Professional Documents
Culture Documents
SISTEM
INDRA KHUSUS
Disusun Oleh
Tim Sistem Indra Khusus Program Studi Kedokteran
FKK UMJ
DAFTAR ISI
Daftar Modul
MODUL 1 : MATA MERAH
Seorang Perempuan umur 25 tahun datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata
merah disertai nyeri dan penglihatan buram. Keadaan dialami sudah 2 hari .
MODUL 2 : TULI
Seorang anak laki-laki, 11 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan pendengaran
berkurang sejak 2 tahun lalu disertai dengan perasaan pusing bila kepala dipalingkan
dengan tiba-tiba . Nilai rapor menurun seiring dengan bertambah beratnya penurunan
pendengaran. Si A juga akhir-akhir ini sering menarik diri dari pergaulan. Riwayat
keluar cairan dari dalam telinga sejak usia 7 tahun.
MODUL 3 : GATAL
Mahasiswa AB, 17 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan gatal-gatal dan timbul
bercak kemerahan di sertai sisik pada sebagian besar badan, dan sering gatal pada
daerah-daerah tertentu, bila keadaan umum tidak stabil, dan stress. Disamping itu
dalam keluargapun kadang-kadang ada yang menderita gatal. Sering tidak mengikuti
kuliah seiring dengan bertambah beratnya gatal yang dirasakan terutama bila cuaca
dingin dan panas sekali. Sering menarik diri dalam pergaulan.
STATION 1:
TEKNIK ANAMNESIS KASUS MATA DAN THT
(pemeriksa) dan pasien yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang penyakit
yang diderita dan informasi lainnya yang berkaitan yang dapat mengarahkan
diagnosis penyakit pasien. Banyak keluhan yang akan disampaikan oleh pasien
informasi yang disampaikan dapat bermakna atau berkaitan dengan sistem Spesial
sense sehingga diperlukan suatu teknik bertanya untuk menggali informasi tersebut.
Tiga sumber informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi masalah pasien dan
1. Komunikasi
KETERAMPILAN ANAMNESIS
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
1. Tidak sempurna: Langkah-langkah dilakukan dengan benar tetapi tidak sesuai
dengan urutannya dan tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan
efisien.
JUMLAH: .......................
Jumlah
Nilai = ------------------- X 100% =
%
28
INSTRUKTUR
( )
STATION 2:
Pendahuluan
Pemeriksaan fisik telinga, hidung dan tenggorok adalah suatu pemeriksaan
yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kelainan-kelainan pada telinga, mulai
dari telinga bagian luar sampai telinga dalam yang dapat memberikan gangguan
fungsi pendengaran dan keseimbangan ;kelainan-kelainan pada hidung dan tenggorok
yang dapat memberikan gangguan penghidu dan pengecapan. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi) dan melakukan tes-tes untuk melihat
sifat dan jenis gangguan pendengaran dan keseimbangan serta gangguan penghidu
dan pengecapan
Indikasi
Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada telinga, hidung dan tenggorok yang
memberikan gangguan pendengaran, keseimbangan, penghidu, dan pengecapan.
Penuntun Pembelajaran
Sebelum melakukan pemeriksaan THT ada beberapa hal yang harus dipersiapkan
antara lain :
1. Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan THT antara lain :
- Lampu kepala
- Spekulum telinga dengan berbagai ukuran
- Aplikator kapas
- Pinset bayonet dan pinset lurus
- Cerumen hook dan cerumen spoon
- Otopneumoscope
- Speculum hidung dengan berbagai ukuran
- Cermin laring dan nasofaring dengan berbagai ukuran
- Spatel lidah
- Seperangkat garpu tala
- Kapas dan Kasa
Pemeriksaan Telinga
Mula-mula dilakukan inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada kelainan
bentuk telinga, tanda-tanda peradangan, tumor dan sekret yang keluar dari liang
telinga. Pengamatan dilakukan pada telinga bagian depan dan belakang.
Setelah mengamati bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada telinga,apakah
ada nyeri tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda pembesaran kelenjar pre dan post
aurikuler.
Pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop dapat
dilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya pada penderita dengan keluhan tinnitus
objektif
Pemeriksaan liang telinga dan membrane timpani dilakukan dengan
memposisikan liang telinga sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang telinga yang
sejajar dengan arah pandang mata sehingga keseluruhan liang telinga sampai
permukaan membrane timpani dapat terlihat. Posisi ini dapat diperoleh dengan
menjepit daun telinga dengan menggunakan ibu jari dan jari tengah dan menariknya
kearah superior-dorso-lateral dan mendorong tragus ke anterior dengan menggunakan
jari telunjuk. Cara ini dilakukan dengan tangan kanan bila akan memeriksa telinga kiri
dan sebaliknya digunakan tangan kiri bila akan memeriksa telinga kanan. Pada kasus-
kasus dimana kartilago daun telinga agak kaku atau kemiringan liang telinga terlalu
ekstrim dapat digunakan bantuan speculum telinga yang disesuaikan dengan besarnya
diameter liang telinga. Spekulum telinga dipegang dengan menggunakan tangan yang
bebas.
Amati liang telinga dengan seksama apakah ada stenosis atau atresia meatal,
obstruksi yang disebabkan oleh secret, jaringan ikat, benda asing, serumen obsturan,
polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua sumbatan ini sebaiknya
disingkirkan agar membrane timpani dapat terlihat jelas. Diamati pula dinding liang
telinga ada atau tidak laserasi
Liang telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan menggunakan aplikator
kapas, bilas telinga atau dengan suction.
Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas secukupnya
kemudian aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas aturlah letak aplikator
sedemikian rupa sehingga ujung aplikator terletak kira-kira pada pertengahan kapas,
kapas kemudian dilipat dua sehingga menyelimuti ujung aplikator dan dijepit dengan
ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Selanjutnya pangkal aplikator diputar searah
dengan putaran jarum jam dengan menggunakan tangan kanan. Setelah ujung
aplikator diselimuti kapas lakukan pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam
tidak melampaui ujung kapas.
Selanjutnya kapas aplikator dilewatkan diatas api Bunsen.. Bila secret terlalu
profus dapat digunakan bilasan air hangat yang disesuikan dengan suhu tubuh.
Bilasan telinga dilakukan dengan menyemprotkan air dari spoit langsung ke dalam
telinga. Ujung spoit diarahkan ke dinding atas meatus sehingga diharapkan secret /
serumen akan dikeluarkan oleh air bilasan yang balik kembali.
Pengamatan terhadap membrane timpani dilakukan dengan memperhatikan
permukaan membrane timpani, posisi membrane, warna, ada tidaknya perforasi,
refleks cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan membrane
seperti manubrium mallei, prosesus brevis, plika maleolaris anterior dan posterior
Untuk mengetahui mobilitas membrane timpani digunakan otopneumoskop.
Bila akan dilakukan pemeriksaan telinga kanan, speculum otopneumoskop difiksasi
dengan ibu jari dan jari telunjuk, daun telinga dijepit dengan menggunakan jari
tengah dan jari manis tangan kiri, sebaliknya dilakukan bila akan memeriksa telinga
kiri. Selanjutnya pneumoskop dikembang kempiskan dengan menggunakan tangan
kanan. Pada saat pneumoskop dikembang kempiskan, pergerakan membrane timpani
dapat diamati melalui speculum otopneumoskop. Pergerakan membrane timpani dapat
pula diamati dengan menyuruh pasien melakukan Manuver Valsalva yaitu dengan
menyuruh pasien mengambil napas dalam, kemudian meniupkan melalui hidung dan
mulut yang tertutup oleh tangan. Diharapkan dengan menutup hidung dan mulut,
udara tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut sehingga terjadi peninggian
tekanan udara di dalam nasofaring. Selanjutnya akibat penekanan udara, ostium tuba
yang terdapat dalam rongga nasofaring akan terbuka dan udara akan masuk ke dalam
kavum timpani melalui tuba auditiva
Ekstraksi Cerumen
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea dan apokrin yang terdapat pada bagian
kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe dasar, yaitu ”basah” dan ”kering”. Pola
pewarisannya bersifat autosomal (Matsunaga,1962), diman atipe basah bersifat
dominan.
Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi. Dapat berfungsi sebagai sarana
pengangkut debris epitel kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana timpani.
Serumen juga berfungsi sebaga pelumas, dapat mencegah kekeringan, dan
pembentukan fisura pada epidermis. Penelitian menunjukkan bahwa serumen basah
maupun kering memiliki efek bakterisidal yang sama. Efek penghambat atau
baktrisidal diduga berasal dari komponen asam lemak, lisozim, dan immunoglobulin
dalam serumen.
Kumpulan serumen yang berlebih bukanlah suatu penyakit. Sebagian orang
menghasilkan banyak serumen seperti halnya sebagian orang lebih banyak
berkeringat dibanding yang lain. Pada sebagian orang, serumen dapat mengeras dan
membentuk sumbat yang padat. Pada orang lain, sejumlah besar serumen dengan
konsistensi seperti mentega dapat menyumbat liang telinga. Pasien mungkin
merasakan telinganya tersumbat atau tertekan. Bila suatu sumbat serumen yang padat
menjadi lembab, misalnya setelah mandi, maka sumbat tersebut dapat mengembang
dan menyebabkan gangguan pendengaran sementara.
Pada orang tua, serumen cenderung lebih kering oleh karena atrofi fisiologis
dari kelenjar apokrin yang diikuti berkurangnya komponen keringat dari serumen.
Lagipula khususnya pada orang tua, sumbatan liang telinga mungkin tidak hanya
karena serumen namun karena tumbukan debris epitel. Karena bagian tersempit dari
liang telinga terletak di tengah, pemakaian lidi kapas dapat mendorong serumen ke
ismus yang sempit dn menempel pada membran timpani, sehingga akan sukar dan
sakit bila dikeluarkan.
Beberapa metode tersedia untuk mengangkat serumen. Serumen biasanya
diangkat dengan sebuah kuret di bawah pengamatan (inspeksi) langsung. Perlu
ditekankan di sini pentingnya pengamatan dan paparan yang memadai. Umumnya
kedua faktor tersebut paling baik dicapai dengan penerangan cermin kepala dan suatu
spekulum sederhana. Irigasi dengan air menggunakan spoeit logam khusus juga sering
dilakukan. Irigasi dilakukan dengan cara menarik aurikula ke arah atas belakang
untuk meluruskan liang telinga, kemudian air dengan suhu tubuh dialirkan dengan
arah posterosuperior agar dapat lewat di antara massa serumen dengan dinding
belakang liang telinga. Namun pada sejumlah kasus, meskipun irigasi telah dilakukan
beberapa kali, pasien masih saja mengeluhkan telinga yang tersumbat dan pada
pemeriksaan masih terdapat sumbatan yang besar. Pada kasus demikian, kadang-
kadang dilakukan pengisapan. Forsep aligator tipe Hartmann juga brguna pad asumbat
yang keras. Dalam melakukan irigasi perlu berhati-hati agar tidak merusak membran
timpani. Jika tidak dapat memastikan keutuhan membran timpani, sebaiknya irigasi
tidak dilakukan.
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga untuk
waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral,
hidrogen peroksida, Debrox dan Cerumenex. Pemakaian preparat komersial untuk
jangka panjang atau yang tidak tepat dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan
dermatitits kontak.
1. Rhinoskopi anterior
RA dilakukan dengan menggunakan spekulum hidung yang disesuaikan dengan
besarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan tangan yang
dominant. Spekulum digenggam sedemikian rupa sehingga tangkai bawah dapat
digerakkan bebas dengan menggunakan jari tengah, jari manis dan jari
kelingking. Jari telunjuk digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung. Lidah
speculum dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan tertutup ke dalam
rongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka. Jangan
2. Rhinoskopi posterior
Pasien diminta untuk membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3 dorsal
lidah ditekan dengan menggunakan spatel lidah. Jangan melakukan penekan
yang terlalu keras pada lidah atau memasukkan spatel terlalu jauh hingga
mengenai dinding faring oleh karena hal ini dapat merangsang refleks muntah.
Cermin nasofaring yang sebelumnya telah dilidah apikan, dimasukkan ke
belakang rongga mulut dengan permukaan cermin menghadap ke atas.
Diusahakan agar cermin tidak menyentung dinding dorsal faring.. Perhatikan
struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin.
Amati septum nasi bagian belakang, ujung belakang konka inferior, medius dan
superior, adenoid (pada anak), ada tidak sekret yang mengalir melalui meatus.
Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring : ostium tuba, torus tubarius,
fossa Rossenmulleri.
Selama melakukan pemeriksaan pasien diminta tenang dan tetap bernapas
melalui hidung. Pada penderita yang sangat sensitif, dapat disemprotkan
anestesi lokal ke daerah faring sebelum dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan Tenggorok
1. Pemeriksaan Faring
Penderita diinstruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalam cavum
oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukkal. Lihat ada tidaknya kelainan
berupa, pembengkakan, hiperemis, massa, atau kelainan congenital.
Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah. Perhatikan
struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsal faring. Deskripsikan
kelainan-kelainan yang tampak .
Dengan menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa
bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya kelainan-kelainan
dalam rongga mulut.
Kemudian masukkan cermin laring yang sesuai yang sebelumnya telah dilidah
apikan ke dalam orofaring . Arahkan cermin laring ke daerah hipofaring
sedemikian rupa hingga tampak struktur di daerah hipofaring yaitu : epiglottis,
valekula, fossa piriformis, plika ariepiglotikka, aritaenoid, plika ventrikularis
dan plika vocalis. Penilaian mobilitas plika vocalis dengan menyuruh penderita
mengucapkan huruf ’i’ berulang kali.
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN FISIS TELINGA, HIDUNG DAN TENGGOROK
Petunjuk : Berilah nilai pada kotak yang sesuai. Nilai 0 bila tidak dilakukan, nilai 1
bila dilakukan tapi belum memuaskan dan nilai 2 bila memuaskan
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
2 Menyiapkan alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan
3 Mengatur posisi duduk dengan pasien
4 Mengatur posisi lampu kepala di kepala
5 Mengatur fokus cahaya lampu kepala
A. PEMERIKSAAN TELINGA
6 Inspeksi
Tampak memperhatikan keadaan telinga luar
7 Palpasi
Tampak menekan dengan jari telunjuk pada daerah depan dan
belakang telinga untuk menilai adanya kelainan-kelainan pada
telinga
8 Menarik aurikula untuk menilai ada tidaknya nyeri
9 Otoskopi
Melakukan pemilihan spekulum telinga yang tepat
10 Memegang dan memposisikan daun telinga yang akan diperiksa
11 Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam liang telinga
12 Menilai keadaan liang telinga
13 Memasukan spekulum telinga ke dalam liang telinga
14 Menilai keadaan gendang telinga
15 Mengeluarkan spekulum telinga dari dalam liang telinga
16 Lakukan ekstraksi serumen :
a. Bila serumen cair : gunakan aplikator kapas.
- ambil kapas secukupnya, letakkan di ujung jari telunjuk.
- Letakkan apliaktor di atas kapas kira-kira 1/3 bagian
bawah kapas
- Kapas dilipat 2 samap membungkus aplikator
- Jepit kapas dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari, sambil
aplikator di putar ke arah jarum jam. Ujung aplikator
harus terbungkus erat dengan kapas.
- Lakukan pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam
tidak melampaui ujung kapas.
- Lakukan pengecekan apakah ujung aplikator yang tajam
tidak melampaui ujung kapas
- Lewatkan aplikator kapas di api bunsen.
- Bersihkan serumen dengan memasukkan aplikator ke
liang telinga kira-kira 1 ½ cm – 2 cm, sampai bersih
b. Bila serumen lunak, gunakan serumen spoon :
- Serumen spoon dimasukkan dari arah superior dengan
posisi spoon menghadap ke bawah.
- Serumen ditarik dari dalam ke luar sampai bersih.
- Cek kembali bila masih ada yang tersisa dilakukan
pembersihan kembali dengan menggunakan aplikator
kapas.
c. Bila serumen keras (bila memungkinkan) : gunakan serumen
hook
- Masukan hook secara melintang di antara serumen
dengan meatus dari arah posterior
- Setelah kira-kira hook melewati serumen 1-2 mm, alat
hook di putar sehingga serumen keluar dari liang telinga
- Evaluasi liang tulinya apakah ada tanda-tanda
peradangan atau tidak. Bila ada beri tampon burowi. Bila
tidak bersihkan kembali dengan aplikator kapas.
d. Bila serumen keras tidak memungkinkan diekstraksi :
- Tetesi serumen dengan pelunak serumen
(karbogliserin/waxel) selama 2 – 3 hari hingga kotoran
lunak.
Setelah lunak, serumen dikeluarkan dengan cara di bilas
(spooling) air hangat (sesuai suhu tubuh)
B. PEMERIKSAAN HIDUNG DAN SINUS PARANASALIS
17 Inspeksi
Mengatur fokus cahaya lampu kepala
18 Tampak memperhatikan keadaan hidung luar dan sekitarnya
19 Palpasi
Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan kanan pada daerah
pangkal hidung, pipi, supra orbitalis dan daerah interkantus untuk
menilai adanya kelainan-kelainan pada hidung dan sinus
paranasalis
20 Rinoskopi anterior
Melakukan pemilihan spekulum hidung yang tepat
21 Memegang dan memasukkan spekulum hidung ke dalam rongga
hidung
22 Mengarahkan sorotan lampu kepala ke dalam rongga hidung
23 Menilai struktur di dalam rongga hidung
24 Melihat fenomena “palatum molle”
25 Mengeluarkan spekulum hidung dari rongga hidung
26 Rinoskopi posterior
Melakukan pemilihan cermin nasofaring yang tepat
27 Menyuruh penderita membuka mulut
28 Melakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
29 Melidah apikan cermin nasofaring sebelum dimasukkan ke dalam
orofaring
30 Memposisikan cermin nasofaring di dalam orofaring
31 Menilai struktur di dalam nasofaring
32 Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
C. PEMERIKSAAN FARING DAN LARING
33 Inspeksi
Mengatur fokus cahaya lampu kepala
34 Penderita diinstruksikan membuka mulut
35 Lakukan penekanan lidah dengan spatel lidah
36 Tampak memperhatikan keadaan cavum oris sampai orofaring
37 Laringoskopi indirek
Melakukan pemilihan cermin laring yang tepat
38 Instruksikan penderita untuk membuka mulut dan menjulurkan
lidah sejauh mungkin
39 Pegang lidah dengan kasa steril . Pasien diinstruksikan untuk
bernafas secara normal
40 Masukkan cermin laring yang telah dilidah apikan ke dalam
orofaring .
41 Posisikan cermin laring sedemikian rupa hingga tampak struktur di
daerah hipofaring
42 Menilai mobilitas plika vocalis dengan menyuruh penderita
mengucapkan huruf i berulang kali
43 Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke tempat semula
44 Mencatat hasil pemeriksaan fisis THT dan interpretasinya
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; 2: dilakukan dengan benar
INSTRUKTUR
Nilai = ------------------- X 100%
= %
88
( )
PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN EKSTRAKSI SERUMEN
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan: langkah-langkah tidak dilakukan
1. Kurang sempurna: Langkah-langkah dilakukan dengan benar tetapi tidak sesuai
dengan urutannya dan tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan
efisien.
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN EKSTRAKSI SERUMEN
Petunjuk : Berilah nilai pada kotak yang sesuai. Nilai 0 bila tidak dilakukan, nilai 1
bila dilakukan tapi belum memuaskan dan nilai 2 bila memuaskan
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
2 Mengatur posisi duduk penderita
3 Memasang lampu kepala
4 Menilai liang telinga dan konsistensi serumen
5 Menyiapkan dan memilih alat yang sesuai dengan konsistensi
serumen
6 Memegang alat ekstraksi
7 Melakukan ekstraksi serumen
8 Mengecek kembali keadaan liang telinga
Jumlah
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; 2: dilakukan dengan benar
( )
STATION 3:
GARPUTALA
Dengan test suara bisik ini dapat dipergunakan untuk memeriksa secara kasar
derajat ketulian (kuantitas). Bila sudah berpengalaman test suara bisik dapat
pula secara kasar memeriksa type ketulian misalnya:
a. Tuli konduktif sukar mendengar huruf lunak seperti n, m, w (meja
dikatakan becak, gajah dikatakan kaca dan lain-lain).
b. Tuli sensori neural sukar mendengar huruf tajam yang umumnya
berfrekwensi tinggi seperti s, sy, c dan lain-lain (cicak dikatakan tidak,
kaca dikatakan gajah dan lain-lain).
b. Tes Weber
Prinsip test ini adalah membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan
kanan. Telinga normal hantaran tulang kiri dan kanan akan sama.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh
diletakkan pangkalnya pada dahi atau vertex. Penderita ditanyakan
apakah mendengar atau tidak. Bila mendengar langsung ditanyakan di
telinga mana didengar lebih keras. Bila terdengar lebih keras di kanan
disebut lateralisasi ke kanan.
c. Tes Rinne
Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dengan hantaran
udara pada satu telinga. Pada telinga normal hantaran udara lebih panjang
dari hantaran tulang. Juga pada tuli sensorneural hantaran udara lebih
panjang daripada hantaran tulang. Dilain pihak pada tuli konduktif hantaran
tulang lebih panjang daripada hantaran udara.
a. Cara pemeriksaan. Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz disentuh secara
lunak pada tangan dan pangkalnya diletakkan pada planum
mastoideum dari telinga yang akan diperiksa. Kepada penderita
ditanyakan apakah mendengar dan sekaligus di instruksikan agar
mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar. Bila penderita
mengangkat tangan garpu tala dipindahkan hingga ujung bergetar
berada kira-kira 3 cm di depan meatus akustikus eksternus dari telinga
yang diperiksa. Bila penderita masih mendengar dikatakan Rinne (+).
Bila tidak mendengar dikatakan Rinne (-)
b. Evaluasi test rinne. Rinne positif berarti normal atau tuli sensorineural.
Rinne negatif berarti tuli konduktif.
c. Rinne Negatif Palsu. Dalam melakukan test rinne harus selalu hati-hati
dengan apa yang dikatakan Rinne negatif palsu. Hal ini terjadi pada tuli
sensorineural yang unilateral dan berat.
Pada waktu meletakkan garpu tala di Planum mastoideum getarannya di
tangkap oleh telinga yang baik dan tidak di test (cross hearing). Kemudian
setelah garpu tala diletakkan di depan meatus acusticus externus getaran
tidak terdengar lagi sehingga dikatakan Rinne negatif
+ R -
d. Test Schwabach
Prinsip tes ini adalah membandingkan hantaran tulang dari penderita
dengan hantaran tulang pemeriksa dengan catatan bahwa telinga pemeriksa
harus normal.
Cara pemeriksaan
Garpu tala 256 Hz atau 512 Hz yang telah disentuh secara lunak diletakkan
pangkalnya pada planum mastoiedum penderita. Kemudian kepada
penderita ditanyakan apakah mendengar, sesudah itu sekaligus
diinstruksikan agar mengangkat tangannya bila sudah tidak mendengar
dengungan. Bila penderita mengangkat tangan garpu tala segera
dipindahkan ke planum mastoideum pemeriksa.
Ada 2 kemungkinan pemeriksa masih mendengar dikatakan schwabach
memendek atau pemeriksa sudah tidak mendengar lagi. Bila pemeriksa
tidak mendengar harus dilakukan cross yaitu garputala mula-mula
diletakkan pada planum mastoideum pemeriksa kemudian bila sudah tidak
mendengar lagi garpu tala segera dipindahkan ke planum mastoideum
penderita dan ditanyakan apakah penderita mendengar dengungan.
Bila penderita tidak mendengar lagi dikatakan schwabach normal dan bila
masih mendengar dikatakan schwabach memanjang.
Evaluasi test schwabach
1. Schwabach memendek berarti pemeriksa masih mendengar
dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli sensory neural
2. Schwabach memanjang berarti penderita masih mendengar
dengungan dan keadaan ini ditemukan pada tuli konduktif
3. Schwabach normal berarti pemeriksa dan penderita sama-sama tidak
mendengar dengungan. Karena telinga pemeriksa normal berarti
telinga penderita normal juga.
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN PENDENGARAN
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan: langkah-langkah tidak dilakukan
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN GARPU TALA
Petunjuk : Berilah nilai pada kotak yang sesuai. Nilai 0 bila tidak dilakukan, nilai 1
bila dilakukan tapi belum memuaskan dan nilai 2 bila memuaskan
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
A. PEMERIKSAAN GARIS PENDENGARAN
2 Instruksi penderita untuk mengangkat tangan bila mendengar bunyi garpu
tala .
3 Getarkan garpu dengan lembut, kemudian posisikan kira-kira 2,5 – 3 cm di
depan telinga penderita
4 Lakukan mulai dari gapu tala frekwensi rendah sampai tinggi
5 Tes dilakukan pada kedua telinga
6 Catat dan interpretasikan hasil yang diperoleh
B. TES RINNE
7 Instruksi penderita untuk mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar
bunyi garpu tala
8 Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut dan
letakkan pada planum mastoid.
9 Pindahkan garpu tala ke depan telinga yang sedang diperiksa bila
penderita sudah tidak mendengar
10 Tes dilakukan pada kedua telinga
11 Catat dan interpretasikan hasil yang diperoleh
C. TES WEBER
12 Penderita diinstruksikan untuk menyebutkan telinga mana yang lebih jelas
bila mendengar bunyi dari garpu tala
13 Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut dan
letakkan pada dahi atau vertex
14 Catat dan interpretasikan hasil yang diperoleh
D. TES SCHWABAH
15 Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut dan
diletakkan pada planum mastoid penderita.
16 Instruksi penderita untuk mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar
bunyi garpu tala
17 Pindahkan garpu tala ke planum mastoid pemeriksa bila penderita sudah
tidak mendengar
18 Pemeriksaan diulangi dengan membunyikan garpu tala di planum mastoid
pemeriksa terlebih dahulu
19 Tes dilakukan pada kedua telinga
20 Catat hasil yang diperoleh kemudian interpretasikan
JUMLAH
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; 2: dilakukan dengan benar
( )
STATION 4:
TES PENGHIDU DAN TES PENGECAPAN
Tes Fungsi Penghidu
Pemeriksaan ini:
- Sangat baik untuk skrining
- Penderita diinstruksikan untuk mengendus bau dari beberapa bahan yang
disediakan (kopi atau teh) dengan mata tertutup.
- Bahan-bahan tersebut didekatkan perlahan-lahan ke hidung penderita.
Dimulai kira-kira 20 – 30 cm dari mid sternum.
- Normosmik : dapat menghidu dari jarak > 10 cm
- Hiposmik : 0 – 10 cm ( 1, 2, 3 dan 4 cmm : berat )
Anosmik : tidak dapat mencium sama sekali
Untuk rasa manis letakkan pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepi lidah, rasa
asin pada ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakang lidah. Tes dilakukan satu
persatu kemudian di catat berapa waktu yang dibutuhkan pada saat meletakkan bahan
tes sampai terjadi sensasi, catat sensasi yang dirasakan oleh penderita. Sebaiknya
penderita disuruh berkumur-kumur setiap selesai satu tes sebelum dilanjutkan ke tes
berikutnya.
Nilai normal diperoleh bila penderita dapat merasakan sensasi rasa manis 50 detik
setelah diletakkan dan mencapai puncaknya dalam waktu 2 menit. Untuk sensasi rasa
asin sensasi dirasakan pada saat substansi diletakkan dan menurun dalam waktu 2
menit. Untuk sensasi asam dan pahit nilai normal didapatkan bila penderita merasakan
sensasi tersebut dalam 2 menit. Dikatakan Hipogeusia bila sensasi dirasakan setelah 2
menit dan Ageusia bila penderita tidak merasakan apa-apa.
PENUNTUN BELAJAR
PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN, PENGHIDU, DAN PENGECAPAN
(digunakan oleh Peserta)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Tidak dilakukan: langkah-langkah tidak dilakukan
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN FUNGSI PENGHIDU
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
TES PENGHIDU
1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
2 Mempersiapkan bahan tes
3 Memastikan tidak ada gangguan di hidung
4 Penderita diinstruksikan untuk menutup mata dan lubang hidung
yang tidak akan di tes.
5 Letakkan bahan tes di depan mid sternum, kira-kira 20-30 cm
dari lubang hidung yang akan diperiksa.
6 Perlahan-lahan gerakkan bahan tes dari bawah ke atas menuju
lubang hidung yang akan diperiksa
7 Instruksikan penderita mengangkat tangan bila menghidu bahan
tes
8 Catat hasil dan interpretasikan
JUMLAH
Keterangan :
0: Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; 2: dilakukan dengan benar
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN PENGECAPAN
Petunjuk : Berilah nilai pada kotak yang sesuai. Nilai 0 bila tidak dilakukan, nilai 1
bila dilakukan tapi belum memuaskan dan nilai 2 bila memuaskan
SKOR
NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2
TES PENGECAPAN
1 Menerangkan cara dan tujuan pemeriksaan
2 Penderita diinstruksikan menutup mata, menjulurkan lidah
sementara hidung ditutup.
3 Letakkan bahan tes sebagai berikut : untuk rasa manis letakkan
pada ujung lidah, rasa asam pada kedua tepi lidah, rasa asin pada
ujung dan tepi lidah, rasa pahit pada belakang lidah.
4 Instruksikan penderita mengangkat tangan bila dapat merasakan
sensasi bahan tes
5 Catat waktu yang dibutuhkan pada saat meletakkan bahan tes
sampai terjadi sensasi.
6 Penderita disuruh berkumur-kumur setiap selesai melakukan satu
tes sebelum dilanjutkan ke tes berikutnya
7 Catat hasil tes dan interpretasikan
JUMLAH
Keterangan :
0. : Tidak dilakukan ; 1: dilakukan tetapi kurang benar; 2: dilakukan dengan
benar
STATION 5:
PEMERIKSAAN MATA SEDERHANA
.
Pengertian
Pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata melipuiti beberpa prosedur dengan
tujuan dapat menegakkan diagnosis yang benar. Pemeriksaan meliputi anamnesis,
pemeriksaan tajam penglihatan, pemeriksaan segmen depan bola mata yang meliputi
pemeriksaan palpebra, silia, kornea, konjungtiva, bilik mata depan, iris, pupil, lensa
dan vitreus anterior. Pemeriksaan segmen belakang bola mata meliputi pemeriksaan
vitreus posterior, retina, dan papil saraf optik. Pemeriksaan tekanan bola mata
dilakukan dengan cara palpasi dan dengan menggunakan tonometer Schiotz,
pemeriksaan pergerakan bola mata dilakukan untuk menilai fungsi ke enam otot
pengereak bola mata yaitu otot rektus superior, medial, inferior, lateral, otot oblikus
superior dan oblikus inferior. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan cara
konfrontasi.
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Perlu perbaikan: langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau tidak
sesuai urutannya, atau ada langkah yang tidak dilakukan.
2. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan urutannya,
tetapi tidak efisisen
3. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan
efisien.
TS Tidak Sesuai: Langkah tidak perlu dilakukan karena tidak sesuai dengan keadaan.
DAFTAR TILIK
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN MATA
Petunjuk: Beri tanda (v) didalam kotak yang tersedia jika ketrampilan dilakukan
dengan memuaskan, tanda (x) jika belum memuaskan atau (0) jika tidak
dilakukan
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
KETERAMPILAN ANAMNESIS
1. Perlihatkan sikap menerima
2. Persilahkan duduk
3. Perkenalkan diri
4. Menyebut nama pasien saat anamnesis
5. Gunakan bahasa verbal yang mudah dipahami
6. Tunjukkan empati
7. Tanyakan identitas lengkap dan data pribadi yang berkaitan dengan
latar belakang.
8. Tanyakan keluhan utama dan meyakinkan keluhan tersebut 28
merupakan keluhan utama
9. Tanyakan keluhan lain dalam satu sistem
10. Kumpulah informasi dan mencatatnya
11. Jadilah pendengar yang baik
12. Penampilan sopan dan ramah
13. Sampaikan hasil pemeriksaan ke pasien #
14. Sampaikan rencana kunjungan berikutnya/rencana
penatalaksanaan#
KETRAMPILAN PEMERIKSAAN VISUS DAN MELAKUKAN
KOREKSI REFRAKSI
1. Jelaskan tujuan pemeriksaan
2. Berikan instruksi dengan sopan dan jelas
3. Menentukan visus awal dengan benar *
10
4. Simpulkan hasil pemeriksaan visus *
5. Catat hasil pemeriksaan *
PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR BOLA MATA
1. Jelaskan tujuan pemeriksaan
2. Atur posisi duduk yang benar
3. Pegang senter dengan posisi yang benar
4. Periksa segmen depan bola mata dengan sistematis
5. Lakukan eversi kelopak mata 14
6. Simpukan hasil pemeriksaan segmen depan bola mata
7. Catat hasil pemeriksaan
# : dilakukan setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik selesai
STATION 6:
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK
Persiapan Alat
- Kuas Halus
- Kapas
- Bulu
- Tissu
- Tabung berisi air dingin
- Tabung berisi air panas
- Jarum tumpul
- Peniti
- Garpu Tala Frekwensi 128 Hz
- Garpu Tala Frekwensi 256
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KLINIK PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK
mengenalinya.
D. PEMERIKSAAN SENSASI GERAK DAN POSISI
1. Mata penderita tertutup
Penderita dapat duduk atau berbaring.
2. Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan
digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan
mungkin sehingga dihindari adanya tekanan terhadap jari-jari tadi.
3. Jari yang diperiksa harus ’’dipisahkan’’ dari jari–jari di sebelah kiri/
kanannya sehingga tidak bersentuhan, sementara itu jari yang diperiksa
tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan apapun.
4. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari
ataupun apakah ada gerakan pada jarinya.
5. Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan posisi,
maka dianjurkan untuk memeriksa bagian tubuh lain yang ukurannya
lebih besar, misalnya tungkai bawah atau lengan bawah.
6. Cara lain ialah dengan menempatkan jari-jari salah satu tangan penderita
pada posisi tertentu, sementara itu, mata penderita tetap tertutup;
kemudian penderita diminta untuk menjelaskan posisi jari-jari tadi
ataupun menirukan posisi tadi pada tangan yang satunya lagi.
E. PEMERIKSAAN SENSASI GETAR / VIBRASI
1. Getarkan garpu tala terlebih dahulu, dengan jalan ujung garpu tala
dipukulkan pada benda padat/keras yang lain.
2. Kemudian pangkal garpu tala segera ditempelkan pada bagian tubuh
3. Yang dicatat ialah tentang intensitas dan lamanya vibrasi.
4. Kedua hal tersebut bergantung pada kekuatan penggetaran garpu tala
dan interval antara penggetaran garpu tala tadi dengan saat peletakan
garpu tala pada bagian tubuh yang diperiksa.
ujung jari atau dengan “mencubit” (menekan di antara jari telunjuk dan
ibu jari). Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perasaan nyeri
atau tidak; pernyataan ini dicocokkan dengan intensitas tekanan atau
cubitan.
Dermatome:
DAFTAR TILIK
PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK
Nilai
No. Aspek yang Dinilai 0 1 2
………………..
Rekomendasi : Tanggal : …………….