Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi Pegawai Berhak dalam melaksanakan
pelayanan tera dan tera ulang serta Pengawas Kemetrologian dalam
melaksanakan kegiatan pengawasan alat ukur permukaan cairan
otomatis.
1.3 Pengertian
Dalam Syarat Teknis ini yang dimaksud dengan:
2
12. Datum plate adalah meja ukur yang terletak di bawah lubang ukur
dimana ALG terpasang.
13. Lubang ukur utama adalah lubang ukur yang ditetapkan sebagai
tempat pengukuran utama yang terletak di posisi yang tepat,
mudah diakses dan stabil.
14. Titik pengukuran (dipping datum point) adalah persimpangan antara
sumbu pengukuran vertikal dengan permukaan atas meja ukur
atau dengan permukaan bawah tangki jika meja ukur tidak
ada,yang merupakan titik awal untuk pengukuran ketinggian
cairan (referensi nol atau titik referensi pengukuran innage).
15. Titik referensi atas adalah titik dengan penandaan yang jelas pada
lubang ukur utama, terletak sepanjang sumbu pengukuran vertikal
yang meningkat dari titik pengukuran untuk menentukan posisi
referensi dimana pengukuran ullage dilakukan.
16. Tinggi referensi adalah jarak antara titik pengukuran dan titik
referensi atas.
17. Dip (kedalaman) adalah jarak vertikal antara titik pengukuran dan
ketinggian permukaan cairan, sering disebut juga innage.
18. Ullage adalah jarak antara ketinggian permukaan cairan dan titik
referensi atas, diukur sepanjang sumbu pengukuran vertikal, sering
disebut juga outage.
19. Kondisi operasional terukur adalah kondisi penggunaan, yang
memberikan rentang nilai besaran berpengaruh dimana
karakteristik kemetrologian harus tetap berada dalam batas
kesalahan yang diizinkan.
20. Kondisi referensi adalah satu set nilai faktor berpengaruh yang
ditetapkan untuk memastikan perbandingan yang valid dari hasil
pengukuran.
21. Besaran berpengaruh adalah besaran yang bukan merupakan
subjek dari pengukuran, tetapi mempengaruhi nilai besaran yang
diukur atau penunjukan ALG.
22. Faktor berpengaruh adalah besaran berpengaruh yang mempunyai
nilai di dalam kondisi operasional terukur tertentu dari ALG.
23. Gangguan adalah besaran berpengaruh yang mempunyai nilai di
dalam batas tertentu, akan tetapi di luar kondisi operasional
terukur tertentu dari ALG.
24. Kesalahan (dari penunjukan) adalah penunjukan ALG dikurangi
nilai sebenarnya dari besaran input yang diberikan.
25. Kesalahan intrinsik adalah kesalahan dari ALG yang ditentukan di
bawah kondisi referensi; sedangkan kesalahan intrinsik awal adalah
kesalahan intrinsik dari ALG sebagaimana ditentukan sebelum
pengujian performa dan evaluasi daya tahan.
26. Diskriminasi adalah perubahan terbesar dalam stimulus yang tidak
menghasilkan perubahan terdeteksi pada respon alat ukur, dimana
perubahan dalam stimulus berlangsung secara perlahan dan
monoton.
27. Batas Kesalahan yang Diizinkan yang selanjutnya disebut BKD
adalah batas nilai ekstrim yang masih diizinkan oleh Rekomendasi
baru ini dalam hal kesalahan penunjukan.
3
28. Tangki ukur bertekanan adalah tangki ukur yang digunakan untuk
produk-produk cairan yang dalam penyimpanannya harus dalam
kondisi tekanan dan temperatur tertentu agar tetap dalam bentuk
cair.
4
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI
2.2 Penerapan
Syarat Teknis ini berlaku untuk ALG yang digunakan dalam pengukuran
ketinggian cairan dalam suatu tangki ukur, yang merupakan dasar
penentuan volume cairan dalam tangki ukur.
2.3 Identitas
1. ALG harus dilengkapi dengan pelat identitas yang berisi tanda dan
informasi sebagai berikut:
a. tanda pabrik atau merek;
b. model/tipe dan nomor seri;
c. tahun pembuatan;
d. kapasitas maksimum;
e. identitas tangki, untuk perangkat penunjukan pengulang.
2. Semua tanda dan informasi pada angka 1 harus jelas, mudah dilihat
dan dibaca, tidak mudah terhapus/dihilangkan serta tidak dapat
dipindahkan tanpa dirusak.
5
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
b. Konstruksi
1) ALG dan peralatan tambahannya harus dikonstruksi dengan
baik, kuat, dan kokoh.
2) ALG dan peralatan tambahannya harus terpasang kuat pada
tempatnya sehingga tidak akan terjadi perubahan pada saat
penggunaannya.
3) Dimensi dan bentuk ALG harus dibuat sedemikian sehingga
pada kondisi operasional tidak terjadi perubahan.
4) ALG harus didesain sedemikian sehingga pada saat dipasang
pada tangki bertekanan (tangki LNG, LPG, dan lain-lain) dapat
mencegah keluarnya gas atau uap (vapour) dari dalam tangki.
5) Untuk ALG yang memakai penggulung kawat (sling), harus
dibuat sedemikian sehingga tidak terjadi perubahan bentuk
permanen pada kawatnya.
6) ALG terdiri dari elemen pendeteksi tinggi permukaan cairan,
transmitter dan perangkat penunjukan, dipasang sedemikian
sehingga memudahkan dalam penggunaannya.
7) Elemen pendeteksi tinggi permukaan cairan dapat berupa
pelampung (displacer), radar, capacitance atau elemen
pendeteksi lainnya.
8) Elemen pendeteksi tinggi permukaan cairan harus terletak
dekat dengan lubang ukur utama. Untuk penggunaan pada
tangki ukur silinder tegak, letak elemen tidak boleh kurang
dari 500 mm dari dinding tangki.
9) Apabila dipasang perangkat tambahan, maka perangkat
tersebut tidak boleh mempengaruhi hasil pengukuran.
10) Perangkat tambahan dapat berupa perangkat penunjukan
pengulang (remote display), perangkat pencetakan, perangkat
penyimpanan (memory), perangkat konversi, dan lain-lain.
11) Untuk melindungi komponen elektronik, ALG harus dilengkapi
dengan fasilitas grounding yang memadai.
6
c. Perangkat Penunjukan
a) Perangkat penunjukan dapat melekat pada badan ALG atau di
sekitar ALG, maupun di tempat lain yang mudah diakses
(misalnya di control room).
b) Apabila terdapat lebih dari satu perangkat penunjukan, maka
perbedaan antara dua perangkat penunjukan tidak boleh
melebihi 1 mm pada kondisi permukaan cairan stabil.
c) Perangkat penunjukan harus dapat membunyikan alarm pada
saat batas operasional ALG dicapai (tinggi maksimum atau
minimum).
d) Perangkat penunjukan pengulang jarak jauh harus
teridentifikasi dengan jelas ALG mana yang diwakilinya (nomor
ALG atau tangki ukur).
e) Penunjukan hasil pengukuran harus jelas dan mudah dibaca
pada kondisi penggunaan normal.
f) Penunjukan ALG harus menampilkan satuan atau lambang
satuan panjang.
g) Interval skala pada setiap penunjukan atau pencetakan harus
dalam bentuk 1x10n, 2x10n, atau 5x10n satuan panjang,
dimana n adalah bilangan bulat positif, negatif atau nol.
h) Penunjukan ALG harus dalam innage (dip). Nilai lain yang
terukur, misalnya ullage, dapat ditampilkan pada perangkat
penunjukan yang sama, tetapi penunjukan ini harus kembali
lagi ke innage dalam 10 sekon.
i) Untuk penunjukan analog, jarak antara tanda-tanda yang
berurutan pada skala tidak boleh kurang dari 1 mm,
sedangkan interval skalanya tidak boleh lebih dari 1 mm.
Apabila tanda berupa garis maka harus tegak lurus sumbu
pengukuran, sama lebar dan merata.
j) Pembubuhan angka harus jelas, teratur dan tidak mudah
terhapus, dibuat sedemikian sehingga pembacaannya mudah,
tepat dan tidak meragukan.
k) Jumlah tanda skala yang diberi angka harus ditetapkan sesuai
dengan tujuannya.
l) Untuk penunjukan digital harus menampilkan setidaknya satu
angka desimal dimulai dari posisi paling kanan.
m) Penunjukan pecahan desimal harus dipisahkan dari bilangan
bulatnya dengan tanda desimal (umumnya berupa tanda koma
(,) atau tanda titik (.)), dengan penunjukan menampilkan
setidaknya satu angka di sebelah kiri tanda desimal dan
angka-angka lainnya di sebelah kanan tanda desimal.
n) Pemilihan satuan harus sedemikian sehingga nilai yang
ditampilkan maupun dicetak tidak memiliki lebih dari satu
angka nol yang tidak signifikan di bagian kanan tanda
desimal. Untuk nilai dengan tanda desimal, angka nol yang
tidak signifikan hanya boleh ditampilkan pada posisi/digit
ketiga setelah tanda desimal.
7
d. Pemberian Tanda
1) Untuk ALG yang terpasang pada tangki ukur, maka titik acuan
terdapat pada meja ukur (datum point) untuk pengukuran
innage (dip) maupun ullage.
2) Pada pelat informasi sebaiknya dilengkapi dengan informasi
mengenai parameter setting ALG.
2. Persyaratan Tambahan
a. ALG dengan sensor yang dapat digerakkan (misalnya ALG tipe
pelampung/displacer)
1) Mekanisme suspensi
Untuk memudahkan pengujian, ALG dapat dilengkapi dengan
sarana yang memungkinkan sensor bergerak sesuai dengan
permintaan.
2) Posisi statis
Apabila sensor ketinggian dapat ditempatkan di atas atau di
bawah permukaan cairan secara statis, hal ini harus
diterangkan dengan jelas bahwa penunjukan tidak
menampilkan suatu pengukuran yang sebenarnya.
3. Persyaratan Instalasi
a. ALG harus dipasang sedemikian sehingga penunjukannya dapat
diakses dan dibaca dengan mudah.
b. Untuk keperluan kemetrologian, ALG harus dilengkapi dan
dipasang sedemikian sehingga dapat dilakukan peneraan serta
memudahkan dalam penyegelan.
c. Sensor ketinggian permukaan cairan harus terletak dekat dengan
lubang ukur utama dan dipasang sedemikian sehingga
pengukuran ketinggian permukaan cairan tidak terhalang oleh
rintangan apapun.
d. ALG harus dipasang sedemikian sehingga pengaruh pusaran,
arus, turbulensi, buih/busa, kondensasi, variasi kondisi proses,
pemanasan asimetris, dan lain-lain dapat diabaikan. Apabila
diperlukan dapat disediakan perlindungan yang memadai
(misalnya dengan menggunakan pipa pengarah), atau diletakkan
jauh dari pipa masukan, pipa keluaran maupun pencampur
(mixer).
8
e. Penempatan ALG pada tangki ukur dapat dilakukan sebagai
berikut:
1) untuk tangki tetap bentuk silinder tegak, titik tengah ALG
terletak antara 450 s.d. 800 mm dari dinding tangki;
2) untuk tangki bentuk bola (tangki tetap maupun tangki
terapung/kapal), titik tengah ALG terletak di dekat sumbu
vertikal tangki;
3) untuk tangki terapung bentuk persegi, titik tengah ALG terletak
di dekat dinding tangki bagian belakang ataupun di tengah
tangki.
f. ALG harus dipasang pada tangki sedemikian sehingga perubahan
panjang referensi ditambah ketinggian akibat pergerakan dinding
tangki, dasar tangki, atap tangki, dan/atau pipa pengarah tetap
berada dalam BKD.
g. Apabila tersedia, sensor koreksi harus terletak sedemikian
sehingga nilai sebenarnya dari sifat-sifat ukur dapat diperoleh.
Jika diperlukan dapat dipasang lebih dari satu sensor untuk
memperoleh nilai rata-rata yang sebenarnya.
h. Apabila dilengkapi dengan pipa pengarah, maka harus dipenuhi
ketentuan berikut:
1) ujung atas pipa pengarah tidak menempel pada atap tangki
ukur, tetapi harus lebih tinggi dari tinggi maksimum cairan;
2) ujung bawah pipa pengarah berjarak maksimum 300 mm dari
dasar tangki;
3) diameter pipa pengarah minimum 200 mm;
4) bagian dinding pipa pengarah harus berlubang, diameter dan
jarak antar lubangnya mengikuti ketentuan dari pabrikan ALG;
5) datum plate terletak antara 100 s.d. 150 mm di bawah ujung
bagian bawah pipa pengarah, dan maksimum 300 mm dari
dasar tangki;
6) datum plate dapat terhubung dengan pipa pengarah maupun
terletak pada dasar tangki;
7) untuk tangki tetap silinder tegak, penyangga pipa pengarah
bagian bawah harus dipasang pada ketinggian kira-kira
250 mm dari dasar tangki;
8) untuk tangki bentuk bola, penyangga pipa pengarah bagian
bawah sebaiknya dibuat sedemikian sehingga dapat disetel dan
memungkinkan pipa pengarah dapat bergerak vertikal akibat
deformasi dinding tangki.
9) pipa pengarah harus benar-benar tegak lurus terhadap datum
plate.
9
3.2 Persyaratan Kemetrologian
1. Satuan yang dipergunakan harus dalam satuan ukuran yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. BKD untuk pengujian akurasi:
a. ALG yang digunakan pada tangki ukur tetap
BKD pada tera dan tera ulang adalah ± 4,0 mm.
b. ALG yang digunakan pada tangki terapung/kapal untuk produk
gas yang dicairkan
BKD pada tera dan tera ulang adalah ± 7,5 mm.
3. Histerisis
BKD untuk pengujian histerisis adalah + 1 mm.
10
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
4.1 Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk memastikan bahwa ALG memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam syarat teknis ini sesuai prosedur
pemeriksaan visual sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.
11
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA
5.1 Pembubuhan
1. Tanda Daerah ukuran 8 mm (D8), Tanda Pegawai Berhak (H), dan
Tanda Sah (SL6) dibubuhkan pada lemping tanda tera, dan dijamin
dengan Tanda Jaminan (JP8).
2. Bentuk dan ukuran tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang–undangan.
2. Tera Ulang
a. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) dibubuhkan pada timah
plombir yang digantung dengan kawat pada kotak (case) ALG.
b. Tanda Sah Plombir ukuran 6 mm (SP6) juga dibubuhkan pada
timah plombir yang digantungkan pada penutup perangkat
penunjukan dengan kawat segel.
3. Penempatan
a. Lemping tanda tera dengan Tanda Jaminan (JP8) dibubuhkan
dan/atau dipasang pada bagian ALG yang mudah terlihat dan
tidak memungkinkan untuk dipindahkan tanpa merusaknya.
b. Tanda Jaminan (JP8) juga ditempatkan dan/atau dipasang pada
bagian-bagian yang dapat mempengaruhi akurasi pengukuran dan
pada bagian-bagian yang tidak dimaksudkan untuk dapat diakses
oleh pengguna.
c. Apabila akses ke parameter-parameter yang mempengaruhi hasil
pengukuran tidak dapat disegel secara mekanik, dapat digunakan
penyegelan elektronik.
d. Perangkat lunak untuk penyegelan elektronik wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
1) hanya dapat diakses oleh Pegawai Berhak (misalnya dengan
pemasangan password), setelah dilakukan perubahan terhadap
parameter, ALG dipergunakan dalam kondisi tersegel secara
elektronik tanpa batasan apapun;
2) password harus dapat diubah;
12
3) saat dalam mode konfigurasi (tidak dalam kendali metrologi
legal):
a) ALG harus dapat menunjukkan sedang dalam mode
konfigurasi, atau
b) ALG tidak dapat beroperasi sama sekali.
4) untuk identifikasi, data-data perubahan terbaru harus tercatat
dalam “event logger”, paling sedikit meliputi :
a) jumlah perubahan yang telah dilakukan
b) tanggal perubahan
c) nilai parameter yang baru
d) identifikasi petugas yang melakukan perubahan.
5) ketertelusuran data perubahan terakhir yang dilakukan harus
tersimpan paling sedikit 2 tahun, apabila tidak tertimpa (over-
written) oleh data perubahan yang dilakukan berikutnya.
13
BAB VI
PENUTUP
14
Lampiran I
PEMERIKSAAN VISUAL
A. Pemeriksaan Administrasi
Periksa dan catat kelengkapan administrasi ALG yang akan diuji, meliputi:
1. Pelat identitas, yang berisi:
a. tanda pabrik atau merek;
b. model/tipe dan nomor seri;
c. tahun pembuatan;
d. nomor izin tipe;
e. kapasitas maksimum;
f. identitas tangki, untuk perangkat penunjukan pengulang.
2. Label tipe, untuk ALG asal impor pada saat tera.
3. Nomor Izin Tanda Pabrik, untuk ALG buatan dalam negeri pada saat
tera.
4. Kelengkapan data, antara lain:
a. nama pemilik/pengguna;
b. alamat pemilik/pengguna;
c. nama contact person di lokasi;
d. nama perusahaan;
e. alamat di mana ALG berada;
f. nomor ALG (biasanya sesuai dengan nomor tangki ukur).
15
Lampiran II
B. Pengujian Akurasi
1. Pengujian akurasi untuk ALG tipe pelampung (float) dan displacer
Pengujian untuk tera dan tera ulang dilakukan sekurang-kurangnya
pada 3 (tiga) posisi ketinggian, yaitu pada posisi kira-kira 1/3, 1/2 dan
2/3 dari tinggi referensi.
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Lakukan setting awal terhadap ALG dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Setting awal dapat dilakukan pada tangki dalam kondisi kosong
maupun yang berisi cairan.
2) Untuk tangki dalam kondisi kosong, lakukan pengukuran selisih
ketinggian antara titik referensi atas pada lubang ukur utama
dengan titik referensi pada ALG apabila di bawah lubang ukur
dimana ALG terpasang tidak terdapat datum plate.
∆h
16
4) Turunkan pelampung/displacer sampai setinggi meja ukur tangki
(h+∆h), set titik tersebut sebagai titik 0 (nol) ALG.
5) Apabila di bawah lubang ukur dimana ALG terpasang terdapat
datum plate, turunkan displacer sampai ke meja ukur.
6) Set ketinggian titik ini sesuai dengan setting ketinggian bagian
pelampung/displacer yang nantinya akan tercelup ke dalam
cairan.
rumus: 𝐸 = 𝑃𝐴𝐿𝐺 − 𝑃𝑆
e. Tentukan apakah kesalahan penunjukan (E) melebihi BKD atau
tidak.
f. Ulangi langkah b sampai dengan e untuk posisi ketinggian kira-kira
1/2 dan 2/3 tinggi maksimum.
g. Ulangi langkah b sampai dengan f dengan arah yang berlawanan, dari
posisi 2/3 tinggi referensi ke posisi 1/2 dan kemudian 1/3 tinggi
referensi.
17
2. Pengujian akurasi untuk ALG tipe radar
Pengujian untuk tera dan tera ulang dilakukan sekurang-kurangnya
pada 3 (tiga) posisi ketinggian, yaitu pada posisi kira-kira 1/3, 1/2 dan
2/3 dari tinggi referensi.
Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Lakukan setting awal terhadap ALG dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Setting awal dapat dilakukan pada tangki dalam kondisi kosong
maupun yang berisi cairan.
2) Lakukan pengukuran manual terhadap tinggi referensi (antara
meja ukur dan titik referensi atas) sekurang-kurangnya 3 (tiga)
kali, pastikan bahwa keberadaan petugas di atas tangki tidak
mempengaruhi hasil pengukuran.
3) Untuk tangki dalam kondisi kosong, apabila di bawah lubang
ukur dimana ALG terpasang tidak terdapat datum plate,
tempatkan pin atau reflector di bawah lubang ukur setinggi meja
ukur, kemudian ukur posisi pin/reflector dan set posisi tersebut
sebagai titik 0 (nol) ALG.
4) Apabila di bawah lubang ukur dimana ALG terpasang terdapat
datum plate, ukur posisi datum plate, dan dianggap sebagai titik 0
(nol) ALG.
5) Untuk tangki yang berisi cairan, tentukan satu posisi tertentu
dengan ketinggian di antara 1/3 dan 2/3 tinggi referensi dengan
cara menambahkan atau mengurangi cairan.
6) Ukur ketinggian posisi tersebut dengan menggunakan ALG dan
standar ukuran panjang. Untuk tangki ukur tetap yang
bertekanan, dapat dilakukan melalui side glass.
7) Apabila tidak dilengkapi dengan side glass maka untuk tangki
ukur bertekanan pada pipa pengarahnya wajib dilengkapi dengan
pin pada posisi 1/3, 1/2 dan 2/3 tinggi referensi.
8) Bandingkan hasil pengukuran, apabila terjadi perbedaan hasil
pengukuran maka set ALG sehingga penunjukannya sama
dengan standar ukuran panjang.
9) Ulangi pengukuran pada angka 8), pastikan penunjukan ALG
tidak berubah.
b. Tentukan satu posisi kira-kira 1/3 tinggi referensi dengan
menambahkan/mengurangi cairan, atau dengan menempatkan pin
apabila tidak adacairan di dalam tangki ukur.
c. Lakukan pengukuran ketinggian posisi tersebut, catat penunjukan
ALG (PALG) dan penunjukan standar ukuran panjang (PS). Untuk
tangki ukur tetap yang bertekanan, dapat dilakukan melalui side
glass, sedangkan untuk tangki ukur kapal yang bertekanan
sebaiknya pengujian dilakukan pada kondisi tangki kosong.
d. Hitung kesalahan penunjukan (E) ALG pada posisi tersebut dengan
rumus: 𝐸 = 𝑃𝐴𝐿𝐺 − 𝑃𝑆
e. Tentukan apakah kesalahan penunjukan (E) melebihi BKD atau
tidak.
18
f. Ulangi langkah b sampai dengan e untuk posisi ketinggian kira-kira
1/2 dan 2/3 tinggi referensi.
g. Ulangi langkah b sampai dengan f dengan arah yang berlawanan, dari
posisi 2/3 tinggi referensi ke posisi 1/2 dan kemudian 1/3 tinggi
referensi.
19
6) Ulangi langkah 2) sampai dengan 5) untuk posisi ketinggian kira-
kira 1/2 dan 2/3 tinggi referensi.
7) Ulangi langkah 2) sampai dengan 6) dengan arah yang
berkebalikan, dari posisi 2/3 tinggi referensi ke posisi 1/2 dan
kemudian 1/3 tinggi referensi.
20
6) Ulangi langkah 3) sampai dengan 5) untuk segmen-segmen
berikutnya (segmen 1, segmen 2,..., segmen puncak).
7) Untuk pemberian muatan secara akumulatif, berikan muatan
dengan nilai setara dengan nilai kapasitansi penuh dari segmen
paling bawah (segmen ref.) ditambah dengan insulasi di atasnya.
Catat penunjukan ALG (penunjukan ini mewakili tinggi kolom).
8) Bandingkan nilai penunjukan ALG dengan nilai pada data
instalasi. Selisih antara kedua nilai tersebut adalah kesalahan
penunjukan (E) ALG.
9) Tentukan apakah kesalahan penunjukan (E) melebihi BKD atau
tidak.
10) Ulangi langkah 7) sampai dengan 9) dengan menambahkan
segmen-segmen dan insulasi berikutnya.
11) Ulangi langkah 10) dengan arah yang berlawanan, dari
akumulasi semua segmen dan insulasi sampai dengan
akumulasi segmen ref. dan insulasi di atasnya.
C. Pengujian Histerisis
Pengujian histerisis pada semua tipe ALG dilakukan dengan
membandingkan antara penunjukan ALG pada masing-masing posisi
ketinggian pada saat pengujian naik dengan saat pengujian turun. Selisih
terbesar dari masing-masing pengujian merupakan kesalahan histerisis (Eh)
ALG.
D. Verifikasi Teknis
Selain pengujian pada huruf B dan huruf C, untuk memastikan bahwa ALG
masih bekerja sesuai dengan unjuk kerja yang semestinya, serta tidak
terjadi perubahan secara fisik dan tidak dilakukan modifikasi apapun pada
ALG, maka sebaiknya dilakukan verifikasi teknis paling tidak 1 (satu) tahun
sekali.
21
Lampiran III
A. Pemeriksaan Visual
DATA ADMINISTRASI
Nama Perusahaan :
Nama Pemilik :
Alamat Pemilik :
Nama Contact Person :
Alamat (lokasi ALG terpasang) :
Nomor ALG (nomor tangki) :
Merek :
Model/Tipe :
Nomor Seri :
Tahun Pembuatan :
Nomor Izin Tipe / Izin Tanda Pabrik :
Label Tipe : Ada Tidak Ada
PEMERIKSAAN KARAKTERISTIK
Apakah data ALG sesuai dengan Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik? Ya Tidak
Apakah semua penandaan yang wajib terdapat pada pelat data yang melekat permanen Ya Tidak
pada ALG dan dapat dilihat dengan jelas?
Apakah penunjukan hasil pengukuran menggunakan satuan ukuran yang sesuai dengan Ya Tidak
ketentuan perundang-undangan?
Apakah penunjukan ALG jelas dan mudah dibaca? Ya Tidak
Apakah ALG dapat menunjukkan tinggi sesaat antara permukaan cairan dengan titik nol Ya Tidak
pengukuran dengan stabil?
Apakah perangkat penunjukan pengulang menampilkan hasil pengukuran dari ALG Ya Tidak
yang sesuai?
Apakah bahan yang digunakan pada ALG bermutu, berfungsi baik dan tahan lama? Ya Tidak
Apakah bahan yang digunakan pada ALG tahan karat dan tidak mudah berubah bentuk? Ya Tidak
Apakah pada ALG terdapat peralatan tambahan? Ya Tidak
Apakah peralatan tambahan tidak mengganggu hasil pengukuran? Ya Tidak
Apakah pada tangki ukur dimana ALG berada terdapat pipa pengarah di bawah ALG? Ya Tidak
Apakah hasil pengukuran ALG terpengaruh oleh gerakan dasar dan/atau atap tangki? Ya Tidak
SAH BATAL
Catatan :
......................, ........................20.....
Petugas :
1. .....................................................
2. .....................................................
22
B. Pengujian Akurasi dan Histerisis
CERA PAN PENGUJIA N A LA T UKUR PERMUKA A N CAIRAN OTOMATIS ( A UTOMA TIC LEVEL GA UGE ) Pengujian Akurasi dan Histerisis
- Standar yang digunakan : ............................................... - Tinggi referensi tangki ukur (H) : ................................... mm
- Merek : ............................................... - Selisih tinggi titik referensi atas - titik referensi ALG (? H) : ................................... mm
- Tipe : ...............................................
- Nomor Seri : ...............................................
Level Pengujian Penunjukan Standar Penunjukan ALG (mm) Kesalahan Akurasi (mm) Histerisis
(mm) (mm) Naik Turun Naik Turun (mm)
SAH BATAL
Cat at an :
......................, ........................20.....
Pet ugas :
1. ........................................................
2. ........................................................
23
C. Pengujian Akurasi dan Histerisis dengan Dry Calibration (khusus untuk tipe capacitance)
Penunjukan ALG (mm) Panjang segmen Kesalahan Tinggi Kolom (mm) Tinggi Kolom Kesalahan (mm) Histerisis
Segmen
Nilai kosong Nilai Penuh pada Tabel (mm) (mm) Naik Turun pada Tabel (mm) Naik Turun (mm)
Segmen Ref.
Segmen 1 SAH
Segmen 2
Segmen 3
Segmen 4 BATAL
Segmen 5
Segmen 6
Segmen 7
Segmen Puncak
24
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran
pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian
satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar,
Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan
pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau
tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera
dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah
UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran,
atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau
menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir
dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk
menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan
kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera
ulang yang berpedoman pada Syarat Teknis UTTP.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Syarat Teknis UTTP yang wajib
ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.
1. Maksud
Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera
ulang Pompa Ukur BBG.
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan
tera ulang serta pengawasan Pompa Ukur BBG.
1.3. Pengertian
5
3. Badan hitung adalah bagian Pompa Ukur BBG yang digunakan untuk
menunjukan hasil pengukuran.
4. Alat penunjuk kuanta adalah bagian badan hitung yang menunjukan jumlah
BBG yang diukur.
5. Skala adalah garis atau tanda lain yang tersusun secara teratur sedemikian
rupa sehingga dapat menunjukan nilai yang diukur.
6. Mata skala adalah jarak antara sumbu-sumbu dua garis yang berurutan.
7. Badan ukur adalah bagian Pompa Ukur BBG yang pada saat pengukuran
berlangsung, bagian dalamnya dilalui sekaligus menentukan baik langsung
maupun tidak langsung jumlah BBG yang diukur.
8. Alat justir adalah alat yang dapat diatur sedemikian rupa, agar penunjukan
Pompa Ukur BBG yang bersangkutan berada di dalam batas-batas
kesalahan maksimum yang diijinkan.
9. Penyerahan minimum adalah jumlah yang tekecil yang diperkenankan untuk
diukur.
10. Alat penunjuk harga adalah bagian Badan Hitung yang menunjukan jumlah
harga yang harus dibayar oleh konsumen sesuai dengan harga satuan yang
berlaku atas sejumlah BBG yang ditunjukkan oleh alat bersangkutan.
11. Kesalahan penunjukan adalah perbandingan yang dinyatakan dalam persen
antara jumlah yang ditunjukkan oleh Alat Penunjuk Kuanta dikurangi dengan
jumlah sebenarnya yang melalui Pompa Ukur BBG, dengan jumlah yang
disebut belakangan.
12. Ketidaktetapan adalah perbedaan terbesar antara hasil penunjukkan dari
tiga kali pengujian pada kondisi yang sama.
13. Debit maksimum (Q maks) adalah debit terbesar yang boleh melewati Pompa
Ukur BBG sesuai dengan kemampuan ukurnya.
14. Debit minimum (Q min) adalah debit terendah dari Pompa Ukur BBG sesuai
dengan kemampuan ukurnya.
15. Kuanta uji adalah sejumlah gas yang dianggap memadai setiap kali
pengujian.
16. Media ukur adalah jenis gas yang boleh diukur oleh Pompa Ukur BBG yang
bersangkutan.
17. Media Uji adalah gas yang dipergunakan pada pengujian Pompa Ukur BBG
yang bersangkutan.
6
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI
2.2. Penerapan
Syarat teknis ini berlaku bagi Pompa Ukur BBG untuk Bahan Bakar Gas
2.3. Identitas
1. Pompa Ukur BBG yang akan ditera harus memiliki surat izin tipe atau izin
tanda pabrik.
2. Label tipe harus terlekat pada Pompa Ukur BBG asal impor yang akan
ditera.
3. Pompa Ukur BBG yang diproduksi didalam negeri harus memiliki label
yang memuat merek pabrik dan izin tanda pabrik.
4. Pompa Ukur BBG yang diproduksi didalam negeri harus memiliki label
yang memuat merek pabrik dan nomor izin tanda pabrik dan label tipe
untuk Pompa Ukur BBG asal impor sebelum ditera.
5. Pompa Ukur BBG yang akan ditera ulang harus sudah ditera
sebelumnya.
7
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
1. Badan Hitung
a. Pompa Ukur BBG harus dilengkapi dengan alat penunjuk kuanta
yang menunjukkan jumlah BBG yang diukur dalam satuan yang
diizinkan.
b. Alat penunjuk kuanta harus dibuat sedemikian rupa dengan cara
menempatkan angka-angkanya berderet, penunjukannya jelas, pasti
dan dengan mudah dapat dibaca dalam posisi melihat secara
normal.
c. Alat penunjuk kuanta harus mempunyai jumlah angka-angka yang
memadai, penunjukan “nol” harus diperlihatkan dalam bentuk nol
untuk semua angka-angka di depan tanda koma dan sedikitnya satu
angka nol dibelakang tanda koma. Dalam hal di belakang tanda
koma lebih dari satu angka, maka angka-angka selebihnya tersebut
harus nol atau kosong.
d. Alat penunjuk kuanta harus dilengkapi dengan alat pengenal
sebagai berikut :
1) alat pengenol dibuat sedemikian rupa sehingga setelah suatu
penyerahan selesai, penyerahan berikutnya hanya bisa
dilakukan setelah penunjukan kembali ke angka “nol”;
2) alat pengenol tidak dapat dijalankan selama penyerahan
berlangsung sehingga alat penunjuk tidak memungkinkan
menunjuk selain mulai dari “nol”.
e. Nilai mata skala harus dalam bentuk : 1 x 10n , 5 x 10n (dimana n
adalah bilangan bulat positif, negatif dan nol).
2. Badan Ukur
a. Badan ukur harus tahan terhadap tekanan sesuai dengan
spesifikasinya.
b. Badan ukur harus tahan terhadap pengaruh suhu dan gas-gas yang
diukur.
c. Badan ukur harus kedap gas pada tekanan pemakaiannya.
3. Alat Justir
a. Pompa Ukur BBG harus dilengkapi dengan alat justir.
b. Alat justir dapat berupa penyetel pada penghantar antara badan ukur
dengan badan hitung atau berupa penyetel pada badan hitung.
c. Alat justir dengan cara penyadapan tidak diperkenankan.
4. Penyerahan Minimum
Penyerahan minimum dari Pompa Ukur BBG ditetapkan oleh pabrik
pembuatnya dan keterangan mengenai hal tersebut harus dinyatakan
dalam uraian tentang spesifikasi.
8
5. Alat Perlengkapan
Pompa Ukur BBG dapat dilengkapi dengan alat-alat perlengkapan, tetapi
alat-alat tersebut tidak boleh berpengaruh terhadap sifat-sifat
kemetrologian Pompa Ukur BBG bersangkutan. Alat-alat perlengkapan
dimaksud adalah:
a. Alat Penunjuk Harga
1) Pompa Ukur BBG dapat dilengkapi alat penunjuk harga dengan
alat pengenol. Harga per satuan kuanta dinyatakan dalam
bentuk “rupiah” atau “Rp” dibubuhkan pada plat alat penunjuk;
2) harga satuan harus dapat diatur, alat pengatur dan penunjuk
harga harus dihubungkan dengan alat penunjuk kuanta
sedemikian rupa, sehingga harga yang ditunjukan yang
menyatakan harga total BBG yang diukur harus selalu sesuai
dengan hasil kali harga satuan yang dipilih dengan jumlah BBG
yang diukur;
3) ukuran angka-angka penunjuk harga tidak boleh melebihi
angka-angka alat penunjuk kuanta; dan
4) alat pengenol penunjuk harga dan alat pengenol penunjuk
kuanta sebagaimana pada angka 1. huruf c harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga apabila salah satu penunjukan
dikembalikan ke angka “nol”, maka penunjukan yang lainpun
secara otomatis kembali ke angka “nol”.
b. Alat Pencap Kartu
Pompa Ukur BBG dapat dilengkapi dengan alat pencap kartu
sebagai berikut :
1) angka-angka dari alat pencap kartu yang menunjukkan kuanta
yang diukur, harga satuan dan harga total ukuran tingginya tidak
kurang dari 2,5 mm dan disusun ke arah mendatar. Ukuran dari
angka-angka yang menunjukkan harga satuan dan harga total
tidak boleh lebih besar dari angka-angka yang menunjukkan
kuanta yang diukur;
2) singkatan kata-kata atau lambang yang menyatakan kuanta
yang diukur, harga satuan dan harga total ukuran tingginya tidak
kurang dari 2 mm. Lambang satuan pengukuran harus dalam
Sistem Internasional (SI);
3) harus terdapat selang paling sedikit satu spasi antara tiap
pernyataan yang menyatakan kuanta yang diukur, harga satuan
dan harga total;
4) nilai yang ditunjukkan oleh alat pencap harus sama dengan nilai
yang ditunjuk oleh alat penunjuk;
5) alat pencap akan kembali ke angka “nol” apabila alat penunjuk
dikembalikan ke angka “nol”;
6) alat pencap harus dilengkapi dengan alat yang menunjukkan
nomor, jam dan tanggal penyerahan.
9
6. Instalasi Ukur
a. Pompa Ukur BBG dipasang sedemikian rupa, sehingga media ukur
tetap dalam bentuk gas selama melewati Pompa Ukur BBG.
b. Pompa Ukur BBG harus tahan dan terlindungi dari pengaruh getaran
mekanis dan getaran karena aliran gas dengan cara pemasangan
kerangka yang cukup kokoh.
c. Pompa Ukur BBG harus mempunyai perlengkapan untuk
memisahkan dan membersihkan gas dari debu, zat-zat padat dan
cairan yang mengotori gas antara lain berupa filter dan alat
pembuang cairan yang letaknya di dalam atau di luar kabinet.
d. Pompa Ukur BBG harus dilengkapi alat pengaman sedemikian rupa,
sehingga apabila mengalami kenaikan atau penurunan tekanan
secara tiba-tiba dari gas yang diukur tidak menyebabkan kerusakan
pada komponen-komponennya.
e. Saluran penyerahan harus sedemikian rupa, sehingga dapat dijamin
bahwa massa gas yang diukur dapat diserahkan secara
keseluruhan. Pompa Ukur BBG yang dilengkapi saluran penyerahan
lebih dari satu, tiap salurannya harus dipasang sedemikian rupa atau
diberi tanda yang sesuai dan terlihat jelas, sehingga tidak
meragukan bagi pengisi dan pembeli.
2. Ketidaktetapan
Batas ketidaktetapan yang diizinkan pada pengujian tera dan tera ulang
adalah sebesar 0,2%.
3. Pengkondisian
Untuk mendapatkan hasil penyerahan yang sesuai dengan batas
kesalahan penunjukan maksimum yang diizinkan, maka penggunaan
Pompa Ukur BBG harus sesuai dengan kondisi berikut:
a. suhu ruangan di tempat Pompa Ukur BBG terpasang antara -5 oC
sampai dengan 35 oC;
b. tegangan listrik bervariasi ±10% dan frekuensi bervariasi antara ±
2%;
c. suhu gas pada tangki penyimpanan antara -20 oC sampai dengan
50 oC dan tekannannya antara 12 MPa sampai dengan 20 MPa;
d. suhu tangki kendaraan bermotor pada awal pengisian antara -10 oC
sampai dengan 40 oC dan tekanannya pada awal pengisian antara
tekanan atmosfir sampai dengan 18,6 MPa;
e. penyerahan dilakukan pada debit di atas minimum dan di bawah
maksimum.
10
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
4.1. Pemeriksaan
Pemeriksaan Pompa Ukur BBG dilakukan untuk memastikan bahwa Pompa
Ukur BBG memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam syarat
teknis ini.
11
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA
Pada Pompa Ukur BBG dipasang timah atau lemping dari logam tahan karat
berbentuk oval sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai
Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang
pada bagian-bagian tertentu dari Pompa Ukur BBG yang sudah disahkan pada
waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau
perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1. Tera :
a. Tanda Daerah ukuran sumbu panjang 4 mm, Tanda Pegawai Yang
Berhak (H) ukuran 4 mm dan Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm
dibubuhkan pada timah atau lemping dari logam tahan karat
berbentuk oval yang dipasang dan dijamin dengan Tanda Jaminan
Plombir (JP) ukuran 8 mm atau Tanda Jaminan (J) yang sesuai.
b. Satu Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dibubuhkan pada tempat
yang khusus untuk penyegelan dari badan hitung sedemikian rupa,
sehingga mudah serta jelas terlihat dari luar.
c. Pada baut-baut pengikat tutup badan hitung dibubuhkan Tanda
Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm.
d. Satu Tanda Sah Plombir (SP) ukuran 6 mm dan satu Tanda
Pegawai Yang Berhak Plombir (HP) ukuran 6 mm dibubuhkan
secara bertolak belakang pada alat justir.
e. Badan hitung, peralatan penghantar dan badan ukur diikat menjadi
satu dengan kawat segel yang dijamin dengan Tanda Jaminan
Plombir (JP) ukuran 8 mm.
f. Setiap bagian dari Pompa Ukur BBG yang memungkinkan dapat
dilakukan perubahan kebenaran pengukuran, harus disegel dengan
Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm atau tanda jaminan yang
sesuai.
2. Tera ulang :
Pembubuhan tanda tera dilakukan sesuai dengan angka 1. huruf a, b, c,
d, e dan f.
3. Jangka Waktu Tera Ulang
Jangka waktu tera ulang dan masa berlaku tanda tera sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan
12
BAB VI
PENUTUP
Syarat Teknis Pompa Ukur BBG merupakan pedoman bagi petugas dalam
melaksanakan tera dan tera ulang Pompa Ukur BBG serta pengawasan Pompa
Ukur BBG, guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Pompa Ukur BBG
dalam transaksi BBG serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi
Legal.
13
Lampiran 1. Metode penimbangan untuk pengujian tera dan tera ulang
1. Prinsip
Membandingkan massa BBG yang ditunjukkan oleh Pompa Ukur BBG dengan
massa bersih yang diisikan ke dalam kontainer.
2. Peralatan
a. Instalasi uji yang meliputi alat penyambung dari tangki penyimpanan gas
ke Pompa Ukur BBG dan dari Pompa Ukur BBG ke kontainer serta
saluran pengosongan BBG dari kontainer.
b. Timbangan elektronik yang kapasitas maksimumnya sesuai dengan
massa BBG yang akan ditimbang ditambah massa kontainer, dengan
ketelitian 1 g atau paling rendah 1/5 dari ketelitian Pompa Ukur BBG.
c. Kontainer dengan tekanan kerja dan massa kosong yang sesuai.
d. Alat ukur bantu seperti manometer dan termometer.
f. Alat bantu kerja lainnya.
g. Kondisi pengujian sesuai dengan yang disyaratkan pada sub bab 3.2.
angka 3.
3. Jalannya Pengujian
a. Setel zero indicator Pompa Ukur BBG sesuai dengan ketentuan.
b. Catat posisi angka alat justir, tekanan kerja dan data Pompa Ukur BBG
serta bagian-bagiannya.
c. Tutup katup pengeluaran Pompa Ukur BBG.
d. Nolkan penunjukan Pompa Ukur BBG yang diuji.
e. Siapkan kontainer yang telah dikosongkan dan letakkan di atas lantai
timbang, kemudian tarakan (nolkan) penunjukan timbangan tersebut.
f. Alirkan BBG ke dalam kontainer di atas lantai timbang dengan alat
penyambung dari Pompa Ukur BBG.
g. Periksa kebocoran sambungan-sambungan dan yakinkanlah bahwa tidak
ada kebocoran-kebocoran;
h. Catat penunjukan Pompa Ukur BBG.
i. Catat penunjukan timbangan.
j. Pada setiap langkah kerja perhatikan pengaruh-pengaruh lingkungan.
4. Pengujian Kebenaran
a. Pengujian kebenaran dilakukan pada debit – debit berikut :
a. Qmin
b. 40 % Qmaks
14
c. Debit terbesar yang dimungkinkan pada kondisi instalasi Pompa Ukur
BBG
b. Tiap debit dilakukan 3 (tiga) kali pengujian.
c. Kuanta uji harus lebih besar dari penyerahan minimum Pompa Ukur BBG.
d. Gunakan formulir pengujian metode penimbangan.
5. Pengujian Ketidaktetapan
Dilakukan bersamaan dengan pengujian kebenaran sesuai angka 4 huruf a.
sampai d.
15
Formulir Pengujian Metode Penimbangan
Pemilik : ……………………………………………………………………………………
Instansi : …………………………………………………………………………………….
Alat Ukur :
Standar Uji :
Timbangan Elektronik :
Pengamatan
Uraian Formula Satuan
1 2 3
16
Pengamatan
Uraian Formula Satuan
1 2 3
Timbangan
Hitungan
Beda penunjukan
% ………… ………… …………
Kes. Penunjukan
Spu = S1 + S2 % ………… ………… …………
Pompa Ukur BBG
SAH/BATAL
Diuji oleh :
2. Kedudukan switch :
UPT/UPTD Metrologi Legal
Span : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Petugas,
Freq. range : S1 S2 S3 S4 S5
… … … … …
4. Penyegelan : NIP.
17
Lampiran 2. Metode meter induk untuk pengujian tera dan tera ulang
Metode meter induk adalah menentukan jumlah Bahan Bakar Gas (BBG) yang
melewati Pompa Ukur BBG dengan menggunakan meter induk sebagai standar uji.
1. Prinsip
Membandingkan massa BBG yang ditunjukan oleh Pompa Ukur BBG dengan
massa yang ditunjukan oleh meter induk (Master Mass Flow Meter).
2. Peralatan
a. Master Mass Flow Meter yang telah diverifikasi dengan metode
penimbangan dengan ketelitian lebih tinggi atau sama dengan 1/5
ketelitian pompa.
b. Alat penyambung dari Pompa Ukur BBG ke meter induk dan dari meter
induk ke kontainer.
c. Kontainer dengan tekanan kerja yang sesuai.
d. Alat ukur bantu seperti manometer dan termometer.
e. Alat bantu kerja lainnya.
f. Kondisi pengujian sesuai dengan yang disyaratkan pada sub bab 3.2
angka 3.
3. Jalannya Pengujian
a. Tempatkan meter induk sedemikian rupa dengan hubungan seri dengan
Pompa Ukur BBG, sehingga meter induk mengisi langsung ke kontainer.
b. Setel zero indicator Pompa Ukur BBG sesuai dengan ketentuan.
c. Catat posisi angka alat justir, tekanan kerja dan data Pompa Ukur BBG
serta bagian-bagiannya.
d. Tutup katup pengeluaran Pompa Ukur BBG.
e. Nolkan penunjukan Pompa Ukur BBG yang diuji.
f. Alirkan BBG ke dalam kontainer.
g. Periksa kebocoran sambungan-sambungan dan yakinkanlah bahwa tidak
ada kebocoran-kebocoran.
h. Catat penunjukan Pompa Ukur BBG.
i. Catat penunjukan meter induk.
j. Pada setiap langkah kerja perhatikan pengaruh-pengaruh lingkungan.
4. Pengujian Kebenaran
a. Pengujian kebenaran dilakukan pada debit-debit berikut :
1) Qmin;
2) 40 % Qmaks; dan
3) debit terbesar yang dimungkinkan pada kondisi instalasi Pompa Ukur
BBG;
b. Tiap debit dilakukan 3 (tiga) kali pengujian.
c. Kuanta uji harus lebih besar dari penyerahan minimum Pompa Ukur BBG.
18
d. Gunakan formulir pengujian metode meter induk.
5. Pengujian Ketidaktetapan
Dilakukan bersamaan dengan pengujian kebenaran sesuai angka 4. huruf a.
sampai d.
19
Formulir Pengujian Metode Meter Induk
Pemilik : ……………………………………………………………………………………
Instansi : …………………………………………………………………………………….
Alat Ukur :
Standar Uji :
Meter Induk :
Pengamatan
Uraian Formula Satuan
1 2 3
20
Pengamatan
Uraian Formula Satuan
1 2 3
Meter Induk
Hitungan
Beda penunjukan
% ………… ………… …………
Kes. Penunjukan
Spu = S1 + S2 % ………… ………… …………
Pompa Ukur BBG
SAH/BATAL
Diuji oleh :
2. Kedudukan switch :
UPT/UPTD Metrologi Legal
Span : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Petugas,
Freq. range : S1 S2 S3 S4 S5
… … … … …
4. Penyegelan : NIP.
21
BAB I
PENDAHULUAN
1. Maksud
Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan Tera
dan Tera Ulang Tangki Ukur Kapal, Tangki Ukur Tongkang dan Tangki
Ukur Apung.
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan Tera
dan Tera Ulang serta pengawasan Tangki Ukur Kapal, Tangki Ukur
Tongkang dan Tangki Ukur Apung.
5
1.3 Pengertian
6
16. Tabel Volume Tangki adalah suatu tampilan dalam bentuk tabel,
dari fungsi matematis V(h) yang mewakili hubungan antara tinggi “h”
(variabel independen) dan volume “V” (variabel dependen) saat kapal
berada pada posisi stabil dan tidak ada kemiringan.
17. Stok Mati (dead stock) atau Rawa adalah volume cairan yang
terdapat di dasar tangki sampai ke titik ukur kedalaman, saat kapal
berada pada posisi stabil dan tidak ada kemiringan.
18. Daerah Pengukuran (graduated zone) adalah range volume antara
rawa dan kapasitas total.
19. Even keel adalah kondisi dimana kapal berada pada keadaan tanpa
kemiringan atau stabil.
20. Trim adalah perbedaan antara kedalaman bagian depan dan bagian
belakang kapal.
21. List adalah penyimpangan melintang atau kemiringan kapal dari
suatu posisi tegak lurus, dinyatakan dalam derajat.
22. Port (P) adalah bagian sepanjang sisi kiri kapal, dipandang dari
buritan ke arah depan.
23. Starboard (S) adalah bagian sepanjang sisi kanan kapal, dipandang
dari buritan ke arah depan.
24. Center (C) adalah bagian tengah kapal, dipandang dari buritan ke
arah depan.
25. Deadrise adalah kenaikan melintang pada bagian bawah kapal dari
rangka ke lambung kapal.
26. Amidships adalah garis khayal pada bagian tengah kapal.
27. Shell adalah lapisan yang membentuk sisi luar dan kulit bagian
bawah lambung kapal.
28. Strake adalah rangkaian atau baris dari shell, dek, sekat, atau
lapisan lainnya.
29. Molded breadth adalah luas maksimum lambung kapal, diukur
antara permukaan bagian dalam pelat shell pada sisi kapal yang
berlapis atau antara permukaan bagian dalam strake.
30. Draft mark adalah kolom angka vertikal yang terdapat pada masing-
masing sisi kapal atau pada ujung depan dan belakang kapal, untuk
menunjukkan jarak dari tepi bawah masing-masing angka ke dasar
kapal.
31. Camber adalah lengkungan ke atas dan melintang pada dek kapal
sehingga terdapat perbedaan antara bagian tengah dek dan bagian
sisi kapal.
32. Bilge radius adalah jari-jari bagian melengkung pada shell kapal
yang menghubungkan bagian dasar dengan bagian sisi kapal.
33. Gunwale radius adalah jari-jari bagian melengkung pada shell kapal
yang menghubungkan bagian atas (dek) dengan bagian sisi kapal.
34. Electro Optical Distance Ranging (EODR) adalah alat pengukur jarak
elektronik.
35. Slope Distance adalah jarak yang diukur dari alat EODR ke target
poin pada dinding Tangki Ukur.
7
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI
2.1 Lingkup
2.2 Penerapan
Syarat Teknis ini berlaku untuk Tangki Ukur yang digunakan untuk
pengangkutan dan pengukuran volume fluida (cairan atau gas) dalam
jumlah besar. Dalam hal kapal terdiri dari satu atau beberapa tangki
yang masing-masing dipisahkan antara satu dengan lainnya, maka setiap
tangki tersebut dianggap sebagai sebuah Tangki Ukur yang terpisah dan
harus memenuhi syarat teknis ini.
2.3 Identitas
8
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
1. Bahan
a. Tangki Ukur harus dibuat dari logam yang baik dan kuat untuk
menjamin kebenaran pengukuran volume fluida di dalamnya;
b. Dinding Tangki Ukur dibuat dari lembaran pelat logam yang
disambung dengan las dan tersusun dengan tebal yang sama;
c. Tangki Ukur yang dipakai untuk gas cair dindingnya dapat dilapisi
dengan bahan isolator.
2. Konstruksi
a. Bentuk Tangki Ukur dapat berupa bentuk bola, bentuk silinder datar,
bentuk silinder tegak, bentuk teratur (prismatik) dan bentuk tidak
teratur (mengikuti bentuk lambung kapal).
b. Tangki diberikan penomoran dari depan ke belakang, dengan
penamaan “Port” (P), “Starboard” (S) atau “Centre” (C); apabila
diberikan penomoran secara berkebalikan, hal ini harus disebutkan
dalam sertifikat pengujian.
c. Tangki beserta pipa-pipa yang berhubungan dengannya harus dibuat
dan diatur sehingga:
1) dalam kondisi operasional, kapal dapat dikosongkan dan/atau
diisi secara penuh dengan mudah tanpa ada udara yang
terperangkap di bawah level pengisian;
2) memudahkan pelaksanaan pengukuran volume secara geometri.
d. Tangki dapat dilengkapi dengan peralatan yang diperlukan untuk
mengurangi kehilangan akibat penguapan, yang pemasangan dan
penggunaannya tidak boleh menyebabkan kesalahan pengukuran.
e. Bentuk, konstruksi, bahan dan ketahanan serta perakitannya harus
sedemikian rupa sehingga Tangki Ukur tahan terhadap kondisi
lingkungan maupun pengaruh dari fluida di dalamnya, dan pada
penggunaan normal tidak mengalami deformasi yang mungkin
mempengaruhi volume Tangki Ukur.
f. Untuk Tangki Ukur yang dilengkapi dengan perangkat atau pipa
pengarah, harus memenuhi persyaratan :
1) Ujung bawah pipa pengarah harus sedemikian rupa, sehingga
tidak boleh menyebabkan terjadinya kesalahan sistematik
terhadap pengukuran;
2) Bagian dinding pipa pengarah harus berlubang; dan
3) Apabila yang diukur dalam bentuk gas, maka boleh tidak
dilengkapi dengan pipa pengarah.
g. Jika Sumbu Pengukuran Vertikal memotong sisi miring Tangki Ukur,
pada titik ukur kedalaman harus dipasang meja ukur secara
permanen.
h. Titik ukur kedalaman dan titik referensi atas tidak boleh mengalami
perubahan, apabila kondisi ini tidak terpenuhi, maka harus
dilakukan pengukuran pergeseran dari titik referensi ullage terhadap
posisi seharusnya, dan pergeseran ini harus dijadikan koreksi dalam
pengukuran ketinggian.
9
i. Meja ukur
1) Meja ukur dan titik referensi atas harus dibangun pada posisi
yang tetap dan stabil;
2) Kedudukan meja ukur harus serendah mungkin, harus lebih
rendah dari pipa pengeluaran dan terletak tepat di bawah lubang
ukur;
3) Meja ukur dipasang di bawah ujung pipa pengarah;
4) Pada Tangki Ukur berbentuk bola dengan media ukur berupa gas
harus dilengkapi level gauge (alat ukur ketinggian) atau gelas
duga; dan
5) Pada tangki yang telah dilengkapi dengan level gauge atau gelas
duga, maka boleh tidak dilengkapi dengan meja ukur.
j. Tangki Ukur harus dilengkapi tangga sebagai jalan masuk untuk
melakukan pembersihan.
k. Tangki Ukur harus dilengkapi dengan:
1) pipa masukan;
2) pipa keluaran;
3) lubang masuk;
4) lubang ukur; dan
5) meja ukur (bila diperlukan).
l. Lubang ukur harus:
1) berada di atas dek; dan
2) dilengkapi dengan tanda sebagai posisi pengukuran tinggi cairan.
m. Selain persyaratan dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf l,
Tangki Ukur juga harus memenuhi persyaratan sesuai dengan
bentuk konstruksinya.
1) Tangki Ukur Bentuk Bola
Pada kedua ujung tangki harus ditutup dengan pelat yang sama
berbentuk tembereng bola.
2) Tangki Ukur Bentuk Silinder Datar
a) Tangki Ukur Bentuk Silinder Datar dapat dibagi menjadi 2 (dua)
bagian utama, yaitu :
(1) Bagian silinder; dan
(2) Bagian tutup silinder.
b) Kedua ujung silinder ditutup dengan pelat yang sama dengan
bentuk yang dapat berupa :
(1) Bidang datar;
(2) Cembung setengah bola atau elips; atau
(3) Tembereng bola.
c) Bagian silinder badan tangki dengan bagian tutup silinder
dapat disambungkan secara langsung atau disambungkan
dengan ditambah sambungan lurus.
3) Tangki Ukur Bentuk Silinder Tegak
a) Tangki memiliki atap dapat berupa kerucut atau kubah.
b) Tangki yang dipakai untuk cairan ukur yang dipanaskan, pada
dindingnya harus dilengkapi thermowell.
10
3. Peralatan tambahan
Kapal dapat dilengkapi dengan:
a. instalasi pemompaan sendiri; dan
b. sistem pengukuran sendiri.
11
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
4.1 Pemeriksaan
2. Tera Ulang
Pemeriksaan konstruksi dan penampilan luar Tangki Ukur untuk
memastikan tidak ada modifikasi.
1) Metode volumetri
Metode volumetri dilakukan untuk mengetahui volume internal
tangki secara langsung dengan cara mengalirkan air atau cairan
lain dengan menggunakan standar ke dalam tangki yang diukur.
Kapal harus tetap pada kondisi stabil dan tanpa kemiringan saat
pengujian dilaksanakan.
Pengujian Metode Volumetri ini dilakukan sesuai prosedur
pengujian sebagaimana tercantum dalam Lampiran 1.
12
Pengujian Metode Geometri ini dilakukan sesuai prosedur
pengujian sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2.
3) Kombinasi dari keduanya.
BAB 5
13
PEMBUBUHAN TANDA TERA
5.1 Pembubuhan
1. Penempatan
Lemping volume nominal ditempatkan dan/atau dipasang pada bagian
Tangki Ukur yang mudah dilihat, tidak mudah lepas dan dapat
menjamin keutuhan (tahan lama) tanda-tanda tersebut.
2. Tera
a. Tanda Daerah ukuran 8 mm, Tanda Pegawai Berhak (H) dan Tanda
Sah Logam (SL) ukuran 6 mm dibubuhkan pada lemping volume
nominal secara berurutan dari kiri ke kanan;
b. Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm dibubuhkan pada
pengikat lemping volume nominal sehingga lemping volume nominal
tidak dapat dipindahkan tanpa merusak Tanda Tera.
3. Tera ulang
Untuk tera ulang, Tanda Sah Logam (SL) ukuran 6 mm tahun yang
berlaku dibubuhkan pada lemping volume nominal di sebelah kanan
Tanda Sah yang terdahulu.
BAB 6
14
PENUTUP
15
Lampiran 1
Prosedur Pengujian Metode Volumetri
16
Lampiran 2
Prosedur Pengujian Metode Geometri
17
LT : panjang tangki C : tinggi camber (dari permukaan
Wc : lebar center tank datar pada dek ke ujung bawah
Ww : lebar wing tank permukaan melengkung dek pada
D : tinggi tangki (dari dasar ke sisi kapal)
permukaan dek pada sisi kapal) S : lebar permukaan datar pada
B : lebar lambung kapal dasar lambung kapal
H : tinggi deadrise (dari dasar tangki A : lebar permukaan datar pada dek
ke puncak permukaan melengkung kapal
bagian dasar pada sisi kapal) Rg : gunwale radius
Rb : bilge radius
18
14) Untuk tangki-tangki yang berada pada bagian kedua ujung kapal (end
wing tank) yang memiliki banyak variasi bentuk, pengukuran lebar
bila memungkinkan dilakukan pada masing-masing frame melintang
serta pada masing-masing ketinggian frame membujur dari dasar
sampai ke dek.
19
f) Rata-rata panjang tangki (L) dihitung dengan persamaan:
𝐿=
2 𝑛
𝑤𝑓 + 𝑤𝑎 − (𝑐1 + 𝑐𝑛 + 𝑑1 + ∑𝑛 (𝑐𝑖 + 𝑑 𝑖)
𝑑 𝑛) 𝑖=1
+
𝑤=
2 𝑛
20
i) Apabila lebar tangki lebih kecil di salah satu sisi (bentuk
trapezoid), pengukuran lebar tangki dilakukan dengan cara yang
serupa dengan huruf g) seperti pada Gambar 4.
𝑑′𝑖 = 𝑑𝑖 × sec 𝜃
dimana adalah sudut di antara dinding samping dan bidang di
sebelah kanan ke arah dinding depan dan belakang, seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.
22
l) Pengukuran tinggi tangki pada posisi-posisi di antara dinding
depan dan belakang dilakukan dengan cara menggambar garis
melintang dan membujur pada pelat dasar dan atap tangki
sehingga membentuk grid pada masing-masing pelat.
m) Ukur tinggi tangki antara pelat dasar dan pelat atap pada masing-
masing titik yang bersesuaian.
n) Pengukuran tinggi parsial tangki dilakukan dengan membagi
tangki menjadi 3 (tiga) bagian: camber bawah, dinding samping
dan camber atas, seperti ditunjukkan pada Gambar 6.
ℎ𝑢 = ℎ𝑡 − ℎ𝑚 − ℎ𝑙
r) Untuk pengukuran dasar tangki terlebih dahulu ditentukan suatu
bidang referensi yang sejajar dan dengan jarak tertentu dari pelat
dasar tangki, serta garis-garis yang membagi seksi pada dinding-
dinding tangki yang berhadapan seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 7 dan Gambar 8.
s) Ukur offset referensi antara pelat dasar dan bidang referensi
sepanjang garis vertikal pada dinding depan dan belakang; rata-
rata dari pengukuran ini dilambangkan dengan RB.
23
Gambar 7. Proyeksi miring dasar tangki
dimana: 𝐶 = 𝐷 × (𝛼𝑠 − 𝛼 𝑡) × (𝑇 − 𝑡)
C adalah total koreksi terhadap temperatur dari nilai panjang
hasil pengukuran
D adalah nilai panjang terukur
s adalah koefisien muai panjang dari ban ukur atau standar
yang digunakan untuk pengujian
t adalah koefisien muai panjang dari bahan dinding tangki
24
T adalah temperatur kalibrasi dari ban ukur atau standar yang
digunakan untuk pengujian
t adalah temperatur pada saat pengujian tangki.
𝐶0 = �(𝐶1)2 + (2𝜋ℎ)2
(10) Catat penunjukan tinggi h pada cerapan.
25
(4) Ban ukur dan/atau meteran standar diberi beban tarikan
sesuai dengan bahan dan panjang pengukurannya, kemudian
dibaca penunjukannya.
(5) Ban ukur dan atau meteran standar diulur, kemudian ditarik.
(6) Lakukan pengkuran sebagaimana angka (3) sampai dengan (5),
sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran.
(7) Catat penunjukan lingkaran vertikal pada cerapan.
(8) Hitung rata-rata 3 (tiga) pengukuran yang merupakan keliling
vertikal tangki ukur bentuk bola.
(9) Apabila lingkaran yang diukur tidak tepat pada meridian, ukur
jarak antara meridian dan lingkaran pengukuran yang telah
diukur (m1), maka pengukuran tersebut perlu dikoreksi,
misalkan hasil pengukuran keliling vertikal tangki (C2), maka
keliling tangki yang melalui sumbu vertikal tangki (C0') adalah:
𝐷 = �𝐷𝑚2 + 4𝑀2
D = adalah tinggi tangki yang menjadi dasar perhitungan
volume tangki.
(2) Apabila Tangki Ukur dilengkapi dengan alat ukur ketinggian
permukaan cairan (level gauge), lakukan penyetelan titik nol
pada bagian bawah tangki dan lakukan penyetelan titik tinggi
maksimum.
26
2) Metode triangulasi
Pada pengukuran dimensi menggunakan metode triangulasi alat
yang digunakan adalah EODR jenis Total Station.
27
c. Tangki Ukur Bentuk Silinder Datar
1) Metode geometri dilakukan dengan syarat tangki ukur memiliki
kemiringan sampai dengan 10% dari kedudukan mendatar.
2) Prosedur Pengujian
Sesuai dengan kondisi tangki terpasang, maka pengukuran dimensi
tangki dapat dilakukan baik dari bagian luar maupun bagian dalam.
a) Pengukuran dari luar :
(1) Pengukuran pada tera dilakukan pada kondisi kosong.
(2) Pengukuran pada tera ulang dilakukan pada saat tangki dalam
keadaan kosong dan/atau berisi cairan.
(3) Apabila tangki dalam keadaan berisi cairan maka catat tinggi,
suhu dan massa jenis cairan.
(4) Pengukuran keliling tangki:
(a) Ukur keliling tangki dengan melingkarkan pita ukur dalam
posisi lurus pada posisi 20%, 50% dan 80% dari panjang
masing-masing cincin seperti ditunjukkan pada Gambar 10;
(b) Pita ukur diberi tarikan sesuai dengan spesifikasinya (misal:
5 kg), kemudian baca penunjukan pita ukur;
(c) Pita ukur diulur dan amati apakah masih dalam keadaan
lurus;
(d) Lakukan pengukuran sebagaimana huruf (b) dan (c)
sebanyak 3 (tiga) kali pada satu titik dalam 1 (satu) cincin;
(e) Catat hasil pengukuran ke dalam satuan millimeter (mm)
dan perbedaan antara 2 (dua) pengukuran berurutan
tersebut harus berada dalam rentang ± 0,03% atau 3 mm
(dipilih yang terbesar);
28
(h) Lakukan sebagaimana huruf (b) sampai dengan (g) pada
titik yang lain dalam satu cincin;
(i) Rata-rata dari pengukuran keliling pada posisi 20%, 50%
dan 80% dari panjang cincin merupakan keliling dari cincin
tersebut;
(j) Lakukan sebagaimana huruf (b) sampai dengan angka (i)
pada cincin yang lain; dan
(k) Rata-rata dari pengukuran keliling tiap cincin merupakan
keliling silinder.
29
(b) Beri tanda pada masing-masing bagian sebagaimana pada
huruf (a);
(c) Lakukan pengukuran panjang sambungan lurus pada
bagian atas sebanyak 3 (tiga) kali;
(d) Hitung rata-rata dari ketiga pengukuran sebagaimana huruf
(c) dinyatakan sebagai panjang sambungan lurus bagian
atas;
(e) Lakukan pengukuran pada bagian 50% dan bagian bawah
sebagaimana huruf (c) dan (d);
(f) Rata-rata panjang pada bagian atas, 50% dan bagian bawah
dinyatakan sebagai panjang sambungan lurus; dan
(g) Lakukan pengukuran sebagaimana huruf (a) sampai dengan
(f) pada bagian sambungan lurus yang lain.
(9) Pengukuran bagian tutup tangki:
(a) Lakukan pengukuran panjang bagian tutup dengan
menggunakan pengukur kedalaman apabila pengukuran
dapat dilakukan atau diambil dari gambar konstruksi tangki.
Lakukan pengukuran sebanyak 3 (tiga) kali; dan
(b) Hasil rata-rata pengukuran sebagaimana huruf (a)
dinyatakan sebagai panjang bagian tutup.
b) Pengukuran dari dalam:
30
(f) Rata-rata dari ketiga pengukuran sebagaimana huruf (c)
dinyatakan sebagai panjang bagian atas cincin 1 (satu);
(g) Lakukan pengukuran pada bagian lain sebagaimana huruf
(c) sampai dengan (f);
(h) Rata-rata panjang pada ketiga bagian dari cincin 1 (satu)
dinyatakan sebagai panjang cincin tersebut;
(i) Lakukan sebagaimana huruf (a) sampai dengan (h) untuk
cincin-cincin yang lain; dan
(j) Panjang total cincin dinyatakan sebagai panjang cincin
tangki.
(3) Pengukuran panjang sambungan lurus:
(a) Bagi sambungan lurus menjadi 3 (tiga) bagian yaitu bagian
atas, 50% dan bagian bawah;
(b) Beri tanda pada masing-masing bagian sebagaimana pada
huruf (a);
(c) Lakukan pengukuran panjang sambungan lurus pada
bagian atas sebanyak 3 (tiga) kali;
(d) Hitung rata-rata dari ketiga pengukuran sebagaimana huruf
(c) dinyatakan sebagai panjang sambungan lurus bagian
atas;
(e) Lakukan pengukuran pada bagian 50% dan bagian bawah
sebagaimana huruf (c) dan (d);
(f) Rata-rata panjang pada bagian atas, 50% dan bagian bawah
dinyatakan sebagai panjang sambungan lurus; dan
(g) Lakukan pengukuran sebagaimana huruf (a) sampai dengan
huruf (f) pada bagian sambungan lurus yang lain.
(4) Pengukuran panjang silinder tangki:
(a) Bagi bagian silinder pada sambungan las pertama menjadi 3
(tiga) bagian yaitu bagian atas, 50% dan bagian bawah;
(b) Beri tanda pada masing-masing bagian sebagaimana pada
huruf (a);
(c) Lakukan pengukuran panjang silinder bagian atas sebanyak
3 (tiga) kali;
(d) Catat hasil pengukuran ke dalam satuan mm tedekat, dan
dinyatakan memenuhi syarat apabila perbedaan antara 2
(dua) pengukuran berurutan berada dalam rentang ± 0,03%
dari panjang silinder atau 3 mm (diambil nilai terbesar);
(e) Hitung rata-rata dari ketiga pengukuran sebagaimana pada
huruf (c);
(f) Lakukan pengukuran pada bagian 50% dan bagian bawah
sebagaimana huruf (c) sampai dengan huruf (e); dan
(g) Rata-rata pengukuran dari bagian atas, 50% dan bagian
bawah dinyatakan sebagai panjang silinder.
(5) Pengukuran bagian tutup tangki:
(a) Lakukan pengukuran panjang dari bagian tutup dengan
menggunakan pengukur kedalaman apabila dapat
31
dilakukan atau dapat pula diambil dari gambar konstruksi
tangki;
(b) Lakukan pengukuran pada huruf (a) sebanyak 3 (tiga) kali;
dan
(c) Rata-rata dari hasil pengukuran tersebut dinyatakan
sebagai jari-jari bagian tutup.
(6) Pengukuran panjang tangki
Lakukan pengukuran antar pusat bagian tutup sebagai
panjang total tangki sebanyak 2 (dua) kali dan toleransi
perbedaan antara 2 (dua) hasil pengukuran yang berurutan
harus berada dalam ±0,03 % dari panjang tangki atau 3 mm
(diambil nilai terbesar).
c) Pengukuran lain-lain
Lakukan pengukuran untuk mendapatkan data selain yang ada
pada huruf a) dan b). Data-datanya adalah sebagai berikut:
(1) Kemiringan tangki.
Lakukan pengukuran kemiringan pada tangki yang sudah
dipasang tetap.
32
(1) Buat 3 garis yang tegak lurus garis keliling dengan jarak
kurang lebih 2 cm dengan garis berikutnya. Ketiga garis ini
merupakan garis awal atau menempatan garis skala nol dari
ban ukur;
(2) Jika pengukuran dilaksanakan dengan cara bersambung
dengan panjang 10 m, maka pada pengukuran 10 m pertama
garis skala nol ban ukur diletakkan tepat dengan garis pertama
kemudian tepat pada garis skala 10 m dibuat garis tegak lurus
pada dinding tangki;
(3) Setelah itu ban ukur digeser pelan-pelan untuk pengukuran
kedua, caranya seperti pengukuran pertama. Demikian juga
untuk pengukuran yang ketiga. Ketiga garis pada dinding
tangki yang dibuat tepat pada skala 10m, merupakan garis
awal untuk pengukuran 10 m yang kedua;
(4) Demikian dilaksanakan seterusnya sehingga satu kali keliling
tangki pada pengukuran keliling didapat 3 kali pengukuran;
(5) Dari 3 garis awal pengukuran 10 m pertama dengan 3 garis
akhir pengukuran 10 m terakhir dilakukan pengukuran yang
jaraknya dibaca langsung pada ban ukur bila jarak tersebut
kurang dari 10 m;
(6) Keliling tangki yang terukur disebut keliling utama,
diameternya disebut diameter utama dan jari-jarinya disebut
jari-jari utama;
(7) Keliling utama dihitung dari rata-rata ketiga hasil pengukuran
tersebut. Untuk keseksamaan pengukuran disyaratkan selisih
dari ketiga hasil pengukuran tersebut tidak boleh lebih dari 3
mm tiap pengukuran keliling 100 m;
(8) Jika tangki ukur yang diuji ditentukan untuk suhu operasi t oC
maka diameter utama yang diperoleh harus dikoreksi dengan
faktor;
F = 1 + λ (t - 28)
dimana λ adalah koefisien muai panjang bahan tangki ukur);
dan
(9) Apabila dalam pelaksanaan pengukuran keliling tidak dapat
dipilih tempat bebas rintangan, maka dalam perhitungan
diameter harus dikoreksi terhadap besarnya rintangan,
termasuk rintangan berupa sambungan pelat yang dilas.
2) Pengukuran ∆R
a) ∆R adalah selisih jari-jari setiap lingkaran penampang tangki ukur
dengan jari-jari utama. Pengukuran R dilaksanakan sebagai
berikut:
(1) Tentukan titik-titik ukur sekeliling tangki yang disebut seksi.
Jarak seksi sekeliling tangki ukur harus sama. Jumlah seksi
harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(a) minimum 12 seksi;
(b) jarak satu seksi dengan seksi lain yang berdekatan tidak
lebih dari 4 m;
33
(c) jumlah seksi harus genap; dan
(d) seksi-seksi yang berseberangan jika dihubungkan satu
sama lain harus merupakan diameter.
(2) Diameter-diameter ini akan berpotongan pada satu titik pusat
lingkaran. Pengukuran R dimaksudkan untuk mencari
diameter rata-rata tiap cincin.
c) Pengukuran ∆R
(1) Pengukuran AR dapat dimulai dari sembarang seksi;
(2) Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan Roda Ukur
secara langsung, atau dengan Total Station dan Theodolit
melalui metode triangulasi;
(3) Pada masing-masing seksi pada tiap cincin dilakukan
pengukuran pada 3 (tiga) posisi, yaitu posisi ¼, ½ dan ¾ tinggi
cincin;
(4) Pada masing-masing posisi tersebut diukur selisih jari-jarinya
dengan jari-jari utama; selisih jari-jari pada masing-masing
seksi pada posisi ketinggian yang sama ini kemudian dirata-
ratakan sehingga diperoleh rata-rata selisih jari-jari pada posisi
tersebut;
(5) Rata-rata selisih jari-jari pada masing-masing posisi ketinggian
dalam satu cincin kemudian dirata-ratakan lagi untuk
memperoleh rata-rata selisih jari-jari tiap cincin terhadap jari-
jari keliling utama; dan
(6) Nilai Rata-rata ini kemudian dipergunakan untuk menentukan
diameter dalam pada masing-masing cincin.
3) Pengukuran tinggi
a) untuk mengukur tinggi tangki ukur dipergunakan ban ukur
kedalaman (depth tape) yang sudah diketahui kesalahannya
dengan dibantu alat-alat ukur lainnya;
34
b) mula-mula diukur tinggi cairan dalam tangki yang dipakai untuk
hitungan koreksi deformasi. Dilanjutkan dengan pengukunan
tinggi lubang ukur terhadap meja ukur. Kemudian dilanjutkan
dengan pengukuran tinggi tangki terhadap dasar tangki di luar
dinding. Pada pengukuran ini harus diambil empat titik ukur, titik
ukur satu dengan titik ukur berikutnya membuat sudut 90o. Titik
ukur pertama diambil dekat dengan lubang ukur. Cara
pengukuran dengan bantuan seorang petugas, ujung pemberat
depth tape harus ditempatkan menyentuh dasar tangki di luar
dinding. Yang dimaksud tinggi tangki adalah jarak dasar tangki di
luar dinding sampai bibir tangki sisi atas;
35
(2) yang tidak ada meja ukurnya: setinggi sisi paling bawah lubang
pipa pengeluaran.
Lampiran 3
36
Perhitungan dan Pembuatan Volume Tangki Ukur
×
Pengurangan akibat tersebar secara incremental dan linier
dari dasar ke atas sepanjang luasnya deadrise.
d) Jika diasumsikan terdapat camber di bawah dek kapal dengan
ketinggian C, diukur dari bagian datar di tengah dek, ditarik garis
horizontal tegak lurus ke pagar kapal, penambahan volume
camber dinyatakan dalam m3 dengan rumus :
37
𝑊
� 𝐶 − 𝐴�
2
2𝐵
� − 𝐴� �
𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = (𝐿𝑇 × 2𝐴 × 𝐶) + �𝐿𝑇 × 𝐶 ×
2
Penambahan ini tersebar secara incremental dan linier dari dasar
ke atas sepanjang luasnya camber.
38
e) Apabila terdapat camber dengan bentuk parabolik, maka
lengkungan dari camber dapat digambarkan secara grafis, dan
area melintang di bawah lengkungan camber dapat diukur
menggunakan planimeter atau dengan integrasi numerik. Volume
tambahan untuk camber dapat diperoleh dengan mengalikan rata-
rata dari area ini dengan panjang tangki.
39
c) Untuk end wing tank, terutama untuk bagian bawah dimana
bentuknya cukup ekstrim sebaiknya digunakan prosedur
pengujian dengan volumetri.
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 = 𝐿𝑇 × 𝑊𝑐 × (𝐷 − 𝑑)
dimana d adalah kedalaman dari double bottom (jarak dari
permukaan atas pelat kerangka dasar pada garis tengah ke
permukaan bawah pelat inner bottom) seperti yang ditunjukkan
Gambar 12.
b) Volume ini harus ditambah dengan volume camber pada dek,
sesuai dengan persamaan pada angka 1) huruf d).
c) Volume dasar untuk wing tank amidship dapat diperoleh dengan
men-substitusikan (D – d) ke D pada persamaan volume dasar
untuk wing tank amidship tanpa inner bottom, sehingga menjadi :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟 = 𝐿𝑇 × 𝑊𝑤 × (𝐷 − 𝑑)
d) Volume ini harus ditambah dengan volume camber pada dek,
sesuai dengan persamaan pada poin 2.b.1).b).(4). dan harus
dikurangi dengan volume gunwale radius sesuai dengan
persamaan pada angka 2) huruf d).
e) Pada tangki ini tidak ada pengurangan volume karena deadrise
atau bilge radius.
f) Apabila inner bottom tersembunyi dan membentuk suatu sumur di
jalan hisap kargo, maka volume dari sumur tersebut harus
40
ditambahkan ke volume tangki di atas inner bottom dan
dikurangkan dari volume tangki bawah.
6) Perhitungan deadwood
a) Apabila pengujian dilakukan dengan metode volumetri, tidak
diperlukan perhitungan untuk deadwood. Apabila pengujian
dilakukan melalui pengukuran linier atau dari gambar kapal,
maka volume yang dihasilkan seperti yang dijelaskan pada angka
1) huruf a) sampai e) harus dikurangi dengan deadwood.
41
(2) Zone II dari puncak Zone I sampai ke dan termasuk
permukaan atas pelat frame melintang dasar. Jika terdapat
inner bottom, Zone II terbentang dari puncak pelat inner bottom
sampai ke puncak kerangka horizontal yang pertama atau
sekat penguat di atas inner bottom.
(3) Zone III dari puncak Zone II sampai ke permukaan bawah
frame web melintang dari dek.
(4) Zone IV dari puncak Zone II sampai ke permukaan bawah
pelat dek.
c) Volume deadwood pada masing-masing zone ini dihitung dan
didistribusikan sepanjang kedalaman zone tersebut untuk setiap
kenaikan 1 cm, kemudian dikurangkan ke kenaikan volume yang
terbentuk dalam zone tersebut untuk memperoleh volume internal
aktual dari cairan pada ketinggian innage atau ullage tertentu.
𝑈𝑇 = �𝑈𝑀 𝐿 𝐿 2
Persamaan ini digunakan untuk trim saat titik pengukuran
berada ke arah buritan dari setengah panjang tangki.
d) Untuk kondisi sebaliknya, maka digunakan persamaan :
�(𝐿2 + 𝑇 2) �− 𝑇 �𝐿𝑇 − 𝐾�
𝑈𝑇 = �
𝑈𝑀 𝐿 𝐿 2
e) Ketinggian ullage teramati (UM) juga harus dikoreksi terhadap list,
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 15. Koreksi list dapat
dihitung dengan persamaan : 𝑈𝑀
𝑈 = ± 𝑍 tan 𝜃
𝑇
cos 𝜃
Tanda pada bagian kanan persamaan ini positif jika list menuju ke
arah dimana titik ullage berada, dan negatif jika menjauhi titik
ullage.
f) Untuk kombinasi koreksi trim dan list dapat digunakan
persamaan :
�(𝐿2 + 𝑇 2) + 𝑍 tan 𝜃 �
(𝐿2 + 𝑇 2) ± 𝑇 �𝐿𝑇 − 𝐾�
𝑈𝑇 = 𝑈𝑀
𝐿 cos 𝜃 𝐿 𝐿 2
42
Gambar 14. Koreksi Trim
43
b. Perhitungan volume Tangki Ukur Bentuk Bola
1) Tangki Ukur bentuk bola sempurna
P′C = �R2 − z2
b) Luas permukaan cairan yang berupa lingkaran adalah:
𝐴 = 𝜋(𝑅2 − 𝑧2)
c) Volume cairan yang berada dalam tembereng bola yang
permukaannya berjarak Z dari
2 pusat bola adalah
1 :
V = 3 R3 − π(R2z + z 3)
3
d) Volume tangki per ketinggian
Ketinggian permukaan cairan dari dasar tangki M dan M pD
sehingga
z½DM,
z½Dp.D
zD(½p) dan
R½D
1
V = 6 πD3(3p2 − 2p3)
e) Apabila Volume tembereng bola sama dengan K kali volume bola
(dimana K < 1) maka :
1 6
𝑉 = 𝐾. 𝜋𝐷3 atau 𝐾 = .𝑉
6 𝜋𝐷 3
6 1
𝐾= . 𝜋 𝐷3(3𝑝2 − 2𝑝3)
𝜋𝐷3 6
𝐾 = 3𝑝2 − 2𝑝3
Apabila besarnya p = M/D ditentukan, misalnya untuk setiap
ketinggian tertentu, maka harga K akan diketahui, harga K
diketahui maka harga V akan diperoleh dengan mengalikan pada
volume bola keseluruhan. Harga K untuk setiap harga p dapat
diperoleh dari Tabel API Standard 2551 appendix II.
44
2) Tangki Ukur bentuk bola ellips
Apabila terdapat bentuk tangki yang tidak benar – benar bundar,
dapat dianggap sebagai bentuk bola yang tidak sempurna dan dapat
dikatakan mendekati bentuk ellips.
+ + 2 =1
𝑎2 𝑏2 sumbu
Dengan a, b dan c sebagai setengah 𝑐 ellips. Dari Gambar 17,
cairan yang akan dicari volumenya adalah cairan setinggi M dari
dasar tangki. Permukaan cairan berbentuk ellips yangs ejajar
dengan bidang datar yang melalui pusat tangki P. Dari persamaan
ellips diatas, maka harga x adalah:
2
𝑦2 𝑧 𝑎2 𝑏2
𝑥 2 = �1 − 𝑏2 − �𝑎2 𝑏2 �
𝑏2 − 𝑦 2 − 𝑐 2 𝑧 2 �
𝑐2 2
=
𝑏
b) Untuk nilai x = 0 maka 𝑏2 − 𝑦 2 − 𝑧2 = 0 atau:
𝑐2
𝑏2 2 𝑏2
𝑦1 = +�𝑏2 − 𝑧 dan 𝑦2 = −�𝑏2 − 𝑧2
𝑐2
𝑐2
c) Luas permukaan cairan adalah:𝑎𝑏
2 2
𝐿 = 𝜋 (𝑐 − 𝑧 )
𝑐2
d) Volume cairan setinggi M = z adalah: 𝑎𝑏 1
2 2
𝑧−
𝑧 �
3
𝑉𝑀 = 𝜋𝑎𝑏𝑐 − 𝜋 𝑐 2 �𝑐
3 3
e) Volume tangki bola akan penuh apabila dicapai nilai z = -C atau
V = 4/3 abc
f) Apabila panjang keliling dalam dari equator = C1, keliling dalam
dari 2 buah meridian yang saling tegak lurus masing – masing =
C2 dan C3 maka volume tangki bola seluruhnya :
𝐶1 × 𝐶2 × 𝐶3
𝑉= 6𝜋2 𝑉
g) Apabila V = 4/3 abc dijadikan 4
𝜋𝑎𝑏𝑐
3 = 1 dan apabila nilai
45
tersebut dimasukkan ke persamaan VM akan diperoleh :
𝑉 1 3 1
𝑀= � �𝑐 2 𝑧− �
�𝑉
− 𝑧
3
2 4𝑐3 3
46
h) Dengan mengganti nilai berikut :
1) C= ½ D, yaitu setengah panjang sumbu tangki yang
sebenarnya, diukur di bagian dalam;
2) Z= ½ D – M, dimana M adalah tinggi cairan yang diukur tepat
pada sumbu tangki, dan M =pD maka
z=½ D – pD
a. b. c. d.
Gambar 19. Bagian tutup tangki datar dengan notasinya
47
Gambar 20. Posisi pengukuran panjang cincin
Keterangan :
x1 = nilai keliling rata-rata pada posisi 20% dari
sambungan/las
x2 = nilai keliling rata-rata pada posisi 50% dari
sambungan/las
x3 = nilai keliling rata-rata pada posisi 80% dari
sambungan/las
K1 = nilai keliling rata- rata pada cincin ke-1
K2 = nilai keliling rata- rata pada cincin ke-2
Kn = nilai keliling rata- rata pada cincin ke-n
y1 = nilai panjang rata-rata cincin pada bagian atas
y2 = nilai panjang rata-rata cincin pada posisi 50%
dari cincin
y3 = nilai panjang rata-rata cincin pada bagian
bawah dari cincin
p1 = nilai panjang rata-rata cincin ke-1
p2 = nilai panjang rata-rata cincin ke-2
pn = nilai panjang rata-rata cincin ke-n
y = panjang seluruh cincin
K = keliling tangki
48
zsl1, zsl2 = keliling masing-masing sambungan lurus
zsl = keliling sambungan lurus
D = diameter dalam silinder
Ds = diameter sambungan lurus
t1 = tebal pelat dinding silinder tangki
t2 = tebal pelat sambungan dan tembereng tangki
t3 = tebal pelat sambungan lurus
psl1,psl2 = panjang masing-masing sambungan lurus
s 1, s 2 = panjang masing-masing lengkung sambungan
h1 ,h2 = panjang tembereng
r 1 = BF = jari-jari tembereng
r 2 = BE = jari-jari ruas lengkung sambungan
p = panjang tangki
ps = panjang silinder
Vs = volume silinder
Vr = volume lengkung sambungan
Vt = volume tembereng
VT = volume bagian tutup
4) Perhitungan :
a) Keliling tangki (K):
1) Pengukuran keliling pada cincin ke-1 :
Rata-rata keliling yaitu:
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3
𝐾1 =
3
2) Pengukuran keliling
Rata-rata keliling pada cincin ke-n :
yaitu:
𝑥1 + 𝑥2 + 𝑥3
𝐾𝑛 =
3
3) Keliling tangki :
𝐾 = 𝐾1 + ⋯ … … + 𝐾𝑛
𝑛
Dengan n adalah jumlah cincin pada tangki
b) Perhitungan panjang seluruh cincin (y)
1) Pengukuran panjang cincin pada cincin ke-1 :
Rata-rata panjang yaitu :
𝑦1 + 𝑦2 + 𝑦3
𝑝1 =
3
2) Pengukuran panjang
Rata-rata panjang cincin
yaitu : pada cincin ke-n :
𝑦1 + 𝑦2 + 𝑦3
𝑝𝑛 =
3
49
3) Panjang total cincin :
𝑦 = 𝑝1 + 𝑝2 + ⋯ . +𝑝𝑛
dengan n adalah jumlah cincin pada tangki
c) Perhitungan diameter dalam (D)
𝐾𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔
𝐷= − 2𝑡1
𝜋
d) Perhitungan diameter dalam sambungan lurus (Ds)
1) Rata-rata keliling dari 3 (tiga) kali pengukuran keliling
sambungan lurus (zsl1):
𝑧𝑠𝑙11 + 𝑧𝑠𝑙12 + 𝑧𝑠𝑙13
𝑧𝑠𝑙1 =
3
2) Keliling sambungan lurus (zsl):
𝑧𝑠𝑙1 + 𝑧𝑠𝑙2
𝑧𝑠𝑙 =
2
3) Diameter sambungan lurus (Ds):
𝑧𝑠𝑙 − 2𝑡
3
𝐷𝑠 = 𝜋
e) Perhitungan panjang silinder tangki (ps)
ps = y+psl1+psl2
f) Volume silinder:
1 2 1 2
𝑥𝑦 + 𝑝𝑠𝑙2
𝜋𝐷) 𝑠4𝑥(𝑝𝑠𝑙1 +
𝑉𝑠 =
4
𝜋𝐷 lengkung sambungan:
g) Volume
𝐸𝐹 = 𝐵𝐹 − 𝐵𝐸
1
𝐶𝐺 = 𝐷𝑠
2
𝐺𝐸 = 𝐶𝐺 − 𝐶𝐸
𝐺𝐹 = �𝐸𝐹2 − 𝐸𝐺2
𝐺𝐹𝑥𝐵𝐹
𝐸𝐹
𝐻𝐹 =
𝐸𝐺𝑥𝐻𝐹
𝐵𝐻 = 𝐺𝐹
𝐴𝐻 = 𝐴𝐹 − 𝐹𝐻
𝑉𝑟 = 1
𝜋� (𝐸𝐺2𝑥 𝐻𝐺) + (𝐵𝐸2𝑥 𝐻𝐺) − �𝐻𝐺3�+ �
𝐻𝐺 𝑥 𝐸𝐺√𝐵𝐸2 − 𝐻𝐺2 �+
𝐻𝐺 3
�𝐵𝐸2𝑥 𝐸𝐺 𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 �
�
𝐵𝐸
𝐻𝐺
𝑎𝑟𝑐 𝑠𝑖𝑛 � �dalam radian
𝐵𝐸
h) Volume tutup (untuk satu tutup)
1) Bentuk1 tembereng2 bola (seperti ditunjukkan pada Gambar 19a):
𝜋𝑥𝐴𝐻(3𝐵𝐻
𝑉𝑡 = 6 + 𝐴𝐻2)
2) Bentuk cembung setengah bola (seperti ditunjukkan pada
Gambar 19b dan 19c) :
𝜋𝐷3
50
𝑉𝑡 =
12
51
3) Bentuk cembung setengah elips (seperti ditunjukkan pada
Gambar 19b dan 19c) :
𝜋𝐷2𝐻
𝑉𝑡 =
6
4) Bentuk
1 tembereng bola (seperti ditunjukkan pada Gambar 19d):
𝑥𝜋𝐻(3𝐷2
𝑉𝑡 = 48 + 4𝐻2)
i) Volume bagian tutup:
𝑉𝑇 = 𝑉𝑟 + 𝑉𝑡
Volume silinder dan volume bagian tutup silinder menjadi dasar
perhitungan dalam pembuatan Tabel Volume Tangki.
j) Pengaruh Kemiringan
Untuk lubang ukur yang posisinya berada tepat di pusat tangki,
koreksi untuk kemiringan dapat diabaikan. Namun umumnya
posisi lubang ukur tidak berada tepat di pusat tangki, dengan
demikian perlu dilakukan koreksi akibat kemiringan.
52
7) halaman berikutnya merupakan tabel volume utama dari masing-
masing tangki dengan penambahan volume untuk tiap kenaikan
ketinggian 1 cm.
53
Lampiran 4
Contoh Cerapan Perhitungan Volume Tangki Ukur
1. Contoh Cerapan Data Tangki Ukur
DATA KAPAL
Nama Kapal : Bendera :
Dibuat Oleh : Tahun :
Pemilik :
Alamat :
Pemakai :
Ukuran Kapal : - LOA : m
- Breadt h : m
- Dept h : m
Kapasitas Nominal :
Tonase Bruto :
DATA PENGUJIAN
Petugas : 1.
2.
Tempat :
Temperatur (t1) :
Posisi Lubang Ukur : mm (dari dinding belakang tangki)
mm (dari garis tengah kapal)
Tinggi Lubang Ukur : mm (dari meja ukur)
mm (dari dek kapal)
Tinggi Meja Ukur : mm
54
2. Contoh Cerapan Tangki Ukur Bentuk Tidak Teratur (Sesuai Lambung
Kapal)
55