You are on page 1of 24

Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP


KEKUATAN OTOT KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUP DR.
SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
(JAWA TENGAH)

Oleh :
Fatma Hapida dan Riza Yulina Amri
Stikes Surya Global Yogyakarta

rizayulina@gmail.com

Background: Diabetes melitus is a chronic disease that if left untreated it will lead
to complications, one of which is a complication of neuropathy (nerve disorders
vessels). To prevent stiffness in neurogical or physical disability then the Range Of
Motion (ROM) exercises performed repeatedly on the leg joints of patients with
Diabetes melitus who experienced muscle weakness. Benefits of this exercise is
to increase leg muscle strength to meet the needs of people with Diabetes melitus
in motion that allow foe a balanced.
Methods: This research method uses quasi-experimental method with the
approach of pretest-posttest Non-Randomized Control Group with extensive
training on the effect Range Of Motion (ROM) of the leg muscle strength of
Diabetes melitus patients. Total sample of 40 respondents using accidental
sampling technique.
Results: The results of this research in the experimental group with the control
group using the Mann-Whitney test Z value is obtained at -4.379 with Asymp.Sig.
of 0000 (Asymp.Sig> 0.05), where Z is greater than Z test and p value table
Asymp.Sig. Of 0000 (Asymp.Sig <0.05), so the two groups between treatment
groups with the control group there were significant differences.
Conclusion: There is a wide Range Of Motion (ROM) exercises the leg muscle
strength of Diabetes melitus patients in the Hospital dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Central Java.
Keywords: Range Of Motion (ROM), leg muscle strength, Diabetes melitus.

215
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

PENDAHULUAN dengan jumlah penderita diabetes


Latar Belakang ke 4 terbanyak di dunia setelah
Cina, India, dan Amerika Serikat.
Sistem Kesehatan Nasional Laporan statistik International
menyatakan bahwa segala upaya Diabetes Federation (IDF) 2014
dalam pembangunan kesehatan di menyebutkan bahwa sekarang
Indonesia diarahkan untuk mencapai sudah ada sekitar 230 juta diabetesi
derajat kesehatan yang lebih tinggi (penderita diabetes) dengan angka
yang memungkinkan orang hidup kejadian naik 3 persen atau 7 juta
lebih produktif baik sosial maupun orang setiap tahun. American
ekonomi. Meningkat nya status Diabetes Association melapor kan
sosial dan ekonomi, pelaya nan bahwa setiap 21 detik ada satu
kesehatan masyarakat, perubahan orang yang terkena diabetes.
gaya hidup, bertambahnya umur Diperkirakan jumlah diabetesi
harapan hidup, maka di Indonesia mencapai 350 juta pada tahun
mengalami pergeseran pola penyakit 2025, lebih dari setengahnya
dari penyakit menular menjadi berada di Asia, terutama di India,
penyakit tidak menular (transisi Cina, Pakistan, dan Indonesia
epidemiologi), salah satunya adalah (Tandra, 2014).
Diabetes melitus. Diabetes melitus Menteri Kesehatan Siti
merupakan suatu penyakit menahun Fadilah Supari saat membuka
yang ditandai oleh kadar glukosa Kongres Nasional VI Persatuan
darah melebihi normal dan Diabetes Indonesia di Jakarta, Sabtu
gangguan metabolisme karbohidrat, (3/9/2008), menambahkan perlunya
lemak dan protein yang disebabkan upaya pencegahan dan
oleh kekurangan hormon insulin penanggulangan. Karena bila telah
secara relatif maupun absolut. Bila terjadi komplikasi, bisa terjadi
hal ini dibiarkan tidak terkendali kecacatan, menurunnya usia
dapat terjadi komplikasi metabolik harapan hidup dan tinggginya
akut maupun komplikasi vaskuler pembiayaan kesehatan untuk semua
jangka panjang, baik mikroangiopati golongan masyarakat, katanya.
maupun makroangiopati (Hastuti, Komplikasi diabetes antara lain
2008). penyakit pembuluh koroner (jantung
Menurut World Health koroner), penyakit pembuluh darah
Organita tion (WHO) tahun 2010 perifer, stroke, neuropati diabetic
terdapat lebih dari 200 juta orang (gangguan pada pembuluh saraf),
dengan diabetes di dunia. Angka ini amputasi, gagal ginjal, dan
akan bertambah menjadi 333 juta kebutaan. Data dari Departemen
orang di tahun 2025. Negara Kesehatan menunjukkan, jumlah
berkembang seperti Indonesia pasien diabetes rawat inap maupun
merupakan daerah yang paling rawat jalan di rumah sakit
banyak terkena pada abad 21. menempati urutan pertama dari
Indonesia merupakan negara seluruh penyakit endokrin (Kompas,

216
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

2008). menunjukkan bahwa para penderita


Berdasarkan laporan rumah diabetes yang berusia lanjut
sakit dan puskesmas, prevalensi mengalami pengurangan massa
Diabetes melitus tergantung insulin otot pada kaki yang lebih besar,
di Provinsi Jawa Tengah pada tahun apabila dibandingkan dengan
2008 sebesar 0,16%, mengalami mereka yang tidak menderita
peningkatan bila dibandingkan diabetes. Penuaan memang
prevalensi tahun 2007 sebesar merupakan salah satu faktor yang
0,09%. Prevalensi tertinggi adalah di menyebabkan berkurangnya
Kota Semarang sebesar 0,84%. kekuatan otot kaki. Namun,
Sedang prevalensi kasus Diabetes berkurangnya kekuatan otot kaki
melitus tidak tergantung insulin lebih pada penderita diabetes ternyata
dikenal dengan DM tipe II, lebih besar, hingga 13.5 % dalam 3
mengalami peningkatan dari 0,83% tahun. Hal ini diyakini berhubungan
pada tahun 2006, menjadi 0,96% dengan terjadinya proses
pada tahun 2007, dan 1,25% pada peradangan yang juga menyerang
tahun 2008 (Dinkes Provinsi Jawa otot kaki. Berkurangnya massa
Tengah, 2008). dan kekuatan otot kaki ini diyakini
Risiko kematian pasien dapat menyebabkan gangguan
diabetes dua kali lebih besar fungsi kaki pada penderita diabetes,
ketimbang orang nondiabetes. seperti tercantum pada Clinical
Komplikasilah penyebabnya. Biomechanics. Dan apabila tidak
Memang, ujung perjalanan penyakit segera diatasi, akan dapat
diabetes adalah timbulnya berbagai menyebabkan gangguan berjalan
komplikasi yang membuat semakin dan bergerak (Nutrifood, 2013).
menderita dan kualitas hidup Para peneliti Korea dan
menurun. Jika dibiarkan tanpa Amerika (Serikat) melaporkan. Ketua
pengobatan, gula darah tinggi akan tim peneliti Dr. Seok Won Park
terus merusak sel-sel organ tubuh, mengatakan bahwa kondisi
seperti jantung, saraf, mata, dan kesehatan lansia (lanjut usia)
ginjal. Komplikasi diabetes bisa penderita diabetes akan mengalami
timbul pada semua organ dan kemunduruan dengan proses
semua sistem tubuh, dari kepala kehilangan kekuatan otot-otot sekitar
sampai kaki (Tandra, 2014). 50% lebih cepat dibandingkan
Journal of Hypertension, dengan kelompok non-diabetik,
Ophtalmo logy, Archives of sehingga hal ini juga menjelaskan
Gerontology and Geriatrics juga temuan adanya ketidakmampuan
menyatakan bahwa penelitian fisik penderita diabetes yang
terbaru menunjukkan adanya mencapai dua kali dibandingkan
hubungan antara penyakit diabetes dengan kelompok non-diabetik. Park
dan berkurangnya massa dan dan rekan-rekannya juga mencatat
kekuatan otot kaki. Hasil penelitian rata-rata 50% penurunan kekuatan
yang tercantum pada Diabetes Care pada otot lutut lansia penderita

217
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

diabetes. Hasil temuan lainnya juga terhadap kekuatan otot mereka.


memperlihatkan adanya Ketika observasi peneliti juga
pengurangan fungsi dari otot pada memberikan beberapa pertanyaan
kaki tidak selalu harus disertai kepada pasien tentang pengetahuan
dengan kehilangan massa jaringan pasien terhadap ROM dan
dari ototnya (KapanLagi.com, 2012). keterlibatan perawat dalam
Dari hasil studi pendahuluan pemberian latihan ROM dan
yang dilakukan pada tanggal 13 hasilnya peneliti mengetahui pasien
Maret 2014 di RSUP dr. Soeradji menyatakan bahwa mereka jarang
Tirtonegoro Klaten, peneliti bahkan tidak pernah dilakukan
memperoleh data dari bulan Oktober tindakan ROM.
2013 sampai dengan bulan Januari Sementara dari hasil
2014 adalah sebagai berikut: observasi yang peneliti lakukan di
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten, untuk pemberian latihan
Tabel 1 ROM di RSUP Dr. Soeradji
Jumlah pasien Rawat Inap Tirtonegoro Klaten memang sudah di
Diabetes melitus di Bangsal Melati programkan dari Rumah Sakit
2 RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro sendiri akan tetapi belum dapat
Klaten pada bulan Oktober 2013 - dikatakan efektif kepada pasien. Hal
Januari 2014 tersebut dikarenakan untuk

Sumber: Rekam medis RSUP Dr. Bulan Jumlah


Soeradji Tirtonegoro Klaten penderita DM
Oktober 31
Berdasarkan studi
November 42
pendahuluan yang dilakukan peneliti
Desember 38
diperoleh 8 orang pasien penderita Januari 46
Diabetes melitus di RSUP Dr. Total 157
Soeradji Tirtonegoro Klaten. Ke 8 pemberian latihan ROM sendiri
orang pasien tersebut bersedia ditugaskan kepada fisioterapi untuk
diobservasi kekuatan ototnya, pelaksanaanya. Sementara itu untuk
setelah dilakukan pengukuran SDM dari fisioterapinya sendiri
kekuatan otot diketehui bahwa 5 sangatlah minim sedangkan
dari 8 orang orang pasien tersebut penyakit diabetes mellitus sendiri
memiliki kekuatan otot yang relatif termasuk terbesar ke 10 besar
rendah. Selain itu diketahui juga penyakit terbanyak di Rumah Sakit
bahwa ke 5 pasien tersebut memiliki dan jumlah pasien Diabetes melitus
kekuatan otot dengan rentang 2 yang perlu ditangani lebih banyak.
sampai 3. Hasil observasi tersebut Hal ini dapat menyebabkan
juga mengatakan bahwa pasien ketidakefektifan dalam manajeman
merasakan mereka mengalami waktu pada saat pemberian latihan
kemunduran dan kehilangan ROM tersebut pada pasien DM.

218
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

Berdasarkan latar belakang c. Diketahuinya kekuatan otot


di atas, maka penulis tertarik kaki pada penderita Diabetes
untuk meneliti lebih lanjut tentang melitus sebelum pada
Pengaruh Pemberian Latihan Range kelompok kontrol.
Of Motion (ROM) Terhadap d. Diketahuinya kekuatan otot
Kekuatan Otot Kaki Pada Pasien kaki pada penderita diabetes
Diabetes Mellitus Di RSUP Dr. mellitus setelah pada
Soeradji Tirtonegoro Klaten (Jawa kelompok kontrol.
Tengah). Mengetahui pengaruh
latihan pemberian latihan ROM METODE PENELITIAN
terhadap kekuatan otot kaki pada
pasien Diabetes melitus, maka Jenis Penelitian
diharapkan dapat bermanfaat dalam Jenis penelitian yang
bidang praktik klinik keperawatan digunakan oleh peneliti adalah quasi
khususnya dalam memberikan eksperimen dengan rancangan
asuhan keperawatan yang penelitian Non Randomized Pretest-
komprehensif untuk Posttest with Control Group, yaitu
mempertahankan dan meningkatkan merupakan rancangan yang
status fungsional pasien serta dapat mengungkapkan hubungan sebab
meningkatkan kualitas hidup pasien. akibat dengan cara melibatkan
kelompok kontrol disamping
Tujuan Penelitian kelompok eksperimental. Kelompok
1. Tujuan Umum perlakuan dilakukan suatu intervensi
Mengetahuinya Pengaruh tertentu kemudian kelompok kontrol
Pembe rian Latihan ROM (Range tidak dilakukan tindakan (Nursalam,
Of Motion) Terhadap Kekuatan 2011).
Otot Kaki Pada Pasien Diabetes Dilakukan pengukuran
melitus di RSUP Dr. Soeradji kekuatan otot pasien sebelum
tirtonegoro Klaten Jawa Tengah. (pretest) dan sesudah perlakuan
2. Tujuan Khusus (postest) yaitu latihan luas gerak
a. Diketahuinya kekuatan otot sendi aktif (ROM) pada kelompok
kaki pada penderita Diabetes yang mendapat perlakuan,
melitus sebelum diberikan sedangkan pada kelompok kontrol
latihan ROM (Range Of dilakukan pengukuran kekuatan otot
Motion) pada pasien Diabetes dengan tidak diberi perlakuan (tidak
melitus pada kelompok diberi latihan luas gerak sendi aktif).
eksperimen. Didalam desain penelitian ini
b. Diketahuinya kekuatan otot observasi dilakukan sebanyak dua
kaki pada penderita diabetes kali yaitu sebelum dan sesudah
mellitus setelah diberikan eksperimen.
latihan ROM (Range Of
Motion) pada kelompok Gambar designnya sebagai berikut:
eksperimen.

219
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

penentuan sampel berdasarkan


kebetulan, yaitu apa saja yang secara
kebetulan bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2012). Besar sampel
merupakan bagian populasi yang
diambil dengan cara tertentu, dimana
O1 = Pengukuran kekuatan pengukuran dilakukan (Sugiyono,
otot kaki pada pasien 2012). Sampel yang diperoleh akan
Diabetes melitus sebelum dibagi dua kelompok, yaitu kelompok
pemberian latihan gerak eksperimen yang diberikan latihan
sendi aktif (ROM). gerak sendi aktif (ROM) dan
O2 = Pengukuran kekuatan kelompok kontrol tidak diberikan
otot kaki pada pasien latihan gerak sendi aktif (ROM).
diabetes melitus setelah Pemilihan sampel dilakukan dengan
pemberian latihan gerak cara mengundi nomor, yaitu nomor
sendi aktif (ROM). ganjil dan nomor genap, dimana
O3 = Kekuatan otot pasien responden yang mendapatkan nomor
ganjil akan menjadi kelompok
(kelompok kontrol) sebelum.
eksperimen, sedangkan responden
O4 = Kekuatan otot pasien
yang mendapat nomor genap akan
(kelompok kontrol) sesudah . menjadi kelompok kontrol. Jumlah
X = Pemberian latihan gerak sampel dalam penelitian ini adalah
aktif (ROM). 40 responden, dimana kelompok
- = Tidak diberi latihan gerak eksperimen 20 responden dan
sendi aktif (ROM). kelompok kontrol 20 responden.
Penelitian eksperimen
Populasi dan Sampel Penelitian sederhana yang menggunakan
a) Populasi kelompok eksperimen dan kelompok
Populasi yang digunakan kontrol, maka jumlah anggota sampel
dalam penelitian ini adalah pasien masing-masing kelompok 10 - 20
dengan penderita Diabetes melitus responden (Sugiyono, 2010).
yang mengalami penurunan kekuatan
otot pada bagian ekstremitas bawah Lokasi dan Waktu Penelitian
di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Penelitian dilakukan di
Klaten yang berjumlah 141 dalam 5 Bangsal Melati 2 RSUP Dr. Soeradji
bulan terakhir (Januari-Mei 2014). Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah dan
b) Sampel dilaksanakan pada bulan Juni sampai
Penelitian ini sampel diperoleh dengan Juli 2014.
dengan pengambilan subjek Teknik Pengumpulan Data
penelitian menggunakan cara non 1. Metode pengumpulan data
probability sampling dengan metode a. Observasi
accidental sampling yaitu teknik Pengumpulan data dilakukan dengan

220
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

cara melakukan observasi secara (Saryono, 2011). Data primer


langsung pada pasien Diabetes diperoleh secara langsung dari
melitus yang sudah terpilih menjadi responden. Peneliti menggunakan
responden. Penderita terpilih lembar observasi hasil pengukuran
menjadi sampel eksperimen diberi kekuatan otot kaki pasien Diabetes
perlakuan (traetmant) yaitu latihan melitus pada kelompok perlakuan
gerak sendi aktif (ROM). Kekuatan dan kelompok kontrol. Secara umum
otot diukur oleh peneliti yang lembar observasi berisi tentang
dilakukan sebelum (pretest) dan biodata responden, skala kekuatan
sesudah (postest) pemberian latihan otot sebelum dan sesudah
ROM. Selanjutnya hasil kekuatan dilakukan treatment (tindakan)
otot pada pasien Diabetes melitus latihan ROM dan tidak dilakukan
baik sebelum dan sesudah diberi latihan ROM.
latihan ROM pada kelompok b. Data sekunder
perlakuan dan kelompok kontrol yang Data sekunder adalah data yang
tidak diberikan perlakuan akan diperoleh lewat pihak lain, tidak
dimasukan dalam lembar observasi langsung diperoleh oleh peneliti dari
pengukuran skala kekuatan otot subyek penelitiannya (Saryono,
menggunakan skala lovett”s. Secara 2011). Data sekunder diperoleh dari
umum lembar observasi pengukuran rekam medik RSUP Dr. Soeradji
kekuatan otot berisi tentang identitas Tirtonegoro Klaten, buku catatan
klien meliputi nama, usia, jenis pasien yang ada di bangsal Melati
kelamin, dan alat ukur skala lovett”s RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
sebelum dan sesudah perlakuan baik Klaten
kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol. Instrumen Penelitian
b. Dokumentasi Instrumen (alat ukur) yang
Data pasien Diabetes melitus digunakan dalam penelitian ini adalah
diperoleh dari buku catatan pasien berupa skala Lovett”s yang
diabetes di bangsal Melati RSUP Dr. digunakan sebagai pedoman
Soeradji Tirtonegoro Klaten, serta observasi untuk mengukur kekuatan
data-data yang berkaitan dengan otot. Dengan kategori skala:
masalah dan landasan teori diperoleh 5 (Normal) : Mampu menggerakan
dari buku, jurnal, skripsi, tesis dan dengan beban maksimal.
studi kepustakaan. 4 (Baik) : Mampu menggeran
2. Jenis-jenis data dengan beban ringan.
a. Data Primer 3 (Sedang) : Mampu menggerakan
Data primer adalah data yang dengan melawan gravitasi.
diperoleh langsung dari subyek 2 (Buruk) : Tidak mampu melawan
penelitian dengan mengunakan alat gravitasi, melakukan gerakan
pengukuran atau alat pengambil data, horizontal.
langsung pada subyek sebagai 1 (Sedikit) : Hanya ada kontraksi otot
sumber informasi yang dicari pada palpasi.

221
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

0 (Nol) : Tidak ada kontraksi otot. Tes.


Uji statistik Wilcoxon Sign
Teknik Pengolahan Data dan Tes digunakan untuk
Analisis Data menggambarkan dua kelompok
1. Teknik Pengolahan Data responden yaitu kelompok
Data yang telah terkumpul eksperimen dan kelompok kontrol
diolah dengan proses pengolahan akan diukur kekuatan otot, hasil
data sebagai berikut: : awal yang didapat sebelum
Editing,Coding, Tabulating, Entry, diberikan perlakuan merupakan
Hasil pada lembar hasil pretest. Hasil posttest
peneitian ini dipindahkan kedalam didapatkan dari pengukuran
formulir khusus. Langkah kekuatan otot dari kelompok
selanjutnya yaitu analisa data eksperimen (diberikan perlakuan
yaitu: latihan ROM) dan kelompok kontrol
a) Analisa Univariat. (tidak diberikan perlakuan latihan
Analisa univariat menganalisis ROM.
tiap-tiap variabel penelitian yang Untuk mengetahui perbedaan
ada secara deskpriptif dengan sebelum dan sesudah diberikan
menghitung distribusi frekuensi dan perlakuan (treatment) dengan
proporsinya untuk mengetahui melibatkan perbandingan rata-rata
karakteristik dari subyek penelitian, hasil pretest dan posttest dari
dilakukan bertujuan untuk kelompok kontrol maupun
menghasilkan presentase dari tiap kelompok eksperimen maka
variabel, baik variabel (variabel dilakukan uji analisa statistik
independen): latihan ROM dan yaitu menggunakan
variabel terikat (variabel dependen): rumus Uji Wilcoxon
kekuatan otot kaki penderita Diabetes
melitus. b) Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan
untuk mengetahui dan
menerangkan adanya keeratan
hubungan antara dua variabel,
baik variabel bebas yaitu variabel
pemberian teknik imajinasi terbimbing Keterangan :
dan variabel terikat yaitu variabel
kekuatan otot kaki penderita z = nilai distribusi normal
Diabetes melitus. Analisa bivariat n = Jumlah Seluruh anggota sampel
berfungsi untuk mengetahui T = Jumlah jenjang / rangking yang
pengaruh Latihan ROM terhadap kecil
kekuatan otot pasien Diabetes
melitus. Uji statistik yang digunakan Data yang diperoleh akan
untuk menguji hipotesis dalam diolah mengunakan program
penelitian ini adalah Wilcoxon Sign komputer. Ada tidaknya perbedaan

222
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

yang bermakna sebelum dan Responden diperoleh peneliti


sesudah dilakukan intervensi dapat secara langsung dan memiliki
diketahui melalui dua cara. Cara karakteristik yang dapat
pertama harga Z hitung di diklasifikasikan menurut jenis kelamin
bandingkan dengan harga Z tabel dan umur dengan karakteristik
sehingga diperoleh interprestasi. sebagai berikut:
Ketentuan pengujian berdasarkan
tingkat kemaknaan 95 % ( alpha
0,05), bila harga Z hitung lebih besar
dari Z tabel maka Ho ditolak. Cara
kedua, digunakan nilai probabilitas,
apabila nilai p (value) < 0,05 maka di
katakan ada perbedaan bermakna
sebelum dan sesudah perlakuan
(Riwidikdo,
2012). Sehingga ada pengaruh
pemberian latihan Range Of Motion
(ROM) terhadap kekuatan otot kaki
pasien Diabetes melitus di RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten.
Dalam penelitian ini, uji Mann-
Whitney digunakan untuk
membandingkan atau mengetahui
signifikansi hasil penelitian antara
kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Rumus uji Mann-
Whitney

HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada
tanggal 10 Juli 2014. Jumlah sampel
yang diperoleh dalam penelitian ini
yaitu sebanyak 40 responden
dijadikan dalam 2 kelompok yang
terdiri dari 20 responden sebagai
kelompok yang diberikan perlakuan
dan 20 responden sebagai kelompok
kontrol.

223
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

Tabel 2
Karateristik Responden Pasien Diabetes melitus di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten pada Bulan Juli 2014

Eksperimen Kontrol

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase


Karakteristik Kelompok (F) (%) (F) (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 13 65 13 65
Perempuan 7 35 7 35
Total 20 100 20 100
Umur 25 - 44th 3 15 4 20
45 - 64 th 11 55 10 50
>64 th 6 30 6 30
Total 20 100 20 100
Sumber: Data Primer (diolah)

sebanyak 11 orang (55,0%).


Berdasarkan tabel 2 dapat Sedangkan pada kelompok kontrol
diketahui bahwa pada responden juga mayoritas responden berada
kelompok eksperimen jumlah jenis pada umur 45-64 tahun yaitu
kelamin laki-laki 13 orang (65,0%) berjumlah 10 orang (50,0%).
dan pada perempuan berjumlah 7 Hasil ini menunjukkan bahwa umur
orang (35,0%), sedangkan hasil pada responden pasien Diabetes melitus
responden kelompok kontrol sama di Bangsal Melati 2 RSUP dr.
dengan kelompok eksperimen Soeradji Tirtonegoro Klaten masih
dimana jumah jenis kelamin laki-laki dalam kelompok Pra Lansia.
berjumlah 13 orang (65,0%) dan Penelitian ini sesuai dengan yang
jumlah jenis kelamin perempuan dilakukan oleh (Rugaiya, 2013)
berjumlah 7 orang (35,0%). Hasil ini dimana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 22
responden pasien Diabetes melitus di penderita Diabetes melitus terdapat
Bangsal Melati 2 RSUP dr. Soeradji 13 orang penderita Diabetes melitus
Tirtonegoro Klaten mayoritas berada pada usia 45-60 tahun. Data
berjenis kelamin laki-laki. Data tersebut sejalan dengan teori yang
tersebut sesuai dengan American menyebutkan faktor usia yang
Diabetes Association (2007) dari mengidap Diabetes melitus yaitu
segi genetik pola pewarisan Diabetes umumnya manusia yang mengalami
melitus lebih kuat pada laki-laki perubahan fisiologis yang secara
disbanding perempuan. drastic menurun dengan cepat
Berdasarkan data umur, setelah usia 40 tahun.
pada kelompok eksperimen 2. Analisa Univariat
responden berumur mayoritas Dalam penelitian ini pemberian
berumur antara 45-64 tahun yaitu latihan Range Of Motion (ROM)

224
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

dilakukan sebanyak 3 kali dalam sebelum diberikan latihan Range Of


seminggu dan dalam setiap Motion (ROM) di Bangsal Melati 2
gerakan diberikan pengulangan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
sebanyak 5 kali untuk setiap gerakan.
a. Kekuatan Otot Kaki responden

Tabel 3
Disribusi Frekuensi Klasifikasi Tingkat Kekuatan Otot Kaki Berdasarkan
Skala Lovett’s Pada Kelompok Eksperimen Dan Kelmpok Kontrol Sebelum
Diberikan latihan ROM

Eksperimen Kontrol

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase


Penilaian Kelompok (F) (%) (F) (%)
Kekuatan Otot Normal 0 0 0 0
Baik 0 0 0 0
Sedang 8 40 7 35
Buruk 12 60 13 65
Sedikit 0 0 0 0
Nol 0 0 0 0
Total 20 100 20 100
Sumber : Data primer

Berdasarkan tabel 3 diatas Berdasarkan tabel 3 diatas


menunjukkan bahwa dari 20 menunjukkan bahwa dari 20 orang
responden sebelum dilakukan latihan responden pada kelompok kontrol
ROM pada kelompok eksperimen terlihat tingkat kekuatan otot kaki
persentase tertingi adalah responden pasien sebelum mendapat latihan
dengan tingkat kekuatan otot kaki ROM dalam kategori buruk yaitu
buruk yaitu 12 responden 60,0 %, sebesar 13 responden 65,0% dan
kemudian diikuti dengan kekuatan kategori sedang yaitu 7 responden
otot kaki sedang yaitu 8 responden 35,0%.
40,0 %, dan tidak ada yang
mengalami kekuatan otot kaki b. Kekuatan Otot Kaki responden
normal, baik, sedikit maupun nol. Hal sesudah diberikan latihan ROM
ini menunjukkan bahwa mayoritas (Range Of Motion) di Bangsal Melati
pasien Diabetes melitus di Bangsal 2 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Melati 2 RSUP dr. Soeradji Klaten
Tirtonegoro Klaten sebelum
mendapat latihan ROM mengalami
kekuatan otot kaki buruk (2= rentang
gerak penuh, gravitasi tidak ada
(gerakan pasif).

225
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

Tabel 4
Disribusi Frekuensi Klasifikasi Kekuatan Otot Kaki Berdasarkan Skala Lovett’s
Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sesudah diberikan Latihan ROM dan
Kekuatan Otot Kaki Pada Kelompok Kontrol

Eksperimen Kontrol

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase


Penilaian Kelompok (F) (%) (F) (%)
Kekuatan Otot Normal 0 0 0 0
Baik 9 45 0 0
Sedang 11 55 6 30
Buruk 0 60 14 70
Sedikit 0 0 0 0
Nol 0 0 0 0
Total 20 100 20 100
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4 di atas otot yang dialami pada kelompok
dapat dilihat setelah beberapa waktu eksperimen setelah pemberian latihan
menunjukkan bahwa dari 20 responden Range Of Motion (ROM) dan kelompok
pada kelompok eksperimen persentase kontrol tanpa pemberian latihan Range
tertinggi adalah kekuatan otot kaki Of Motion (ROM).
berdasarkan skala Lovett’s ada pada 3. Analisa Bivariat
kekuatan otot kaki sedang yaitu 11
responden 55,0% , dan sebanyak Pengujian ini dimaksudkan untuk
persentase terendah adalah kekuatan mengetahui apakah secara statistika
otot kaki baik yaitu 9 responden 45,0%. terdapat perbedaan kekuatan otot kaki
Sedangkan dari 20 responden pada pada pasien Diabetes melitus sebelum
kelompok kontrol tingkat kekuatan otot dan setelah pemberian latihan Range Of
kaki buruk yaitu sebanyak 14 responden Motion (ROM) di RSUP dr. soeradji
70,0% dan kekuatan otot kaki terendah Tirtonegoro Klaten dengan program
adalah kekuatan otot kaki sedang yaitu SPSS 16.0 dengan menggunakan
sebanyak 6 responden 30,0%. analisis uji Wilcoxon dan Mann Whitney
Berdasarkan hasil pengukuran kekuatan yang hasilnya tampak pada tabel 5
otot kaki tersebut mengindikasikan berikut ini.
adanya perbedaan tingkat kekuatan

226
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

Tabel 5
Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Kaki
Penderita Diabetes melitus Di Bangsal Melati 2 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Tahun 2014

Berdasarkan tabel 5 di atas otot kaki pasien Diabetes Mellitus di


menunjukkan secara statistik terdapat Bangsal Melati 2 RSUP dr.Soeradji
perbedaan yang signifikan terhadap Tirtonegoro Klaten. Selain itu bisa
kekuatan otot kaki pasien Diabetes dibuktikan dengan cara dibandingkan
melitus pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol yang tidak
setelah diberi perlakuan pemberian diberi perlakuan latihan ROM terhadap
latihan Range Of Motion (ROM) hal ini kekuatan otot kaki pasien Diabetes
ditunjukan dengan nilai sig-p 0,000 melitus. Jika pada kelompok kontrol
karena nilai Sig-ߩ lebih kecil dari hasil Sig-ߩ 0,317 itu berarti pada
0.05 maka terdapat pengaruh yang kelompok kontrol tidak ada pengaruh
signifikan pemberian latihan ROM yang signifikan karena tidak diberi
(Range Of Motio) terhadap kekuatan perlakuan
.
Tabel 6
Perbandingan Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot
Kaki Penderita Diabetes melitus Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol Di Bangsal Melati 2 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2014

Kekuatan Otot Kaki Z-test Sign Keterangan

,000 Sig-ߩ< 0,05 ada pengaruh yang sangat


signifikan
Sumber : data primer
Berdasarkan tabel 6 didapatkan test dari hasil pengujian adalah
hasil bahwa perbandingan kekuatan sebesar –4.844 dengan asymp.sig.
otot kaki pada kelompok eksperimen sebesar 0.000 (asymp.sig < 0.05),
dan kelompok kontrol dengan Nilai Z sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan

227
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

hipotesis alternatif (Ha) diterima. responden berjenis kelamin laki-laki


Dengan diterimanya Ha berarti yaitu sebanyak 13 orang (65,0%) dan
terdapat perbedaan yang signifikan pada perempuan berjumlah 7 orang
antara kekuatan otot kaki pada (35,0%), sedangkan hasil pada
kelompok eksperimen dengan responden kelompok kontrol sama
kelompok kontrol setelah diberikan dengan kelompok eksperimen dimana
latihan Range Of Motion (ROM) jumah jenis kelamin laki-laki berjumlah
terhadap kekuatan otot kaki penderita 13 orang (65,0%) dan jumlah jenis
Diabetes melitus di Bangsal Melati 2 kelamin perempuan berjumlah 7 orang
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. (35,0%). Hasil ini menunjukkan bahwa
jenis kelamin responden pasien
Pembahasan Diabetes melitus di Bangsal Melati 2
RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
Kekuatan Otot Kaki Sebelum mayoritas berjenis kelamin laki-laki.
Dilakukan Latihan Range Of Hasil penelitian juga
Motion (ROM) pada Pasien Diabetes menunjukkan bahwa berdasarkan tabel
melitus pada Kelompok Eksperimen 2 pasien Diabetes melitusdi RSUP Dr.
Hasil menunjukkan bahwa dari Soeradji Tirtonegoro Klaten pada
20 orang responden pada kelompok kelompok eksperimen mayorias
eksperimen berdasarkan tabel 3 responden berumur antara 45-64 tahun
didapatkan 12 responden atau 60,0 % yaitu sebanyak 11 orang (55,0%).
mengalami kekuatan otot kaki buruk Sedangkan pada kelompok kontrol
(2= rentang gerak penuh, gravitasi juga mayoritas responden berada pada
tidak ada (gerakan pasif)) dan 8 umur 45-64 tahun yaitu berjumlah 10
responden atau 40,0 % mengalami orang (50,0%). Hasil ini menunjukkan
kekuatan otot kaki sedang (3= bahwa umur responden pasien
rengtang gerak penuh dengan Diabetes melitus di Bangsal Melati 2
gravitasi). Hal ini menunjukkan bahwa RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
mayoritas pasien penderita Diabetes masih dalam kelompok Pra Lansia.
melitus di Bangsal Melati 2 RSUP dr. Kekuatan otot klien menurun
Soeradji Tirtonegoro Klaten sebelum karena akibat pemecahan protein, klien
mendapat latihan ROM mengalami mengalami kehilangan masa tubuh,
kekuatan otot kaki buruk (2= rentang yang membentuk sebagian otot. Oleh
gerak penuh, gravitasi tidak ada karena itu, penurunan massa otot
(gerakan pasif)). tidak mampu mempertahankan
Hasil penelitian juga aktivitas tanpa peningkatan kelelahan.
menunjukkan bahwa berdasarkan tabel Massa otot menurun akibat
2 pasien Diabetes melitus di RSUP dr. metabolisme yang tidak digunakan.
Soeradji Tirtonegoro Klaten pada Jika imobilisasi berlanjut dan otot tidak
kelompok eksperimen mayoritas dilatih, maka akan terjadi penurunan

228
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

massa yang berkelanjutan. eksperimen berdasarkan tabel 4 di


Selain itu dalam pengaruh otot atas dapat dilihat setelah beberapa
skelet, imobilisasi menyebabkan dua waktu menunjukkan bahwa dari 20
perubahan terhadap skelet: gangguan responden pada kelompok
metabolisme kalsium dan kelainan eksperimen persentase tertinggi
sendi. Karena imobilisasi berakibat adalah kekuatan otot kaki sedang (3:
pada resorpsi tulang, sehingga rentang gerak penuh dengan gravitasi)
jaringan tulang menjadi kurang padat, yaitu 11 responden 55,0% , dan
dan terjadi osteoporosis. Apabila sebanyak persentase terendah adalah
osteoporosis terjadi maka klien berisiko kekuatan otot kaki baik (4: rentang
terjadi fraktur patologis. Imobilsasi gerak penuh melawan gravitasi,
mengakibatkan kontraktur sendi, yaitu beberapa resistensi) yaitu 9 responden
kondisi abnormal dan biasa permanen 45,0%. Terjadi peningkatan kekuatan
yang ditandai oleh sendi fleksi dan otot biceps brachialis setelah diberikan
terfiksasi. Hal ini disebabkan tidak latihan Range Of Motion (ROM)
digunakannya artrofi dan pemendekan terhadap kekuatan otot biceps
serat otot (Perry dan Potter, 2006). brachialis di ruang Melati 2 RSUP Dr.
Kekuatan otot adalah Soeradji Tirtonegoro Klaten.
komponen kondisi fisik yang berkaitan Penderita yang mengalami
dengan komponen yang menggunakan peningkatan kekuatan otot karena
otot untuk menerima beban (Sajoto, melakukan latihan dengan sungguh-
2008). Kekuatan otot merupakan faktor sungguh 3 kali seminggu dengan
penting untuk bisa bergerak, berjalan, frekwensi gerakan fleksi dan
naik tangga, dan lain-lain. Tanpa ekstensi yang semakin banyak.
kekuatan yang cukup orang tidak dapat Penelitian menunjukkan bahwa pasien
bergerak dengan mudah sehingga sesudah mendapat perlakuan latihan
diperlukan latihan yang rutin untuk ROM mengalami peningkatan
meningkatkan kekuatan otot. Apabila kekuatan otot, setelah mendapat
latihan ini tidak dilakukan dengan latihan ROM kategori kekuatan otot
sungguh-sungguh maka akan meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
menyebabkan kelemahan otot latihan ROM terbukti efektif
sehingga dapat timbul kontraktur. meningkatkan kekuatan otot.
Latihan pada sendi yang
Kekuatan Otot Kaki Sesudah dilakukan dengan gerakan fleksi
Dilakukan Latihan Range Of Motion ekstensi secara berulang-ulang sesuai
(ROM) pada Pasien Diabetes melitus kemampuan penderita yang dilakukan
pada Kelompok Eksperimen secara rutin seminggu 3 kali akan
Hasil menunjukkan bahwa dari memberikan hasil yaitu peningkatan
20 orang responden pada kelompok kekuatan otot biceps brachialis karena
setelah 48 jam daya tahan seseorang

229
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

menurun. Jadi sebelum daya tahan golgi tendon organ, koaktivasi otot
seseorang menurun , sebaiknya agonis dan antagonis serta frekwensi
melakukan latihan lagi. impuls motorik yang menuju motor unit.
Latihan sangat berpengaruh terhadap Perubahan struktur dapat terjadi
kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi sebagai akibat latihan kekuatan, baik
dengan latihan pasif dan aktif sedini di neuromuscular junction maupun
mungkin yaitu dimulai pada hari ke 2 diserat otot. Pembesaran otot atau
setelah kondisi penderita dinyatakan disebut juga hipertrofi otot dapat terjadi
sudah stabil oleh dokter neurologi. sebagai akibat dari latihan kekuatan
Program latihan ini bekerja dengan otot (Deri, 2008).
cara menerima sinyal dari otak. Hasil penelitian ini sesuai
Dengan latihan maka otot akan dengan penelitian yang dilakukan oleh
menjadi lebih kuat dan lebih besar. Sany (2013) yang meneliti tentang
Sendi, atropi pada otot, bahkan “pengaruh pemberian latihan Range Of
kelumpuhan anggota gerak ataupun Motion (ROM) terhadap kekuatan
cacat permanen. otot pada pasien stroke”. Bahwa
Karena pada otot rangka dari 20 responden yang menagalami
memperlihatkan kemampuan berubah penurunan atau kelemahan otot
atau plastisitas yang besar dalam penderita stroke didapatkan hasil
memberi respon terhadap berbagai bahwa kekuatan otot pada tangan
bentuk latihan. Platisitas ini berupa menunjukkan bahwa sebanyak 1 orang
adaptasi aktivitas kontraksi yang 5% yang tidak ada gerakan
berbeda akibat bentuk latihan yang teraba/terlihat adanya kontraksi otot,
berbeda, dalam hal ini adalah latihan 14 orang 70% dengan gerakan otot
kekuatan (strength) dan daya tahan penuh menentang gravitasi dengan
(endurance). Ditingkat seluler, adaptasi sokongan dan 5 orang 25% dengan
latihan dapat terlihat sebagai gerakan normal menetang gravitasi
akumulasi sejumlah protein yang saat pre-test, dan saat post-test atau
penyebab utamanya adalah perubahan setelah dilakukan Range Of Motion
ekspresi gen. Di tingkat organ, mengalami peningkatan kekuatan otot
perbedaan ini tampak sebagai otot yaitu menjadi 6 orang 30% dengan
rangka yang berbeda karakteristiknya gerakan otot penuh menentang
(Admin, 2008). gravitasi dengan sokongan, 9 orang
Pada suatu latihan kekuatan 45% dengan gerakan normal
otot, peningkatan kekuatan otot menetang gravitasi, dan 5 orang 25%
awalnya disebabkan oleh perbaikan dengan gerakan normal menentang
kontrol sistem saraf motorik seperti gravitasi dengan sedikit tahanan.
penyelarasan rekrutmen motor unit, Kekuatan Otot Kaki Pasien
penurunan penghambatan autogen Diabetes melitus sebelum pada
Kelompok Kontrol

230
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

Berdasarkan 3 diatas terhadap perubahan kekuatan otot.


menunjukkan bahwa dari 20 orang Kekuatan Otot Kaki Pasien
responden pada kelompok kontrol Diabetes melitus sesudah pada
terlihat tingkat kekuatan otot kaki Kelompok Kontrol
pasien sebelum mendapat latihan Setelah dilakukan pengukuran
ROM dalam kategori buruk (2: rentang pada kelompok kontrol tanpa diberikan
gerak penuh, gravitasi tidak ada latihan Range Of Motion (ROM) hasil
(gerakan pasif)) yaitu sebesar 13 menunjukkan bahwa dari 20
responden 65,0% dan kategori sedang responden pada kelompok kontrol
(3: rentang gerak penuh dengan kekuatan otot kaki buruk (2: rentang
gravitasi) yaitu 7 responden 35,0%. gerak penuh, gravitasi tidak ada
Kelemahan otot skeletal (gerakan pasif)) yaitu sebanyak 14
merupakan permasalahan klinis yang responden 70,0%, dan kekuatan otot
paling besar pada kebanyakan kaki sedang (3: rentang gerak penuh
penyakit neuromuskuler khususnya dengan gravitasi) yaitu sebanyak 6
penyakit stroke dan latihan adalah responden 30,0%.
sebagai alat bagi pasien stroke Berdasarkan hasil pengukuran
untuk memulihkan kekuatan otot dan kekuatan otot kaki tersebut
sendi, sehingga tercapai keselarasan mengindikasikan adanya perbedaan
antara perbaikan ditingkat pusat dan tingkat kekuatan otot yang dialami
terpeliharanya kondisi otot-otot pada kelompok eksperimen dan
penggerak, dan jika latihan ini tidak kelompok kontrol setelah pemberian
dijalani dengan sungguh-sungguh, latihan ROM. Dari hasil penelitian ini
maka dapat terjadi kelumpuhan menunjukkan bahwa responden yang
permanen pada anggota tubuh yang mengalami penurunan kekuatan otot
pernah mengalami kelumpuhan kaki tanpa diberikan latihan ROM
(Sudarsono, 2006). kekuatan otot kaki yang dialami tidak
Hasil penelitan ini sesuai mengalami perubahan seperti
dengan penelitian yang dilakukan pengukuran pada saat pretest, bahkan
oleh Garcia (2012), bahwa latihan ada yang menurun tingkat kekuatan
ROM dapat dilakukan pada penurunan ototnya.
dan kelemahan kekuatan otot, Problem yang sering dialami
penelitian ini meneliti tentang oleh penderita adalah kelemahan otot
Pengaruh pemberian latihan range of akibat kerusakan otak. Kerusakan otak
motion terhadap perubahan kekuatan tersebut akan menyebabkan terjadinya
otot pada pasien stroke di RSUD gangguan gerak. Bahkan pasien tidak
Wangaya Denpasar Bali. Hasil dapat melakukan gerakan sama sekali.
penelitian ini menunjukkan bahwa Bila hambatan ini terjadi dalam kurun
pelaksanaan terapi pemberian waktu yang lama dapat menimbulkan
ROM memberikan pengaruh

231
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

akibat buruk bagi penderita misalnya diketahui Z hitung -4,379 dengan


kekakuan sendi, nyeri gerak dan Asymp.sig (nilai p 0,000). Hal ini
pengecilan otot. Untuk mengatasi menunjukkan bahwa nilai p < 0,05
segala efek yang ditimbulkan akibat yang berarti Ho ditolak, dan Ha
stroke, penderita perlu melakukan diterima yang artinya ada pengaruh
serangkaian latihan berupa gerakan latihan Range Of Motion (ROM)
yang pada hakekatnya merupakan terhadap kekuatan otot kaki penderita
proses belajar kembali. Sehingga Diabetes melitus di ruang melati 2
tercapai keselarasan antara perbaikan RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten,
di tingkat pusat dan terpeliharanya dengan Zhitung -4,379 yang berarti
kondisi otot-otot penggerak (Admin, kekuatan otot kaki penderita Diabetes
2008). melitus dapat menurun dengan
Hasil penelitan ini sesuai pemberian latihan ROM. Selain itu
dengan penelitian yang dilakukan oleh dapat dibuktikan dengan cara
Rahman (2014), bahwa berdasarkan dibandingkan kelompok kontrol yang
hasil pengukuran kekuatan pada otot tidak diberi perlakuan terhadap
biceps brachialis mengindikasikan kekuatan otot kaki penderita Diabetes
adanya perbedaan tingkat kekuatan melitus di ruang melati 2 RSUP dr.
otot yang dialami pada kelompok Soeradji Tirtonegoro Klaten, jika pada
eksperimen dan kelompok kontrol kelompok kontrol hasil Sig-p 0,317 >
setelah pemberian latihan ROM, 0,05 yang berarti pada kelompok
hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrol tidak ada pengaruh yang
responden yang mengalami signifikan karena tidak diberi
penurunan kekuatan otot biceps perlakuan.
brachialis tanpa diberikan latihan ROM Hasil dari uji mann whitney yang
kekuatan otot biceps brachialis yang menunjukkan perbedaan yang
dialami tidak mengalami perubahan signifikan diatas didukung oleh hasil
seperti pengukuran pada saat pretest, analisis dari kelompok eksperimen
bahkan ada responden yang menurun dengan kelompok kontrol dengan
tingkat kekuatan ototnya. menggunakan uji Mann Whitney yaitu
Pengaruh Latihan Range Of didapatkan Nilai Z test sebesar -4,844
Motion (ROM) Terhadap Kekuatan dengan Asym.sig. sebesar 0,000
Otot Kaki pada Pasien Diabetes (asymp.sig < 0,05), dimana Z test lebih
melitus besar dari Z tabel dan nilai p value
Hasil analisis pengaruh latihan asymp.sig. sebesar 0,000 (asymp.sig
Range Of Motion (ROM) terhadap < 0,05) sehingga kedua kelompok
kekuatan otot kaki penderita Diabetes tersebut antara kelompok eksperimen
melitus di ruang melati 2 RSUP Dr. dengan kelompok kontrol terdapat
Soeradji Tirtonegoro Klaten. Dengan perbedaan signifikan, dengan demikian
menggunakan uji wilcoxon dapat

232
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

adanya perbedaan signifikan dapat otot ekstremitas dalam aktifitas


diartikan bahwa dari kelompok kehidupan fisik sehari-hari (Rani,
perlakuan mengalami adanya 2004).
peningkatan kekuatan otot kaki setelah Peningkatan otot pada kedua
diberikan latihan ROM sedangkan kelompok disebabkan adanya
kelompok kontrol tidak terjadi kemampuan otot rangka untuk
peningkatan kekuatan otot kaki oleh berubah atau plastisitas dalam
karena itu dapat disimpulkan bahwa memberi respon terhadap berbagai
ada pengaruh pemberian latihan bentuk latihan. Latihan yang diberikan
Range Of Motion (ROM) terhadap pada penderita adalah latihan luas
kekuatan otot kaki pada pasien gerak sendi aktif yang merupakan
Diabetes melitus di RSUP Dr. Soeradji bentuk latihan dengan memberi beban
Tirtonegoro Klaten (Jawa Tengah). kerja pada otot dalam bentuk massa
Tanda negative (-) pada nilai Z yang harus dilawan dengan gaya
hitung memiliki arti kebalikan arah kontraksi otot.
yakni latihan Range Of Motion (ROM) Tujuan rehabilitasi untuk
meningkatkan kekuatan otot kaki pasien diabetes mellitus di RSUP
pasien Diabetes melitus di ruang melati dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
2 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro adalah untuk membantu pasien
Klaten dari tingkatan yang rendah mendapatkan kemandirian maksimal
menjadi tingkatan yang lebih tinggi. dan rasa aman saat melakukan
Dengan kata lain pemberian latihan aktivitas sehari-hari. Latihan ROM
ROM dapat membantu pasien merupakan bagian dari proses
Diabetes melitus dalam meningkatkan rehabilitasi untuk mencapai tujuan
kekuatan otot mereka. tersebut. Latihan beberapa kali
Melihat dari hasil penelitian dalam sehari dapat mencegah
bahwa ada pengaruh latihan Range terjadinya komplikasi yang akan
Of Motion (ROM) terhadap kekuatan menghambat pasien untuk dapat
otot kaki pada pasien Diabetes melitus mencapai kemandirian dalam
di ruang Melati 2 RSUP dr. Soeradji melakukan fungsinya sebagai
Tirtonegoro Klaten. Hal tersebut bisa manusia. Terapi latihan merupakan
terjadi karena dalam pelaksanaan suatu upaya pengobatan atau
fisioterapi memberikan perawatan penanganan fisioterapi dengan
diri dalam mengatasi masalah pribadi menggunakan latihan-latihan gerakan
mulai dari ritual, kebiasaan, tubuh secara aktif maupun pasif
pengaturan waktu dan metode (Widuri, 2010).
pembelajaran dalam keluarga sejak Latihan Range Of Motion (ROM)
dini. Semua hal itu mempengaruhi ini dapat dilakukan secara pasif adalah
seseorang untuk mencapai kekuatan latihan ini dilakukan oleh perawat pada

233
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

klien yang mengalami immobilisasi pemulihan fisik yang lebih cepat dan
pada sendi. Perawat menggerakkan optimal, khususnya pada pasien
anggota gerak dan memerintahkan Diabetes melitus di Rumah Sakit
keikutsertaan klien agar terjadi Umum Pemerintah dr. Soeradji
gerakan penuh. Sedangkan latihan Tirtonegoro Klaten.
ROM secara aktif adalah Perawat Hasil penelitan ini sesuai
memberikan motivasi dan membimbing dengan penelitian yang dilakukan oleh
klien dalam melaksanakan pergerakan Rahman (2014), penelitian
sendi secara mandiri sesuai dengen menunjukkan bahwa pasien sesudah
rentang gerak sendi normal (klien mendapat perlakuan latihan ROM
aktif) (Potter dan Perry, 2006). mengalami peningkatan kekuatan otot,
Rehabilitasi berupa latihan luas setelah mendapat latihan ROM
gerak sendi aktif yang berupa ROM kategori kekuatan otot meningkat. Hal
yang dilakukan sedini mungkin (cepat ini menunjukkan bahwa latihan ROM
dan tepat) dan pemberian terapi terbukti efektif meningkatkan kekuatan
latihan berupa gerakan pasif sangat otot.
bermanfaat dalam menjaga sifat
fisiologis dari jaringan otot dan sendi. Kesimpulan
Jenis latihan ini dapat diberikan Setelah dilakukan penelitian
sedini mungkin untuk menghindari terhadap 40 responden yang dibagi
adanya komplikasi akibat kurang menjadi dua kelompok yaitu kelompok
gerak, seperti adanya kontraktur, eksperimen 20 responden dan
kekakuan sendi, dan lain-lain (Irfan, kelompok kontrol 20 responden yaitu
2012). pasien Diabetes melitus di Ruang
Berkaitan dengan hasil Melati 2 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
penelitian ini secara umum , maka dari Klaten dapat disimpulkan bahwa:
hasil yang dicapai mengindikasikan 1. Kekuatan otot kaki pada
adanya peningkatan kekuatan otot kelompok eksperimen sebelum
setelah diberikan latihan ROM pada diberikan latihan Range Of Motion
pasien Diabetes melitus. Temuan (ROM) didapatkan mayoritas
dalam penelitian ini mendukung berada pada skala kekuatan otot
konsep terapi latihan ROM sebagai kaki buruk (2= rentang gerak penuh,
alat efektif untuk meningkatkan gravitasi tidak ada (gerakan pasif))
kekuatan otot kaki pada pasien yaitu sebanyak 12 responden atau
Diabetes melitus. Peran perawat 60,0 %.
adalah memberikan motivasi dan 2. Kekuatan otot kaki pada kelompok
membimbing klien dalam eksperimen sesudah diberikan
melaksanakan latihan ROM sehingga latihan Range Of Motion (ROM)
dapat meminimalisir risiko kejadian didapatkan bahwa dari 20 orang
komplikasi dan dapat membantu

234
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

responden pada kelompok Motion (ROM) terhadap kekuatan


eksperimen terdapat 11 responden otot kaki pada pasien Diabetes
yang mengalami kekuatan otot kaki melitus di RSUP dr. Soeradji
sedang (3: rentang gerak penuh Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah.
dengan gravitasi) atau sebesar
55,0%. DAFTAR PUSTAKA
3. Kekuatan otot kaki sebelum pada
kelompok kontrol mayoritas Andarwanti Lina, (2009). Pengaruh
mempunyai kekuatan otot kaki Senam Kaki Diabetes terhadap
buruk, dari 20 responden Neuropati Sensorik pada Kaki
didapatkan 13 responden yang Pasien Diabetes melitus di
mengalami kekuatan otot kaki Wilayah Kerja Puskesmas
kategori buruk (2: rentang gerak Tegal Rejo Yogyakarta.
penuh, gravitasi tidak ada (gerakan Andre, (2009). Latihan Pada Stroke.
pasif)) atau sebesar 65,0%. http://indfis.com/2009/01/17/
4. Kekuatan otot kaki sesudah pada fisio terapi. [diakses pada
kelompok kontrol hasil menunjukkan tanggal 2 April 2014].
bahwa dari 20 responden pada Aziz, A. Alimul H. & Musrifatul, U.
kelompok kontrol terdapat 14 (2005). Buku Saku Praktikum
responden yang mengalami Kebutuhan Dasar Manusia,
kekuatan otot kaki buruk (2: Jakarta: Kedokteran EGC.
rentang gerak penuh, gravitasi Deri, Andrian ( 2008). Kompetensi
tidak ada (gerakan pasif)) atau Fisioterapi dengan
sebesar 70,0%, Hasil ini Stroke. http:/www. solo voice
menunjukkan bahwa ada 1 pasien center .co.cc/
Diabetes melitus yang mengalami 2008/10/rehabilitasi-medik-
penurunan kekuatan otot. pada- penderita-pasca.html.
5. Ada pengaruh latihan Range Of [Diakses 2 Mei 2014].
Motion (ROM) terhadap kekuatan Dinkes Jawa Tengah, (2005). Profil
otot kaki pada pasien Diabetes Kesehatan Propinsi Jawa
melitus di RSUP dr. Soeradji Tengah 2005.
Tirtonegoro Klaten. Setelah http://www.dinkesjatengprov.go.
dilakukan uji statistik dengan id/dokumen/profil/profile2004/b
menggunakan Uji Wilcoxon dapat ab5.htm [diakses tanggal 10
diketahui bahwa nilai Asymp. (Sig- Mei 2014].
p 0,000) < 0,05, dengan nilai Garcia, 2012. Pengaruh
Zhitung -4,379 yang berarti Ho Pemberian Latihan Range
ditolak dan Ha diterima yang artinya Of Motion terhadap
ada pengaruh latihan Range Of Perubahan Kekuatan Otot pada
Pasien Stroke di RSUD

235
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

Wangaya Denpasar Bali. 2013].


Hasdianah H.R, 2012. Mengenal Kurniali, Peter C. 2013. Hidup
diabetes mellitus pada Orang bersama Diabetes
Dewasa dan Anak-anak (Mengaktifkan Kekuatan
dengan Solusi Herbal. Kecerdasan Ragawi untuk
Yogyakarta: Nuha Medika. Mengontrol Diabetes dan
Hastuti, Rini Tri. Faktor-Faktor Risiko Komplikasinya). Jakarta: Elex
Ulkus Diabetika Pada Penderita Media Kompotindo.
Diabetes melitus di RSUD Dr. Mansjoer. Arif. et.al. (2000). Kapita
Moewardi Surakarta. (online) Selekta Kedokteran. Edisi 3.
available: Jakarta: Media
http://eprints.undip.ac.id/18866/ Aesculapius.
1/Rini_Tri_Hastuti.pdf. 10 Mei Marimbi hanum, 2009. Sosiologi dan
2014. Antropologi Kesehatan.
Hesti, W. (2010). Kebutuhan Dasar Yogyakarta:Nuha
Manusia. Edisi 1,. Medika.
Yogyakarta: Gosyen Maulana, M. 2009. Menikmati
Publishing. Diabetes Panduan Praktis
Irfan, M. (2012). Fisioterapi Bagi Insan Menangani Penyakit Kencing
Stroke. Yogyakarta: Graha Manis. Yogyakarta : Katahati.
Ilmu. Murwani, Arita, 2008.
kapanLagi.com, 2012. Lansia Keterampilan Dasar Praktik
Penderita Diabetes Rawan Klinik Keperawatan.
Kehilangan Kekuatan Otot. Yogyakarta: Fitramaya.
Terdapat dalam Nabyl R.A, 2012. Panduan Hidup
file:///E:/Lansia% Sehat Mencegah dan
20Penderita%20Diabetes%20R Mengobati Diabetes Mellitus.
awan%20Kehilangan%20Keku Yogyakarta: Aulia Publishing.
atan%20Otot%20%2 Nursalam, 2011. Konsep dan
0Accurations% Penerapan Metodologi
20Blogs.htm [Diakses tanggal Penelitian Ilmu Keperawatan.
20 Mei 2014]. Jakarta: Salemba Medika
Kompas, 2008.Diabetes melitus, Nursuswanti, (2007). Pengaruh
Jumlah Penderita Di Indonesia Senam Kaki Diabetes Terhadap
Keempat Dunia. Neuropati Perifer di RSUP. Dr.
Terdapat dalam Sarjito Yogyakarta
http://sehatdiabetes.blogspot.co Nutrifood, 2013. Diabetes Bikin
m/2008/08/diabetes-mellitus- Susah Jalan?-tropicana slim-
jumlah-penderita-di.html cegah diabetes untuk hidup
[Diakses tanggal 08 Desember sehat lebih lama. Terdapat

236
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

dalam file:///E:/diabetes-bikin- Motion) terhadap Kekuatan


susah-jalan.htm [diakses Otot pada Pasien Stroke
tanggal 20 Mei 2014]. Iskemik di Rumah Sakit Umum
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Daerah Kabupaten Pacitan.
Fundamental Keperawatan: Skripsi. Stikes Surya Global
Konsep, Proses Dan Praktik. Yogyakarta.
Vol 2. Ed 4. Jakarta: Penerbit Saryono, 2008. Metodologi Penelitian
Buku Kedokteran EGC. Kesehatan Penuntun Praktis
Putu, Shinta, V.G. (2012). Pengaruh Bagi Pemula. Yogyakarta: Mitra
Pemberian Latihan ROM Cendikia.
(Range Of Motion) terhadap Smeltzer. S.C. & Bare. B.G. 2002.
Perubahan Kkekuatan Otot Buku Ajar Keperawatan
pada Penderita Stroke di RSUD Medikal Bedah Brunner &
Wangaya Denpasar Bali. Suddart. Vol. 1. Edisi 2.
Skripsi Stikes Surya Global. Jakarta: EGC.
Yogyakarta. Sudarsono, Nanicahyani 2006.
Rahman Tuti, 2014. Pengaruh Latihan Pengaruh Latihan
ROM (Range Of Motion) Otot.
Terhadap Kekuatan Otot http://72.14.235.123/search?q=
Biceps Brachialis Penderita cache:agFZSUrFeEMJ:staff.ui.
Stroke Di Ruang Melati IV edu/inte
RSUP Dr. Soeradji rnal/140222109/material/pengar
Tirtonegoro Klaten. Skripsi. uh-
Stikes Surya Global latihanterhadapkerjaotot.pdf+fis
Yogyakarta. iologis+latihan+terhadap+kekua
Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik tan+o
Kesehatan dengan Aplikasi tot&cd=3&hl=id&ct&gl=id&client
SPSS dalam Prosedur =firefox-a. [Diakses 20 Mei
Penelitian. Yogyakarta: Rohima 2014].
Press. Suddarth dan Brunner. (2002). Buku
Rugaiya S, 2013. Pengaruh Terapi Ajar Keperawatan Medikal
Jalan Kaki terhadap Kadar Gula Bedah. Jakarta. Penerbit Buku
Darah Sewaktu pada Pasien Kedokteran EGC.
Diabetes melitus di Poliklinik Sugiyono,
Penyakit Dalam RSUD 2010.StatistikauntukPenelitian.
Caruban Kabupaten Madiun Bandung: Alfabeta.
Jawa Timur. Skripsi. Stikes Sutanto, Teguh, 2013. Diabetes,
Surya Global Yogyakarta. Deteksi, Pencegahan,
Sany, (2013). Pengaruh Pemberian Pengobatan. Yogya karta:
Latihan ROM (Range Of Buku Pintar.

237
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017

Suzanne, C.S. & Brenda, G.B. Kaki. Jakarta: Gramedia.


(2002). Buku Ajar: Tarwoto Wartonah, (2010). Kebutuhan
Keperawatan Medikal Bedah Dasar Manusia dan Proses
Brunner & Suddarth. Vol 3. Keperawatan. Edisi 3. Jakarta:
Jakarta: Buku Kedokteran Salemba Medika
ECG. Yunia S, (2007). Mau Tau Jauh
Tandra Hans, 2014. Strategi Tentang Diabetes, (online):
Mengalahkan Komplikasi available: http://www.promosi
Diabetes dari Kepala Sampai kesehatan.com. 10 Mei 2014.

238

You might also like