You are on page 1of 3

1.

LEARNING OBJECT MIOMA UTERI


a. Faktor Predisposisi
- Umur
Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi antara usia 35-50 tahun
yaitu mendekati angka 40%, sangat jarang ditemukan pada usia dibawah 20
tahun. Sedangkan pada usia menopause hampir tidak pernah ditemukan. Pada
usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia
reproduksi, serta akan turun pada usia menopause. Pada wanita menopause
mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Jodosapoetro, 2005)
- Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
- Obesitas
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkin
berhubungan dengan konversi hormon androgen menjadi estrogen oleh enzim
aromatase di jaringan lemak (Djuwantono, 2005). Hasilnya terjadi
peningkatan jumlah estrogen tubuh, dimana hal ini dapat menerangkan
hubungannya dengan peningkatan prevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.
- Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk
terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah
hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri
berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali.
- Kehamilan
Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang
pernah dilakukan ditemukan sebesar 0,3%-7,2% selama kehamilan.
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus (Scott, 2002).
Kedua keadaan ini ada kemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma
uteri (Manuaba, 2003).
Kehamilan dapat juga mengurangi resiko mioma karena pada
kehamilan hormon progesteron lebih dominan.
b. Penegakkan Diagnosis
1) Gejala Subjektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya
gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala subjektif pada mioma uteri:
- Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan
metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini
antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia
endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari pada
biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena
adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak
dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat
perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan
darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
- Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi
gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada
pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan dan
pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore.
- Tanda penekanan, Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat
mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan
poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat
menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan
nyeri panggul.
-
2) Gejala Objektif
Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli
medis. Gejala objektif mioma uteri ditegakkan melalui:
- Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan
Abdomen dan pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus
yang besar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul
ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan
degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun
pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat
mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis.
Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan
tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus
sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik
pada adneksa.
- Pemeriksaan Penunjang; Apabila keberadaan masa pelvis meragukan
maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain
itu melalui pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan
apusan darah) dapat dilakukan (Benson, 2008)
2. STEP 3
Mengapa ditanyakan riwayat menarche dan riwayat haid sebelumnya?
Ditanyakannya riwayat menarche pasien serta riwayat haid pada kasus ini bertujuan
untuk mengetahui adakah kolerasi antara riawyat menarche dan haid dengan keluhan
yang dirasakan. Selain itu diketahui bahwasannya dengan adanya riwayat menarche
yang lebih awal dari waktu yang normal dapat menjadikan faktor predisposisi dari
beberapa penyakit seperti myoma uteri dan adenokarsinoma uteri. Akan tetapi
diketahui pada kasus riwayat menarche masih dalam batas normal, sehingga dapat
disingkirkan bahwa riwayat menarche sebagai salah satu pencetur dari keluhan yang
dirasakan oleh pasien. Sedangkan untuk riwayat haid bertujuan untuk memastikan
apakah keluhan sekarang memang termasuk kepada gejala patologis ataupun
fisiologis (Cunningham, 2014).

Daftar pustaka
Joedosapoetro MS. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH agonis sebelum histerektomi. Mioma: Farmacia
Manuaba B.G. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetric dan Ginekologi Edisi
Kedua. Jakarta: EGC
Scott JR, Disala PJ, Hammond CB. 2002. Danforth Buku Saku Obstetric dan
ginekologi. Jakarta: Widya Medika
Cunningham FG et al. 2014. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Dalam C. F. al,
William Obstetrics 23rd Ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc.
Benson, Ralph. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : Penerbit
EGC.

You might also like