You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan

kebutuhan dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang

mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat

kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa

meningkatkan kemampuan yang ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan

melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh individu

(Nursalam, 2008).

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki.

Kebutuhan menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar

yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Dalam

mengaplikasikan kebutuhan dasar manusia (KDM) yang dapat digunakan untuk

memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan

perawatan. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat

kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.

Manusia sebagai bagian integral yang berintegrasi satu sama lainnya dalam

motivasinya memenuhi kebutuhan dasar (fisiologis,keamanan, kasih sayang,harga

diri dan aktualisasi diri). Setiap kebutuhan manusia merupakan suatu tegangan
integral sebagai akibat dari perubahan dari setiap komponen sistem.Tekanan

tersebut dimanifestasikan dalam perilakunya untuk memenuhi kebutuhan atau

tujuan sampai terpenuhinya tingkat kepuasan klien(Wahit Iqbal Mubarak, 2008).

Dasar kebutuhan manusia adalah terpenuhinya tingkat kepuasan agar

manusia bisa mempertahankan hidupnya. Peran perawat yang utama adalah

memenuhi kebutuhan dasar manusia dan tercapainya suatu kepuasan bagi diri

sendiri serta kliennya, meskipun dalam kenyataannya dapat memenuhi salah satu

dari kebutuhan membawa dampak terhadap perubahan sistem dalam individu

(biologis, intelektual, emosional, social, spiritual, ekonomi, lingkungan, patologi

dan psikopatologi).(Wahit Iqbal Mubarak, 2008).

Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi

kebutuhan perawatan diri pasien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang

optimal. Salah satu teori orem ialah self care deficit, Inti dari teori ini

menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu

memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasan-

keterbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan yang diberikan

didasarkan kepada tingkat ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau parsial.

Setiap makhluk hidup mempunyai kebutuhan, tidak terkecuali manusia.

Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam. Namun, pada hakikatnya setiap

manusia mempunyai kebutuhan dasar yang sama. Kebutuhan tersebut bersifat

manusiawi dan menjadi syarat untuk keberlangsungan hidup manusia. Siapapun

orangnya pasti memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar (Asmadi, 2008).


Imobilisasi adalah keadaan dimana pasien berbaring lama di tempat tidur,

tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan

atau aktivitas. Imobilisasi dapat disebabkan oleh penyakit yang dideritanya

(Asmadi, 2008 : 125). Pasien imobilisasi memerlukan bantuan dalammemenuhi

kebutuhan fisik, karena pasien tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.

Iobilisasi didefinisikan secara luas sebagai tingkat aktivitas yang kurang dari

mobilitas optimal mobilisasi sendiri adala pergerakan yang memberikan kebebasn

dan kemandirian bagi seseorang. Walaupun jenis aktivitas berubah sepanjang

kehidupan manusia, mobilitas adalah pusat untuk berpatisipasi dalam dan

menikmati kehidupan. Ada beberapa pasien yang harus tinggal di tempat tidur

untuk periode waktu lama. Imobilisasi yang lama berdampak negatif yaitu

mempengaruhi kulit secara langsung dan beberapa organ tubuh lainnya.

Keampuan pasien dan tujuan pengobatan harus tetap diingat apabila tingkat

aktivitas dari setiap pasien sudah terbentuk. Oleh sebab itu perawat harus

menemukan cara untuk meningkatkan aktivitas yang tepat untuk pasien, sehingga

tingkat kemandirian pasien dalam memenuhi kebutuhannya meningkat terutama

kebutuhan perawatan diri (Damayanti, 2009 : 3).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Kurang perawatan diri

adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan

untuk dirinya. Melihat hal itu personal hygiene diartikan sebagai hygiene

perseorangan yang mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk mencapai

kebersihan tubuh, meliputi membasuh, mandi, merawat rambut, kuku, gigi, gusi
dan membersihkan daerah genital. Jika seseorang sakit, biasanya masalah

kesehatan kurang diperhatikan (Rochmah, 2011).

Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka. Hal ini

lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu sendiri,

berkaitan pula dengan sasaran dan hasil pelayanan. Kepuasan pasien dalam

menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan merupakan pengukuran penting yang

mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini karena memberikan informasi terhadap

suksesnya pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang

mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang

dikehendaki. (Hafizurrachman, 2004). Kotler (2007), mendefinisikan bahwa

kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan

kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibanding dengan harapannya. Pendapat lain

dari Endang (dalam Mamik; 2010) bahwa kepuasan pasien merupakan evaluasi

atau penilaian setelah memakai suatu pelayanan, bahwa pelayanan yang dipilh

setidak-tidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Karena itu pasien tidak akan

puas apabila pasien mempunyai persepsi bahwa harapannya belum terpenuhi.

Pasien akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari yang diharapkan.

Maka informasi tingkat kepuasaan pasien mutlak diperlukan. Pengukuran tingkat

kepuasaan erat hubungannya dengan mutu produk (barang atau jasa). Pengukuran

aspek mutu bermanfaat bagi pemimpin, agar pemimpin rumah sakit dapat

melakukan perbaikan karena tanpa perbaikan atau koreksi pengukuran tingkat

kepuasan pasien menjadi tidak bermanfaat. Walaupun penilaian tingkat kepuasaan


pasien bersifat subyektif dan relatif, namun demikian bisa dijadikan sebagai alat

pengendali atau kontrol atas pelayanan yang diberikan rumah sakit.

Menurut Asmadi (2008) imobilisasi dapat disebabkan akibat penyakit


yang dideritanya ( gangguan sistem saraf seperti stroke, parkinson, paralisis,
gangguan sistem kardiovaskuler dan pernapasan seperi CHF, AMI, jantung
koroner, pada sistem penapasan seperti PPOK, gangguan muskuloskeletal seperti
osteoartritis), trauma, fraktur pada ekstremitas, atau menderita kecacatan.
Pasien imobilisasi tergantung pada perawat dalam kebutuhan merawat diri,
maka sebagai perawat dalam memberikan tindakan personal hygiene, perawat
harus mempunyai keinginan agar hasil yang dicapai memuaskan. Kepuasaan
adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapan, karena
itu pasien tidak akan puas apabila pasien mempunyai persepsi bahwa harapannya
belum terpenuhi. Pasien akan merasa puas jika persepsinya sama atau lebih dari
yang diharapkan. Maka informasi tingkat kepuasaan pasien mutlak diperlukan.
Pengukuran tingkat kepuasaan erat hubungannya dengan mutu produk (barang
atau jasa). Pengukuran aspek mutu bermanfaat bagi pemimpin, agar pemimpin
rumah sakit dapat melakukan perbaikan karena tanpa perbaikan atau koreksi
pengukuran tingkat kepuasan pasien menjadi tidak bermanfaat. Walaupun
penilaian tingkat kepuasaan pasien bersifat subyektif dan relatif, namun demikian
bisa dijadikan sebagai alat pengendali atau kontrol atas pelayanan yang diberikan
rumah sakit. Dengan kata lain di bidang keperawatan perlu meningkatkan asuhan
keperawatan yang berkualitas.
Peningkatan asuhan keperawatan perlu dilakukan karena tuntutan
masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan semakin meningkat, sehingga
perawat harus menyadari bahwa perlu membenahi dan meningkatkan pemberian
layanan asuhan keperawatan yang baik, profesional dan bermutu sehingga
memberikan kepuasan bagi pasien, khususnya pasien imobilisasi sebagai
penerima jasa layanan perawatan personal hygiene.
Pasien imobilisasi memerlukan bantuan dalam memenuhi kebutuhan
merawat diri, karena pasien tidak mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. maka
perawat memberikan tindakan personal hygiene
Untuk mengetahui keefektifan pelayanan yang diberikan kepada pasien
imobilisasi di RSUD R Syamsudin SH khususnya ruang seruni dilakukan dengan
cara mencari tahu tentang pengaruh tindakan personal hygiene terhadap tingkat
kepuasan pasien. Dengan meningkatnya kepuasan pasien akan mempengaruhi
kualitas RSUD R Syamsudin SH dan memberi motivasi kepada perawat untuk
selalu meningkatkan mutu pelayanan.

Tabel 1.1
Jenis penyakit klien yang mengalami imobilisasi di ruang seruni dari
bulan November 2015 sampai dengan bulan April 2016

No Jenis Penyakit Jumlah


1 Stroke 38
2 Fraktur pada ekstremitas 21
3 Gangguan Kardiovaskuler 114
4 Gangguan Pernapasan 15

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara pada


tanggal 3 Mei 2016 kepada 4 pasien imobilisasi, untuk pasien pertama dengan
diagnosa medis stroke non hemoragik didapatkan hasil bahwa perawat sudah
memandikan, membantu menggosok gigi. Menyisir rambut tetapi pasien kurang
puas karena tidak mampu melakukan sendiri, kurang bersih dan kadang tergesa-
gesa . untuk pasien kedua dengan diagnosa medis CHF didapatkan hasil bahwa
perawat sudah memandikan tetapi pasien masih kurang puas karena tidak bersih
dan dalam tindakan tergesa-gesa. Untuk pasien ketiga dengan diagnosa stroke non
hemoragik didapatkan hasil perawat sudah membantu memandikan dan
membantu membersihkan daerah genitalia karena pasien bab dan pasien merasa
puas karena perawat sudah dengan sopan dan ramah dalam membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan personal hygienenya. Sedangkan untuk pasien keempat
dengan diagnosa medis fraktur femur didapatkan hasil bahwa perawat sudah
membantu klien mandi dan klien merasa puas dengan tindakan personal hygiene
yang telah dilakukan oleh perawat.
Dalam melakukan tindakan personal hygiene tersebut perawat harus sesuai
standar dan dapat meningkatkan kepuasan pasien, karena personal hygiene
merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, termasuk bagi pasien
imobilisasi Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien maka perlu dilakukan
penelitian bagaimana pengaruh tindakan personal hygiene pada pasien
imobilisasi.
Berdasarkan pembahasan di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

keefektifan tindakan personal hygiene oleh perawat dengan tingkat kepuasan

pasien imobilisasi di Seruni RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah keefektifan tindakan

personal hygiene oleh perawat dengan tingkat kepuasan pasien imobilisasi.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui keefektifan tindakan personal hygiene oleh perawat dengan

tingkat kepuasan pasien imobilisasi di Seruni RSUD R Syamsudin SH Kota

Sukabumi.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran penerapan personal hygiene oleh perawat dengan

tingkat kepuasan pasien imobilisasi di ruang seruni RSUD R Syamsudin

SH Kota Sukabumi.

b. Mengetahui tingkat kepuasan pasien imobilisasi sebelum dilakukan

tindakan personal hygiene oleh perawat

c. Mengetahui tingkat kepuasan pasien imobilisasi sesudah dilakukan

tindakan personal hygiene oleh perawat

d. Mengetahui analisis keefektifan tindakan personal hygiene oleh perawat

dengan tingkat kepuasan pasien imobilisasi di Seruni RSUD R Syamsudin

SH Kota Sukabumi

D. Manfaat Penelitian.

1. Bagi Rumah Sakit

Memberikan motivasi kepada perawat untuk selalu meningkatkan mutu

pelayanan terutama personal hygiene kepada pasien imobilisasi.

2. Bagi Institusi

Memberikan informasi dan gambaran pada mahasiswa tentang keefektifan

tindakan personal hygiene oleh perawat dengan tingkat kepuasan pasien

imobilisasi
3. Bagi Penulis

Mendapatkan pengalaman langsung dalam penelitian dan dapat

mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari terkait dengan penelitian serta dapat

menjadi suatu sarana pembelajaran di lapangan.

E. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian pada hakikatnya adalah suatu uraian dan visualisasi

konsep-konsep serta variabel-variabel yang akan diukur (diteliti). (Notoadmoodjo,

2010).

Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan

kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri

adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan

untuk dirinya Menurut Poter. Perry (2005), (dalam Tarwoto dan Wartonah 2006 ).

Kepuasan pasien adalah evaluasi atau penilaian setelah memakai suatu

pelayanan, bahwa pelayanan yang dipilh setidak-tidaknya memenuhi atau

melebihi harapan. (Endang dalam Mamik; 2010).

Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh Nanda sebagai

suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan

gerak fisik (Perry & Potter, 2010).

Kepuasan pasien dengan imobilisasi adalah evaluasi pasien yang

mengalami keterbatasan fisik terhadap pelayanan yang dipilihnya.


Gambar 1.1

Kerangka Penelitian kefektifan personal hygiene oleh perawat terhadap

kepuasaan pasien imobilisasi di ruang Seruni RSUD R Syamsudin SH

tindakan personal
hygiene (oleh
perawat

Tingkat kepuasaan Tingkat kepuasan


pasien imobilisasi pasien imobilisasi
sebelum dilakukan sesudah dilakukan
tindakan personal tindakan personal
hygiene oleh perawat hygiene oleh perawat

F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil

sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam suatu penelitian.

(Notoadmodjo, 2010).

Hipotesis pada penelitian ini terdapat keefektifan tindakan personal

hygiene oleh perawat dengan tingkat kepuasan pasien imobilisasi di Seruni RSUD

R Syamsudin SH Kota Sukabumi.. Dengan bentuk hipotesis adalah


Ho : Tidak ada keefektifan tindakan personal hygiene oleh perawat dengan

tingkat kepuasan pasien imobilisasi di Seruni RSUD R Syamsudin SH Kota

Sukabumi..

H1 : Ada keefektifan tindakan personal hygiene oleh perawat dengan tingkat

kepuasan pasien imobilisasi di Seruni RSUD R Syamsudin SH Kota

Sukabumi.

You might also like