Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Latar belakang
Dalam pedoman umun ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, telah melakukan
berkali-kali penyempurnaan dalam ejaan. Antara lain yang dibahas dalam ejaan yang
disempurnaan itu adalah penulisan kata, yang dimana penulisan kata itu memiliki porsi yang
berpengaruh dalam penulisan, penulisan kata yang benar akan membuat kaliamat-kalimat yang
kita buat menjadi padu, efektif, dan enak dibaca.
Dalam penulisan kata membahas berbagai bentuk kata, seprti kata dasar, turunan, ulang,
kata ganti, kata depan, gabungan kata, singkatan, dan angka dan lambang bilangan. Pada
makalah ini kami akan membahas secara lebih rinci, aspek-aspek yang ada dalam penulisan
kata, sesuai dengan pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan.
Rumusan masalah
Pembahasan
Penulisan kata
A. Kata dasar
B. Kata turunan
b) Jika kata dasar berupa gabungan kata, maka awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya: luaskan
c) Jika kata dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
kata itu ditulis serangkai.
d) Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkaian.
C. Bentuk ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak,
gerak-gerik
D. Gabungan kata
Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: apa yang kumiliki boleh kauambil.
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Paratikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang
dimakannya, ia tetap kurus.
Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat
yang mendahului atau mengikutinya.
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
a. Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik.
Misalnya:A.S. Kramawijaya
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak
diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll.
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya: Akabri, Bappenas
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: pemilu, radar, rapim
J. Angka dan lambang bilangan
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2 Angka Romawi: I, II
Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan
waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100 yen
Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya:
Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut.
Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf
kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian
dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan kalimat
diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak
terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih
mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinaman 250 juta rupiah.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di
dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami memunyai dua
puluh orang pegawai.
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh
sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
K. Mengenai penulisan kata, yang masih perlu kita perhatkan adalah sebagai berikut.
Benar Salah
dikelola di kelola
ketujuh ke tujuh
2. Gabungan kata yang salah satu unsurnya merupakan unsur terikat ditulis serangkai.
Benar Salah
sapta-krida
sub-seksi
nonkolaborasi nonkolaborasi
non-kolaborasi
3. Bentuk dasar berupa gabungan kata yang mendapat awalan atau akhiran ditulis serangkaian
atau ditulis dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur gabungan kata itu.
Benar Salah
Bertolak-belakang
tanda-tangani
mendarah daging mendarahdaging
mendarah-daging
4. Bentuk dasar berupa gabungan kata yang sekaligus mendapat awalan dan akhiran sekaligus
ditulis serangkai.
Benar Salah
melatar-belakangi
menghancur-leburkan
penyebar-luasan
dibumi-hanguskan
5. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, di antara kedua unsur
itu dibubuhkan tanda hubung (-).
Bentuk Salah
non-Indonesia nonIndonesia
non Indonesia
non-Afrikanisme nonAfrikanisme
non Afrikanisme
6. Kata ulang dituliskan dengan menggunakan tanda hubung di antara kedua unsurnya.
Benar Salah
Benar Salah
di rumah dirumah
ke mana kemana
Benar Salah
si pengirim sipengirim
si penerima sipenerima
si pemalu sipemalu
si pencuri sipencuri
9. Partikel per yang berarti ‘tiap’ dan ‘mulai’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului dan mengikutinya. Sebaliknya, per pada bilangan pecahan ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya.
Benar Salah
10. Singkatan nama gelar sarjana kesehatan, dokter, seringkali dipermasalahkan. Di dalam
lingkungan masyarakat muncul singkatan Dr. untuk dokter (kesehatan) dan DR untuk doktor
(purnasarjana). Hal ini tentu saja bertentangan dengan kaidah karena singkatan Dr.
diperuntukkan bagi gelar Doktor, sedangkan DR seolah-olah merupakan singkatan kata atau
nama yang sama halnya dengan PT (perseroan terbatas), SD (sekolah dasar).
11. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf kapital, tidak diikuti tanda titik.
Benar Salah
DPR D.P.R
PT P.T.
SMP S.M.P
SD S.D.
12. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Benar Salah
sda. s.d.a.
ttd. t.t.d.
yad. y.a.d.
13. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Benar Salah
cm cm.
Rp Rp.
km km.
14. Akronim nama diri, yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.Benar Salah
Golkar GOLKAR
Kowani KOWANI
Bappenas BAPPENAS
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan yang tertera dalam pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan yang
termasuk dalam penulisan kata yaitu:
Kata dasar, turunan, ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si dan sang, partikel
kata, singkatan, dan angka lambang bilangan. Yang dimana memiliki fungsi dan cara-cara untuk
menjadikan penulisan kata yang benar dan baik.
Untuk penulisan kata yang benar, kita dapat berpedoman pada EYD bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_ejaan_dan_penulisan_kata
http://ejaanbahasaindonesia.blogspot.com/2008/02/iii-penulisan-kata.html
2005, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, Jakarta, Balai Pustaka.
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah
yang berjudul “Alat Komunikasi dari Masa ke Masa” ini dapat terselesaikan dengan baik, dan kini
tengah berada di depan pembaca sekalian.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan kepada
pembaca mengenai sejarah perkembangan alat komunikasi dari masa ke masa, serta apa saja
yang termasuk alat komunikasi dari masa-masa tersebut. Dengan begitu, kita dapat mengetahui
seperti apa asal usul dan perkembangan alat komunikasi yang lazim digunakan manusia.
Makalah ini tentu dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari pihak lain juga. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Hetty Santosa S.Sos.,
M.Si selaku pengampu mata kuliah Perkembangan Teknologi Komunikasi atas saran dan
bimbingannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, penulis berharap agar
pembaca tidak sungkan memberi masukan berupa kritik dan saran yang membangun, karena
penulis sadari bahwa makalah ini masih belum sempurna.