Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Fatma Hapida dan Riza Yulina Amri
Stikes Surya Global Yogyakarta
rizayulina@gmail.com
Background: Diabetes melitus is a chronic disease that if left untreated it will lead
to complications, one of which is a complication of neuropathy (nerve disorders
vessels). To prevent stiffness in neurogical or physical disability then the Range Of
Motion (ROM) exercises performed repeatedly on the leg joints of patients with
Diabetes melitus who experienced muscle weakness. Benefits of this exercise is
to increase leg muscle strength to meet the needs of people with Diabetes melitus
in motion that allow foe a balanced.
Methods: This research method uses quasi-experimental method with the
approach of pretest-posttest Non-Randomized Control Group with extensive
training on the effect Range Of Motion (ROM) of the leg muscle strength of
Diabetes melitus patients. Total sample of 40 respondents using accidental
sampling technique.
Results: The results of this research in the experimental group with the control
group using the Mann-Whitney test Z value is obtained at -4.379 with Asymp.Sig.
of 0000 (Asymp.Sig> 0.05), where Z is greater than Z test and p value table
Asymp.Sig. Of 0000 (Asymp.Sig <0.05), so the two groups between treatment
groups with the control group there were significant differences.
Conclusion: There is a wide Range Of Motion (ROM) exercises the leg muscle
strength of Diabetes melitus patients in the Hospital dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Central Java.
Keywords: Range Of Motion (ROM), leg muscle strength, Diabetes melitus.
215
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
216
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
217
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
218
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
219
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
220
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
221
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
222
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Penelitian dilakukan di RSUP
dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada
tanggal 10 Juli 2014. Jumlah sampel
yang diperoleh dalam penelitian ini
yaitu sebanyak 40 responden
dijadikan dalam 2 kelompok yang
terdiri dari 20 responden sebagai
kelompok yang diberikan perlakuan
dan 20 responden sebagai kelompok
kontrol.
223
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
Tabel 2
Karateristik Responden Pasien Diabetes melitus di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten pada Bulan Juli 2014
Eksperimen Kontrol
224
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
Tabel 3
Disribusi Frekuensi Klasifikasi Tingkat Kekuatan Otot Kaki Berdasarkan
Skala Lovett’s Pada Kelompok Eksperimen Dan Kelmpok Kontrol Sebelum
Diberikan latihan ROM
Eksperimen Kontrol
225
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
Tabel 4
Disribusi Frekuensi Klasifikasi Kekuatan Otot Kaki Berdasarkan Skala Lovett’s
Pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol Sesudah diberikan Latihan ROM dan
Kekuatan Otot Kaki Pada Kelompok Kontrol
Eksperimen Kontrol
226
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
Tabel 5
Pengaruh Latihan Range Of Motion (ROM) Terhadap Kekuatan Otot Kaki
Penderita Diabetes melitus Di Bangsal Melati 2 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten Tahun 2014
227
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
228
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
229
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
menurun. Jadi sebelum daya tahan golgi tendon organ, koaktivasi otot
seseorang menurun , sebaiknya agonis dan antagonis serta frekwensi
melakukan latihan lagi. impuls motorik yang menuju motor unit.
Latihan sangat berpengaruh terhadap Perubahan struktur dapat terjadi
kecepatan perbaikan fungsi. Mobilisasi sebagai akibat latihan kekuatan, baik
dengan latihan pasif dan aktif sedini di neuromuscular junction maupun
mungkin yaitu dimulai pada hari ke 2 diserat otot. Pembesaran otot atau
setelah kondisi penderita dinyatakan disebut juga hipertrofi otot dapat terjadi
sudah stabil oleh dokter neurologi. sebagai akibat dari latihan kekuatan
Program latihan ini bekerja dengan otot (Deri, 2008).
cara menerima sinyal dari otak. Hasil penelitian ini sesuai
Dengan latihan maka otot akan dengan penelitian yang dilakukan oleh
menjadi lebih kuat dan lebih besar. Sany (2013) yang meneliti tentang
Sendi, atropi pada otot, bahkan “pengaruh pemberian latihan Range Of
kelumpuhan anggota gerak ataupun Motion (ROM) terhadap kekuatan
cacat permanen. otot pada pasien stroke”. Bahwa
Karena pada otot rangka dari 20 responden yang menagalami
memperlihatkan kemampuan berubah penurunan atau kelemahan otot
atau plastisitas yang besar dalam penderita stroke didapatkan hasil
memberi respon terhadap berbagai bahwa kekuatan otot pada tangan
bentuk latihan. Platisitas ini berupa menunjukkan bahwa sebanyak 1 orang
adaptasi aktivitas kontraksi yang 5% yang tidak ada gerakan
berbeda akibat bentuk latihan yang teraba/terlihat adanya kontraksi otot,
berbeda, dalam hal ini adalah latihan 14 orang 70% dengan gerakan otot
kekuatan (strength) dan daya tahan penuh menentang gravitasi dengan
(endurance). Ditingkat seluler, adaptasi sokongan dan 5 orang 25% dengan
latihan dapat terlihat sebagai gerakan normal menetang gravitasi
akumulasi sejumlah protein yang saat pre-test, dan saat post-test atau
penyebab utamanya adalah perubahan setelah dilakukan Range Of Motion
ekspresi gen. Di tingkat organ, mengalami peningkatan kekuatan otot
perbedaan ini tampak sebagai otot yaitu menjadi 6 orang 30% dengan
rangka yang berbeda karakteristiknya gerakan otot penuh menentang
(Admin, 2008). gravitasi dengan sokongan, 9 orang
Pada suatu latihan kekuatan 45% dengan gerakan normal
otot, peningkatan kekuatan otot menetang gravitasi, dan 5 orang 25%
awalnya disebabkan oleh perbaikan dengan gerakan normal menentang
kontrol sistem saraf motorik seperti gravitasi dengan sedikit tahanan.
penyelarasan rekrutmen motor unit, Kekuatan Otot Kaki Pasien
penurunan penghambatan autogen Diabetes melitus sebelum pada
Kelompok Kontrol
230
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
231
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
232
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
233
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
klien yang mengalami immobilisasi pemulihan fisik yang lebih cepat dan
pada sendi. Perawat menggerakkan optimal, khususnya pada pasien
anggota gerak dan memerintahkan Diabetes melitus di Rumah Sakit
keikutsertaan klien agar terjadi Umum Pemerintah dr. Soeradji
gerakan penuh. Sedangkan latihan Tirtonegoro Klaten.
ROM secara aktif adalah Perawat Hasil penelitan ini sesuai
memberikan motivasi dan membimbing dengan penelitian yang dilakukan oleh
klien dalam melaksanakan pergerakan Rahman (2014), penelitian
sendi secara mandiri sesuai dengen menunjukkan bahwa pasien sesudah
rentang gerak sendi normal (klien mendapat perlakuan latihan ROM
aktif) (Potter dan Perry, 2006). mengalami peningkatan kekuatan otot,
Rehabilitasi berupa latihan luas setelah mendapat latihan ROM
gerak sendi aktif yang berupa ROM kategori kekuatan otot meningkat. Hal
yang dilakukan sedini mungkin (cepat ini menunjukkan bahwa latihan ROM
dan tepat) dan pemberian terapi terbukti efektif meningkatkan kekuatan
latihan berupa gerakan pasif sangat otot.
bermanfaat dalam menjaga sifat
fisiologis dari jaringan otot dan sendi. Kesimpulan
Jenis latihan ini dapat diberikan Setelah dilakukan penelitian
sedini mungkin untuk menghindari terhadap 40 responden yang dibagi
adanya komplikasi akibat kurang menjadi dua kelompok yaitu kelompok
gerak, seperti adanya kontraktur, eksperimen 20 responden dan
kekakuan sendi, dan lain-lain (Irfan, kelompok kontrol 20 responden yaitu
2012). pasien Diabetes melitus di Ruang
Berkaitan dengan hasil Melati 2 RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
penelitian ini secara umum , maka dari Klaten dapat disimpulkan bahwa:
hasil yang dicapai mengindikasikan 1. Kekuatan otot kaki pada
adanya peningkatan kekuatan otot kelompok eksperimen sebelum
setelah diberikan latihan ROM pada diberikan latihan Range Of Motion
pasien Diabetes melitus. Temuan (ROM) didapatkan mayoritas
dalam penelitian ini mendukung berada pada skala kekuatan otot
konsep terapi latihan ROM sebagai kaki buruk (2= rentang gerak penuh,
alat efektif untuk meningkatkan gravitasi tidak ada (gerakan pasif))
kekuatan otot kaki pada pasien yaitu sebanyak 12 responden atau
Diabetes melitus. Peran perawat 60,0 %.
adalah memberikan motivasi dan 2. Kekuatan otot kaki pada kelompok
membimbing klien dalam eksperimen sesudah diberikan
melaksanakan latihan ROM sehingga latihan Range Of Motion (ROM)
dapat meminimalisir risiko kejadian didapatkan bahwa dari 20 orang
komplikasi dan dapat membantu
234
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
235
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
236
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
237
Seminar Nasional Teknologi Informasi Kesehatan (SNATIK) 2017
238