Professional Documents
Culture Documents
1. Definisi
Kaki Diabetik adalah komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan perubahan patologi pada
anggota gerak bawah.
2. Epidemiologi
Menurut laporan dari beberapa tempat di Indonesia, angka kejadian dan komplikasi Diabetes
Melitus cukup tersebar ,sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu masalah nasional yang harus
mendapat perhatian. Selain itu sampai saat ini,masalah kaki diabetic kurang mendapat perhatian
sehingga masih muncul konsep dasar yang kurang tepat bagi pengelolaan penyakit ini, akibatnya
banyak penderita yang penyakitnya berkembang menjadi penderita osteomyelitis dan teramputasi
kakinya. Di Negara maju kaki diabetic memang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
besar, tetapi dengan kemajuan cara pengelolaan dan adanya klinik kaki diabetic yang aktif, maka nasib
penyandang kaki dabetic menjadi lebih cerah, angka kematian dan kaki diabetic teramputasi menurun
45-85 %.
3. Klasifikasi
Menurut Wagner, kaki diabetic diabagi dalam 6 draft, yaitu:
a. Kulit utuh tapi ada kelainan pada kaki akibat neuropati.
b. Draft I : terdapat ulkus superfisial, terbatas pada kulit.
c. Draft II : ulkus dalam menembus tendon/tulang.
d. Draft III : ulkus dengan atau tanpa asteomyelitis.
e. Draft IV : ganggren jari kaki atau bagian distal kaki, dengan atau tanpa selulitis (infeksi
jaringan).
f. Draft V : gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah.
.
4. Etiologi
Adapun etiologi dari kaki diabetic adalah :
a. Kelainan pada saraf
b. Kelainan pembuluh darah
c. Infeksi oleh mycobacteria
5. Patofisiologi
Seperti kita ketahui Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit yang harus tertangani dengan baik,
jika penanganan diabetes tidak bagus, maka akan muncul komplikasi-komplikasi yang bisa
memperburuk keadaan pasien penderita diabetes. Komplikasi dari diabetes dapat berupa komplikasi
metabolic akut dan komplikasi vascular jangka panjang. Dalam hal ini akan diulas tentang patofisiologi
komplikasi diabetes yang mengarah ke terjadinya “Kaki Diabetik”
Dari komplikasi metabolic akut selain ketoasidosis hal yang dapat terjadi juga adalah hipoglikemia
akibat dari pemakaian insulin dan obat oral yang tidak terkontrol serta tidak diikuti asupan nutrisi yang
memadai (factor eksogen), keganasan extrapankreatik, hipoglikemia organik serta gangguan
metabolisme bawaan(factor endogen).Dalam keadaan hipoglikemia maka lekosit menjadi tidak normal
sehingga fungsi kemotaksis di lokasi radang terganggu, hal tersebut akan menyebabkan fungsi
fagositosis dan bakterisid intrasel menurun, sehingga jika terjadi infeksi bakteri akan sulit musnah dan
disembuhkan maka akan muncul nekrosis atau gangren pada jaringan yang radang. Selain
ketidaknormalan lekosit hal yang dapat terjadi akibat dari hipoglikemia adalah perubahan patologi
pembuluh darah yang dapat menimbulkan penebalan tunika intima (hyperplasia membrane basalis
arteria), oklusi arteri (kekakuan arteri), abnormalitas trombosit (reaktivitas meningkat) sehingga akan
meningkatkan agregasi trombosit yang nantinya dapat memperlambat sirkulasi darah, dari hal tersebut
mengakibatkan gangguan sirkulasi (oksigen,makanan dan antibiotic) dan kekakuan sendi yang nantinya
menyebabkan gangguan perfusi di bagian distal tungkai serta menimbulkan perubahan tekanan di
daerah tungkai akibat perubahan bentuk kaki (Charcof), jika kaki luka dan terinfeksi maka hal
tersebutlah yang dapat menimbulkan nekrosis atau gangren.
Dari komplikasi vascular jangka panjang dapat menyebabkan kelainan makroangiapati dan
mikroangiapati. Kelainan makroangiopati dapat menimbulkan Aterosklerosis yang menimbulkan
penyumbatan vascular terutama jika terjadi di arteri-arteri perifer maka sirkulasi darah akan lambat dari
hal tersebut mengakibatkan gangguan sirkulasi (oksigen,makanan dan antibiotic) yang nantinya
menyebabkan gangguan perfusi di bagian distal tungkai, hal tersebutlah yang dapat menimbulkan
nekrosis atau gangren. Kelainan mikroangiopati yang paling mempunyai peran dalam menimbulkan
kaki diabetic adalah kelainan neuropati. Neuropati autonom menyebabkan terjadinya perubahan pola
keringat sehingga kulit kaki menjadi kering dan pecah-pecah, jika terinfeksi mycobakteria dan tidak
teratasi dengan baik maka gangren atau nekrosis akan terjadi. Neuropati sensorik menyebabkan
kelainan pada otot dan kulit segingga menimbulkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki,
dalam hal ini kaki akan mati rasa sehingga kawaspadaan proteksi kaki hilang, maka luka bisa terjadi
dan jika terinfeksi serta penanganan tidak baik, ganggren atau nekrosis tidak bisa dihindari. Neuropati
motorik menyebabkan atrofi otot interoseus pada kaki sehingga mengganggu keseimbangan otot kaki,
maka munculah deformitas jari kaki (cock up toes), luksasi (pergeseran sendi), dan penipisan bantalan
lemak dibawah daerah pangkal jari kaki, dengan demikian akan terjadi perluasan daerah penekanan
yang berakibat kaki akan mati rasa sehingga kawaspadaan proteksi kaki hilang, maka luka bisa terjadi
dan jika terinfeksi serta penanganan tidak baik, ganggren atau nekrosis tidak bisa dihindari.
Dari patofisiologi yang telah diulas, jika pengelolaan kaki diabetic tidak bagus, maka komplikasi
terburuk yang bisa terjadi adalah osteomyelitis yang berakhir ke proses amputasi kaki.
6. Gejala Klinis
Menurut beberapa literature tentang diabetes, kaki diabetes adalah suatu penyakit penderita
diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
1). Sering kesemutan (asmiptomatus)
2). Kerusakan jaringan (nekrosis, ulkus)
3). Adanya kalus di telapak kaki
4). Kulit kaki kering dan pecah-pecah
5). Perubahan struktur dari kaki (charcof, cock up toes, luksasi)
7. Pemeriksaan Fisik
Secara umum pada pasien dengan kaki diabetic, pemeriksaan dapat kita fokuskan pada area tempat
luka, hal yang dapat kita kaji adalah sejak kapan pasien mengalami luka tersebut, penyebab luka,
penanganan apa yang telah dilakukan sebelum datang ke pelayanan medis, seberapa parah keadaan
luka (nekrosis, ada tidaknya infeksi), riwayat penyakit diabetes dan pengobatan yang telah dijalani,
riwayat rasa kebas pada kaki, serta kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan penyakit
diabetes yang dideritanya. Ada tidaknya rasa nyeri, luka berbau atau tidak, ada tidaknya eksudat.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
1). Pemeriksaan X-ray untuk mengetahui ada tidaknya osteomyelitis.
2). Pemeriksaan glukosa darah.
3). Kultur dan resistensi untuk mengetahui jenis mikroorganisme yang menginfeksi luka segingga
dapat memilih obat antibiotik yang tepat.
4). Tes lain yang dapat dilakukan adalah: sensasi pada getaran, merasakan sentuhan ringan,
kepekaan terhadap suhu.
9. Pengelolaan
Menurut Levin(1988), penatalaksanaan ulkus kaki diabetic memerlukan pengobatan yang agresif
dalam jangka pendek, hal tersebut mencakup:
1). Debridement local radikal pada jaringan sehat.
2). Terapi antibiotic sistemik untuk memerangi infeksi, diikuti tes sensitivitas antibiotic, contohnya :
Untuk infeksi M.chelonei dapat digunakan quinolon (ciprofloxacin, ofloxacin), sulfonamides.
Untuk infeksi M. fortuitum dapat digunakan quinolon dan B-lactams cefloxitin.
Untuk infeksi M. haemophilum, M.Non-Chronogenicum, M. ulcerans yang paling umum
digunakan adalah quinolon G.
Beberapa obat lain yang biasa digunakan pada kasus kaki diabetic adalah insulin, neurotropik,
kompres luka, obat anti trombosit, neuromin, dan oksoferin solution.
3). Kontrol diabetes untuk meningkatkan efisiensi sistem imun.
4). Posisi tanpa bobot badan untuk ulkus plantaris
Adapun usaha pengelolaan kaki diabetik guna menyelamatkan dari amputasi secara umum:
1). Memperbaiki kelainan vaskular yanga ada.
2). Memperbaiki sirkulasi.
3). Pengamatan kaki teratur.
4). Pengelolaan pada masalah yang timbul(pengobatan vaskularisasi, infeksi, dan pengendalian gula
darah).
5). Sepatu khusus.
6). Kerjasama tim yang baik
7). Penyuluhan pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa yang dapat muncul adalah
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensasi, sirkulasi darah
b. Risiko tinggi terhadap isolasi sosial berhubungan dengan ansietas terhadap bau
c. Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik berhubungan dengan
insufisiensi tentang penatalaksanaan dan komplikasi penyakit
3. Perencanaan
a. Prioritas masalah
Prioritas masalah yang dapat diambil sebelum amputasi terjadi adalah:
1). Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sensasi, dan sirkulasi darah
2). Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik berhubungan dengan
insufisiensi tentang penatalaksanaan dan komplikasi penyakit
3). Risiko tinggi terhadap isolasi sosial berhubungan dengan ansietas terhadap bau
Prioritas masalah yang dapat diambil jika amputasi terjadi :
1). Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (pre-operasi)
2). Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera jaringan
3). Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tungkai
4). Kurang pengetahuan tentang tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang interpretasi informasi
5). Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan bagian tubuh
6). Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan perifer
7). Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan perifer
2). Risiko tinggi terhadap inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik berhubungan dengan insufisiensi
tentang penatalaksanaan dan komplikasi penyakit
Beri penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang pentingnya pengobatan yang teratur
Periksalah diri secara rutin ke dokter dan periksakan kaki setiap kali kontrol walaupun ganggren telah
sembuh
Anjarkan pasien dan keluarga cara mengelola luka dirumah
Beri penjelasan ke pasien tentang pentingnya mentaati diet dan kontrol kadar gula darah
berikan bahan informasi atau rujukan yang dapat membantu pasien mencapai tujuan.
3). Risiko tinggi terhadap isolasi sosial berhubungan dengan ansietas terhadap bau
Ajarkan pasien cara merawat luka dirumah agar tidak berbau
Tekankan perlunya higiene yang baik
Diskusikan metode untuk menghilangkan bau
Berikan dorongan pada klien untuk membangun kembali pola sosialisasinya seperti sediakala
Sarankan klien untuk menemui dan berbagi pengalaman dengan orang-orang yang mengalami hal yang
sama
4).Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri (pre-operasi)
Yakinkan informasi pasien tentang diagnosis, harapan intervensi pembedahan, dan terapi yang akan
datang,perhatikan adanya penolakan atau ansietas ekstrim
Jelaskan tujuan dan persiapan untuk tes diagnostik
Berikan lingkungan perhatian, keterbukaan dan penerimaan juga privasi untuk orang terdekat, anjurkan
bahwa orang terdekat ada kapan pun diinginkan
Diskusikan peran rehabilitasi setelah pembedahan
Dorong pertanyaan dan berikan waktu untuk mengekspresikan takut
5).Nyeri (akut) berhubungan dengan cedera jaringan
Catat lokasi dan intensitas nyeri serta selidiki perubahan karakteristik nyeri seperti kebas, kesemutan
Tinggikan bagian yang sakit dengan menaikkan kaki tempat tidur atau menambahkan bantal dibawah
kaki yang teramputasi
Ubah posisi dan berikan pijitan punggung
Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan sentuhan terapeutik
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
7).Kurang pengetahuan tentang tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurang interpretasi informasi
Kaji ulang proses penyakit/prosedur bedah dan harapan yang akan datang
Diskusikan perawatan puntung umum
Dorong kesinambungan latihan pasca operasi
Tekankan pentingnya diet dan masukan cairan yang adekuat
Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medik seperti edema, bau, warna kulit dan
perubahan sensasi
Identifikasi dukungan komuniti dan rehabilitasi
4. Evaluasi
Penentuan evaluasi dilihat dari tercapai atau tidaknya rencana tujuan yang telah kita tentukan dalam
pembuatan renpra, dalam hal ini evaluasi yang diharapkan dari perencanaan diatas adalah:
a. Kerusakan integritas jaringan dapat tertangani dengan baik
b.Regiment terapeutik efektif
c. Isolasi sosial tidak terjadi
d. Ansietas tertangani
e. Nyeri yang dirasakan berkurang
f. Kerusakam mobilitas fisik tertangani
g.Pengetahuan pasien dan keluarga cukup
h.Infeksi tidak terjadi