You are on page 1of 12

Geologi Daerah Penelitian

BAB III

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.1 Geomorfologi
3.1.1 Kondisi Geomorfologi
Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses
eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah proses yang bersifat
konstruktif antara lain berupa pengangkatan, perlipatan, pematahan dan
sebagainya. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat destruktif antara
lain erosi, pelapukan, dan sebagainya. Dari analisis geomorfologi maka dapat
diketahui bagaimana proses-proses geologi yang terjadi sehingga membentuk
bentang alam pada saat ini.

Metode yang digunakan dalam melakukan analisis ini adalah dengan


analisis peta topografi, sehingga didapatkan data kelurusan bukit, kelurusan
lembah sungai, pola sugai, bentukan lembah sungai dan tingkat erosi yang terjadi.

Data tersebut diolah dan dianalisis untuk menentukan satuan


geomorfologinya berdasarkan klasifikasi Bentuk Muka Bumi (2006) serta analisis
proses-proses geologi yang menyebabkannya. Hasilnya berupa peta geomorfologi
dan peta pola aliran sungai daerah penelitian.

Morfologi daerah penelitian terdiri dari perbukitan, lembah dan dataran


dengan ketinggian rata-rata berkisar antara 150 m – 650 m di atas permukaan laut.
Elevasi tertinggi berada pada + 650 mdpl pada Gunung Seureuh yang terletak di
selatan daerah penelitian. Elevasi terendah berada pada + 150 mdpl di daerah
Kebonjagung yang terletak di timur daerah penelitian.

Kegiatan manusia yang dominan di daerah penelitian adalah perkebunan.


Perkebunan dilakukan di daerah dataran dan di lereng-lereng landai perbukitan.
Pemukiman penduduk terpusat pada beberapa daerah.

14
Geologi Daerah Penelitian

Bentang alam daerah penelitian terdiri dari punggungan dan lembah-


lembah dengan perbedaan elevasi yang relatif tajam. Punggungan dan lembah
menunjukkan perbedaan tingkat resistensi batuan terhadap proses erosi.

b c

Gambar 3.1 a. Kelurusan bukit dan lembah pada daerah penelitian, b.Diagram
Bunga (roset) yang menggambarkan pola kelurusan bukit pada daerah penelitian, c.
Diagram Bunga (roset) komposit yang menggambarkan pola kelurusan lembah pada daerah
penelitian

15
Geologi Daerah Penelitian

Punggungan dan perbukitan dipengaruhi oleh endapan material vulkanik


yang relatif lebih resisten terhadap proses denudasi disertai dengan struktur
geologi yang kompleks. Berbeda dengan dataran dan lembah yang relatif kurang
resisten terhadap pelapukan yang dibentuk oleh perlapisan batuan batupasir –
batulempung.

Dari analisis kelurusan yang dilakukan pada peta topografi, didapatkan


arah umum dominan pada perbukitan daerah penelitian relatif barat - timur yang
diinterpretasi sebagai arah umum perlapisan batuan, sedangkan arah relatif barat
laut – tenggara diinterpretasikan sebagai gejala struktur geologi pada daerah
penelitian (Gambar 3.1). Selain itu terdapat kelurusan lembah yang berarah barat
laut - tenggara yang diinterpretasikan sebagai struktur geologi pada daerah
penelitian, dan juga arah relatif barat – timur yang diinterpretasikan sebagai arah
umum perlapisan batuan.

Gambar 3.2 Pola dan tipe genetik sungai daerah penelitian

Sungai pada daerah penelitian menunjukkan pola aliran radial dan juga
trellis (Gambar 3.2). Pola radial merupakan pola sungai yang menunjukkan
adanya suatu puncak bukit atau tinggian sebagai sumber atau hulu sungai. Hulu
sungai akan mengitari tinggian dan mengalir menjauhi pusat tinggian. Pola ini

16
Geologi Daerah Penelitian

berada di sebelah tenggara daerah penelitian di sekitar Gunung Seureuh dan


terdapat pada litologi batuan beku andesit. Pola trellis yang terletak di tengah
sampai selatan daerah penelitian merupakan pola aliran sungai yang dicirikan
oleh sungai yang mengalir lurus di sepanjang lembah dengan cabang-cabangnya
berasal dari lereng yang curam dari kedua sisinya. Pola trellis ini merupakan
pola aliran yang sangat dipengaruhi oleh lipatan berupa sinklin atau antiklin.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa aliran sungai pada
daerah penelitian lebih dikontrol bentuk topografi dan juga faktor lithologi.

Sebagaimana diketahui bahwa klasifikasi genesa sungai ditentukan oleh


hubungan struktur perlapisan batuannya. Genetika sungai di daerah penelitian
dapat dibagi sebagai berikut:

1. Sungai Obsekuen
Merupakan sungai yang mengalir berlawanan arah dengan kemiringan
lapisan batuan, yaitu Sungai Cigedogan.
2. Sungai Subsekuen
Merupakan sungai yang mengalir searah dengan jurus lapisan batuan,
yaitu Sungai Cidadap.
3. Sungai Konsekuen
Merupakan sungai yang mengalir searah lereng topografi aslinya atau
biasa diasosiasikan dengan kemiringan lapisan batuan, yaitu anak
Sungai Cidadap bagian utara.

3.1.2 Satuan Geomorfologi

Dari kondisi struktur geologi, kemiringan lapisan, serta jenis batuan


penyusun dilakukan klasifikasi geomorfologi mengacu pada Klasifikasi Bentuk
Muka Bumi (Brahmantyo dan Bandono, 2006). Klasifikasi ini berdasarkan pada
tipe genetik atau proses dan faktor penyebab bentukan morfologi

17
Geologi Daerah Penelitian

Gambar 3.3 Satuan Geomorfologi regional daerah penelitian

18
Geologi Daerah Penelitian

Daerah penelitian dibagi menjadi lima satuan geomorfologi (Gambar 3.4) yang
terdiri dari Satuan Perbukitan Endapan Vulkanik (coklat), Satuan Bukit Intrusi
(merah) Satuan Lembah Homoklin (kuning), Satuan Kubah Lava (merah muda)
dan Satuan Dataran Aluvial (abu - abu).

Gambar 3.4 Satuan Geomorfologi daerah penelitian

3.1.2.1 Satuan Perbukitan Endapan Vulkanik


Satuan ini ditandai dengan warna coklat pada Peta Geomorfologi,
menempati sekitar +25% dari luas keseluruhan daerah penelitian. Satuan ini
terdapat di bagian barat laut dan juga barat daya daerah penelitian. Memiliki
ketinggian berkisar antara 300 meter hingga 450 meter di atas permukaan laut.
Pada satuan ini ada batuan yang tererosi, sehingga batuan yang berumur lebih tua
tersingkap.Hal ini disebabkan sungai pada satuan ini merupakan sungai tahapan
muda.

Satuan ini berupa morfologi perbukitan dan punggungan terjal – sangat


terjal dengan perbedaan elevasi yang relatif tajam dibanding daerah sekitarnya
(Foto 3.1). Terdapat litologi yang keras, hal tersebut dibuktikan dengan

19
Geologi Daerah Penelitian

pengamatan di lapangan, dimana didapatkan batuan penyusun satuan ini adalah


breksi.

Foto 3.1 Bagian dari Satuan Perbukitan Endapan Vulkanik memperlihatkan morfologi
perbukitan dan gawir terjal (diambil dari kaki Gunung Batu ke arah utara barat)

Sungai yang terdapat pada satuan ini memiliki lembah berbentuk V yang
menandakan tahapan geomorfik yang muda. Satuan ini berupa perbukitan dan
punggungan yang relatif baratlaut – tenggara dan utara - selatan. Proses eksogen
yang terjadi adalah pelapukan dan erosi. Satuan ini memiliki resistensi yang
tinggi dibanding satuan geomorfologi lainnya. Aktivitas manusia pada daerah ini
adalah perkebunan.

3.1.2.2 Satuan Lembah Homoklin

Satuan ini ditandai dengan warna kuning pada Peta Geomorfologi dan
menempati 58% dari luas daerah penelitian. Ketinggian satuan geomorfologi ini
berkisar antara +300 meter hingga 450 meter di atas permukaan laut.

20
Geologi Daerah Penelitian

Foto 3.2 Bagian dari Satuan Lembah Homoklin memperlihatkan morfologi perbukitan
(diambil dari timur Desa Kebonjagung)

Satuan ini berupa morfologi lembahan dan punggungan yang tidak terlalu
terjal (Foto 3.2). Lithologi pada Satuan ini merupakan batuan sedimen yang
terdeformasi, hal tersebut dibuktikan dengan pengamatan di lapangan. Morfologi
pada Satuan ini lebih dikontrol oleh faktor perlapisan batuan pada daerah tersebut.

Sungai yang terdapat pada satuan ini memiliki lembah berbentuk V yang
menandakan tahapan geomorfik yang muda. Proses eksogen yang terjadi adalah
pelapukan dan erosi. Satuan ini memiliki resistensi yang rendah dibanding satuan
geomorfologi lainnya. Aktivitas manusia pada daerah ini adalah perkebunan dan
pesawahan.

3.1.2.3 Satuan Kubah Lava

Satuan ini ditandai dengan warna merah muda pada Peta Geomorfologi
dan menempati 10% dari luas daerah penelitian. Satuan ini memiliki morfologi
yang berbukit dan terbentuk dari aliran lava andesit yang diinterpretaskan berasal

21
Geologi Daerah Penelitian

dari Gunung Seureuh (Foto 3.3). Ketinggian satuan geomorfologi ini berkisar
antara +450 meter hingga 600 meter di atas permukaan laut.

Foto 3.3 Bagian dari Satuan Kubah Lava memperlihatkan morfologi bukit terjal (diambil
dari Daerah Gedongan Girang)

Satuan ini berupa morfologi bukit terjal. Lithologi pada Satuan ini
merupakan batuan beku andesit, hal tersebut dibuktikan dengan pengamatan di
lapangan.

Sungai yang terdapat pada satuan ini memiliki lembah berbentuk V yang
menandakan tahapan geomorfik yang muda dan membentuk pola aliran radial.
Proses eksogen yang terjadi adalah pelapukan dan erosi. Satuan ini memiliki
resistensi yang tinggi dibanding satuan geomorfologi lainnya.

3.1.2.4 Satuan Bukit Intrusi

Satuan ini ditandai dengan warna merah pada Peta Geomorfologi dan
menempati 10% dari luas daerah penelitian. Satuan ini memiliki morfologi bukit
dan terbentuk dari intrusi basalt. Satuan ini berada pada Gunung Kuta dan

22
Geologi Daerah Penelitian

Gunung Gedogan. Ketinggian satuan geomorfologi ini berkisar antara +350 meter
hingga 550 meter di atas permukaan laut.

Foto 3.3 Bagian dari Satuan Bukit Intrusi memperlihatkan morfologi gawir terjal (diambil
dari Daerah Gedongan Girang)

Satuan ini berupa morfologi bukit dan gawir terjal. Lithologi pada Satuan
ini merupakan batuan beku basalt, hal tersebut dibuktikan dengan pengamatan di
lapangan.

3.1.2.5 Satuan Dataran Aluvial

Satuan ini ditandai dengan warna abu-abu pada Peta Geomorfologi dan
menempati +2% dari daerah penelitian dengan ketingian berkisar antara 150
hingga 200 meter di atas permukaan laut. Satuan ini merupakan akumulasi dari
hasil erosi yang dibawa oleh aliran air sungai dan terbentuk pada sungai yang
relatif besar dan tua. Satuan ini berada pada daerah di hilir aliran Sungai Cidadap
yang mengalir ke arah timur daerah penelitian.

23
Geologi Daerah Penelitian

Foto 3.5 Bagian dari Satuan Dataran Aluvial memperlihatkan morfologi dataran (diambil
dari S. Cidadap ke arah hulu)

Sungai Cidadap memiliki lembah sungai berbentuk U (Foto 3.3). Satuan


ini dibentuk oleh material resen yang belum terkonsolodasi berupa sedimen
alluvial. Tahap erosi satuan ini berada pada tahap dewasa dimana erosi horizontal
lebih dominan dibanding erosi vertikal.

3.2 Stratigrafi

Berdasarkan ciri litologi maka susunan batuan di daerah penelitian dapat


dibagi menjadi beberapa satuan tidak resmi (Gambar 3.6) yang dapat
disebandingkan dengan satuan resmi (formasi) yang telah ada. Urutan satuan
batuan tidak resmi dari tua ke muda adalah :

 Satuan Breksi - Batupasir


 Satuan Batupasir – Batulempung
 Satuan Batulempung
 Satuan Intrusi Basalt

24
Geologi Daerah Penelitian

 Satuan Lava Andesit


 Satuan Breksi Vulkanik
 Satuan Endapan Aluvial

Dengan hubungan antar satuan seperti yang terlihat pada gambar dibawah
ini.

Gambar 3.6 Kolom stratigrafi tidak resmi daerah penelitian (tanpa skala)

Berdasarkan ciri litologi dan struktur sedimen yang terlihat, penulis


menginterpretasikan Satuan Breksi – Batupasir, Satuan Batupasir – Batulempung

25

You might also like