Professional Documents
Culture Documents
1. Untuk membiayai operasional perusahaan dalam pencapaian laba yang lebih maksimal.
2. Untuk melunasi hutang yang ada.
3. Sebagai cadangan dana untuk kebutuhan investasi perusahaan.
4. Untuk perkembangan perusahaan di masa yang akan datang.
Jenis laporan laba ditahan :
1.2.Kebijakan Dividen
Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang dividen diantranya
yaitu (Brigham, 2004 seperti dikutip Setiawati, 2012) :
Teori ini sependapat dengan Gordon dan Lintner (1992) yang berpendapat bahwa
investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen
daripada menunggu capital gain.
Selain teory diatas terdapat dua teori lain yang dapat membantu untuk memahami
kebijakan dividen adalah (Brigham, 2004 seperti dikutip Setiawati, 2012) :
Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas
kenaikan nirmal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan
datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan
norma diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit
dimasa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan
harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh
efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
2. Clientele Effect
Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang
membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend payout ratio (DPR) yang
tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini
lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus
dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen
yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan
arus kas keluar, maka semakin kuat posisi likuiditas perusahan berarti makin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Suatu perusahan yang sedang
tumbuh secara rendabel (perusahaan yang masih mencari keuntungan), mungkin tidak
begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya tertanam dalam
aktiva tetap dan modal kerja sehingga kemampuannya untuk membayarkan dividen pun
sangat terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh
keputusankeputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebubutuhan dananya.
Perusahaan akan memperoleh hutang baru untuk menjual obligasi baru untuk
membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus merencanakan terlebih dahulu
bagaimana cara untuk membayar kembali hutang tersebut. Apabila perusahaan
menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti
perusahaan harus menahan dari sebagian besar pendapatannya untuk keperluan
tersebut, yang ini berarti hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dapat
dibayarakan sebagai dividen.
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk
waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya. Perusahaan tersebut biasanya
akan lebih senang untuk menahan pendapatannya dari pada dibayarkan sebagai dividen
dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Apabila perusahaan telah mencapai
tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah mencapai tingkat
pertumbuhan yang mapan, dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana
yang berasal dari pasar modal atau sumber dana lainnya, maka keadaanya adalah
berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividen payout ratio
yang tinggi.
Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataanya merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan diambil. Aliran kas
perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal dimasa datang yang diharapkan,
kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola (skedul) pengurangan utang dan
masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan harus
dipertimbangkan dalam analisis kebijakan dividen.
(2) Likuiditas
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada dividend payout
ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan
perusahaan yang ditujukan oleh koefisien arah positif. Bagi investor pembayaran
dividen yang stabil merupakan indikator prospek perusahaan yang stabil pula dengan
demikian resiko perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan yang membayar dividen tidak stabil.
1.3.Legalitas Dividen
Legalitas dividen hanya dapat ditentukan dengan melihat hukum negara bagian yang
berlaku. Ada tiga klasifikasi untuk tujuan perbandingan pembagian deviden kepada
pemiliknya:
1. Kelompok terbesar mengijinkan pembagian deviden kepada pemegang saham
selama perusahaan berada dalam keadaan tidak insolven.
2. Kelompok kedua mengikuti baik “Revised Model Business Corporation
ct”tahun 1984 maupun pelarangan pembagian yang mirip dengannya yaitu perusahaan
harus solven dan pembagian tidak boleh melebihi nilai wajar aktiva besih.
3. Negara bagian lainnya menggunakan berbagai larangan campuran yang terdiri
dari pengujian solvensi dan neraca atas likuiditas dan risiko.
Untuk menghindari pembagian yang ilegal atas aktiva perusahan kepada pemegang sahm
hukum perseroan negara bagian yang relevan harus dipelajari dan meminta nasehat hukum.
1.4.Jenis-jenis Dividen
1. Dividen tunai
Jenis dividen tunai adalah yang paling umum dibagikan kepada pemegang saham. Cara
pembayarannya adalah secara tunai. Sehingga, hal ini lebih disenangi oleh para pemegang
saham. Terkadang perusahaan public membayarkan dividen ini secara berkala. Antara dua
sampai empat kali dalam 1 tahun. Selain itu, dividen ini biasanya akan dikenai pajak sesuai
dengan hukum yang berlaku pada tahun pengeluaran.
2. Dividen saham
Sesuai dengan namanya, dividen saham ini dibayarkan dalam bentuk saham. Dividen ini
sering di manfaatkan oleh perusahaan jika perusahaannya kekurangan uang kas. Pembagian
dividen jenis stock biasanya diberikan secara merata bagi semua pemegang saham. Dengan
demikian, para pemegang saham akan menerima saham lebih banyak setelah mendapatkan
dividen saham ini.
3. Dividen properti
Dividin properti ini dibagikan dalam bentuk aset/barang. Tidak dengan tunai ataupun
saham. Jenis pembagian dividen ini jarang dilakukan oleh prusahaan. Karena akan lebih
sulit perhitungannya. Biasanya perusahaan melakukannya karena uang tunai yang ada di
perusahaan sudah terlanjur tertanam dalam investasi perusahaan lain.
4. Dividen skrip
Dividen Skrip dibayarkan dalam bentuk surat janji hutang. Perusahaan akan membayarkan
pada waktu dan jumlah tertentu sesuai dengan surat janji hutang. Dan biasanya surat ini
akan dikenakan bunga sampai dengan uang tersebut dibayarkan kepada pemilik saham.
Pembayaran dengan jenis ini bisa saja terjadi karena kurangangnya persediaan uang tunai
dalam perusahaan. Sehingga, akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka
pendek kepada pemegang surat.
5. Dividen likuidasi
Dividen likuidasi bisa diartikan sebagai pengembalian modal. Hal ini bisa saja terjadi
karena perusahaan mengalami kebangkrutan. Namun, hal ini hanya berlaku jika perusahaan
tersebut masih memiliki sedikit sisa kekayaannya. Jika tidak ada yang tersisa, maka
pemegang saham tidak akan mendapat apa-apa.
1.5.Pemecahan Saham
Pemecahan Saham (Stock Split) adalah pemecahan nilai nominal saham kedalam nilai
nominal yang lebih kecil. Dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan
meningkat proporsional dengan penurunan nilai nominal saham.
Dengan adanya pemecahan saham maka nilai pari atau nilai yang ditetapkan menjadi
berubah tetap dilain pihak jumlah lebar saham yang beredar akan bertambah. Oleh karena
itu jumlah nilai pari atau nilai yang ditetapkan secara keseluruhan tidak mengalami
perubahan.
Salah satu alasan perseroan melakukan stock split adalah untuk menurunkan harga
sahamnya. karna kalau harga saham terlalu tinggi dapat mengurangi minat investor
terhadap saham yang dikeluarkan oleh perseroan yang bersangkutan.
Stock Split yang dilakukan perusahaan emiten dapat berupa stock split atas dasar satu jadi
dua(two for one stock) dimana setiap pemegang saham akan menerima dua lembar saham
setiap lembar yang dipegang sebelumnya, nilai saham baru adalah setengah dari nilai
nominal saham sebelumnya. begitu juga jika dilakukan stock split atas dasar satu jadi tiga
(three for one stock). Pemegang saham akan menerima tiga lembar saham untuk setiap satu
saham yang dimiliki sebelumnya, nilai saham baru adalah sepertiga dari nilai nominal
saham sebelumnya.
Sebagai contoh :
Perusahaan dengan 100 Lembar saham dengan harga $50 / saham,
Kapitalisasi pasar adalah 100 x $50 = total $5000
Perusahan stock split dua untuk satu
Maka jumlah lembar saham menjadi 200 lembar
Harga saham disesuaikan dengan total $5000/200 maka harga lembar saham menjadi $25
Stock split dapat dianalogikan seperti satu loyang pizza. Pada awalnya utuh satu loyang.
Ketika di-split atau dibelah menjadi lima, namun satu loyang itu tetap milik Anda. Misal
sebuah perusahaan ingin melakukannya 1:5 dengan harga saham di bursa sebesar Rp5.000,
maka harga sahamnya sekarang menjadi Rp1.000, seperti saat seseorang menukarkan selembar
uang Rp5.000 menjadi lima lembar uang Rp1.000 berikut.
Sementara reverse stock split, bila dianalogikan juga dengan loyang pizza, yang pada
awalnya ada 5 bagian, disatukan menjadi satu bagian besar. Misal sebuah perusahaan ingin
melakukan reverse stock split 5:1 dengan harga saham di bursa sebesar Rp1.000, maka harga
sahamnya sekarang menjadi Rp5.000, seperti saat seseorang menukarkan lima lembar uang
Rp1.000 dengan selembar uang Rp5.000 seperti diagram berikut.
Dalam prosesnya, ada beberapa informasi yang perlu diketahui oleh investor
sehubungan dengan stock split atau reverse stock split yang dilakukan oleh perusahaan:
1. Stock Split Ratio, atau rasio pemecahan saham, yaitu perbandingan jumlah saham baru
terhadap saham lama.
2. Cumdate (RG, NG), yaitu tanggal terakhir perdagangan saham dengan nilai nominal
lama di bursa.
3. Exdate (RG, NG) atau Splitting Date, Tanggal dimulainya perdagangan saham dengan
nilai nominal baru di bursa.
4. Recording Date, Tanggal terakhir dilakukannya penyelesaian transaksi dengan nilai
nominal lama.
5. Exdate (TN), yaitu tanggal dimulainya penyelesaian transaksi dengan nilai nominal
baru dan distribusi saham dengan nilai nominal baru ke dalam rekening efek perusahaan
atau efek bank kustodian di KSEI.
Mekanisme dan informasi mengenai kebijakan akan diberitahukan oleh dewan direksi
perusahaan berdasarkan hasil keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Jika dalam
RUPS memutuskan adanya perubahan anggaran dasar, keputusan tersebut dibuat dihadapan
notaris yang ditunjuk oleh dewan direksi.
Perubahan anggaran dasar tersebut harus diterima dan dicatat oleh Direktur Jenderal
Administrasi Hukum Umum serta didaftarkan dalam daftar perusahaan kantor pendaftaran
perusahaan daerah setempat. Dewan Direksi nantinya akan memberitahukan tata cara konversi
saham dan pemecahan nilai nominal saham.
1. Menambah jumlah saham yang beredar agar ada lebih banyak investor yang dapat
memiliki saham tersebut.
2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham dengan banyaknya lembar saham yang
beredar.
3. Menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk
membeli/memiliki saham tersebut.
4. Agar investor kecil dapat membelinya setelah harganya dipecah menjadi lebih kecil.
Jika harga saham terlalu mahal maka dana dari investor kecil tidak akan mampu
menjangkaunya.
5. Mengubah jumlah saham odd lot menjadi round lot. Odd lot adalah kondisi di mana
investor mempunyai saham dibawah 100 lembar (1 lot), sedangkan round lot adalah
investor yang membeli saham sejumlah kelipatan 100 lembar.
6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki
saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah
tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi.
Dari alasan yang sudah disebutkan di atas, secara garis besarnya, perusahaannya karena
alasan likuiditas. Hal ini dilakukan juga karena perusahaan tidak menghendaki harga pasar
yang terlalu tinggi. Perusahaan sadar betul pentingnya likuiditas dalam perdagangan saham,
karena sebuah saham yang kurang likuid dapat berpengaruh pada minat investor sehingga
secara tidak langsung juga mempengaruhi pergerakan harga sahamnya. Karenanya perusahaan
seringkali melakukan stock split untuk menambah tingkat likuiditas sahamnya. Dengan
semakin banyaknya saham yang beredar, maka saham tersebut pun dapat makin aktif
diperdagangkan di bursa. Penyebaran sahamnya di kalangan investor pun menjadi semakin
luas. stock split pun dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.
Ambil contoh, ada sebuah saham ABCD yang ditransaksikan seharga Rp100.000 per
lembarnya. Dengan harga saham yang tinggi per lembarnya maka sahamnya tidak terjangkau
oleh investor yang dananya terbatas, karena untuk membeli 1 lot saja, membutuhkan dana Rp10
juta. Setelah saham ABCD tersebut melakukan stock split 1:25, maka harganya menjadi lebih
murah dan terjangkau, dimana 1 lot nya dapat dibeli seharga Rp400 ribu saja. Dengan demikian
likuiditas saham tersebut meningkat.
Secara umum, harga saham yang terlalu tinggi mengurangi kemampuan investor dalam
membeli saham tersebut. Dengan adanya stock split, diharapkan akan meningkatkan daya beli
investor terhadap saham tersebut. Bila daya beli investor meningkat, maka harga saham pun
bisa makin terkerek naik.
Namun perusahaan yang melakukan stock split saham tidak selalu sahamnya
mengalami dampak positif. Beberapa saham setelah stock split mengalami penguatan, namun
beberapa lainnya mengalami pelemahan secara signifikan. Murahnya saham yang dapat
dinikmati oleh investor retail memang menambah likuiditas, namun aktivitas pemodal kecil
yang sangat aktif bertransaksi justru malah menahan lajunya kenaikan harga. Selain itu, naik
turunnya harga saham setelah stock split tentunya juga dipengaruhi faktor lain di luar stock
split itu sendiri, baik fundamental perusahaan, maupun trend sektor dan industrinya.
Reverse Stock Split yaitu aktivitas mengurangi jumlah saham beredar dan menaikkan
nominal harga sahamnya. Hal ini biasanya dilakukan untuk menaikkan harga sahamnya,
sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan. Reverse Stock Split merupakan
langkah penyelamatan yang dilakukan perusahaan agar sahamnya memenuhi persyaratan
marginability untuk menjaga status listing di pasar modal.
Bila stock split dilakukan ketika harga saham sudah naik terlalu tinggi agar menjadi
rendah dan terjangkau oleh investor, maka sebaliknya, reverse stock split dilakukan ketika
harga saham turun terus dan terancam delisting (penghapusan) dari bursa. Bursa Efek Indonesia
sendiri menerapkan aturan batas bawah minimum adalah Rp50 per lembar saham.
Pada umumnya, jarang ada perusahaan yang melakukan reverse stock split. Saham yang
sangat murah, dan biasanya berada di ambang batas bawah Rp50, justru kurang aktif
diperdagangkan dan tidak likuid. Saham yang nominalnya senilai Rp50, banyak yang ingin
menjualnya, namun jarang ada yang ingin membelinya, sehingga akan sangat sulit dicairkan.
Dengan melakukan reverse stock split, diharapkan akan terjadi aktivitas transaksi yang
lebih likuid. Memang harga saham yang bersangkutan akan naik, namun investor yang tadinya
tidak bisa menjual saham tersebut mulai dapat menjual sahamnya, dan karena adanya aksi jual
yang cukup signifikan dari investor penjual, saham yang mengalami reverse stock split dapat
seketika turun cukup dalam.
10.5 Penyajian dan Analisis Laba Ditahan
Tiga kategori berikut biasanya muncul pada kelompok ekuitas pemegang saham :
1. Modal saham
2. Tambahan modal disetor (modal yang melebihi nilai pari atau nilai ditetapkan)
3. Laba ditahan
Dua kategori pertama, yaitu modal saham dan tambhan modal disetor merupakan modal
kontribusi, sementara laba ditahan merupakan modal yang diperoleh perusahaan.
Laporan ekuitas pemegang saham biasanya disajikan dalam format sebagai berikut :
2. Penambahan
3. Pengurangan
Beberapa rasio menggunakan jumlah yang berkaitan dengan ekuitas pemegang saham untuk
mengevaluasi profitabilitas dan solvensi jangka panjang terdiri dari :
2. Rasio pembayaran
3. Rasio harga laba
Laba ditahan (Laba yang tidak dibagi) merupakan sebagian atau keseluruhan laba
yang diperoleh perusahaan yang tidak dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang saham
dalam bentuk dividen.Jumlah laba yang tidak dibagi ini dapat digunakan oleh perusahaan
untuk tambahan modal atau untuk memperbesar modal perusahaan.Keputusan untuk
membagi atau tidak atas Laba Ditahan kepada pemegang saham akan ditentukan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dalam dunia keuangan, pada dasarnya terdapat 3 konsep tentang kebijakan dividen,
yaitu:
1. irrelevance theory,
2. bird in the hand theory, dan
3. tax preference theory.
Stock Split atau Pemecahan Saham adalah sebuah aksi korporasi yang dilakukan
perusahaan yang telah go public (emiten) untuk memecahkan nilai nominal saham
kedalam nilai nominal yang lebih kecil, dengan cara memecahkan selembar saham
menjadi beberapa lembar saham. Pemecahan tersebut dilakukan dengan rasio tertentu,
sehingga jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat secara proporsional dengan
penurunan nilai nominal sahamnya tanpa adanya transaksi jual beli, sehingga modal yang
dimiliki oleh si pemegang saham tidak berubah.