You are on page 1of 33

LP DAN ASKEP PADA KLIEN PNEUMONIA PADA

ANAK

OLEH :

DESAK MADE ARI WAHYUNI (P07120216011)


I PUTU WAWAN NARENDRA PUTRA (P07120216012)

2A D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN PNEUMONIA PADA ANAK

A. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas
setempat. (Zul, 2001).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia, A. Price).
Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungsi), dan aspirasi substansia asing, berupa radang
paru – paru yang disertai eksudasi dan konsolidasidan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis.

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan


oleh agen infeksisus (Smeltzer & Bare, 2001: 571). Pneumonia adalah peradangan paru
yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, maupun jamur (Medicastore).

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai pada jaringan parenkim
paru yang biasanya disebabkan karena infeksi bakteri dengan tanda dan gejala seperti
batuk, sesak napas, demam tinggi, disertai dengan penggunaan otot bantu napas dan
adanya bercak infiltrate pada jaringan paru (Depkes RI 2002). Pneumonia adalah proses
inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius (Smeltzer,
2002).

B. KLASIFIKASI PNEUMONIA
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga
klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan epidemiologis
Berdasarkan epidemiologi, pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia), adalah pneumonia yang
berkembang di luar rumah sakit serta pneumonia infeksius pada seseorang yang
tidak menjalani rawat inap di rumah sakit
b. Pneumonia nasokomial (hospital-acquired pneumonia/nosocomial pneumonia)
adalah pneumonia yang terjadi 72 jam atau lebih setelah perawatan di rumah sakit
karena penyakit lain atau prosedur
c. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung baik
ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan
infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan yang teraspirasi mungkin
mengandung bakteri anaerobtik atau penyebab lain dari pneumonia.
d. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi
pada penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.
2. Berdasarkan kuman penyebab
Menurut mikroorganisme penyebab, pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Pneumonia bakteri
1. Bakterial/tipikal
Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang
telah lanjut usia. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena
penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat
berkembang biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh
lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru menjadi terisi cairan.
Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut misalnya klebsiela pada
penderita alkoholik dan Staphylococcus pada penderita pasca infeksi
influenza.
2. Tidak khas/atipikal
Pneumonia atipikal adalah pneumonia yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang tidak dapat diidentifikasi dengan teknik diagnostik standar pneumonia
pada umumnya dan tidak menunjukkan respon terhadap antibiotik b-laktam.
Mikroorganisme patogen penyebab pneumonia atipikal pada umumnya adalah
Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, dan Legionella
pneumophila.
b. Pneumonia akibat virus
Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza. Gejala awal dari
pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering,
sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita
menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi
disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri.
Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi
superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
merah tua.
c. Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan
daya tahan lemah.
3. Berdasarkan predileksi infeksi
Menurut predileksi, pneumonia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus
atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita
pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang
lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih
(oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh
menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya.
3) Pneumonia interstialis (bronkhiolitis)
Radang pada dinding alveoli , peribronkhial dan interlobular
4. Menurut WHO. (2003), klasifikasi pneumonia berdasarkan umur dibagi menjadi 2
yaitu sebagai berikut :

a. Berdasarkan umur

1. Kelompok umur < 2 bulan

1) Pneumonia berat

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika


sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak
wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam
(38oC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan
dinding dada , sering apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang.

2) Bukan pneumonia

Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 6o kali per menit dan
tidka terdapat tanda seperti diatas.

2. Kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun

1) Pneumonia sangat berat

Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral,


tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan
sulit dibangunkan.

2) Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi tidak
disertai sianosis sentral dan dapat minum.

3) Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan


dinding dada.

4) Bukan pneumonia (batuk pilek biasa)


Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan
dinding dada.

5) Pneumonia persisten

Balita dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah diobati


selama 10-14 hari dengan dosis antibiotic yang kuat dan antibiotic
yang sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi
pernapasan yang tinggi dan demam ringan.

C. ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang menyebabkan
pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus beta-
hemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas
aeruginosa. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial
pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Selain faktor tersebut,
penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya, yaitu (Menurut Misnadiarly.
(2008) :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri yang biasa didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma (Said, 2010).
Spektrum mikroorganisme penyebab pada neonatus dan bayi kecil berbeda dengan
anak yang lebih besar (Said, 2010). Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil
meliputi Streptococcus Group B dan bakteri Gram negatif seperti E. coli,
Pseudomonas sp., atau Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita,
pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae type B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar
dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga ditemukan infeksi Mycoplasma
pneumoniae (Barson, 2011).
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
Virus yang terbanyak ditemukan di negara maju penyebab pneumonia pada anak
adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV), Rhinovirus, dan Parainfluenza Virus
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos. Jamur yang dapat menyebabkan pneumonia adalah : Citoplasma
Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides, Cocedirides Immitis,
Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia
4. Protozoa
Pneumonia yang disebabhkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis.
Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia
pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang premature. Perjalanan penyakitnya
dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat
dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carini pada
jaringan paru atau specimen yang berasal dari paru.
5. Faktor lain yang memengaruhi
Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia adalah daya tahan tubuh yang
menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko kematian akibat Pnemonia
• Umur dibawah 2 bulan
• Tingkat sosio ekonomi rendah
• Gizi kurang
• Berat badan lahir rendah
• Tingkat pendidikan rendah
• Tingkat pelayanan (jangkauan) pelayanan kesehatan rendah
• Kepadatan tempat tinggal
• Imunisasi yang tidak memadai
• Menderita penyakit kronis
Penyebab dari Community-Acquired Pneumonia (CAP) berdasarkan kelompok
usia

Umur Penyebab tersering Penyebab terjarang

Lahir-20 hari Bacteria Escherichia coli Bacteria Anaerobic organisms


Group B streptococci Group D streptococci
Listeria monocytogenes Haemophilus influenzae
Streptococcus pneumoniae
Ureaplasma urealyticum
Viruses Cytomegalovirus
Herpes simplex virus
3 mgg - 3 bln Bacteria Bacteria
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis
S. pneumonia H. influenzae type B and nontypeable
Viruses Adenovirus Moraxella catarrhalis
Influenza virus Staphylococcus aureus
Parainfluenza virus 1,2,and 3 U. urealyticum
Respiratory syncytial virus Virus Cytomegalovirus

4 Bln – 5 Thn Chlamydia pneumoniae Bacteria H. influenzae type B

Mycoplasma pneumoniae M. catarrhalis


S. pneumonia Mycobacterium tuberculosis
Viruses Adenovirus Neisseria meningitis
Influenza virus S. aureus
Parainfluenza virus Virus Varicella-zoster virus
Rhinovirus
Respiratory syncytial virus

D. FAKTOR RISIKO
a. Faktor risiko yang terjadi pada balita
Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat ringannya
penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1. Status gizi
Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulnya pneumonia. Tingkat
pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat dipengaruhi
adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan
kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia.
2. Status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita
umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit.
Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan
imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada balita (Depkes RI,
2004).
3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
ASI yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan
bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat
mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk
menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada
balita.
4. Umur Anak
Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia.
Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun
dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2
tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit

b. Faktor Lingkungan
Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko
terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak
mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan
berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal
dari tempat yang kotor tersebut, yang berpengaruh diantaranya :
1. Ventilasi
Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor
dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan
dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan
media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen (Semedi, 2001).
2. Polusi udara
Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi di
dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian
pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh
karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran
yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor (Lubis, 1989)

E. MANIFESTASI KLINIS
1) Gejala
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut
selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat
mencapai 40o celcius, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental, terkadang
dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain
seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.

2) Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringannya infeksi,
tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
- Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu
makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare, kadang-kadang
ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner.
- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, grunting
(mendengus), apnea, dispneu, napas cuping hidung, merintih, kegagalan pernapasan
yang progresif dan sianosis
- Pada bayi dengan ventilasi mekanik, kebutuhan untuk dukungan ventilasi meningkat
dapat menunjukkan infeksi.
- Tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan fisik, seperti tumpul pada perkusi,
perubahan suara napas, dan adanya ronki, radiografi thorax didapatkan infiltrat baru
atau efusi pleura.
- Hasil pemeriksaan laboratorium terdapat leukositosis, AGD abnormal, LED meningkat
3) Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah:
 imaturitas anatomik dan imunologik
 mikroorganisme penyebab yang luas
 gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi
 terbatasnya penggunaan prosedur diagnostik invasive
 etiologi noninfeksi yang relatif lebih sering
 faktor patogenesis.
F. PATOFISIOLOGI

Etiologi (virus, bakteri, mokoplasma, protozoa)

Ketidakefektifan
Defisiensi Pengetahuan
Droplet terhirup Bersihan Jalan Nafas

Ketidaktahuan
pengetahuan, informasi Masuk pada alveoli Sesak, ronkhi

Nyeri Akut Reaksi peradangan Obstuksi saluran nafas

Merangsang IL-1 PMN (leukosit & Konsolidasi-


makrofag penumpukkan
meningkat) eksudat di alveoli
Zat endogen pyrogen

Mengaktifasi Gangguan difusi O2


Prostaglandin cytokine

Berdistribusi ke BGA abnormal


Ekstravasasi cairan
hipotalamus ke alveoli
Konfusi, iritabilitas,
Respon batuk
sianosis, dispneu,
Transportasi O2 pernafasan cuping
Hipertermi Suhu tubuh
terganggu hidung
meningkat
Gangguan
Pertukaran Gas

HR meningkat, Respon batuk


kelelahan, kelemahan

Intoleransi Aktivitas

Demam, berkeringat
Peningkatan Penggunaan otot
pemecahan cadangan bantu abdomen
Cairan tubuh <<
makanan

Risiko Kekurangan Ketidakseimbangan Refluk fagal


Volume Cairan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Mual, muntah

Gambar 1. “Pohon Masalah Pneumonia”


Sumber : Misnadiarly (2008)., NANDA (2015-2017)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X
Mengidentifikasikan distribusi strukstural (misal: Lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus); infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bacterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikroplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. Rontgen dada
Gambaran foto toraks pneumonia pada anak meliputi infiltrat ringan pada satu paru
hinggal konsolidasi luas kedua paru. Gambaran foto toraks yang didapati pada
pneumonia adalah:

- Lobar pneumonia, apabila didapatkan konsolidasi pada 1 lobus paru


- Lobular pneumonia, apabila didapatkan konsolidasi pada 1 lobulus paru
- Interstitial pneumonia, apabila gambaran infiltrat pada interalveolar
- Bronkopneumonia, apabila didapatkan patchy infiltrat pada kedua paru
3. GDA (Gas Darah Arteri)
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada
4. Pemeriksaan darah.perifer lengkap
Pada kasus pneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah
netrofil) (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umunnya ditemukan
leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada pneumonia
bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000- 40.000/mm3 dengan
predominan PMN. Dan pergeseran LED meninggi.
5. Biopsi paru (LED meningkat)
Fungsi paru hipoksemia, volume menurun, tekanan jalan nafas meningkat dan
komplain menurun, elektrolit Na dan Cl mungkin rendah, bilirubin meningkat,
aspirasi biopsi jaringan paru

6. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah


Untuk dapat mengidentifikasi semua organisme yang ada. Dapat diambil dengan
biopsi jarum, aspirasi transtrakeal,bronskoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab, seperti bakteri dan virus. Pengambilan
sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan dan test
resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sulit.
7. Pemeriksaan serologi
Membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus. Secara umum, uji
serologis tidak terlalu bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik. Akan
tetapi, untuk deteksi infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta
beberapa virus seperti RSV, Sitomegalo, campak, Influenza A dan B, peningkatan
antibodi IgM dan IgG dapat mengonfirmasi diagnosis
8. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui paru – paru, menetapkan luas berat penyakit dan membantu
diagnosis keadaan. Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan complain menurun. Mungkin terjadi perembesan
(hipokemia).
9. Spirometrik static
Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
10. Bronkostopsi
Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
11. Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah.
12. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV),
karakteristik sel raksasa (rubella).
13. Pemeriksaan mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan
kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Diagnosa dikatakan definitif bila
kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, dan aspirasi paru. Pada pneumonia anak
dilaporkan hanya 10-30% ditemukan bakteri pada kultur darah.
14. C- Reactive Protein (CRP)
C-Reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit.
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor
infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi bakteri superfisialis dari
profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan bakteri, atau
infeksi bakteri superfisialis dan profunda.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Sebagian besar pneumonia pada anak-anak tidak perlu dirawat inap. Dasar tatalaksana
pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik yang sesuai, serta
tindakan suportif.
Menurut Misnadiarly. (2008) dan Effendy. (2001), penatalaksanaan pneumonia
dilakukan berdasarkan penentuan klasifikasi pada anak, yaitu :
a. Pneumonia Berat
Tanda : tarikan dinding dada ke dalam
Penderita pneumonia berat juga mungkin disertaii tanda lain, seperti :
- Nafas cuping hidung
- Suara rintihan
- Sianosis
Tindakan : cepat dirujuk ke rumah sakit ( diberikan satu kali dosis antibiotika dan
kalau ada demam atau wheezing diobati lebih dahulu)
b. Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, disertai nafas cepat
Tindakan :
1. Nasehati ibunya untuk tindakan perawatan di rumah
2. Beri antibiotik selama 5 hari
3. Anjurkan ibu untuk kontrol 2 hari atau lebih cepat apabila keadaan memburuk
4. Bila demam, obati
5. Bila ada wheezing , obati
WHO menganjurkan penggunaan antibiotika untuk pengobatan
pneumonia yakni dalam bentuk tablet atau sirup ( kortimoksazol, amoksisilin,
ampisilisn ) atau dalam bentuk suntikan intra muskuler ( prokain penisilin )
c. Bukan Pneumonia
Tanda : tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada nafas cepat
Tindakan :
1. Bila batuk > 30 hari, rujuk
2. Obati penyakit lain bila ada
3. Nasehati ibunya untuk perawatan di rumah
4. Bila demam, obati
5. Bila ada wheezing , obati
Penatalaksanaan medis secara terapi dikelompokkan menjadi :
1. Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Terapi
antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga
disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik
lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Pada pneumonia
ringan rawat jalan, dapat diberikan antibiotik tunggal oral dengan efektifitas yang
mencapai 90%. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25mg/kgBB, sedangkan
kotrimoksazol adalah 4mg/kgBB. Pada pneumonia rawat inap, pilihan antibiotik lini
pertama dapat menggunakan antibiotik golongan beta-laktam atau kloramfenikol.
Terapi antibiotik diberikan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi.
Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia Community base :
- Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
- Kloramfenikol 75mg/Kg BB/hari dalam 4 kali pemberian
Untuk kasus pneumonia Hospital base :
- Sefotaksim 100mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Amikasin 10-15mg/Kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
- Antipiretik : Paracetamol 10-15 mg/kgBB/x beri
- Mukolitik : Ambroxol 1,2 -1,6 mg/kgBB/2 dosis/ oral

Tabel Pemilihan Antibiotika berdasarkan Etiologi


Mikroorganisme Antibiotika
Streptokokus dan Penisilin G 50.000 unit/hari IV atau
Stafilokokus Penisilin Prokain 600.000U/kali/hari IM atau
Ampisilin 100mg/Kg BB/hari atau
Seftriakson 75-200 mg/Kg BB/hari
M.Pnemoniae Eritromisin 15mg/Kg BB/hari atau derivatnya
H.Influenzae Kloramfenikol 100mg/Kg BB/hari atau
Klebsiella Sefalosforin
2. Terapi suportif umum
Terapi ini meliputi :
1. Oksigen 1-2L/menit
Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80-100mmhg atau saturasi 95-96% berdasarkan
pemeriksaan AGD
2. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak
3. Fisioterapi dada untuk mengeluarkan dahak , khususnya dengan clapping dan
vibrasi
4. Pemberian kortikosteroid , diberikan pada fase sepsis
5. Ventilasi mekananis , indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukanbila
terjadi hipoksemia persisten, gagal nafas yang disertai peningkatan respiratory
distress dan respiratory arrest
6. IVFD Dextrose 10% : NaCl 0,9%=3:1,+KCl 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan
sesuai BB, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
7. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat di mulai makanan enteral bertahap melalui
selang nasogastrik dengan feeding drip.
8. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
9. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektroli

3. Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg


sehari atau Tetrasiklin 3-4 hari mg sehari. Obat-obatan ini meringankan dan
mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang berat. Obat-obat penghambat
sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan interperon inducer
seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simptomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat di rumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan di tekan dengan antitusif
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab
yang mempunyai spektrum sempit.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis purulenta,
pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta. Empiema torasis
merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Identitas
a. Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik,
alamat, semua data mengenai identitas klien tersebut untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
b. Identitas Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk memudahkan dan jadi
penanggung jawab klien selama perawatan, data yang terkumpul meliputi nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
b) Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Gejala umum saluran pernafasan bawah berupa : - Batuk - Sesak nafas -
Takipnea - Merintih – Sianosis
-Keluhan Tambahan : Manifestasi nonspesifik berupa: - Demam - Gelisah - Nafsu
makan berkurang - Malaise - Keluhan gastrointestinal
b. Keluhan saat pengkajian
Hal yang dikeluhkan pasien saat pasien dikaji
c. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu fokus utama keluhan klien, quality
atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu
nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu sejak kapan
klien merasakan nyeri tersebut.
d. Riwayat kesehatan dahulu
a) Prenatal (masa ibu mengandung)
b) Prenatal dan Postnatal (masa ibu melahirkan)
c) Penyakit yang diderita
d) Hospitalisasi/tindakan operasi
e) Injuri/kecelakaan
f) Pengobatan
g) Imunisasi
e. Riwayat pertumbuhan anak
f. Riwayat social
a) Siapa yang mengasuh anak dalam keluarga ?
b) Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga ?
c) Bagaimana hubungan dengan teman sebaya ?
g. Riwayat keluarga
a) Social ekonomi
b) Lingkungan rumah
c) Penyakit keluarga
d) Genogram
c) Pengkajian tingkat perkembangan anak saat ini
a) Motorik kasar
b) Motorik halus
c) Bahasa
d) Personal sosial
d) Pengkajian pola kesehatan
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi
kesehatan (Potter, Patricia. A. 1996) :
1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pada pasien pneumonia pada
pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang dikaji mengenai :
a. Apakah orang tua pasien mengetahui tentang penyakit pneumonia ?
b. Apakah orang tua memahami keadaan kesehatan anaknya?
c. Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah
menggunakan obat tradisional?
2. Pola Nutrisi : Pada pola ini, untuk pasien pneumonia, fokus yang dapat dikaji
mengenai:
a. Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia) ?
b. Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan ?
c. Apakah pasien mangalami mual muntah ?
d. Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ?
3. Pola Eliminasi: Pada pola pengkajian pasien pneumonia, fokus yang dikaji
mengenai:
a. Apakah urine pasien berwarna bening kekuningan ?
b. Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ?
c. Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?
d. Apakah feses pasien berwarna seperti kuning kecoklatan ?
4. Aktivitas dan Latihan: Pada pola ini pasien pneumonia, fokus yang dikaji
mengenai :

Kemampuan perawatan diri

Tabel 1. Skor

S SMRS MRS
Aktivitas
k 0 1 2 3 4 0 1 2 3
Mandi o
r
Berpakaian/berdandan
:
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah0
Berjalan
=
Naik tangga
Berbelanja
Memasak m
a
Pemeliharaan rumah
n
0 = mandiri 3 = dibantu orang lain &alat

1 = alat bantu 4 = tergantung/tidak mampu

2 = dibantu orang lain

Aktivitas sehari-hari
a. Apakah tanda gejala dari penyakit pneumonia mengganggu
aktifitasnya ?
b. Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan malaise
umum selama beraktifitas ?
Olah raga
a. Apakah pasien suka melakukan kegiatan olah raga? Jika iya, jenis
olah raga apa yang dilakukan pasien?

5. Tidur dan Istirahat : Pada pola pengkajian pasien pneumonia, fokus yang
dikaji mengenai:
a. Bagaimanakah pola tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan
dengan pukul berapa pasien mulai tidur dan sampai pukul berapa
pasien tidur saat malam hari?
b. Bagaimana frekuensi tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan
dengan berapa lama pasien tidur malam?
c. Apakah pasien mengalami pola tidur NREM (Non-Rapid Eye
Movement)? Ataukah pasien mengalami pola tidur REM (Rapid Eye
Movement)?

6. Sensori, Presepsi dan Kognitif : Pada pola ini pneumonia, fokus yang dikaji
mengenai :
a. Bagaimana cara pembawaan pasien saat bicara? Apakah normal,
gagap, atau berbicara tak jelas?
b. Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien?
c. Apakah pasien mengalami nyeri?
Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:
P (provoking atau pemacu) : hal factor yang memperparah atau
meringankan nyeri
Q (quality atau kualitas) : kualitas nyeri (misalnya, tumpul,
tajam, merobek)
R (region atau daerah) : daerah penjalaran nyeri
S (severity atau keganasan) : identitas (intensitas) dari keluhan
utama apakah sampai mengganggu
aktivitas atau tidak
T (time atau waktu) : serangan, lamanya, frekuensi, dan
sebab
7. Konsep diri : Pada pola ini pasien pneumonia pada umumnya dikaji mengenai:
Body image/gambaran diri
e. Adakah prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh?
f. Apakah pasien memiliki perubahan ukuran fisik?
g. Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?
h. Apakah pernah operasi?
i. Bagaimana proses patologi penyakit?
j. Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?
k. Adakah keluhan karena kondisi tubuh?
Role/peran
l. Apakah pasien mengalami overload peran?
m. Adakah perubahan peran pada pasien?
Identity/identitas diri
n. Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
Self esteem/harga diri
o. Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
Self ideals/ideal diri
p. Apakah pasien tidak ingin berusaha selama sakit
8. Seksual dan Repruduksi : Pada pola ini pasien pneumonia pada
umumnya dikaji mengenai :
a. Apakah ada riwayat penyakit sebelumnya ?
b. Apakah orang tau rajin membersihkan alat genetalia anak ?
9. Pola Peran Hubungan : Pada pola ini pasien pneumonia pada umumnya
dikaji mengenai :
a) Apakah pasien sudah sekolah?
b) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?
10. Manajemen Koping Stress : Pada pola ini pasien pneumonia pada
umumnya dikaji mengenai bagaimana orang tua pasien menangani
masalah yang dimiliki anaknya dan bagaimana cara orang tua pasien
menggunakan system pendukung dalam menghadapi masalah.
11. Sistem Nilai Dan Keyakinan : Pada pola ini pasien pneumonia pada
umumnya dikaji mengenai bagaimana orang tua pasien memandang
secara spiritual serta keyakinannya masing-masing.
e) Pemeriksaan fisik
 Inspeksi
Wajah terlihat pucat, meringis, lemas, banyak keringat, sesak, adanya PCH,
Adanya takipnea sangat jelas (25-45 kali/menit), pernafasan cuping hidung,
penggunaan otot-otot aksesori pernafasan, dyspnea, sianosis sirkumoral, distensi
abdomen, sputum purulen, berbusa, bersemu darah, batuk : Non produktif –
produktif, demam menggigil, faringitis.
 Palpasi
Denyut nadi meningkat dan bersambungan (bounding), nadi biasanya meningkat
sekitar 10 kali/menit untuk setiap kenaikan satu derajat celcius, turgor kulit
menurun, peningkatan taktil fremitus di sisi yang sakit, hati mungkin membesar.
 Perkusi
Perkusi pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
 Auslkutasi
Terdengar stridor, bunyi nafas bronkovesikuler atau bronkial, egofoni (bunyi
mengembik yang terauskultasi), bisikan pektoriloquy (bunyi bisikan yang
terauskultasi melalui dinding dada), ronchii pada lapang paru. Perubahan ini terjadi
karena bunyi ditransmisikan lebih baik melalui jaringan padat atau tebal
(konsolidasi) daripada melalui jaringan normal.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut NANDA (2015-2017), diagnosa keperawatan pada pasien dengan
pneumonia adalah sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mucus berlebihan
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makanan
4. Nyeri akut b.d agens cedera biologis : infeksi
5. Hipertermia b.d penyakit
6. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar-kapiler
7. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
8. Risiko kekurangan volume cairan dibuktikan dengan kehilangan cairan melalui
rute normal
K. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Keperawatan
1 Ketidakefektifa Setelah dilakukan Airway Airway
n bersihan jalan asuhan keperawatan Management Management

nafas b.d mucus selama 3x 24 jam, 1. Monitor vital sign 1. Agar mengetahui

berlebihan diharapkan masalah perubahan tanda


jalan nafas kembali vital dan
efektif dengan px merencanakan
mampu memenuhi tindakan yang
KH sebagai berikut: akan diberikan
NOC : 2. Posisikan pasien 2. Agar jalan napas
 Status untuk terbuka dengan
Pernapasan : memaksimalkan baik
Kepatenan Jalan ventilasi
Napas 3. Kelola nebulizer 3. Agar membantu
Kriteria Hasil : ultrasonic, mengencerkan
1. Menunjukkan sebagaimana secret
kemampuan mestinya
untuk 4. Lakukan 4. Agar
mengeluarkan fisioterpai dada merelaksasi
sekret bila perlu napas pasien,
2. Menunjukkan clapping dan
frekuensi, irama vibrasi
pernapasan membantu
normal merontokkan
3. Tidak secret yang
menunjukkan menempel
suara napas 5. Keluarkan sekret 5. Agar jalan napas
tambahan dan dengan batuk pasien tidak
penggunaan atau suction terhalang oleh
otot bantu sekret
napas. 6. Monitor respirasi 6. Agar mengetahui
dan status O2 kebutuhan O2
pasien terpenuhi
atau tidaknya
7. Kolaborasi 7. Agar
dengan Dokter menghambat
dalam pemberian infeksi yang
obat terjadi

2 Defisiensi Setelah dilakukan Pengajaran: Proses Pengajaran:


pengetahuan b.d asuhan keperawatan Penyakit Proses Penyakit

kurang sumber selama 3 x 24 jam, 1. Jelaskan 1. Agar orang tua


diharapkan orang patofisiologi mengetahui
pengetahuan
tua px mampu penyakit patofisiologi
memenuhi KH penyebab
sebagai berikut : pneumonia
NOC : 2. Jelaskan tanda 2. Agar orang tua
 Pengetahuan : dan gejala umum mengetahui
Manajemen dari penyakit tanda dan gejala
Pneumonia penyakit
Kriteria Hasil : pneumonia
1. Mengetahui 3. Edukasi pasien 3. Agar orang tua
proses terjadinya mengenai mengurangi
penyakit tindakan untuk factor penyebab
pneumonia mengontrol/memi timbulnya
2. Mengetahui tanda nimalkan gejala gejala
dan gejala 4. Edukasi pasien 4. Agar orang tua
kekambuhan mengenai tanda mampu
penyakit dan gejala yang mengenal dan
harus dilaporkan melaporkan
kepada petugas tanda dan gejala
kesehatan yang serius

3 Ketidakseimban Setelah dilakukan Nutrition Nutrition


gan nutrisi asuhan keperawatan Management Management

kurang dari selama 3 x 24 jam, 1. Monitor vital sign 1. Agar mengetahui


diharapkan px perubahan tanda
kebutuhan
mampu memenuhi vital dan
tubuh b.d
KH sebagai berikut : merencanakan
kurang asupan
NOC : tindakan yang
makanan  Status Nutrisi akan diberikan
Kriteria Hasil : 2. Kaji adanya 2. Agar dapat
1. Menunjukkan alergi makanan mengurangi
asupan makanan resiko terjadinya
dan cairan yang komplikasi
normal 3. Anjurkan 3. Agar dapat
2. Tidak keluarga pasien membantu
menunjukkan untuk meningkatkan
hidrasi meningkatkan nutrisi yang
asupan makanan hilang

Nutrition
Monitoring Nutrition
1. Monitor interaksi Monitoring
anak atau orang 1. Agar mengetahui
tua selama makan ada atau
tidaknya
masalah pada
interaksi terkait
pemenuhan
2. Monitor turgor nutrisi pasien
kulit 2. Elastisitas kulit
kembali <2 detik
berarti
kebutuhan cairan
3. Monitor mual dan baik
muntah 3. Agar mengetahui
output pasien
(oral)
4 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pain Management Pain Management
agens cedera asuhan keperawatan 1. Tentukan 1. Nyeri dada

biologis : selama 3 x 24 jam, karakteristik biasanya ada


diharapkan px nyeri, misal : dalam beberapa
infeksi
mampu memenuhi tajam, ditusuk, derajat dalam
KH sebagai berikut : konstan. pneumonia,
NOC : juga dapat
 Pain Level timbul
Kriteria Hasil : komplikasi
1. Nyeri berkurang pneumonia
atau hilang seperti
2. Menunjukkan perikarditis dan
rileks, istirahat / endokarditis.
tidur dan 2. Pantau Tanda- 2. Perubahan
peningkatan tanda Vital frekuensi
aktivitas dengan jantung atau
cepat TD
menunjukkan
bahwa pasien
mengalami
nyeri.
3. Ajarkan teknik 3. Tindakan non
relaksasi analgesikdiberi
kan dengan
sentuhan
lembut dapat
menghilangkan
ketidaknyaman
an dan
memperbesar
efek terapi
analgesic.
4. Anjurkan dan 4. Untuk
bantu pasien mengurangi
dalam teknik efek
menekan dada ketidaknyaman
selama episode an karena rasa
batuk. nyeri
5. Kolaborasi dalam 5. Diharapkan
pemberian dapat
analgesik membantu
mengurangi
nyeri.
5 Hipertermia Setelah dilakukan Fever Treatment Fever Treatment
b.d penyakit asuhan keperawatan 1. Monitor vital 1. Agar
selama 3x 24 jam, sign mengetahui
diharapkan px perubahan
memenuhi KH : tanda vital
NOC pasien
 Thermoregulasi 2. Monitor warna 2. Agar
Kriteria Hasil : dan suhu kulit mengetahui
1. Suhu tubuh perubahan
dalam rentang warna dan

normal (36oC- suhu tubuh


pasien
37,5oC)
3. Selimuti pasien 3. Menjaga suhu
2. Nadi dan RR
tubuh agar
dalam rentang
tetap hangat
normal (nadi
4. Berikan anti 4. Pemberian
100- piretik obat penurun
110x/menit, panas untuk
Respirasi 20- mengurangi
30x/menit) demam
3. Tidak ada 5. Kolaborasi 5. Agar cairan
perubahan pemberian dan nutrisi

warna kulit cairan IV tetap


terpenuhi
dan tidak ada
pusing

6 Gangguan Setelah dilakukan Management Management


pertukaran gas asuhan keperawatan Airway Airway

b.d perubahan selama 3x 24 jam, 1. Posisikan pasien 1. Agar


diharapkan px untuk memudahkan
membrane
memenuhi KH : memaksimalkan jalan napas px
alveolar-kapiler
NOC : ventilasi
 Respon Alergi : 2. Lakukan 2. Melakukan
Sistemik fisioterapi dada clapping dan
Kriteria Hasil : vibrasi untuk
1. Tidak merontokkan
mengalami secret yang
sesak napas saat menempel
istirahat 3. Buang sekret 3. Agar
2. Tidak terdapat dengan memperlancar
sekresi mucus membatukkan jalan napas
3. Tidak ada suara atau menyedot
tambahan lender
(wheezing,
stridor) 4. Gunakan teknik 4. Membantu
yang dalam
menyenangkan merangsang
untuk memotivasi batuk dan
bernapas dalam mengeluarkan
kepada anak-anak secret
(misal : meniup
lilin layaknya
pesta) 5. Bantu dengan
5. Kelola pemberian alat napas jika
bronkodilator, sulit bernapas
sebagaimana
mestinya
7 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Manajemen
aktivitas b.d asuhan keperawatan Energi Energi

tirah baring selama 3x 24 jam, 1. Kaji status 1. Agar


diharapkan px fisiologis px yang mengetahui
memenuhi KH : menyebabkan kemampuan
NOC: kelelahan sesuai beraktivitas
 Daya Tahan dengan konteks sesuai dengan
Kriteria Hasil : usia dan fungsi tubuh px
1. Menunjukkan perkembangan
aktivitas fisik 2. Monitor intake 2. Pastikan px
2. Tidak nutrisi untuk makan dan
menunjukkan mengetahui minum cukup
kelelahan sumber energi untuk
yang adekuat memenuhi
nutrisi dalam
tubuh
3. Monitor system 3. Memantau
kardiorespirasi px napas px,
selama kegiatan apakah
frekuensi
normal atau
tidak
4. Anjurkan periode 4. Agar
istirahat dan mengurangi
kegiatan secara kelelahan akibat
bergantian kegiatan
berlebih

8 Risiko Setelah dilakukan Fluid Management Fluid


kekurangan asuhan keperawatan 1. Monitor status Management
volume cairan selama 3x 24 jam, hidrasi 1. Agar
dibuktikan diharapkan px (kelembaban mengetahui
dengan memenuhi KH : membrane tanda hidrasi

kehilangan NOC mukosa, nadi pasien dan


 Fluid Balance adekuat, TD) pemberian
cairan melalui
 Hydration jika diperlukan tindakan
rute normal
 Nutritional lanjutan
Status : food 2. Monitor vital 2. Agar
and fluid intake sign mengetahui
Kriteria Hasil : perubahan
1. Vital sign tanda vital
dalam batas pada pasien
normal (suhu 3. Monitor intake 3. Agar tetap
o
36-37,5 C, nadi dan output menjaga
100-150 cairan keseimbangan
x/menit, cairan dalam
respirasi 25-35 tubuh pasien
x/menit, TD 4. Kolaborasi 4. Agar nutrisi
120/80 mmHg) pemberian dan cairan
2. Tidak ada cairan IV dalam tubuh
tanda-tanda pasien
dehidrasi, terpenuhi
elastisitas turgor
kulit baik, 5. Tawarkan snack 5. Membantu
membrane (jus buah, buah menambah
mukosa lembab, segar) asupan nutrisi
tidak ada rasa dalam tubuh
haus yang pasien
berlebihan

NANDA International. (2015). Nursing Outcomes Classification.(2015). Nursing


Interventions Classification. (2016)
L. IMPLEMENTASI
Dilakukan berdasarkan intervensi

M. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu:
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis mengenai status
kesehatan klien terhadap waktu)
1. Bersihan jalan nafas efektif
2. Pengetahuan bertambah
3. Nutrisi kebutuhan tubuh seimbang
4. Nyeri akut berkurang
5. Hipertermia berkurang
6. Gangguan pertukaran gas berkurang
7. Intoleransi aktivitas berkurang
8. Volume cairan terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Effendy. 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Herman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights

Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoniapada Balita,


OrangDewasa, Usia Lanjut. Pustaka. Jakarta: Obor Populer

Price, Sylvia A. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih bahasa:
Peter anugerah. Jakarta: EGC

WHO. 2003. Penanganan ISPA Pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang.
Pedoman Untuk Dokter Dan Petugas Kesehatan Senior. Alih Bahasa; C. Anton
Wijawa.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Zul Dahlan. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Potter, P.A. 1996. Pengkajian Kesehatan Ed. 3. Jakarta:EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56424/Chapter%20II.pdf?sequenc
e=4&isAllowed=y (diakses pada 31 Oktober 2017)

You might also like