You are on page 1of 9

Anatomi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok berbentuk mirip kupu-kupu yang menempel di bagian depan
batang tenggorok (trachea). Tiroid terdiri dari dua bagian, yang dinamakan lobus(lobe). Lobus
kanan (right lobe) dan lobus kiri (left lobe), yang dihubungkan oleh ismus (isthmus). Kelenjar ini
ikut naik turun pada waktu menelan. Kelenjar tiroid di ikat bersama oleh secarik jaringan tiroid
yang disebut ismus tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depannya. . Lobus kanan biasanya
lebih besar dan lebih vascular dibanding lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh darah
dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada keadaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat
sampai 1 liter/menit/gram. Sehingga dapat di dengar menggunakan stetoskop yang disebut bruit.
Kelenjar tiroid mendapatkan persarafan adrenergic dan kolinergik yang berasal dari ganglia
servikal da saraf vagus. Kedua system saraf ini mempengaruhi aliran darah pada kelenjar tiroid
yang akan mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid seperti TSH dan iodid.

Kelenjar tiroid pada orang dewasa ukurannya sekitar 5 cm, beratnya kira-kira 10-20 gram.
Letaknya kelenjar ini di leher bagian depan, tepat dibawah jakun, didepan trakea. Jakun adalah
tempatnya pita suara. Trakea adalah jalan nafas. Bentuk kelenjar ini menyerupai huruf H atau
seperti dasi kupu-kupu. Dalam keadaan normal, tiroid ini tidak terlihat dan hamper tidak teraba.
Namun, jika membesar, dokter bisa merabanya dengan mudah, tampak ada benjolan di bawah
jakun, yang bergerak naik ketika kita menelan sesuatu.

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangan vascular. Terletak di
anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai vertebra
thoracalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan terdiri atas 2
lobus, lobus dextra dan lobus sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira-kira 25
gram tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita,
terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus Kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya
menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilage thyroidea dan basisnya setinggi
cartilage trachea 4-5. Setiap lobus berukuran 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan bagian bawah
kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya kira-kira
1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilage trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah
karena kedudukan dan ukurannya berubah.
Tiroid lazim dikenal sebagai kelenjar gondok(thyroid gland). Kelenjar kecil ini biasanya tidak
kelihatan, sehingga sering dilupakan orang. Kita hanya memperhatikan leher yang indah, jakun
yang bagus, atau pipi yang mulus, tanpa menyadari ada peran besar dari kelenjar kecil ini.
Sampai ketika timbul benjolan, gangguan hormone atau terjadi komplikasi, barulah tiroid ini
menarik perhatian.

Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang di batasi epitelium silinder, mendapat
persediaan darah berlimpah, dan yang disatukan jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan secret cairan
yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium, zat aktif yang
utama dari senyawa yodium ini ialah hormone tiroksin. Secret ini mengisi vesikel dan dari sini
berjalan ke aliran darah, baik langsung maupun melalui saluran limfe.

Dibawah mikroskop, jaringan tiroid terdiri dari bulatan-bulatan yang disebut folikel. Dinding
folikel ini adalah satu lapis sel folikuler, yang tugasnya membuat hormone tiroid. Hormone tiroid
ditimbun di dalam folikel. Depo hormone didalam folikel itu disebut koloid. Folikel satu dan
lainnya dihubungkan oleh jaringan ikat. Di dalam jaringan ikat itu terdapat sejumlah pembuluh
darah dan sel parafolikuler. Nama lain sel parafolikuler ini adalah sel C, yang berguna untuk
membuat hormone kalsitonin. Hormone kalsitonin ini bertugas untuk menghambat pengeroposan
tulang.

Selain itu, serabut saraf adrenergic mencapai daerah folikel sehingga persarafan adrenergic di
duga mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid secara langsung. Folikel atau acini yang berisi koloid
merupakan unit fungsional kelenjar tiroid. Dinding folikel dilapisi oleh sel kuboid yang
merupakan sel tiroid dengan ukuran bervariasi tergantung dari tingkat stimulasi pada kelenjar.
Sel akan berbentuj kolumner bila dalam keadaan aktif, dan berbentuk kuboid bila dalam keadaan
tidak aktif. Setiap 20-40 folikel dibatasi oleh jaringan ikat yang disebut septa yang akan
membentuk lobulus. Disekitar folikel terdapat sel parafolikuler atau sel C yang menghasilkan
hormone kalsitonin. Di dalam lumen folikel, terdapat koloid dimana tiroglobulin yang
merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel tiroid yang akan disimpan.

Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolism dari sebagian besar sel dalam tubuh dengan
menghasilkan dua hormone tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin (T3) dan
tetraiodohyronin (T4) atau tiroksin. Iodin (I2) memliki berat atom sebesar 127 dan berat
molekulnya 254. T4 memiliki berat molekul sebesar 777 Dalton yang 508 didalamnya
merupakan iodide. Hormone tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf normal,
pertumbuhan tulang, dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C berada di dekat
sel folikuler yang menghasilkan suatu hormone polipeptida, kalsitonin.

Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah :

a. Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengan
farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut
pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen
ceacum, yang berada ventral dibawah cabang farings 1.
b. Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen ceacum akan menuju pharyngeal pouch melalui
saluran yang disebut ductus thyroglossus.
c. Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus
thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra
cervicalis 5,6, dan 7.
d. Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering di temukan di
pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.

Kelenjar tiroid di aliri beberapa arteri :

a. A. thyroidea superior (arteri utama)


b. A. thyroidea inferior (arteri utama)
c. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari aorta atau A.
anonyma.

Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama :

a. A. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna)


b. A. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna)
c. A. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri)

Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan :

a. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis


b. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis

Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke
kelenjar limfe yang dalam sekitar V. juguaris . Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke
limfonoduli mediastinum superior.
Fisiologi Kelenjar Tiroid

Hormon tiroid adalah hormon amina yang disintesis dan di lepaskan dari kelenjar tiroid.
Hormone ini dibentuk ketika satu atau dua molekul iodin disatukan dengan glikoprotein besar
yang disebut tiroglobulin, yang di sintesis di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino
tiroksin. Kompleks yang mengandung iodin ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian
menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang bersirkulasi, disebut T3 dan T4. T3 dan T4
berbeda dalam jumlah total molekul iodin yang dikandungnya (3 untuk T3 dan 4 untuk T4).
Sebagian besar (90%) HT yang dilepaskan dalam aliran darah adalah T4, tetapi T3 secara
fisiologis lebih poten. Melalui hati dan ginjal, kebanyakan T4 diubah menjadi T3. T3 dan T4
dibawa ke sel targetnya dalam darah yang berikatan dengan protein plasma, namun masuk kelas
sebagai hormone bebas. T3 dan T4 secara kolektif disebut sebagai TH.

Sel target untuk TH adalah hampir semua sel tubuh. Efek primer TH adalah menstimulasi laju
metabolism semua sel target dengan meningkatkan metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.
TH juga tampak menstimulasi kecepatan pompa natrium-kalium di sel targetnya. Kedua fungsi
bertujuan meningkatkan penggunaan energi oleh sel sehingga meningkatkan laju metabolism
basal (BMR), membakar kalori, meningkatkan panas oleh setiap sel.

Hormone tiroid juga meningkatkan sensitivitas sel target terdahap katekolamin sehingga
meningkatkan frekuensi jantung dan meningkatkan keresponsifan emosi. TH meningkatkan
kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontaksi otot rangka sehingga
seing menyebabkan tremor halus. TH sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.

Ada 4 macam control faal kelenjar tiroid:

a. TRH (Thyrotropin Relasing Hormon): hormone ini disintesa dan dibuat di hipotalamus,
TRH ini di keluarkan lewat system hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis.
b. TSH (Thyroid Stimulating Hormon): suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit
(alfa dan beta). Sub unit alfa sama seperti hormone glikoprotein (TSH, LH, FSH, dan
human chronic gonadotropin/hCG) dan penting untuk kerja hormone secara aktif. Tetapi
sub unit beta adalah khusus untuk setiap hormone. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan
mengikat reseptor dipermukaan sel tiroid TSH-receptor (TSH-r) dan terjadilah efek
hormonal sebagai kenaikan trapping, peningkatan yodinasi, coupling, proteolysis
sehingga hasilnya adalah produksi hormone menigkat.
c. Umpan balik sekreksi hormone. Kedua ini merupakan efek umpak balik di tingkat
hipofisis. Khususnya hormone bebaslah yang berperan dan bukannya hormone yang
terikat. T3 disamping berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan
T4 akan mengurangi kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
d. Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri. Gangguan yodinasi tirosin dengan
pemberian yodium banyak disebut fenomena Wolf-Chaikoff escape, yang terjadi karena
mengurangnya afinitas trap yodium sehingga kadar intratiroid akan mengurang. Escape
ini terganggu pada penyakit tiroid autoimun.

Efek metabolic hormone tiroid :

a. Kalorigenik
b. Termregulasi
c. Metabolisme protein: dalam dosis fisiologi kerjanya bersifat anabolic
d. Metabolism karbohidrat: bersifat diabetogenik, karena reabsorbsi intestinal meningkat,
cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis pada dosis
farmakoligis tinggi, dan degradasi insulin meningkat.
e. Metabolisme lipid: T4 mempercepat sintesis kolesterol, tetapi proses degradasi kolesterol
dan ekskresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid,
kadar kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroidisme kolesterol total, kolesterol ester
dan fosfolipid meningkat.
f. Vitamin A: konversi privitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan hormone tiroid.
g. Hormone ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3 tahun
pertama kehidupan.
h. Lain-lain: pengaruh hormone tiroid yang meninggi menyebabkan tonus traktus
gastrointestinal meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare.
i. Efek pada perkembangan janin: system TSH dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada
janin manusia di dalam 11 minggu. Sebagian T3 dan T4 maternal di inaktivasi pada
plasenta. Dan sangat sedikit hormone bebas mencapai sirkulasi janin. Dengan demikian,
janin sebagian besar tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri.
j. Efek pada konsumsi oksigen dan produksi panas, T3 meningkatkan konsumsi O2 dan
produksi panas sebagian melalui stimulasi Na+ K+ ATPase dalam semua jaringan kecuali
otak, lien, dan testis. Hal ini berperan pada peningkatan percepatan metabolism basal dan
berperan pada peningkatan terhadap panas pada hipertiroidisme.
k. Efek skeletal: hormone tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang, meningkatkan
resorbsi tulang dan hingga tingkat yang lebih kecil pembentukan tulang.

Hormone tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus,
dihubungkan oleh isthmus, terletak dikartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua dan
tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme. Kelenjar tiroid
menghasilkan dua hormone penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Karakteristik
triiodotironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya lebih sedikit dalam
protein pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki banyak reseptor pada
jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma diserum yang
mengakibatkan banyaknya jumlah hormone ini diserum, tetapi ia kurang kuat berikatan pada
jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.

Proses pembentukan hormone tiroid adalah:

a. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya didalam darah;
b. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya
akan mensekresi hormone tiroid;
c. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hydrogen peroksidase;
d. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hydrogen (H) pada cincin benzene tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium
terhadap oksigen (O) pada cincin benzene lebih besar daripada hydrogen. Proses ini
dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat;
e. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika teriodinasi
oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi diiodotirosin);
f. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin makan akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin
bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang sering disebut tiroksin. Hormone
tiroid tidak larut dalam air jadi untuk di edarkan dalam darah harus dibungkus oleh
senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein
pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormone tiroid terutama tiroksin
sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih
mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton, 1997)

Fisiologi Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama yaitu tiroksin (T4) yang kemudian
berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap dari
saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi 30-40
kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan tiroid. T3 dan T4 yang
dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4
kemudian akan dilepaskan ke sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein yaitu globulin
pengikat tiroid Thyroid Binding Globulin (TBG) atau prealbumin pengikat albumin Thyroxine
Binding Prealbumine (TBPA). Hormon stimulator tiroid Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
memegang peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan oleh
lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai umpan balik negatif sangat penting
dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi. Pada pemeriksaan akan terlihat adanya sel
parafolikular yang menghasilkan kalsitonin yang berfungsi untuk mengatur metabolisme
kalsium, yaitu menurunkan kadar kalsium serum terhadap tulang (De Jong & Sjamsuhidajat,
2005).

Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh kadar hormon perangsang tiroid yaitu Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis. Kelenjar ini secara
langsung dipengaruhi dan diatur aktifitasnya oleh kadar hormon tiroid dalam sirkulasi yang
bertindak sebagai umpan balik negatif terhadap lobus anterior hipofisis dan terhadap sekresi
hormon pelepas tirotropin yaitu Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) dari hipotalamus
(Guyton & Hall, 2006).
Sebenarnya hampir semua sel di tubuh dipengaruhi secara langsung atau tidak langsung
oleh hormon tiroid. Efek T3 dan T4 dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu :
(Sherwood, 2011)

a. Efek pada laju metabolism


Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme basal tubuh secara keseluruhan.
Hormon ini adalah regulator terpenting bagi tingkat konsumsi O2 dan pengeluaran energi
tubuh pada keadaan istirahat.
b. Efek kalorigenik
Peningkatan laju metabolisme menyebabkan peningkatan produksi panas.
c. Efek pada metabolisme perantara
Hormon tiroid memodulasi kecepatan banyak reaksi spesifik yang terlibat dalam
metabolisme bahan bakar. Efek hormon tiroid pada bahan bakar metabolik bersifat
multifaset, hormon ini tidak saja mempengaruhi sintesis dan penguraian karbohidrat,
lemak dan protein, tetapi banyak sedikitnya jumlah hormon juga dapat menginduksi efek
yang bertentangan.
d. Efek simpatomimetik
Hormon tiroid meningkatkan ketanggapan sel sasaran terhadap katekolamin
(epinefrin dan norepinefrin), zat perantara kimiawi yang digunakan oleh sistem saraf
simpatis dan hormon dari medula adrenal.
e. Efek pada sistem kardiovaskuler
Hormon tiroid meningkatkan kecepatan denyut dan kekuatan kontraksi jantung
sehingga curah jantung meningkat.
f. Efek pada pertumbuhan
Hormon tiroid tidak saja merangsang sekresi hormon pertumbuhan, tetapi juga
mendorong efek hormon pertumbuhan (somatomedin) pada sintesis protein struktural
baru dan pertumbuhan rangka.
g. Efek pada sistem saraf
Hormon tiroid berperan penting dalam perkembangan normal sistem saraf
terutama Sistem Saraf Pusat (SSP). Hormon tiroid juga sangat penting untuk aktivitas
normal SSP pada orang dewasa.

You might also like