You are on page 1of 2

Ekspor–Impor Impor jagung masih menjadi bayang-bayang Indonesia menuju

Badan Pengkajian dan Pengembangan


Ada beberapa jenis jagung yang diekspor dan diimpor Indonesia swasembada jagung tahun 2017. Potensi peningkatan kualitas dan kuantitas
Kebijakan Perdagangan
antara lain jagung manis beku, jagung brondong (popcorn), jagung pipilan produksi jagung Indonesia masih sangat besar. Penataan manajemen
kering, bibit jagung dan lain-lain. Jagung pipilan kering dan bibit jagung distribusi dan infrastruktur pendukung perlu ditingkatkan agar penyerapan
merupakan jenis jagung yang paling banyak diekspor/impor, sementara jagung lokal oleh industri pakan ternak lebih optimal. Perlu upaya keras dari
nilai ekspor impor jenis lainnya sangat kecil. Nilai ekspor jagung Indonesia pemerintah agar pelaku industri pakan ternak dapat terhubung dengan Jagung merupakan komoditas yang cukup penting bagi
pada periode 2010–2014 mengalami fluktuasi dengan tren pertumbuhan sentra produksi jagung. Selisih harga yang makin besar antara harga Indonesia. Jagung termasuk komoditas pangan utama
sebesar 4,42%. Pada tahun 2014 dengan negara tujuan utama ekspor jagung nasional dan internasional juga perlu mendapat perhatian serius, yang diprioritaskan dalam sasaran utama Kabinet Kerja
jagung Indonesia adalah Filipina (66,51%), Jepang (16,23%) dan Pakistan diharapkan hal ini bukan menjadi salah satu pemicu mengapa pelaku usaha Presiden Jokowi. Namun di sisi lain, pemenuhan kebutuhan
(10,03%). Gorontalo, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara lebih memilih untuk impor. (Maulida Lestari & Miftah Farid) jagung nasional sampai saat ini masih sangat bergantung
menjadi penyumbang terbesar nilai ekspor jagung Indonesia. pada impor.

Tabel 1. Negara Tujuan Ekspor Jagung Indonesia, 2010– 2015 POTRET JAGUNG INDONESIA: Sasaran utama Kabinet Kerja di bidang pangan adalah tercapainya
MENUJU SWASEMBADA swasembada pangan pada tahun 2017 untuk tiga komoditas pangan
utama, yaitu padi, jagung dan kedelai. Hal ini mengindikasikan bahwa
TAHUN 2017 jagung merupakan salah satu komoditas yang sangat penting, mengingat
selain menjadi pangan pokok bagi beberapa penduduk di wilayah
Indonesia, jagung juga merupakan bahan pakan utama peternakan unggas
dan menjadi bahan baku industri olahan.
Sebelum tahun 1970, jagung lokal dimanfaatkan sebagai makanan
pokok manusia. Namun sejalan dengan berkembangnya industri pakan,
dan meluasnya preferensi konsumsi makanan pokok kepada beras,
Sumber : BPS (2015) maka permintaan jagung untuk makanan pokok mengalami penurunan
Keterangan : HS 1005100000 (Maize (corn), seeds) dan HS 1005909000 (Maize (corn), (Balitbang Pertanian, 2015). Menurut Industry Update Bank Mandiri (April,
other than seeds)
2015), Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) memperkirakan
Nilai impor jagung Indonesia pada periode 2010 – 2014 mengalami
bahwa kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak selama setahun
pertumbuhan dengan tren sebesar 15,72%. Tiga negara utama asal jagung
mencapai 8,5 juta ton dan hanya 40% dipenuhi dari jagung yang diproduksi
impor adalah Brazil (38,51%), India (34,53%) dan Argentina (22,24%).
di dalam negeri.
Adapun propinsi yang paling banyak mengimpor jagung adalah Banten,
Masih rendahnya peran jagung lokal dalam memenuhi kebutuhan
Jawa Timur dan Sumatera Utara.
industri pakan ternak menjadikan jagung sebagai komoditas pangan dengan
Tabel 2. Negara Asal Impor Jagung Indonesia, 2010–2015 nilai impor yang tertinggi setelah gula dan kedelai. Pada tahun 2014 nilai
impor jagung Indonesia mencapai USD 807 juta dan periode Januari-April
2015 nilai impor jagung Indonesia adalah sebesar USD 301 juta.

Produksi Jagung Nasional


Menurut data BPS (2015), dengan luas lahan sebesar 3,8 juta hektar,
pada tahun 2014 produksi jagung dalam bentuk pipilan kering mencapai
19,03 juta ton atau mengalami kenaikan sebesar 2,81% dibandingkan
pada tahun 2013 (18,51 juta ton). Kenaikan produksi terjadi, baik di Pulau
Sumber : BPS (2015)
Keterangan : HS 1005100000 (Maize (corn), seeds) dan HS 1005909000 (Maize (corn), Jawa maupun di luar Pulau Jawa pada periode sekitar Mei–Agustus dan
other seeds)
September–Desember 2014 karena adanya kenaikan produktivitas sekitar
2,87% per tahun. Melalui berbagai langkah yang telah dilakukan dan akan
ditempuh, Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung tahun
2015 mencapai 20,3 juta ton.
Dengan jumlah produksi jagung mencapai 19,03 juta ton pada tahun
2014, Indonesia masih mengimpor jagung dengan volume mencapai 3,2
juta ton. Pada periode 2011-2014, surplus neraca pangan jagung Indonesia
cukup besar bahkan melebihi volume impor. Seluruh jagung impor
langsung diserap oleh industri pakan ternak. Produksi jagung yang tersebar
di hampir seluruh wilayah Indonesia dengan sistem distribusi yang belum
tertata dengan baik ditambah belum adanya koneksi dengan petani bisa
jadi menimbulkan kendala tersendiri bagi para pengusaha untuk menutupi
kekurangan pasokan jagung dari hasil produksi lokal. Kendala lainnya
adalah kualitas jagung lokal. Pada masa panen raya (umumnya bulan Gambar 2. Peta Produksi Jagung Lokal dan Lokasi Industri Pakan, 2014.
Januari – Maret), gudang industri pakan ternak diperkirakan hanya mampu Sumber : BPS (2015), diolah
Keterangan : Angka Sementara
menyerap 60% dari produksi nasional, sisanya menjadi persediaan petani : Industri Pakan
yang mengakibatkan kualitas jagung semakin lama menurun. Sementara
Perkembangan Harga Jagung
jagung yang diproduksi di luar masa panen tidak dapat memenuhi kualitas
Jawa Timur menjadi sentra produksi jagung sehingga harga jagung
jagung yang dibutuhkan oleh industri pakan ternak, diantaranya karena
di kota Surabaya memegang peranan penting dalam menentukan harga
pengaruh cuaca.
rata-rata jagung di tingkat nasional. Sejak tahun 2000 hingga 2014, harga
1.000 rata-rata jagung lokal menunjukkan tren meningkat sebesar 11,22%. Pada
900 periode 2000 - 2003 harga jagung bervariasi di setiap daerah berada pada
kisaran Rp 1000–Rp 3000/kilogram dan tahun 2014 harga jagung berada Gambar 3. Sebaran Harga dan Volatilitas Harga Jagung, 2014.
800
pada kisaran Rp 4000–Rp 9500/kilogram dengan sebaran dan tingkat Sumber: Kementerian Perdagangan (2015), diolah
700
volatilitas harga sebagaimana terlihat dalam Gambar 3. Dari peta tersebut
600
terlihat bahwa daerah yang memiliki tingkat harga dan volatilitas harga Pada periode 2000–2008, perkembangan harga jagung di tingkat
Ha 500 yang tinggi adalah daerah Papua dan Sulawesi tengah. Biaya transportasi nasional dan internasional memiliki pola yang sama, namun periode
400 serta sistem pemasaran dan distribusi yang belum tertata dengan baik setelahnya selisih antara harga jagung di tingkat nasional dan internasional
Jagung merupakan salah satu bahan baku utama industri pakan
300 menjadi salah satu faktor penyebab adanya selisih harga antar propinsi semakin besar. Bagi importir dan industri pakan ternak, kondisi ini
ternak unggas. Perkembangan industri peternakan unggas yang cukup
200 yang cukup besar. Seperti dijelaskan sebelumnya, sentra produksi menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan jagung dari impor. Bagi
cepat akan mendorong semakin meningkatnya kebutuhan jagung. Jika
jagung terkonsentrasi di Jawa dan sebagian kecil wilayah di Sumatera petani, dalam jangka pendek akan menguntungkan tetapi dalam jangka
100 dibandingkan antara harga jagung, daging ayam dan telur ayam, maka
dan Sulawesi, sementara pemasaran jagung tersebar di seluruh panjang akan merugikan karena petani dihadapkan pada penurunan
- terlihat bahwa ketiga komoditas tersebut memiliki pola tren harga yang
wilayah Indonesia. permintaan dari industri peternakan dan permintaan untuk kebutuhan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des sama sebagaimana terlihat dalam Gambar 5.
makanan manusia. Harga internasional terus menurun diperkirakan
2012 2013 2014 karena pasokan jagung dunia yang cukup besar dan permintaan dunia 35000 7000

Gambar 1. Luas Lahan Panen Jagung Indonesia, 2012-2014. yang melambat karena adanya isu wabah flu burung.
30000 6000
Sumber: BPS (2015)
7000 25000 5000

Jagung lokal diproduksi oleh rumah tangga petani yang tersebar di 6000
20000 4000
beberapa wilayah di Indonesia dengan tren produksi nasional mencapai 5000
Rp/kg
15000 3000
1,24% (Periode 2010–2014). Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 4000
2013 total jumlah rumah tangga petani sekitar 5,1 juta rumah tangga Rp/kg
10000 2000
3000
dengan jumlah tertinggi berada di wilayah Jawa Timur (1,9 juta) kemudian 5000 1000
2000
diikuti Jawa Tengah (1,1 juta). Dengan demikian, pulau Jawa menjadi sentra 0 0
1000
produksi jagung lokal serta beberapa propinsi di wilayah Sumatera dan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sulawesi (Gambar 2). Lokasi sentra produksi juga merupakan lokasi industri 0
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Daging Ayam : Weighted national prices Telur Ayam : Weighted national prices Jagung : Weighted national prices

pengolahan jagung dengan beberapa pemain utama yaitu PT. Charoen Jagung : Weighted national prices Jagung : International Price Gambar 5. Perbandingan Harga Jagung, Daging Ayam dan Telur Ayam,
Pokphand Indonesia, PT. Japfa Comfeed Indonesia, PT. Sierad Produce dan Gambar 4. Perkembangan Harga Jagung Lokal dan Internasional, 2000–2014. 2000–2014.
PT. Malindo Feedmill. Sumber: Kementerian Perdagangan (2015) dan International Monetary Fund (2015), diolah Sumber: Kementerian Perdagangan (2015), diolah

You might also like