Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Demam merupakan masalah yang umum pada anak sebagai suatu respon
terhadap penyakit dan infeksi akibat berinteraksi dengan ling-kungan dan
merupakan masalah yang sering dihadapi oleh tenaga medis, perawat dan
orang tua, baik di rumah sakit maupun di komunitas. Berdasarkan data
statistik suatu rumah sakit khusus anak, mengindikasikan bahwa lebih dari
30% kunjungan ke ruangan emergensi/ gawat darurat disebabkan oleh demam
sebagai manifestasi utama (Sirait, Yeni, dan Fajar, 2013).
H – C – C - OH
H H
III.1.2 Bahan
1. Nacl fisiologi 0,9%
2. Aquadest
3. Fenitoin
4. Handscoon
5. Masker
6. Alcohol
7. Na-CMC
8. Kertas Koran
9. Tissue
III.2 CARA KERJA
III.2.1 PERORAL
Subkutan : lemak yang cukup banyak sehingga obat terhalang oleh lemak sebelum
terabsorbsi.
Sedangkan pada praktikum ditemukan yang memiliki onset paling cepat yaitu :
1.Subcutan
Oral 75ml
Oral 150ml
.hal ini dikarenakan perbedaan kondisi psikis dan patologis yang mungkin dialami
oleh hewan uji.
Selain itu sudah jelas diketahui bahwa pemberian obat secara peroral memiliki
rute yang paling panjang untuk mencapai reseptor dan memberikan efek.
Kerugian pemberian obat secara peroral adalah banyak faktor yang dapat
mempengaruhi bioavailabilitas obat. Karena tidak semua obat yang diberikan
akan diabsorbsi dan mencapai sirkulasi sistemik. Sebagian akan dimetabolisme
oleh enzim di hati pada lintas pertamanya melalui organ tersebut.
Sedangkan pada pemberian obat secara subcutan, absorbsi akan berjalan lambat
karena banyaknya timbunan lemak di bawah kulit. Dan hal ini mengakibatkan
waktu yang diperlukan obat untuk menimbulkan efek menjadi lebih lama.
Peroral : rute panjang maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit
efek lebih cepat.
Dalam praktikum ini cara pemberian subkutan durasinya tidak sesuai teori. Hal ini
dimungkinkan pada saat injeksi subkutan,pemberian injeksi terlalu dalam
sehingga sampai menembus saluran sistemik yang menyebabkan efek yang
dihasilkan cepat hilang.
Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan fakta bahwa mencit yang telah
kehilangan reflek balik badan, kadang bangun dan melanjutkan aktivitasnya
namun kemudian tidur kembali. Hal inilah yang disebut dengan proses redistribusi
obat dalam tubuh, yaitu proses dimana obat dari tempat kerjanya menuju ke
jaringan – jaringan yang lain merupakan salah satu faktor yang dapat
menghentikan kerja obat. Karena kadar aliran darah ke otak sangat tinggi, maka
setelah diinjeksikan obat akan segera mencapai kadar maksimal dalam otak.
Tetapi kadar obat dalam plasma dengan cepat menurun karena terjadi difusi ke
jaringan lain, sehingga obat dalam otak akan cepat berdifusi kembali ke dalam
plasma. Jadi, setelah depot lemak jenuh, masa kerja Nacl fisiologis pada
pemberian selanjutnya baru menunjukkan inaktivasi yang sangat lambat.
Pemulihan setelah pemberian Nacl fisiologis yang tertimbun dalam depot lemak
perlahan-lahan akan dilepaskan kembali.
Kesimpulan