Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
usia 19-24 tahun, dan paritas tertinggi adalah primiparitas. Insidensi
pengakhiran paling tinggi adalah ”Sectio Caesaria”, dengan indikasi paling
tinggi ”Cephalo pelvicdisproportion”.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
2
A. DEFINISI
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidak
sesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin
yang besar ataupun kombinasi keduanya.
B. ANATOMI PANGGUL
1. Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum 1,
linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah
jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata
diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah
yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum,
promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap
menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak
antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari
telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis 1,3 cm. Konjugata vera
yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan
mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak
antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara
konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.
3
berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.
4. Panggul Sempit
Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik,
uterus, janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan
ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu:
4
sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan
panggul.
Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga
terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat,
yaitu:
a) Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
b) Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia,
neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan
sendi sakrokoksigea.
c) Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis,
spondilolistesis.
d) Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa,
atrofi atau kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas
panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. penyempitan dapat
terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul,
atau panggul yang menyempit seluruhnya.
5
Diameter biparietal janin berukuran 9,5-9,8 cm, sehingga sangat sulit bagi
janin bila melewati pintu atas panggul dengan diameter anteroposterior
kurang dari 10 cm. Wanita dengan tubuh kecil kemungkinan memiliki
ukuran panggul yang kecil, namun juga memiliki kemungkinan janin kecil.
Dari Penulisan Thoms pada 362 nullipara diperoleh rerata berat badan anak
lebih rendah (280 gram) pada wanita dengan panggul sempit dibandingkan
wanita dengan panggul sedang atau luas. Pada panggul sempit ada
kemungkinan kepala tertahan oleh pintu atas panggul, sehingga gaya yang
ditimbulkan oleh kontraksi uterus secara langsung menekan bagian selaput
ketuban yang menutupi serviks. Akibatnya ketuban dapat pecah pada
pembukaan kecil dan terdapat resiko prolapsus funikuli.
Setelah selaput ketuban pecah, tidak terdapat tekanan kepala terhadap
serviks dan segmen bawah rahim sehingga kontraksi menjadi inefektif dan
pembukaan berjalan lambat atau tidak sama sekali. Jadi, pembukaan yang
berlangsung lambat dapat menjadi prognosa buruk pada wanita dengan
pintu atas panggul sempit. Pada nulipara normal aterm, bagian terbawah
janin biasanya sudah masuk dalam rongga panggul sebelum persalinan.
Adanya penyempitan pintu atas panggul menyebabkan kepala janin
mengapung bebas di atas pintu panggul sehingga dapat menyebabkan
presentasi janin berubah. Pada wanita dengan panggul sempit terdapat
presentasi wajah dan bahu tiga kali lebih sering dan prolaps tali pusat empat
sampai enam kali lebih sering dibandingkan wanita dengan panggul normal
atau luas.
6
panggul belum dapat didefinisikan secara pasti seperti penyempitan pada
pintu atas panggul.
Kemungkinan penyempitan pintu tengah panggul apabila diameter
interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior panggul tangah adalah
13,5 cm atau kurang. Ukuran terpenting yang hanya dapat ditetapkan secara
pasti dengan pelvimetri roentgenologik ialah distansia interspinarum.
Apabila ukuran ini kurang dari 9,5 cm, perlu diwaspadai kemungkinan
kesukaran persalinan apalagi bila diikuti dengan ukuran diameter sagitalis
posterior pendek.
7
panggul serta memberi gambaran jelas pintu bawah panggul. Adapun
pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti. Pelvimetri radiologis dapat
memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat ketelitian yang tidak
dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan pengukuran
yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar
spina iskhiadika.
Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi
janin sehingga jarang dilakukan.4 Pelvimetri dengan CT scan dapat
mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan lebih baik dibandingkan
radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu juga dapat
dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak
ada radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap.
Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri
dengan pencitraan dapat ditentukan jenis panggul, ukuran pangul yang
sebenarnya, luas bidang panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi
yaitu volume dari bayi yang terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan
pemeriksaan dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr.
Pada metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah
rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk
menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak. Metode
Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin
dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang
lain masuk ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti
tekanan tersebut dan ibu jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar
hubungan antara kepala dan simfisis.
8
bayi besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3%,
dan berat badan lahir yang melihi 4500 gram adalah 0,4%. Biasanya untuk
berat janin 4000-5000 gram pada panggul normal tidak terdapat kesulitan
dalam proses melahirkan. Faktor keturunan memegang peranan penting
sehingga dapat terjadi bayi besar. Janin besar biasanya juga dapat dijumpai
pada ibu yang mengalami diabetes mellitus, postmaturitas, dan pada grande
multipara. Selain itu, yang dapat menyebabkan bayi besar adalah ibu hamil
yang makan banyak, hal tersebut masih diragukan.
Untuk menentukan besarnya janin secara klinis bukanlah merupakan suatu
hal yang mudah. Kadang-kadang bayi besar baru dapat kita ketahui apabila
selama proses melahirkan tidak terdapat kemajuan sama sekali pada proses
persalinan normal dan biasanya disertai oleh keadaan his yang tidak kuat.
Untuk kasus seperti ini sangat dibutuhkan pemeriksaan yang teliti untuk
mengetahui apakah terjadi sefalopelvik disproporsi. Selain itu, penggunaan
alat ultrasonic juga dapat mengukur secara teliti apabila terdapat bayi
dengan tubuh besar dan kepala besar.
Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan
dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500gram.
Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau
kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat memasuki
pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui rongga
panggul. Bahu yang lebar selain dapat ditemukan pada janin yang memiliki
berat badan lebih juga dapat dijumpai pada anensefalus. Janin dapat
meninggal selama proses persalinan dapat terjadi karena terjadinya asfiksia
dikarenakan selama proses kelahiran kepala anak sudah lahir, akan tetapi
karena lebarnya bahu mengakibatkan terjadinya macet dalam melahirkan
bagian janin yang lain. Sedangkan penarikan kepala janin yang terlalu kuat
ke bawah dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada nervus brakhialis dan
muskulus sternokleidomastoideus.
C. PENANGANAN
1. Persalinan Percobaan
9
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala
janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung
pervaginam dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini
merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage
karena faktor tersebut tidak dapat diketahui sebelum persalinan. Persalinan
percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak
sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya. Ketentuan
lainnya adalah umur kehamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena
kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit
persalinan percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah
keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan
episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin
dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya
dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan
pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu
depan dimana sebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah
simfisis. Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong
memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin
dengan menggerakkan dimuka dadanya.
Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya,
dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari
panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada dua
macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa
dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya
adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan
lengkap dan berakhir 2 jam kemudian.
Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak
lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak
yang tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak
10
dapat lahir spontan pervaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu
dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak
atau kurang sekali kemajuannya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada
lingkaran bandel, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala
tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang
gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga
dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi
seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal atau ada indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat
persalinan pervaginam belum dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
D. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada ibu
- Fistula
11
- Partus lama dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis serta infeksi
- Dengan his yang kuat sedangkan kemajuan janin dalam jalan lahir
tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan
lingkaran retraksi patologis yang dapat berakhir pada ruptur uteri.
- post partus hemoragis hingga syok.
2. Komplikasi pada janin
- Meningkatkan kematian perinatal
- Kejang
- Asfiksia
- Cedera fasial
STATUS PASIEN
12
IDENTITAS PASIEN
Umur : 30 Tahun
Pekerjaan : PNS
Agama : kristen
Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Pendidikan : D III
No RM : 099301
ANAMNESA PENYAKIT
Telaah :
Ny. R datang ke RSUD DR.RM. Djoelham dengan keterangan
G2P0A1 , 30 tahun, PNS, Batak, Kristen, i/d Tn. mardaus, 35 tahun. Os
datang dengan keluhan mau bersalin. Sebelumya OS melakukan USG tgl 5
januari 2015 dengan Dr. Eka handayani, Sp.OG dengan hasil CPD
(Cephalopelvic Disproportion).
RPT : (-)
RPO : (-).
13
RIWAYAT OBSTETRI
G2P0A1
1. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK
1. STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Baik
Suhu : 36,50 C
2. Keadaan Penyakit
Anemia : (-)
Icterus : (-)
Cyanosa : (-)
Dyspnoe : (-)
Edema : (-)
STATUS LOKALIS
1. Kepala :
Mata : conjungtiva palpebra superior pucat (-/-)
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
14
2. Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-/-)
3. Thorax
a. Paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Sterm fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor (+/+)
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Suara tambahan (-/-)
b. Jantung : Ictus kordis tidak terlihat dan tidak teraba,bunyi jantung I
dan II murni, tidak ada mur-mur, tidak ada gallop.
c. Mammae : dbn
d. Kelenjar lymph : dbn
4. Abdomen :
Inspeksi : Massa (-), Striae gravidarum (-), Bekas operasi (-)
Palpasi : Hati tidak teraba,
Lien tidak teraba,
Nyeri tekan abdomen (-),
Fundus uteri tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltic usus normal
6. Genetalia Interna
Vaginal Thoucer : Belum ada tanda-tanda pembukaan
7. Ekstremitas : normal
8. Fundus uteri : 31 cm
9. Letak janin : Letak kepala
10. Punggung janin : Pu-Ka
11. Turunnya kepala : Belum Mauk PAP
12. DJJ : 142x/i
13. Irama jantung : reguler
14. Tanda-tanda rupturan uteri : tidak ada
15. Taksiran BB janin : 2790 kg
16. His : tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
Dilakukan pada tanggal 5 januari 2015 hasilnya adalah :
AH (+)
15
2. Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 5 Januari 2015 pukul 13:00 Wib
Darah rutin :
Hb : 12,2 gr/dl
Leukosit : 9700 mm3
Hematokrit : 32,0%
Trombosit : 218.000 mm3
Golongan Darah : “B”
Protein Urin : Negatif
Planotest : Positif
RESUME
ANEMNESA
Telaah :
Ny. R datang ke RSUD DR.RM. Djoelham dengan keterangan
G2P0A1 , 30 tahun, PNS, Batak, Kristen, i/d Tn. mardaus, 35 tahun. Os
datang dengan keluhan mau bersalin. Sebelumya OS melakukan USG tgl 5
januari 2015 dengan Dr. Eka handayani, Sp.OG dengan hasil CPD
(Cephalopelvic Disproportion).
RPT : (-)
RPO : (-).
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalisata
1. Abdomen
16
Palpasi : Fundus uteri teraba dengan tinggi 31cm, terabah
punggung di sebelah kanan ibu, letak kepala dan belum ada penurunan ke
PAP.
2. Genetalia Ekterna
3. Genetalia Interna
Vaginal Thoucer : Belum ada pembukaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. USG
Dilakukan pada tanggal 5 januari 2015 hasilnya adalah :
AH (+)
Kesan : CPD (Cephalopelvic Disproportion)
2. Laboratorium
Dilakukan pada tanggal 5 Januari 2015 pukul 13:00 Wib
Darah rutin : Hb : 12,2 gr/dl
Leukosit : 9700 mm3
Hematokrit : 32,0%
Trombosit : 218.000 mm3
Golongan Darah : “B”
Protein Urin : Negatif
Planotest : Positif
DIAGNOSA KERJA
PENATALAKSANAAN AWAL
RENCANA
17
- Rencana sectio cesaria
- Laporan Operasi
1. Tanggal operasi : 6 januari 2015
2. Diagnosa pre-operatif : G2P0A1 dengan CPD (Cephalopelvic
Disproportion).
3. Diagnosa post-operatif : P1A1, partus aterm, CPD (Cephalopelvic
Disproportion)
4. Macam operasi : Sectio cesaria efektif.
- Langkah-langkah Operasi
1. Pasien dipersiapkan di meja operasi dan dilakukan anastesi spinal
2. Pasien diposisikan terbaring
3. Pasien desinfektan dinding perut dan lapangan OP dipersempit dengan
duk steril.
4. Dibuat insisi horizontal ±12cm.
5. Dilakukan insisi pada segmen bawah rahim 1 cm dibawah plika
vesikouterina.
6. Kepala anak didorong dari arah vagina, ke arah abdomen.
7. Anak dilahirkan mulai dari kepala, badan, kaki per abdominal
dilakukan saction kemudian dilakukan pemotongan tali pusat.
8. Menjahit luka irisan
9. Permukaan abdomen dibersihkan dengan NaCl 0,9%
10. Eksplorasi kedalam vagina untuk mengeluarkan sisa darah
11. Operasi selesai
- Laporan Kelahiran Bayi
Bayi lahir jenis kelamin perempuan, dengan berat badan lahir
3.300 gram dan panjang badan 47cm dalam keadaan lengkap dan
sehat.
18
TERAPI POST OPERASI
- IVFD RL 20 gtt/menit
- Inj.Cefotaxim 1 gr/8 jam
- Inj. Ranitidin 1amp/8jam
- Inj. Ketorolac I amp/8jam
- Diet MB
FOLLOW UP
FOLLOW Tgl 5 Januari 2015 Tgl 6 Januari 2015 Tgl 7 Januari 2015
UP
KU Baik Baik Baik
Kesadaran CM CM CM
Keluhan - Luka bekas OP - Nyeri bekas OP
terasa berdenyut dan berkurang
nyeri
- Kontraksi uterus
(+)
- Flatus (+)
Vital Sign TD :110/70 mmhg TD :130/80 mmHg TD :110/70 mmHg
RR :20x/i RR :24x/i RR :20x/i
HR :82x/i HR :80x/i HR :80x/i
T :36,50 C T : 37,20 C T : 36,50 C
19
KESIMPULAN
20