Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood. In adolescence can also be called
the period of "storms and stresses" a period in which emotional tension increases as a result of
physical changes and glands. Stress in schools arises from the various uncomfortable pressures felt
by students, thus triggering physical and psychological tensions that result in changing behavior and
affecting students' own learning achievements cognitively. To know the effect of guided imagery in
reducing stress level of students in facing Boarding school process at SMK Kesdam IV/Diponegoro
Magelang City. The research design used in this research is Quasi Experiment with two group type
pre post test with control group, the analysis used is paired-samples t-test. Guided imagery influence
on decreasing stress level in students who experience boarding school process at SMK Kesdam IV /
Diponegoro with p-value = 0,000 with mean of decrease 4,83 compared to control group with mean
of decrease 2,37. The level of stress on the boarding school process can go down with guided imagery
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik sejumlah 44 (74,58%) dan untuk kelompok kontrol
responden menurut jenis kelamin pada kelompok terbanyak dengan jenis kelamin perempuan sejumlah 42
intervensi terbanyak dengan jenis kelamin perempuan siswa 71,19%).
Kelompok
Intervensi Kontrol
Tingkat Stress
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
N % N % N % N %
Stress Ringan 20 33,9 32 54,2 17 28,8 23 39,0
Stress Sedang 39 66,1 27 45,8 42 71,2 36 61,0
TOTAL 59 100 59 100 59 100 59 100
Distribusi tingkat stress pada kelompok intervensi kontrol sebelum perlakuan pada pengukuran awal
sebelum perlakuan terbanyak siswa mengalami stress terbanyak siswa mengalami stress sedang sejumlah 42
sedang dengan jumlah 39 siswa (66,1%), dan setelah siswa (71,2%), dan pada pengukuran akhir siswa
intervensi terbanyak siswa mengalami stress ringan mengalami stress sedang dengan jumlah 36 siswa
sejumlah 32 siswa (54,2%). Sedangkan pada kelompok (61,0%).
Analisis Biviariat
Hasil uji bivariat yang menjelaskan perbedaan intervensi maupun kontrol oleh peneliti dijelaskan lebih
tingkat stress sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan lanjut dibawah ini:
(intervensi) permberian guided imagery baik kelompok
Pada uji normalitas tingkat tingkat stress siswa yang 0.060, post dengan hasil signifikansi 0.189. Hal ini
mengalami proses boarding school pre dan post, berarti nilai p>0,05 yang menunjukkan bahwa data
kelompok intervensi dan kelompok kontrol berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan dengan
menunjukkan p>0,05 sehingga dikatakan bahwa seluruh melakukan analisis paired sample t-test untuk
data berdistribusi normal. Pada kelompok intervensi pre membandingkan tingkat stress siswa sebelum dan
dengan hasil 0.200, post dengan hasil signifikansi 0.200. sesudah intervensi yang dengan perlakuan pemberian
Sedangkan pada kelompok kontrol pre dengan hasil guided imagery.
Tabel 4 Hasil Analisis Statistik T-Test Pada Tingkat stress Siswa yang Mengalami Proses Boarding school di SMK
Kesdam IV/Diponegoro, pre dan post di SMK Kesdam IV/Diponegoro, Mei 2017
Tingkat Perbedaan
Kelompok n Mean p-value
stressPenyakit Rerata
Intervensi Pre Intervensi 59 89,30
4,83 0,000
Post Intervensi 59 84,47
Kontrol Pre 59 89,74
2,37 0,000
Post 59 87,37
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata penurunan yang lebih rendah dari kelompok intervensi,
perubahan pada kelompok intervensi pemberian Guided hasil uji t-test pada kelompok kontrol dengan nilai p-
imagery adalah 4,83 berarti penurunan yang dihasilkan value: 0,000 dengan nilai rerata tingkat stress pre adalah
signifikan, dengan hasil uji t-test pada kelompok 89,74 dan post 87,37. Walaupun kedua kelompok
intervensi dengan nilai p-value: 0,000 yang berarti memiliki hubungan atau pengaruh yang erat, namun
terdapat pengaruh yang bermakna setelah pemberian perbedaan rerata mean (penurunan tingkat stress) lebih
Guided imagery dengan nilai rerata tingkat stress pre tinggi pada kelompok intervensi, yang berarti pada
adalah 89,30 dan post 84,47. Sedangkan rata-rata kelompok intervensi yang diberikan Guided imagery
perubahan pada kelompok kontrol yang tidak dilakukan lebih efektif dalam menurunkan tingkat stress dibanding
pemberian Guided imagery adalah 2,37 berarti yang tidak diberikan pada kelompok kontrol.
Karakteristik Responden bahwa stress lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini
Pada penelitian yang dilakukan di SMK Kesdam sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rout dkk dalam
IV/Diponegoro menunjukkan bahwa karakteristik Larasati (2014) tentang stres lakilaki dan perempuan,
responden menurut jenis kelamin pada kelompok membandingkan apabila pada laki-laki mempunyai
intervensi terbanyak dengan jenis kelamin perempuan kekebalan stres yang lebih rendah dari pada laki-laki
sejumlah 44 (74,58%) dan untuk kelompok kontrol inggris pada umumnya. Dan perempuan memiliki
terbanyak dengan jenis kelamin perempuan sejumlah 42 ambang stres yang lebih tinggi dari pada laki-laki.
siswa 71,19%). Prosentase antara jenis kelamin laki-laki Karakteristik responden berdasarkan usia yang
dan perempuan berbeda yaitu lebih banyak pada menjadi responden tertinggi pada kelompok intervensi
perempuan. Pada penelitian ini perempuan menunjukkan adalah usia 16 tahun sejumlah 30 siswa (50,85%) dan
pada kelompok kontrol tertinggi dengan usia 17 tahun keterampilan dalam menangani frustasi dan konflik,
sejumlah 35 siswa (59,32%). Baik pada kelompok ketenangan pikiran/jiwa, atau bahkan pembentukan
intervensi dan kelompok kontrol rata-rata usia memasuki simtom-simtom. Itu berarti belajar bagaimana bergaul
usia remaja sesuai dengan tujuan penelitian yaitu dengan baik dengan orang lain dan menghadapi tuntutan
meneliti usia remaja. Usia remaja yang diteliti sesuai tuntutan tugas. Apabila kebutuhan untuk menguasai
dengan tujuan penelitian yaitu usia dengan rentang stress adalah sama sekali atau untuk sebagian terbesar gagal
yang sangat tinggi. Usia remaja yang masih sekolah dalam jangka waktu yang lama, maka individu pasti
menjadi perhatian khusus untuk diperhatikan tingkat tidak dapa menyesuaiakan diri (Semiun dalam Handono,
stresnya. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh 2013).
Nasution (2007) bahwa stress merupakan bagian yang
tidak terhindarkan dari kehidupan. Stress mempengaruhi Analisis Perbedaan Tingkat Stress pada Siswa yang
setiap orang, bahkan anak-anak. Mengalami Proses Boarding school Pre Intervensi
Kebanyakan stres di usia remaja berkaitan dengan dan Post Intervensi Pemberian Guided imagery pada
masa pertumbuhan. Remaja khawatir akan perubahan Siswa di SMK Kesdam IV/Diponegoro.
tubuhnya dan mencari jati diri. Sebenarnya remaja dapat
membicarakan masalah mereka dan mengembangkan Menurut hasil analisa data yang dilakukan di SMK
ketrampilan menyelesaikan masalah, tetapi karena Kesdam IV/Diponegoro menunjukkan bahwa distribusi
pergolakan emosional dan ketidakyakinan remaja dalam tingkat stress pada kelompok intervensi sebelum
membuat keputusan penting, membuat remaja perlu perlakuan terbanyak siswa mengalami stress sedang
mendapat bantuan dan dukungan khusus dari orang dengan jumlah 39 siswa (66,1%), dan setelah intervensi
dewasa (Nasution, 2007) terbanyak siswa mengalami stress ringan sejumlah 32
siswa (54,2%). Sedangkan pada kelompok kontrol
Gambaran Tingkat Stress pada Siswa yang sebelum perlakuan pada pengukuran awal terbanyak
Mengalami Proses Boarding school di SMK Kesdam siswa mengalami stress sedang sejumlah 42 siswa
IV/Diponegoro, pre dan post di SMK Kesdam (71,2%), dan pada pengukuran akhir siswa mengalami
IV/Diponegoro stress sedang dengan jumlah 36 siswa (61,0%).
Perubahan lebih banyak terjadi pada kelompok
Hasil yang didapatkan dari penelitian dan intervensi dengan penurunan rerata yang lebih banyak
pengambilan data bahwa distribusi tingkat stress pada sejumlah 4,83 dibandingkan pada kelompok kontrol
kelompok intervensi sebelum perlakuan terbanyak siswa yang hanya mengalami penurunan 2,37. Stress yang
mengalami stress sedang dengan jumlah 39 siswa terjadi pada siswa yang tinggal diasrama memang wajar
(66,1%), dan setelah intervensi terbanyak siswa terjadi. Banyak penyesuaian yang harus dilakukan oleh
mengalami stress ringan sejumlah 32 siswa (54,2%). siswa baru.
Sedangkan pada kelompok kontrol sebelum perlakuan Perbedaan antara kelompok intervensi dan
pada pengukuran awal terbanyak siswa mengalami stress kelompok kontrol terletak pada rerata (mean) penurunan
sedang sejumlah 42 siswa (71,2%), dan pada pada kelompok intervensi lebih banyak dibandingkan
pengukuran akhir siswa mengalami stress sedang dengan pada kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi
jumlah 36 siswa (61,0%). Seluruh hasil menunjukkan banyak terjadi penurunan tingkat stress dikarenakan
bahwa terdapat berbedaan sebelum pemberian perlakuan menurut wawancara yang dilakukan oleh peneliti
guided imagery pada siswa pada kelompok intervensi. terhadap siswa bahwa siswa mengatakan merasa lega
Hasil tidak terlalu menunjukkan penurunan yang setelah melakukan guided imagery. Sedikit yang
signifikan terjadi pada kelompok kontrol dikarenakan mengatakan penurunan stress dikarenakan factor selain
tidak ada perlakuan pada kelompok kontrol. perlakuan guided imagery. Pada kelompok kontrol
Stress yang terjadi pada siswa dikarenakan oleh terjadi penurunan namun hanya sedikit reratanya. Pada
beberapa faktor seperti penyesuaian lingkungan baru, kelompok kontrol juga dilakukan wawancara kepada
padatnya kegiatan yang belum pernah dilakukan siswa yang mengatakan bahwa turun stress dikarenakan
sebelumnya. Menurut Semiun dalam Handono (2013) mereka apabila stress ada yang melakukan ibadah,
keadaan yang begitu berbeda akan membuat seseorang berkumpul dengan teman dan juga melakukan aktifitas
yang tinggal di asrama mengalami perubahan dan lainnya.
penyesuaian terhadap lingkungan baru yang Pengaruh yang signifikan terjadi pada siswa yang
ditempatinya, sehingga akan mengalami berbagai telah dilakukan guided imagery dengan hasil analisis
permasalahan yang pada akhirnya akan membuat penurunan rerata tingkat stress. Walaupun penurunan
mereka stres. Biasanya permasalahan yang muncul dari kategori sedang ke ringan atau ringan tetap menjadi
berawal dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial di ringan namun tetap terjadi penurunan skor tingkat stress
tempat baru. Penyesuaian diri adalah suatu proses yang serta mendetail penurunan pada setiap poin pertanyaan
melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku yang pada kuesioner. Hasil penelitian ini sinkron dengan yang
menyebabkan individu berusaha menanggulangi dikemukakan oleh Hernawati dalam Nur'aini (2011)
kebutuhan-kebutuhan, tegangan-tegangan, frustasi- yang dilakukan terhadap siswa baru yang tinggal di
frustasi, dan konflik-konflik batin serta menyelaraskan asrama sebuah sekolah, siswa cenderung mengalami
tuntutan-tuntutan batin ini dengan tuntutan-tuntutan tingkat stres yang tinggi disebabkan oleh beberapa
yang dikenakan kepadanya oleh dunia dimana ia hidup. faktor seperti belum pernah mengalami asrama
Penyesuaian diri berarti seperti: pemuasan kebutuhan, sebelumnya, terlalu banyaknya teman sekamar, kesulitan
beradaptasi dengan lingkungan, masalah pribadi, berikutnya meminta subjek untuk menjelaskan perasaan
kesulitan berteman, memahami materi kuliah, masalah fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh
kesehatan, homesick (rindu keluarga) dan masalah bayangannya. Dengan mengarahkan subjek untuk
keuangan (Nur’aini, 2011). mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena ini
Stres pada siswa yang turun akibat perlakuan akan memungkinkan subjek memodifikasi imajinasinya.
guided imagery mempunyai banyak alasan ilmiah. Respons negatif dapat diarahkan kembali untuk
Seperti yang dikemukakan oleh Snyder & Lindquist memberikan hasil akhir yang lebih positif. Selanjutnya
dalam Masulili (2013) bahwa bimbingan imajinasi telah memberikan umpan balik kontinyu kepada subjek.
menjadi terapi standar untuk mengurangi kecemasan, Dengan memberi komentar pada tanda-tanda relaksasi
dan memberikan relaksasi pada orang dewasa atau anak- dan ketenteraman. Setelah itu membawa subjek keluar
anak, dapat juga untuk mengurangi nyeri kronis, dari bayangannya. Setelah pengalaman imajinasi dan
tindakan prosedural yang menimbulkan nyeri, susah mendiskusikan perasaan subjek mengenai
tidur, mencegah reaksi alergi, dan menurunkan tekanan pengalamannya tersebut. Serta mengidentifikasi setiap
darah. hal yang dapat meningkatkan pengalaman imajinasi.
Dasar pemikiran ilmiah tentang imajinasi adalah Selanjutnya memotivasi subjek untuk mempraktikkan
pemikiran untuk memodifikasi penyakit dan mengurangi teknik imajinasi.
gejala dengan menurunkan respon stres yang dimediasi Secara patofisiologis mengapa guided imagery
oleh interaksi psychoneuroimmune. Hormon stres dipicu dapat menurunkan stress adalah saat berada dalam
ketika situasi atau peristiwa (nyata atau tidak) kondisi stres, pikiran dalam kepala akan sangat aktif dan
mengancam fisik atau kesejahteraan emosional atau kompleks sehingga menyulitkan untuk melakukan
tuntunan dari sebuah situasi melebihi kemampuan menenangkan pikiran. Untuk mengatasi hal tersebut
seseorang, sehingga dengan imajinasi diharapkan dapat perlu untuk menciptakan visualisasi yang damai dan
merubah situasi stres dari respon negatif yaitu ketakutan menenangkan di dalam kepala kita dimulai dengan
dan kecemasan ke gambar positif yaitu penyembuhan memikirkan sesuatu yang dapat mengalihkan pikiran
dan kesejahteraan. Sehingga pada akhirnya termasuk dari keadaan sekarang yang penuh tekanan. Bentuk
pada proses boarding school siswa akan turun tingkat pikiran dapat berupa tempat liburan favorit, suasana
stress yang dialami (Snyder & Lindquist dalam Masulili, pegunungan dan pantai yang menenangkan, dan lain-
2006). lain. Carter dalam Novarenta (2013) menerapkan
Carter dalam Novarenta (2013) mengemukakan guided imagery untuk mengurangi tingkat stres
bahwa menerapkan imaginasi terbimbing atau guided penyebab dan gejala-gejala yang menyertai stres. Tujuan
imagery untuk mengurangi tingkat stres penyebab dan dari guided imagery yaitu menimbulkan respon
gejala-gejala yang menyertai stres. Efektivitas intervensi psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi
guided imagery juga dapat mengurangi depresi, imun. Manfaat dari guided imagery yaitu sebagai
kecemasan, stres dan meningkatkan kenyamanan klien intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan, stres
psikiatri. Tujuan dari guided imagery yaitu dan nyeri. Imajinasi terbimbing dapat mengurangi
menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti tekanan dan berpengaruh terhadap proses fisiologi
perubahan dalam fungsi imun. Manfaat dari guided seperti menurunkan tekanan darah, nadi dan respirasi.
imagery yaitu sebagai intervensi perilaku untuk Hal itu karena teknik imajinasi terbimbing dapat
mengatasi kecemasan, stres dan nyeri. Imajinasi mengaktivasi sistem saraf parasimpatis (Novarenta,
terbimbing dapat mengurangi tekanan dan berpengaruh 2013)
terhadap proses fisiologi seperti menurunkan tekanan
darah, nadi dan respirasi. Hal itu karena teknik imajinasi 4. SIMPULAN
terbimbing dapat mengaktivasi sistem saraf
parasimpatis. Sehingga tingkat stress dapat menurun Simpulan
dikarenakan intervensi guided imagery dilakukan saat Simpulan penelitian yang telah dilakukan di SMK
stress timbul. Dengan melakukukan tindakan tersebut Kesdam IV/Diponegoro antara lain adalah:
juga dapat menjadi terapi alternative selain perlakuan 1. Gambaran karakteristik responden menurut jenis
dengan tindakan farmakologis (Smeltzer dan Bare dalam kelamin pada kelompok intervensi terbanyak
Novarenta, 2013). dengan jenis kelamin perempuan dan untuk
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan kelompok kontrol terbanyak dengan jenis kelamin
bahwa guided imagery sangat berpengaruh terhadap perempuan, sedangkan untuk usia rata-rata usianya
penurunan stress bagi siswa. Siswa mengemukakan adalah kurang lebih 16 tahun pada kelompok
bahwa setelah dilakukan tindakan tersebut merasa intervensi dan 17 tahun pada kelompok kontrol.
nyaman dengan langkah-langkah yang terpadu yang 2. Gambaran tingkat stress pada kelompok intervensi
disampaikan peneliti. Hal ini sesuai dengan penelitian rata-rata tingkat stress sebelum perlakuan adalah
yang dilakukan oleh Novarenta (2013) yang kategori sedang.
mengemukakan bahwa untuk mengatasi nyeri atau stres, 3. Gambaran tingkat stress pada kelompok intervensi
dorong subjek untuk membayangkan hal-hal yang rata-rata tingkat stress setelah perlakuan adalah
menyenangkan. Setelah itu membantu subjek merinci kategori ringan.
gambaran dari bayangannya. Mendorong subjek untuk 4. Gambaran tingkat stress pada kelompok kontrol
menggunakan semua indranya dalam menjelaskan rata-rata tingkat stress pada pengukuran awal
bayangan dan lingkungan bayangan tersebut. Langkah dengan kategori sedang.
5. Gambaran tingkat stress pada kelompok kontrol dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya untuk
rata-rata tingkat stress pada pengukuran akhir memperbaharui keilmuan yang lebih terbaru yang masih
dengan kategori sedang. berhubungan dengan kasus stress pada remaja.
6. Terdapat pengaruh Guided imagery terhadap
penurunan tingkat stress pada siswa yang 4. Bagi Institusi Pendidikan
mengalami proses boarding school di SMK Diharapkan hasil penelitian ini menjadi tolak ukur
Kesdam IV/Diponegoro dengan nilai p- institusi pendidikan mengenai keadaan siswa saat awal
value=0,000 dengan rerata penurunan 4,83. menjadi siswa yang mengalami proses boarding school
segingga disarankan kepada institusi untuk memberikan
Saran kegiatan yang bervariasi untuk siswa untuk mencegah
1. Bagi Siswa stress pada siswa salah satu contohnya adalah pemberian
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan terapi guided imagery secara berkala dalam program sekolah.
bagi siswa yang mengalami boarding school pada awal
menjadi siswa, apabila mengalami stress dapat
menerapkan terapi tersebut sebagai terapi alternative
pada waktu senggang dan atau saat mengalami stress 5. Bagi Peneliti Selanjutnya
muncul. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menjadi
2. Bagi Perawat pedoman dalam penelitian yang akan datang. Menjadi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumber referensi dalam penyempurnaan keilmuan yang
pedoman bagi perawat dalam pelayanan asuhan sama namun lebih kompleks. Hasil penelitian
keperawatan yang lebih kompleks, tidak hanya menunjukkan adanya hubungan keduavariabel. Namun
pemberian obat farmakologi, namun dapat memberikan besar kemungkinan kedua variabel juga dipengaruhi
terapi non-farmakologi dengan memberikan intervensi oleh faktor lain. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat
keperawatan yang berfokus pada guided imagery. meneliti hubungan lama di asrama, tingkat religiusitas
3. Bagi Ilmu Keperawatan dan mekanisme koping terhadap stres siswa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsih ilmu keperawatan sehingga kedepannya
Kusmiran, Eny, 2011. Kesehatan Remaja dan Wanita. Novarenta, Affan. 2013. Guided imagery Untuk Mengurangi
Salemba Medika, Jakarta Rasa Nyeri Saat Menstruasi.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jipt/article/vie
Latipun. 2008. Psikologi Konseling Edisi ketiga, UPT wFile/1575/1671 Diakes 11 April 2014
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Novarenta, Affan. 2013. Guided imagery Untuk Mengurangi
Larasati, Danish Davina Sekar. (2014). Hubungan Antara Rasa Nyeri Saat Menstruasi. Fakultas Psikologi,
Stres Dan Kejadian Hipertensi Pada Perawat Di RS Universitas Muhammadiyah Malang ISSN: 2301-
PKU Muhammadiyah Surakarta. Skripsi thesis, 8267 Vol. 01, No.02, Agustus 2013 179
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Potter, Patricia A. dan Anne G. Perry. (2009). Fundamental
Lidwina. 2014. Dampak Pertumbuhan Penduduk terhadap Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta: Salemba
Peningkatan Kenakalan Remaja. Tersedia: Medika..
http://www.kompasiana.com/lidwinaeka/dampak-
pertumbuhan-penduduk-terhadap-peningkatan- Rusyanti, Hetty. 2013. Boarding school: Pengertian Boarding
kenakalan-remaja_54f38329745513972b6c7986 school. Tersedia:
Dipostkan: 29 Desember 2014 17:45:24 http://www.kajianteori.com/2013/03/boarding-
school-pengertian-boarding-school.html dipostkan:
Masulili, Fitria dkk. 2013. Metode Bimbingan Imajinasi 8 Maret 2013
Rekaman Audio untuk Menurunkan Stres
Hospitalisasi pada Anak Usia Sekolah di Rumah Santrock, J.W. (2008). Life-Span Development.
Sakit di Kota Palu. Makara Seri Kesehatan, 2013, Perkembangan Masa Hidup. Jilid 2 Edisi kelima.
17(2): 61-69 DOI: 10.7454/msk.v17i2.xxxx Jakarta : Erlangga.
Novarenta, Affan. 2013. Guided imagery Untuk Mengurangi Wade, Carole, dan Carol Tavris. (2007). Psychology,9th
Rasa Nyeri Saat Menstruasi: Fakultas Psikologi, edition, bahasa indonesia language edition. Jakarta : Penerbit
Erlangga.