM PPh 23 40.500.000
Penghasilan 270.000.000
Jurnal yang dibuat Andi

3 Mei 2008 Piutang Dividen 153.000.000


UM PPh 23 27.000.000
Penghasilan 180.000.000
Jurnal yang dibuat Antony

2. Pada tanggal 3 mei 2008, PT Makmur, Tbk. Yang sahamnya dimiliki andi (60%)
dan antony (40%), mengadakan RUPS. Rapat memutuskan dan mengumumkan
bahwa setengah laba usaha akan dibagikan sebagai dividen. Jumlah dividen yang
akan dibagikan adalah Rp450.000.000. Agenda pembagian dividen adalah sebagai
berikut:
a. Tanggal diumumkannya pembagian dividen adalah 3 Mei 2008 (declared date)

9
b. Pemegang saham yang berhak menerima dividen adalah yang tercatat sebagai
pemegang saham sampai pada tanggal 18 Mei 2008 jam 12.00 WIB (recording
date).
c. Pembagian saham dilakukan tanggal 16 Juni 2008.
Atas keputusan RUPS, maka pada tanggal 18 Mei 2008 (recording date), PT
Makmur, Tbk sudah terutang PPh 23.
18 Mei 2008 Piutang Dividen 229.500.000
UM PPh 23 40.500.000
Penghasilan 270.000.000
Jurnal yang dibuat Andi
18 Mei 2008 Piutang Dividen 153.000.000
UM PPh 23 27.000.000
Penghasilan 180.000.000
Jurnal yang dibuat Antony

2.6 Tarif PPh 23 dan Perhitungannya


Untuk kesederhanaan dan kemudahan perhitungan pajak, PPh Pasal 23
menggunakan tarif tunggal yakni sebesar 15%. Secara matematis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
PPh Pasal 23 = 15% x DPP
Keterangan:
DPP = Dasar Pengenaan Pajak
a. DPP = Jumlah Bruto
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah bruto, yang digunakan untuk menghitung PPh
Pasal 23 atas penghasilan dari:
1. Dividen
2. Bunga
3. Royalti
4. Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21
b. DPP = Perkiraan Penghasilan Neto
Dasar pengenaan pajak dalam perkiraan penghasilan neto, yang digunakan untuk
menghitung PPh Pasal 23 atas imbalan sehubungan dengan sewa, jasa teknik, jasa
manajemen, jasa kontruksi, jasa konsultan, dan jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.

10
Norma Perkiraan Penghasilan Neto

No. Uraian Norma


Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
1 khusus kendaraan angkutan darat, untuk jangka waktu tertentu 10%
bedasarkan kotrak atau perjanjian tertulis.
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta,
selain kendaraan angkutan darat, untuk jangka waktu tertentu
berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis ataupun perjanjian tidak
2 30%
tertulis, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
persewaan tanah dan/atau bangunan yang telah dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final.
3 Jasa konsultan, kecuali konsultan konstruksi 30%
4 Jasa akuntansi 30%
5 Jasa penilai 30%
6 Jasa aktuaris 30%
7 Jasa teknik, jasa manajemen 30%
8 Jasa perancang 30%
Jasa instalasi/pemasangan
- Jasa Instalasi/pemasangan mesin, listrik/telepon/air/gas/AC/TV
- Jasa Instalasi/pemasangan peralatan
9 30%
Kecuali yang dilakukan Wajib Pajak yang ruang lingkup
pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunya izin sebagai
pengusaha konstruksi.
Jasa perawaran/perbaikan/pemeliharaan
- Jasa perawaran/perbaikan/pemeliharaan
mesin,listrik/telepon/air/gas/AC/TV
- Jasa perawaran/perbaikan/pemeliharaan Peralatan
10 - Jasa perawaran/perbaikan/pemeliharaan kendaraan 30%
- Jasa perawaran/perbaikan/pemeliharaan bangunan
Kecuali yang dilakukan Wajib Pajak yang ruang lingkup
pekerjaannya di bidang konstruksi dan mempunya izin sebagai
pengusaha konstruksi.

11
Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas
11 30%
bumi (migas), kecuali yang dilakukan Bentuk Usaha Tetap (BUT).
12 Jasa penunjang di bidang penambangan migas 30%
13 Jasa penambangan dan penunjang di bidang penambangan selain gas 30%
14 Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara 30%
15 Jasa penebangan hutan 30%
16 Jasa pengolahan limbah 30%
17 Jasa penyediaan tenaga kerja 30%
18 Jasa perantara 30%
Jasa di bidang penerbangan surat-surat berharga, kecuali yang
19 30%
dilakukan oleh BEJ, BES, KSEI, dan KPEI.
Jasa kustodia/penyimpanan/penelitian, tidak termasuk sewa gedung
20 30%
yang dikenakan PPh final
21 Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau mixing film 30%
Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,
22 30%
pemeliharaan dan perbaikan.
Jasa pelaksanaan konstruksi:
- Jasa perawatan/pemeliharaan/perbaikan bangunan
- Jasa instalasi/pemasangan peralatan, mesin,
23 13,33%
listrik/telepon/air/gas/AC/TV.
Sepanjang dilakukan oleh Wajib Pajak yang mempunyai
izin/sertifikat sebagai pengusaha konstruksi.
24 Jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi 26,66%
25 Jasa maklon 20%
26 Jasa penyelidikan dan keamanan 20%
27 Jasa penyelenggaraan kegiatan (event organizer) 20%
28 Jasa pengepakan 20%
Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media
29 10%
diluar ruang atau media lain untuk menyampaikan informasi.
30 Jasa pembasmian hama dan pembersihan 10%
31 Jasa katering 10%

12
Contoh soal:
1. PPh Pasal 23 langsung dipotong.
CV Bengkel Mulia membayar jasa akuntansi pada PT Akuntansi Indah sebesar
Rp10.000.000 (tidak termasuk PPN 10%) pada tanggal 1 Maret 2008. Jadi, PPh Pasal
23 yang harus dipotong CV Bengkel Mulia adalah:
PPh Pasal 23 = 15% x 30% x 10.000.0000 = Rp 450.000
c. PPh Pasal 23 langsung dipotong.
Pada tanggal 12 Maret 2008, CV Aryo Binangun menerima tagihan jasa katering dari
PT Masakan Padang sebesar Rp 50.000.000 ditambah PPn 10%. Tagihan tersebut
baru dibayar pada tanggal 25 Maret 2008. Jadi, PPh Pasal 23 yang harus dipotong
oleh CV Aryo Binangun adalah:
PPh Pasal 23 = 15% x 10% x 50.000.000 = Rp 750.000
d. PPh Pasal 23 dibayar/ditanggung oleh pemotong/pemungut
CV Aryo Binangun membayar jasa perbaikan AC kepada PT Jaya sebesar
Rp8.000.000 (dengan asumsi mengabaikan unsur PPN). Di dalam perjanjian
disebutkan bahwa jumlah tersebut adalah neto yang diterima PT Jaya. Jadi, PPh Pasal
23 yang harus dipotong CV Aryo Binangun adalah:
PPh Pasal 23 = 15% x 30% x 8.000.000 = Rp 360.000
e. PPh Pasal 23 dibayar/ditanggung oleh pemotong/pemungut
PT Gong membayar jasa sewa bus untuk transportasi karyawan pada PT Trans Motor
Abadi sebesar Rp 6.000.000, dimana dalam kontrak disebutkan bahwa jumlah
tersebut adalah net (artinya pajak ditanggung penyewa). Asumsikan PPN diabaikan,
sehingga PPh Pasal 23 yang harus dipotong PT Gong adalah:
PPh Pasal 23 = 15% x 10% x 6.000.000 = Rp 90.000

2.7 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak


a. Kewajiban Pemotong Pajak
Pada dasarnya, kewajiban pemotong/pemungut PPh Pasal 23 adalah:
1. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat dan mempunyai
NPWP.
2. Mengambil dan mengisi sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka
pemenuhan kewajiban perpajakannya.
3. Menghitung, memotong dan menyetorkan PPh Pasal 23 yang terutang untuk
setiap bulan takwim.

13
4. Melaporkan penyetoran tersebut, dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak setempat.
5. Memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada penerima pembayaran.
6. Membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 23 untuk masing-
masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan dalam Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa, dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja
tersebut selama 10 tahun sejak berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
b. Hak Pemotong Pajak
Pemotong pajak dapat mengajukan permohonan keberatan dan banding, sesuai
dengan UU No. 6 Tahun 1983 tentang KUP UU No. 16 Tahun 2000 dan UU No. 27
Tahun 2007.
c. Tata Cara Pengisian SPT Masa PPh Pasal 23
Setelah menghitung dan memotong PPh 23, Pemotong/Pemungut Pajak
berkewajiban melaporkan pemotongannya tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah masa Pajak berakhir, dengan SPT Masa
PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26.

2.8 Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak


Hak dan kewajiban penerima penghasilan yang dipotong/dipungut PPh Pasal 23
adalah sangat ringkas dan sederhana. Pada prinsipnya, penerima penghasilan hanya
berkewajiban membayar PPh Pasal 23 atas penghasilan yang diperolehnya. Kemudian,
hak dari penerima penghasilan antara lain:
a. PPh Pasal 23 yang telah dipotong/dipungut oleh pemotong pajak dalam tahun
berjalan merupakan kredit pajak bagi penerima penghasilan untuk tahunpajak yang
bersangkutan, kecuali PPh Pasal 23 yang bersifat final.
b. Penerima penghasilan berhak mengajukan permohonan keberatan dan banding
termasuk restitusi pajak jika ada kesalahan dalam pengenaan pajak, sesuai dengan
UU No. 6 tahun 1983 tentang KUP jo UU No. 16 tahun 2000 jo UU No. 27 Tahun
2007.

2.9 Akuntansi PPh Pasal 23


Akuntansi PPh Pasal 23 dilakukan dalam rangka menyesuaikan kondisi umum
akuntansi bisnis dengan kepatuhan terhadap pemerintah khususnya perundang-undangan
perpajakan. Dasar akuntansi untuk melakukan pencatatan transaksi yang berkaitan

14
dengan PPh Pasal 23 ini menggunakan PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak
Penghasilan.
Contoh soal:
1. PPh Pasal 23 Langsung Dipotong
CV Bengkel Mulia membayar jasa akuntansi pada PT Akuntansi Indah sebesar
Rp10.000.000 (tidak termasuk PPN 10%) pada tanggal 1 maret 2008. Dari
perhitungan diatas, PPh pasal 23 yang harus dipotong CV bengkel mulia adalah
Rp450.000 sehingga jurnalnya adalah:
PT Akuntansi Indah
Tanggal
1 Maret 2008 Jurnal ketika memberikan tagihan jasa akuntansi dan menerima
pembayaran,
Kas 10.550.000
UM PPh pasal 23 450.000
Penghasilan 10.000.000
PPN keluaran 1.000.000

10 April 2008 Tidak ada jurnal

15 April 2008 Karena PT Akuntansi Indah memungut PPN, maka PPN tersebut
harus disetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya
PPN keluaran 1.000.000
Kas 1.000.000

CV Bengkel Mulia (Pemotong Pajak)


Tanggal
1 Maret 2008 Jurnal ketika menerima dan membayar tagihan jasa akuntansi
Beban jasa akuntan 10.000.000
PPN masukan 1.000.000
Kas 10.550.000
Utang PPh 23 450.000

15
10 April 2008 Jurnal ketika menyetorkan PPh 23 ke kas negara
Utang PPh 23 450.000
Kas 450.000

2. PPh Pasal 23 Langsung Dipotong


Pada 12 Maret 2008, CV Aryo Binangun menerima tagihan jasa katering dari PT
Masakan Padang sebesar Rp.50.000.000 ditambah PPN 10%. Tagihan tersebut baru
dibayar pada tanggal 25 Maret 2008. Dari perhitungan di atas, PPh Pasal 23 yang
harus dipotong CV Aryo Binangun adalah Rp750.000 sehingga jurnalnya adalah:
PT Masakan Padang
Tanggal
12 Maret 2008 Jurnal ketika memberikan tagihan jasa katering
Piutang usaha 55.000.000
Penghasilan 50.000.000
PPN keluaran 5.000.000

25 Maret 2008 Jurnal ketika menerima pembayaran jasa katering


Kas 54.250.000
UM PPh 23 750.000
Piutang Usaha 55.000.000

10 April 2008 Tidak ada jurnal

15 April 2008 Karena PT Akuntansi Indah memungut PPN, maka PPN tersebut
Harus disetorkan ke kas negara paling lambat tanggal 15 bulan
berikutnya
PPN Keluaran 5.000.000
Kas 5.000.000

16
CV Aryo Binangun (Pemotong Pajak)
Tanggal
12 Maret 2008 Jurnal ketika menerima tanggihan jasa katering
Beban jasa katering 50.000.000
PPN Masukan 5.000.000
Utang usaha 55.000.000

25 Maret 2008 Jurnal ketika menerima tagihan jasa katering


Utang usaha 55.000.000
Kas 54.250.000
Utang PPh 23 750.000

10 April 2008 Jurnal ketika menerima tagihan jasa katering


Utang PPh 23 750.000
Kas 750.000

3. PPh Pasal 23 Dibayar/Ditanggung oleh Pemotong/Pemungut


CV Aryo Binangun membayar jasa perbaikan AC kepada PT El Ge sebesar
Rp800.000 (dengan asumsi mengabaikan unsur PPN). Di dalam perjanjian
disebutkan bahwa jumlah tersebut adalah netto yang diterima PT El Ge, dari
perhitungan di atas, PPh 23 yang harus dipotong CV Aryo Binangun adalah
Rp360.000, sehingga jurnalnya (dengan asumsi mengabaikan unsur PPN) adalah:
PT El Ge
Tanggal Jurnal ketika memberikan tagihan jasa perbaikan dan menerima
pembayaran
Kas 8.000.000
Penghasilan 8.000.000

CV Aryo Binangun (Pemotong Pajak)


Tanggal Jurnal ketika menerima dan membayar tagihan jasa perbaikan
Beban jasa perbaikan 8.000.000
Beban PPh 23 360.000
Kas 8.000.000
Utang PPh 23 360.000

17
4. PPh Pasal 23 Dibayar/Ditanggung oleh Pemotong/Pemungut
PT Ginong membayar jasa sewa bus untuk transportasi karyawan pada PT Trans
Motor Abadi sebesar Rp6.000.000 dimana dalam kontrak disebutkan bahwa jumlah
tersebut adalah netto (artinya pajak ditanggung penyewa). Asumsikan jika PPN
diabaikan, maka berdasarkan perhitungan diatas PPh Pasal 23 yang harus dipotong
PT Ginong adalah Rp90.000.
PT Trans Motor Abadi
Tanggal Jurnal ketika memberikan tagihan jasa perbaikan dan menerima
pembayaran
Kas 6.000.000
Penghasilan 6.000.000

PT Ginong (Pemotong Pajak)


Tanggal Jurnal ketika menerima dan membayar tagihan jasa perbaikan
Beban sewa kendaraan 6.000.000
Beban PPh 23 90.000
Kas 6.000.000
Utang PPh 23 90.000

Jurnal ketika menyetorkan PPh 23 ke kas negara


Utang PPh 23 90.000
Kas 90.000

2.10 Menghitung PPh Pasal 23 Jika Pembayaran dengan Mata Uang Asing
Penghitungan PPh 23 yang diterima dalam mata uang asing pada prinsipnya
menganit hal-hal berikut ini: nilai penghasilan kena pajak dengan mata uang asing
dikonversi ke rupiah berdasarkan kurs yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan (KMK) pada saat terutangnya pajak.
Sebagai contoh, PT KYTY menerima tagihan jasa manajemen PT Tertib
Administrasi pada tanggal 13 Maret 2009 sebesar US$10.000, namun faktur tersebut baru
dibayar pada tanggal 12 April 2009. Hitunglah PPh 23 yang terutang dan bagaimana
jurnalnya? (Asumsikan unsur PPN diabaikan).

18
Tanggal Kurs BI/Dollar Kurs KMK/Dollar
13 Maret 2009 Rp 9.200 Rp 9.300
31 Maret 2009 Rp 9.250 Rp 9.340
12 April 2009 Rp 9.275 Rp 9.380

PPh 23 = 15% x 30% x (10.000 x Rp9.340) = Rp4.203.000

Jurnal saat menerima tagihan


10.000 x Rp9.200
13 Maret Beban jasa manajemen 92.000.000 = Rp92.000.000
Utang usaha 92.000.000

Saat terutang pajak


Jurnal saat terutang PPh 23 adalah saat bulan
terutangnya
31 Maret Utang usaha 4.203.000 penghasilan
Utang PPh 23 4.203.000

Jurnal penyetoran PPh 23 ke kas negara


10 April Utang PPh 23 4.203.000
Kas 4.203.000

Jurnal pembayaran tagihan


(10.000 x Rp9.200) – 4.203.000
13 Maret Utang usaha 87.797.000 = Rp 87.797.000
Selisih kurs 750.000
Kas 88.547.000

(10.000 x Rp9.275) – 4.203.000


= Rp88.547.000

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain
yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21. Objek PPh 23 berasal dari dividen,
bunga, royalti, hadiah, penghargaan. Selain itu juga dapat berasal dari bonus, sewa dan
penghasilan, imbalan, serta bunga simpanan dari koperasi.

3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai Pajak Penghasilan Pasal 23 ini,
diharapkan kepada para pembaca, khususnya mahasiswa untuk dapat lebih mengerti dan
memahami mengenai pengertian dan sistem perhitungan di dalam Pajak Penghasilan
Pasal 23 itu sendiri, sehingga ke depannya dapat menerapkan segala ilmu yang
terkandung di dalam penulisan makalah ini ke dalam dunia nyata, yakni dunia kerja yang
syarat akan prinsip profesionalitas dan efektivitas.

20
Daftar Pustaka

2012. “Seri PPh—Pajak Penghasilan Pasal 23”. www.pajak.go.id, diunduh pada 28 Maret
2018, pukul 10.12 WIB
2015. “Pajak atas Dividen”. www.ortax.org, diunduh pada 28 Maret 2018, pukul 17.21 WIB
Chusna, Faiqotul, dkk.. 2017. “Makalah Pajak Penghasilan Pasal 23”.
www.ayobelajar28.blogspot.co.id, diunduh pada 28 Maret 2018, pukul 11.07 WIB
Purwono, Herry. 2010. Dasar-dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit
Erlangga
Wishkey, Echa. 2016. “Pajak Penghasilan 23”. www.okta-wiskey.blogspot.co.id, diunduh
pada 28 Maret 2018, pukul 14.21 WIB
tt. “Pajak Penghasilan Pasal 23”. www.id.wikipedia.org, diunduh pada 28 Maret 2018, pukul
17.51 WIB

21

You might also like