You are on page 1of 5

JOURNAL READING

RHINOSINUSITIS DAN PERSPEKTIF PERAWATANNYA: ULASAN

DISUSUN OLEH:
AJENG APSARI UTAMI G99162056
RICKY IRVAN ARDIYANTO G99162063
MAIA THALIA GIANI G99162065
MARIA HELGA DIAH AYU M. G99162071
MUHAMMAD SALSABIL L. G99171030

PEMBIMBING:
dr. Putu Wijaya Kandhi, Sp.T.H.T.-K.L. (K)

KEPANITERAAN KLINIK / PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG, TENGGOROK, BEDAH
KEPALA, DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2018
Rhinosinusitis and Its Care Perspective : Review
Pundareekaksha Rao
International Journal of Ayurveda, Vol 1 (1), December 2016

CRITICAL APPRAISAL

General Description
1. Design : review
2. Subject : no subject
3. Title : interesting, concise and straightforward
4. Authors : clearly written constitution and there are correspondence
address
5. Abstract : clear and appropriate rules
6. Introduction : consists of nine paragraphs but doesn’t contain purpose of the
study
Level of Evidence

P-I-C-O Analysis
1. Population :
2. Intervention :
3. Comparison :
4. Outcome :

V-I-A Analysis
1. Validity :
2. Importance :
3. Applicability :
RHINOSINUSITIS DAN PERSPEKTIF PERAWATANNYA: ULASAN
Diterjemahkan dari
Rhinosinusitis and Its Care Perspective : Review
Pundareekaksha Rao
International Journal of Ayurveda, Vol 1 (1), December 2016

Abstrak

Pendahuluan

Diagnosis

Durasi dari fitur klinis yang kurang dari 5 hari umumnya dianggap
rhinosinusitis viral. Tidak adanya perbaikan atau perburukan antara 5 dan 10 hari
menunjukkan kemungkinan penyakit bakteri awal, dan lebih dari 10 hari durasi
megarah ke etiologi bakteri. Sebagian besar virus memuncak antara 3 dan 5 hari dan
sembuh pada hari ke 7 pada orang dewasa dan hari ke 10 pada anak-anak.

Rhinosinusitis viral sembuh dalam waktu tujuh hari tanpa intervensi dan
rinosinusitis bakteri ditunjukkan oleh adanya nyeri gigi rahang atas atau nyeri wajah
dan nyeri sinus maksilaris unilateral. Discharge hidung purulen dan gejala yang
memburuk setelah perbaikan awal juga merupakan petunjuk yang dapat diandalkan
dari sinusitis bakteri, tetapi tidak dapat mengonfirmasi.

Jumlah eosinofil yang meningkat juga sering terlihat pada sinusitis bakterial
serta AFS. Rinosinusitis alergi dapat ditentukan dari riwayat respons alergi.
Rinoscopy anterior pada rinitis alergika menunjukkan konka yang hipertrofi, merah
dan meradang, polip hidung, atau nanah pada meatus media.

Transiluminasi memungkinkan iluminasi struktur yang lebih dalam untuk


mengonfirmasi. Perangkat kamera yang digabungkan dengan pengisi daya digunakan
untuk menangkap dan merekam gambar untuk diagnosis sinusitis. Teknik ini telah
dirasakan aman, dapat diandalkan, biaya rendah, dan sederhana.
CT dan MRI adalah metode terbaik untuk mendeteksi patologi pada sinus. CT
berguna untuk mendeteksi patologi seperti penumpukan pada sinus, perubahan
mukosa, pertumbuhan, dan perubahan tulang. Kadar cairan dalam sinus dapat
dideteksi dengan X-ray. Tes darah dilakukan untuk menilai tingkat keparahan infeksi,
termasuk hitung darah lengkap, protein C-reaktif (CRP) dan laju endap darah (LED),
kultur darah dll.

Smear nasal positif mungkin dapat membantu dalam mengindikasi etiologi


penyakit MRI yang disukai atau ekstensi orbital dan intrakranial atau di AFS. Tes
untuk alergi, imunodefisiensi, fibrosis kistik, dan sindrom silia immotil membantu
untuk mendeteksi kondisi terkait Di AFS, total serum Ig E dan tes in vitro atau tes
kulit untuk jamur dan alergen umum biasanya positif.

Diskusi
Rhinosinusitis akut lebih sering ditemukan daripada rhinosinusitis kronis.
Rhinosinusitis akut ditandai dengan keluarnya cairan hidung, hidung tersumbat, nyeri
wajah, anosmia atau hiposmia. Dapat juga berkaitan dengan demam, malaise,
iritabilitas, sakit kepala, dll. Gejala klinis rhinosinusitis kronis meliputi keluarnya
cairan purulen hidung, obstruksi hidung, nyeri wajah, cairan purulen atau edema dari
meatus medius, dan persepsi bau menurun. Faktor pemicu rhinosinusitis mencakup
udara polutan, alergen, paparan dingin, sensitisasi kimia, infeksi, dll. Rhinosinusitis
akut dapat diklasifikasikan lebih lanjut dengan etiologi yang diduga, berdasarkan
gejala dan waktu, ke rhinosinusitis bakteri akut (Acute Bacterial Rhinosinusitis /
ABRS) atau rhinosinusitis viral akut (Viral Rhinosinusitis / VRS).
Rhinosinusitis kronis biasanya dikategorikan lebih lanjut berdasarkan ada atau
tidak adanya polip hidung, sebagai rhinosinusitis kronis tanpa polip hidung (Chronic
Rhinosinusitis without Nasal Polyps / CRSsNP) atau rhinosinusitis kronis dengan
polip hidung (Chronic Rhinosinusitis with Nasal Polyps / CRSwNP). Meskipun
keduanya ditandai dengan drainase mukopurulen dan obstruksi hidung. CRSsNP
sering terjadi terkait dengan nyeri/tekanan/kepenuhan wajah, sedangkan CRSwNP
sering ditandai dengan hiposmia.
Sinusitis alergik jamur adalah tipe rhinosinusitis kronis yang ketiga, terdiri
dari 5-10% rhinosinusitis kronis. Gejalanya mirip dengan rhinosinusitis kronis
kecuali rasa sakit tidak biasa. Inflamasi ini mungkin meluas ke daerah sekitarnya dan
menyebabkan Adenoiditis, Laryngitis, Otitis media, Dacryocystitis, Odontogenic
sinusitis, Meningitis dan thrombosis sinus Cavernosus, dll.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Operasi

Simpulan

You might also like