Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Mycobacterium tuberculosis. TBC dapat mengenai semua organ terutama
menyerang organ pernapasan (TB paru) sebagai tempat infeksi primer dan organ
luar paru (TB ekstra paru) seperti kulit, kelenjar limfe, tulang, ginjal dan selaput.
TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada
sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini,
bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis. 2,3
Indonesia termasuk memiliki prevalensi yang tinggi infeksi tuberkulosis.
Infeksi tuberkulosis saluran kemih mencapai 20 – 40% dari infeksi tuberkulosis
keseluruhan di negara-negara berkembang. Selain itu infeksi tuberkulosis saat ini
mulai meningkat dengan adanya infeksi HIV. Penampakan TB ekstra paru ini
biasanya tidak khas, muncul perlahan dan diagnosis terkadang tidak terpikirkan
dan cenderung terlambat. Menurut Pedoman Nasional Program Penanggulangan
Tuberkulosis Departemen Kesehatan RI, infeksi tuberkulosis saluran kemih
termasuk kategori tuberkulosis ekstra paru berat. 4
Tuberkulosis pada sistem urogenital akibat penyebaran hematogen dari
paru atau dari organ urogenital lain. Sumber primernya (misalnya paru) mungkin
memperlihatkan infeksi aktif atau tidak memberikan keluhan maupun gejala
termasuk kelainan radiologis. Hal ini merupakan salah satu bentuk manifestasi
klinis tuberkolosis desiminata, jarang dilaporkan mungkin prevalensinya sedikit
atau lolos dari pendekatan diagnosis. Pendekatan diagnosis TB saluran kemih dan
ginjal harus terarah karena tergantung dari gambaran klinis. Gambaran klinis
bervariasi : mungkin dengan keluhan ISK bawah (rekuren), hematuria tanpa sakit,
hipertensi resisten atau dengan sindrom gagal ginjal kronis (GGK). 1,5
Salah satu mekanisme timbulnya TB ekstra paru ini adalah reaktifasi fokus
TB lama. Reaktifasi ini meningkat sejalan peningkatan kasus, seperti manula (usia
lanjut), pemakaian obat imunosupresif atau steroid, malnutrisi, plavelensi AIDS
dan adanya penyakit penyerta seperti liver dan ginjal.4,7 .
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman
Mycobacterium tuberkulosis yang bersifat sistemik, yang dapat bermanifestasi
pada hampir semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer.8
II.2. Lokasi
Lokasi lesi TB paru dan ekstra paru pada saat infeksi
primer dipengaruhi oleh derasnya aliran darah dan tingginya
tekanan oksigen seperti di apeks paru, korteks ginjal dan
daerah pertumbuhan pada tulang panjang. 9
II.3. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan mikrobakteri yang bersifat
kompleks, memiliki famili lain yaitu M.bovis (tuberkulosis pada sapi, yang dapat
ditularkan melalui susu sapi, dan dapat diperkirakan sebagai penyebab TB
gastrointestinal), M.africanum (terdapat pada kasus di daerah Afrika), M.microti
(kemampuan lebih rendah dibandingkan keluarga famili lainnya), dan M.caneti
(sangat jarang). 9,10,11 .
M. tuberkulosis merupakan bakteri yang tahan asam, sehingga
memerlukan pewarnaan khusus. Perbedaan dengan bakteri lain adalah dinding sel
yang memiliki permeabilitas yang sangat rendah, sehingga tidak mudah di tembus
oleh antibiotik. Selain itu dinding sel mikrobakterium ini memiliki zat
lipoarabinomannan yang merupakan protein yang menyebabkan tidak efektifnya
sistem pertahanan tubuh kita dalam menghancurkan mikrobakterium ini. Kuman
TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini
dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.9,10,11
4
Gambar 3. Mycobacterium tuberculosis pada scanning electron
II.4. Patogenesis
TBC saluran kemih dapat mengenai satu atau lebih organ pada traktus
urinarius dan menyebabkan infeksi granulomatosis kronis yang menunjukkan
karakteristik yang sama dengan TBC di organ lain. Organ yang dapat terkena
antara lain ginjal dan ureter, buli-buli, prostat dan vesikula seminalis, serta
epididimis dan testis. Bakteri ini mencapai organ urogenital melalui jalur
hematogen dari paru. 1,9,10,13
Tempat infeksi primer kadang tidak jelas atau asimtomatik Ginjal dan
prostat dapat menjadi tempat infeksi TBC primer dan dapat terinfeksi dengan
jalan asenden atau desenden. Penyebaran infeksi tuberkulosis ke saluran kemih
dan genitalia pria dengan cara hematogenik pada organ ginjal, prostat dan
epididimis. Sedangkan organ lainnya penyebaran melalui urin atau
perkontinuitatum dari organ yang disebutkan sebelumnya. Setiap organ akan
memberikan gejala dan perjalanan penyakit sendiri-sendiri. 1,9,10,12,13
5
Tuberkulosis ginjal awalnya merupakan penyebaran milier kiri dan kanan
di korteks. Sarang milier ini berkembang menjadi radang granulasi yang
mengalami nekrosis secara perkejuan yang mungkin membenyuk kaverna atau
sembuh lokal dengan fibrosis, pengerutan, retraksi dan kalsifikasi. Perforasi
nekrosis kalix di pielum menyebabkan penyebaran desendens.14
6
II.5. Cara Penularan
TB ekstra paru dapat menular, tapi penularannya tidak seperti TB paru
yang melalui kontak langsung lewat udara yang tercemar bakteri tuberkulosis. TB
ekstra paru menular melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi bakteri
tuberkulosis. Biasanya penularan terjadi melalui transfusi darah.14
M. Tuberkulosis merupakan saprofit bebas dan dapat ditemukan dalam
air. TB saluran kemih dapat terjadi karena M. Tuberkulosis yang
terdapat dalam air mengkontaminasi urethra bagian distal dan genitalia
eksterna.15
T
uberkulosis saluran kemih dapat timbul pada segala usia dengan keadaan
umum kurang baik. Basil tuberkulosis mencapai ginjal atau epididimis secara
hematogen. Penyebaran tuberkulosis ke saluran kemih dapat terjadi puluhan tahun
setelah kompleks primer karena berada dalam bentuk tidak aktif (dormant) di
dalam makrofag. Sekitar 80% infeksi tuberkulosis terjadi akibat pengaktifan
kembali bakteri dormant yang terjadi jika sistem kekebalan penderita menurun
(misalnya karena AIDS, pemakaian kortokosteroid atau lanjut usia).1,15,17
7
di dalam rongga pleura
- Badan lemah, nafsu makan & berat badan turun, rasa kurang enak
badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang
> dari
sebulan.
Nyeri dada, ronkhi di puncak paru, wheezing lokal, lemah dan
anoreksia.1,11,15,17
berupa infeksi saluran kemih akibat adanya infeksi bakteri lain, kerusakan,
penyempitan dari saluran kemih, sehingga terjadi gangguan pengeluaran air seni
baik dari ginjal maupun dari kandung kemih. Apabila mengenai indung telur,
rahim pada wanita atau saluran sperma pada pria dapat menimbulkan
kemandulan.1,10,15,16,17
Tabel II.7.2. Gejala atau komplikasi bagian lain yang terinfeksi M. Tuberkulosis
9
Rongga perut - Lelah
- Nyeri tekan ringan
- Nyeri seperti apendisitis
Otak - Demam
- Sakit kepala
- Mual
- Penurunan kesadaran
- Kerusakan otak yang
menyebabkan terjadinya koma
Pericardium - Demam
- Pelebaran vena leher
- Sesak nafas
10
Organ reproduksi wanita - Kemandulan
II.8. Diagnosis
Penegakan diagnosis tuberkulosis saluran kemih cukup sulit karena
gejalanya tidak spesifik. Langkah yang penting untuk mendiagnosis infeksi ini
adalah riwayat perkembangan penyakit.16
Anamnesis
Riwayat pernah mengalami infeksi tuberkulosis sebelumnya (terutama pada
paru) merupakan petunjuk yang penting.
Riwayat gangguan miksi dan urgency yang kronik yang tidak respon
terhadap pemberian antibiotika sering menunjukkan infeksi tuberkulosis.
Perlu diperhatikan pasien dengan memiliki rasa lemas disertai keluhan
gangguan saluran kemih yang lama tanpa disertai penyebab yang jelas.
Gejala yang dapat terjadi, nyeri pada punggung, pinggang dan suprapubik,
hematuria, frequency dan nokturia. Gejala tambahan lain demam, penurunan
berat badan dan keringat malam. 16
Pemeriksaan fisik
Pemeriksan fisik umum :
indeks masa tubuh yang rendah
infeksi tuberkulosis di luar traktus urogenital (paru, tulang, limpa, tonsil
dan usus). 16
11
Pemeriksaan urologis :
Ginjal : nyeri tekan, massa pada ginjal, abses
Suprapubik : adanya nyeri tekan
Genitalia eksterna :penebalan, pengerasan atau perlunakan pada epididimis,
ditemukannya sinus kronik
Prostat : adanya indurasi atau nodul.16
Pemeriksaan penunjang
Diagnosa pasti berupa pemeriksaan dari bagian yang diperkirakan
merupakan benjolan akibat TB dengan cara biopsi terbuka, atau biopsi jarum.
Pemeriksaan dengan kontras dapat menunjukkan adanya gangguan dari saluran
kemih. 10
Petunjuk awal tuberkulosis adalah foto Rontgen dada. TB akan terlihat sebagai
daerah putih yang berbentuk tidak teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen
juga bisa menunjukkan Efusi Pleura atau pembesaran jantung. 1,16,17,18
Gambar 8. Tes Tuberkulin hasil positif undurasi atau penebalan positif, >
15 mm (sudah BCG), > 10 mm (belum BCG)
13
Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) pada urin memiliki
sensitifitas dan spesifisitas mencapai 80 % untuk mendiagnosis kuman M.
Tuberculosis. 1,11,17
15
Gambar 13. Tuberculosis Pada Urogenital. Terdapat kelainan pada kontur
buli-buli (tanda panah) serta terdapat distorsi & iregularitas pada calix renal
(tanda panah)
II.8.5. Computed Tomography (CT)
CT telah menjadi pilihan lebih baik menggantikan IVU dalam
menegakkan diagnosa dan evaluasi TB genital dan saluran kemih. CT terbaru
memberikan gambaran 3 dimensi. Alat ini setidaknya dapat memberikan
gambaran mengenai abnormalitas kaliks, hidronefrosis, hidroureter,
autonerektomi, kalsifikasi traktus urinarius dan kavitas parenkim ginjal. 1,19
16
Gambar 15. Tampak Massa kistik yang besar dan tebal di retroperitoneum
dekat dengan anterior pankreas, posterior hepar & IVC medial
II.8.6 Ultrasonography (USG)
Ultrasonography memberi penilaian terbatas. Alat ini dapat digunakan
untuk melihat ukuran lesi ginjal sebelum kemoterapi atau memonitor volume
kontraksi kandung kemih sebelum pengobatan. Hal ini diperlukan untuk
menentukan intervensi atau langkah selanjutnya. 1,19
18
Gambar 19. Dilatasi upper Tractus Urinarius
II.8.10. Arteriography, Radioisotope investigations dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI)
Alat ini jarang digunakan karena tidak memberikan informasi tambahan
mengenai gambaran TB genital dan saluran kemih. 1,19
II.9. Penatalaksanaan
Penanganan Tuberkulosis ekstra paru pada umumnya sama dengan
penanganan TB paru. Namun pada beberapa keadaan perlu modifikasi, yaitu
apabila TB menginfeksi organ vital seperti pada efusi pleura, perkardial, TB
spinal, TB genito urinaria, dan Meningitis tuberkulosis. Selain itu, pengobatan
pada TB ekstra paru biasanya lebih lama dibandingkan dengan TB pada paru
biasa. Sebagian besar sekitar 9 hingga 12 bulan. 1,11,12,15,16,17
19
.
20
II.9.1.a. Isoniazid (INH)
Isoniazid mempunyai keaktifan tinggi terhadap M. Tuberkulosis dan
bersifat bakterisidal pada dosis tinggi. INH menghambat sintesis asam mikolat
pada M. Tuberkulosis dengan mempengaruhi enzim Mycolase synthetase. INH
mempunyai efek toksik terhadap hepar pada 10 – 20% pasien.1,16
II.9.1.b. Rifampisin
Rifampisin merupakan salah satu kelompok antibiotik yang mengisolasi
Streptomyces mediterranei. Cara kerja Rifampisin dengan menghambat bakteri
pembentuk RNA. Rifampisin larut dalam lemak, memasuki makrofag, dan
diekskresi lewat urin. 1,16
Hepatotoksik merupakan reaksi utama Rifampisin. Disamping itu
Rifampisin dapat berinteraksi dengan beberapa obat termasuk Kontrasepsi oral,
Kortikosteroid, dan beberapa obat Anti Retro Virus. 1,16
II.9.1..c. Streptomisin
Streptomisin mengisolasi Streptomyces griseus. Obat ini merupakan
golongan Aminoglikosid dan harus diberikan Intramuskuler. Streptomisin tidak
aktif terhadap mikrobakteria intraselluler. Konsentrasi tinggi bisa didapat di urin.
Streptomisin bersifat ototoksik, tetapi sifatnya reversibel jika penggunaan obat
dihentikan setelah gejala muncul. 1,16
II.9.1.d. Pyrazinamide
Pyrazinamide merupakan turunan Nicotinamide. Mekanisme kerja dengan
menghambat sintesis asam lemak I pada M. Tuberkulosis. Obat ini dapat bersifat
hepatotoksik pada pemberian dosis tinggi. Nausea dan vomitus juga sering
ditemukan pada pasien yang mendapatkan terapi ini. 1,16
II.9.1.e. Ethambutol
Obat ini aktif terhadap M. Tuberkulosis yang resisten INH dan obat-
obatan Tuberkulostatik lain. Ethambutol diabsorpsi baik melalui pemberian per
21
oral. Sekitar 80% diekskresi lewat urin dalam bentuk inaktif, dosis harus
disesuaikan pada keadaan gagal ginjal. Ethambutol jarang menyebabkan Neuritis
Retrobulbar dan penggunaannya jangan diteruskan apabila ditemui gejala
tersebut. 1,16
22
Pada kasus multi drug resistence diberikan terapi yang terdiri dari 4 jenis
obat yang dipilih berdasarkan tes resistensi obat seperti ethionamide,
prothionamide, quinolones, clarithromycin, cycloserin, kanamycin, viomycin,
caproemycin, thiaacetazone dan pa-amino-salicide acid. 1,16,17
II.9.2. Pembedahan
Pembedahan pada penderita Tuberkulosis dapat dipertimbangkan bila
terapi medis gagal, seperti penyaliran atau pengeluaran sarang atau sisa sarang
tuberkulosis, organ rusak yang mengganggu, dan untuk memperbaiki perubahan
atau penyulit sekunder seperti Stenosis Saluran Kemih atau kerusakan /
pengecilan kandung kemih atau leher kandung kemih. Tindakan pembedahan
pada penderita yang pernah mengidap Tuberkulosis harus dilakukan dengan
perlindungan Anti Tuberkulostatik sebagai tindak profilaktik mencegah
kambuhnya Tuberkulosis minimal 4 minggu. Terapi pembedahan rekonstruksi
dilakukan untuk mengkoreksi komplikasi yang ditimbulkan akibat infeksi. 16,17
Epididimektomi
Epididimektomi dilakukan pada kasus abses yang tidak respon
terhadap terapi atau pembengkakan yang tidak berkurang atau bertambah
besar pada saat terapi antituberkulosis. Indikasi lain yaitu jika terdapat
luka yang tidak sembuh atau bahkan membesar setelah pemberian
antibiotik dan antituberkulosis kemoterapi. Namun tindakan ini dapat
menyebabkan atrofil testis. 1,16
Augmentation Cystoplasty
Indikasi utama dilakukannya Augmentation Cystoplasty yaitu pada
keadaan intoleransi frekuensi berkemih, baik siang maupun malam,
bersamaan dengan adanya disuri, kencing yang tidak tertahan, dan
hematuria. Dengan penyakit berat lain kandung kemih akan kehilangan
elastisitasnya, dengan kapasitas kurang dari 100 ml. Tujuan augmentasi ini
adalah untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih sebanyak mungkin
yang sanggup ditampung.1,16
Inflamasi ( radang ) kandung kemih dan gagal ginjal bukan
merupakan kontraindikasi pembedahan.1,16
Infeksi saluran kemih bawah dapat merupakan komplikasi post
operasi diversi urinarius atau bladder augmentation. Ini sering tanpa gejala
dan sulit untuk dideteksi, sehingga pemberian antibiotik dosis rendah
secara kontinu selama 6 bulan atau lebih perlu dipertimbangkan.1,16
25
Orthotopic Neobladder
Orthotopic Neobladder dilakukan dengan meningkatkan frekuensi
rekonstruksi urinarius setelah cystectomy pada penyakit keganasaan, juga
pada pasien TB.1
II.10. Pencegahan
Terdapat beberapa cara untuk mencegah tuberkulosis yaitu :
II.10.1. Vaksin
Badan penelitian luar negeri telah mengembangkan vaksin TB terbaru
yang aman dan efektif. Penelitian ini menggunakan genom lengkap M.
Tuberculosis. Bacillus Calmate Guerin ( BCG ) masih digunakan di negara-negara
berkembang. Telah diketahui cara kerja BCG yaitu dengan membatasi
multiplikasi dan penyebaran M. Tuberculosis, bukan mencegah infeksinya.
Bagaimanapun juga penggunaan BCG masih tetap kontroversial.1
26
BAB III
KESIMPULAN
27
Penampakan TB ekstra paru ini biasanya tidak khas, muncul perlahan dan
diagnosis terkadang tidak terpikirkan dan cenderung terlambat. Ini suatu
fenomena yang penting, karena akibat lambatnya diagnosis akan berakibat
lambatnya pengobatan sehingga terjadi cacat atau keadaan mengancam nyawa.
TB Ekstraparu yang sering terjadi adalah TB saluran kemih (Genitourinary
Tuberculosis). Patogenesis TB saluran kemih tidak diketahui hingga pada tahun
1926, Medlar melakukan penelitian terhadap pasiennya yang meninggal akibat TB
paru dan tidak memiliki kelainan urogenital. Berdasarkan penelitian tersebut
didapatkan bahwa pada penderita TB paru juga ditemukan TB saluran kemih
sehingga dikatakan TB saluran kemih merupakan metastase TB paru. TB saluran
kemih dapat timbul pada segala usia dari usia muda sampai orang tua, terutama
usia 20-40 tahun.
Adapun masalah utama kegagalan pengobatan disebabkan putusnya
pengobatan akibat kurangnya pengawasan dan kerjasama penderita, yang
menimbulkan gagalnya pengobatan dan terjadinya resisten ganda terhadap O.A.T
(Obat Anti Tuberkulosis). Keadaan seperti ini harus diatasi sebaik-baiknya.
Berdasarkan pedoman W.H.O dan Depkes telah diajukan kategori
pemakaian O.A.T dalam upaya masa kini untuk memberantas penyakit
Tuberkulosis. Mengingat TB dapat mengenai multiorgan yang menyangkut
berbagai disiplin ilmu Kedokteran, diperlukan usaha gigih dan kerjasama yang
baik dari berbagai disiplin ilmu Kedokteran dalam upaya pemberantasan TB Paru
khususnya penatalaksanaan TB Ekstraparu.
Prognosis TB saluran kemih awalnya buruk, hingga ditemukan obat
Antituberkulosis yang diawali dengan ditemukannya Streptomisin (1944),
Isoniazid (1952) dan Rifampisin (1966).
Tindakan pembedahan baru dikerjakan setelah memberikan obat
Tuberkulostatik. Tindakan pembedahan pada penderita yang pernah mengidap
Tuberkulosis harus dilakukan dengan perlindungan Tuberkulostatik sebagai
tindak profilaktik mencegah kambuhnya Tuberkulosis.
DAFTAR PUSTAKA
28
1. McAleer SJ, Johnson WD, Johnson CW. Tuberculosis and Parasitic and
Fungal Infections of the Genitourinary System. In : Walsh PC. Campbell`s
Urology Vol 1. 9th edition. Ch 14. Philadelphia : WB Saunders Elsevier.
2007: 436-447.
2. NN. Tuberkulosis paru. Accessed on : April, 09th 2011. Last update :
March, 16th 2009. Available at :
http://rajawana.com/artikel/kesehatan/264-tuberculosis-paru-tb-paru.html
3. University Of Cambridge. Tuberculosis. Accessed on : April, 09th 2011.
Last update : 2009. Available at :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://tb.med.cam.ac. uk/wp-
content/uploads/2009/12/TB-
Patient.jpg&imgrefurl=http://tb.med.cam.ac.uk/
tuberculosis/&usg=__fZ_4yZfBiRtgyNiNZ9BMPyWTkd0=&h=175&w=
165&sz=13&hl=en&start=33&zoom=1&itbs=1&tbnid=ETMv5I-
fvFsMEM:&tbnh=100&tbnw=
94&prev=/images%3Fq%3Dtuberkulosis%2Bginjal%26start%3D20%26hl
%3Den%26sa%3DN%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26biw%3D1003%2
6bih%3D432%26tbm%3Disch&ei=mhyoTcXNKY6KvgOy0sSACQ
4. NN. Liarnya tuberkulosis di luar paru-paru. Accessed on : April, 09th
2011. Last update : March, 24th 2010. Available at :
http://health.detik.com/read2010/ 03/24/174504/1324661/763/liarnya-tbc-
di-luar-paru-paru
5. NN. Infeksi Bakteri dan TBC. Accessed on : April, 09th 2011. Last update
: March, 19th 2011. Available at :
http://ersty.blogspot.com/2011/03/infeksi-bakteri-dan-tbc.html
6. NN. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan. Accessed on : April, 10th
th
2011. Last update : Januari 28 , 2009. Available at :
http://totonrofiunsri.wordpress.com/2009 /01/28/anatomi-dan-fisiologi-
sistem-perkemihan/
7. NN. Anatomi Fisiologi Kandung Kemih/Sistem Perkemihan. Accessed on
: April, 10th 2011. Last update : October 3 rd
, 2010. Available at :
29
http://www.google.co.id/imgres ?imgurl=http://arispurnomo.com/wp-
content/uploads/2010/10/urinary-copy.jpg&imgr
efurl=http://arispurnomo.com/anatomi-fisiologi-kandung-kemih-sistem-
perkemihan&
usg=__uYb_U5nSCNVRYPg5PgJBFqZhUko=&h=252&w=300&sz=18&
hl=en&start=18&zoom=1&itbs=1&tbnid=x9TiNY3zcSrYOM:&tbnh=97
&tbnw=116&prev=/images%3Fq%3Dfisiologi%2Bsaluran%2Bkemih%26
hl%3Den%26biw%3D1024%26bih%3D420%26gbv%3D2%26tbm%3Dis
ch&ei=V2CpTbTuMZDMuAPyiOGFCQ
8. NN. Tuberkulosis. Accessed on : April, 10th 2011. Available at :
http://adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/tuberkulosis.pdf
9. Tampubolon G,dkk. . Evaluasi Pemeriksaan Batang Tahan Asam Urin
pada penderita Gross Hematuri. Accessed on : April, 09th 2011. Last
update : 2002. Available at :
http://www.urologi.or.id/pdf/Nas%20Dr.%20Gideon%20Tampubolon%20
(Jkt.pdf
10. Dinkes Pemerintah Kota Tasikmalaya. Tuberkulosis. Accessed on : April,
09th 2011. Available at : http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.
php/informasi-penyakit/203 -tuberkulosis.html
11. RS Penyakit Infeksi Prof DR Sulianti Saroso. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. Tuberkulosis. Accessed on : April, 09th 2011. Last update :
Febuary, 3rd 2007. Available at :
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=57
12. Tanagho E, Kane C. Spesific Infections of the Genitourinary Tract. In :
Smith General Urology. Ch 14. Page : 219-225.
13. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Accessed on : April,
09th 2011. Last update : 2002. Available at :
http://www.pdfwindows.com/goto?=http://www.
klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.pdf
14. NN. Diseases of the Ureter. Accessed on : April, 09th 2011. Available at :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://chestofbooks.com/health/di
30
sease/Pathology/images/Tuberculous-Nodule-in-the-Wall-of-the-Ureter-
with-Beginning.jpg&
imgrefurl=http://chestofbooks.com/health/disease/Pathology/Diseases-Of-
The-Ureter
.html&usg=__Jzn3GYoX17J61gCJnBC4qPxgdNo=&h=441&w=436&sz=
15&hl=en&start=38&zoom=1&itbs=1&tbnid=NU5nX7NtC5rr5M:&tbnh
=127&tbnw=126&prev=/images%3Fq%3Dtuberkulosis%2Bginjal%26star
t%3D20%26hl%3Den%26sa%3DN%26gbv%3D2%26ndsp%3D20%26bi
w%3D1003%26bih%3D432%26tbm%3Disch&ei=mhyoTcXNKY6KvgO
y0sSACQ
15. Eastwood JB, Corbishley CM, Grange JM. Tuberculosis and the kidney. In
: Ritz Eberhard. Disease of the Month, Journal of the American Society of
Nephrology. 2001 : 1307-1314. . Accessed on : April, 15th 2011. Last
update : 2001. Available at :
http://jasn.asnjournals.org/content/12/6/1307.full
16. MS Anurag Rai. Management of Genitourinary Tuberculosis. Accessed on
: April, 15th 2011. Last update : April, 15th 2011. Available at :
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://wwwispub.com/ispub/ijs/vo
lume_23_ number_1/management-of-genito-urinary-tuberculosis/genito-
tbl3.jpg&imgrefurl=
http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_surgery/volume_23
_number_ 1/article/management-of-genito-urinary-
tuberculosis.html&usg=__bhxJt1Oxp5Ybj_j
8dWeoL8Kz2zA=&h=303&w=908&sz=63&hl=en&start=15&zoom=1&it
bs=1&tbnid=eTVrMhYZ97LyrM:&tbnh=49&tbnw=147&prev=/images%
3Fq%3Dpercutaneous%2Bantegrade%2Bpyelography%2Bon%2Btubercul
osis%26hl%3Den%26biw%3D1020%26bih%3D432%26gbv%3D2%26tb
m%3Disch&ei=Gy6oTeTVI4WevQOLhbH3CA
17. Jong WD, Sjamsuhidayat R. 2003. Tuberkulosis Saluran Kemih. Dalam :
Jong WD, Sjamsuhidayat R. Saluran Kemih dan Alat kelamin lelaki, Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi kedua. Jakarta : EGC. 2003 : hal 754-755.
31
18. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tubekulosis. 2002.
19. Cek M, Lenk S, Naber KG, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H, et al.
EAU Guidelines for the Management of Genitourinary Tuberculosis. Eur
Urol 2005, 48; 253-62.
32