You are on page 1of 4

1.

Cairan maintenance:
10 kg pertama : 10 kg x 4cc = 40 cc
10 kg kedua : 10 kg x 2 cc = 20 cc
Sisa BB : 40 kg x 1 cc = 40 cc
Total : 100 cc/jam (2.400 ml/24 jam)
2. Pengganti puasa :
Lamanya puasa pada pasien diatas adalah 3 x 24 jam
Lama puasa x maintenance = 72 x 100 = 7200 cc
Saat mulai puasa hingga akan dilakukan operasi pasien mendapatkan cairan 6500 cc (RL
9: 3 Dex 5% + RL 500 cc), ini dianggap sebagai pengganti puasa, sehingga cairan
pengganti puasa belum terpenuhi jumlah cairannya. Cairan tersebut kurang 700 cc

3. Stress operatif :
Pada pasien ini operasi yang dilakukan termasuk dalam operasi besar
8 x 60 = 480 cc
Jumlah stress operatif tersebut ditambah dengan jumlah cairan defisit puasa yaitu 1200
cc, jadi 480 + 700 = 1180 cc

Kebutuhan cairan jam I :


M + SO
100 + 1180 = 1280 cc
Jadi total cairan yang harus diberikan durante operasi jam I adalah 1280 cc

4. Perdarahan
Jumlah perdarahan saat dilakukan operasi adalah 1500 cc
Rumus = BB x 70%
60 x 70% = 42
Perkiraan perdarahan x 100%
EBV
1500 x 100% = 35,7%
42
1. Anatomi Columna Vertebralis
Pengetahuan yang baik tentang anatomi kolumna vertebralis merupakan salah satu faktor
keberhasilan tindakan anestesi spinal. Di samping itu, pengetahuan tentang penyebaran analgesia
lokal dalam cairan serebrospinal dan level analgesia diperlukan untuk menjaga keamanan
tindakan anestesi spinal. Vertebra lumbalis merupakan vertebra yang paling penting dalam spinal
anestesi, karena sebagian besar penusukan pada spinal anestesi dilakukan pada daerah ini.
Kolumna vertebralis terdiri dari 33 korpus vertebralis yang dibagi menjadi 5 bagian yaitu 7
servikal, 12 thorakal, 5 lumbal, 5 sakral dan 4 koksigeus. Kolumna vertebralis mempunyai empat
lengkungan yaitu daerah servikal dan lumbal melengkung ke depan, daerah thorakal dan sakral
melengkung ke belakang sehingga pada waktu berbaring daerah tertinggi adalah L3, sedang
daerah terendah adalah L5.
Segmen medulla spinalis terdiri dari 31 segmen : 8 segmen servikal, 12 thorakal, 5 lumbal, 5
sakral dan 1 koksigeus yang dihubungkan dengan melekatnya kelompok-kelompok saraf.
Panjang setiap segmen berbeda-beda, seperti segmen tengah thorakal lebih kurang 2 kali panjang
segmen servikal atau lumbal atas. Terdapat dua pelebaran yang berhubungan dengan saraf
servikal atas dan bawah. Pelebaran servikal merupakan asal serabut-serabut saraf dalam pleksus
brakhialis. Pelebaran lumbal sesuai dengan asal serabut saraf dalam pleksus lumbosakralis.
Hubungan antara segmen-segmen medulla spinalis dan korpus vertebralis serta tulang belakang
penting artinya dalam klinik untuk menentukan tinggi lesi pada medulla spinalis dan juga untuk
mencapainya pada pembedahan.
Lapisan yang harus ditembus untuk mencapai ruang subarachnoid dari luar yaitu kulit,
subkutis, ligamentum supraspinosum, ligamentum flavum dan duramater. Arakhnoid terletak
antara duramater dan piamater serta mengikuti otak sampai medulla spinalis dan melekat pada
duramater. Antara arakhnoid dan piamater terdapat ruang yang disebut ruang subarakhnoid.
Duramater dan arakhnoid berakhir sebagai tabung pada vertebra sakral 2, sehingga dibawah
batas tersebut tidak terdapat cairan serebrospinal. Ruang sub arakhnoid merupakan sebuah
rongga yang terletak sepanjang tulang belakang berisi cairan otak, jaringan lemak, pembuluh
darah dan serabut saraf spinal yang berasal dari medulla spinalis. Pada orang dewasa medulla
spinalis berakhir pada sisi bawah vertebra lumbal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. Anestesi Spinal
Anesthesia spinal (bokade subarachnoid atau intratekal) merupaka anestesi blok yang luas.
Anesthesia spinal yang pertama kali dikerjakan pada manusia pada tahun 1899 oleh Bier, tetapi
karena angka kematian yang tinggi, teknik tersebut tidak populer. Tetapi setelah dketahui efek
fisiologis dari anestetik lokal dalam ruang subarachnoid, kini bahaya terebut dapat dicegah.
Sesudah penyuntikan intratekal , yang dipengaruhi lebih dahulu yaitu saraf simpatis dan
parasimpatis, diikuti dengan saraf untuk rasa dingin, panas, raba , dan tekan dalam. Yang
mengalami blockade terakhir yaitu serabut motoris, rasa getar (vibratory sense) dan
proprioseptif. Blockade simpatis ditandai dengan adanya kenaikan suhu kulit tungkai bawah.
Setelah anestesi selesai, pemulihan terjadi dengan urutan yang sebaliknya, yaitu fungsi motoris
yang pertama kali pulih kembali. 2
Efek fisiologi pada anestesi spinal yang paling sering dan penting adalah terjadinya hipotensi,
karena penghambatan pada serabut efferen vasomotor preganglionik dari system saraf simpatis.
Efek hipotensi tersebut berbanding lurus dengan ketinggian blok saraf simpatis.
Dikatakan hipotensi jika terjadi penurunan tekanan darah 20-30% dari tekanan darah awal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa lebih dari 11.000 pasien yang dilakukan tindakan
anestesi spinal, terjadi hipotensi sekitar 38%. Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya
hipotensi, yaitu dengan pemberian prabeban cairan dan atau obat vasokontriktor seperti efedrin.
Efedrin merupakan vasopresor yang paling sering digunakan untuk mencegah dan mengatasi
hipotensi yang diakibatkan anestesi spinal. Pemberian efedrin secara subkutan, intra muskuler,
bolus intravena, dan infus kontinyu dan pada praktek sehari-hari, efedrin diberikan secara bolus
iv 5-10 mg bila terjadi hipotensi akibat anestesi spinal. Jadi lebih bersifat simtomatik bukan
pencegahan.
Gambar 1. Spinal anestesi

You might also like