You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP TEORI
a. Anatomi Testis
Testis berjumlah 2 dengan bentuk ovoid, pipih dengan
ketebalan ± 2,5 cm, berwarna putih, terletak di dalam cavum skroti.
Testis terletak di ekstra abdominal atau di luar perut testis berada pada
kantung scrotum kanan dan kiri pada umumnya testis sebelah kiri
letaknya lebih rendah dibandingkan sebelah kanan. Ukuran testis rata
– rata 4 x 3 x 2,5 cm, dengan berat ± 32gram. Morfologi testis
terdapat 2 permukaan datar disebut facies lateralis medialis dan 2
kutub atau polus yaitu polus superior dan polus inferior. Testis
dibungkus oleh tunika vaginalis pars parietalis, tunika vaginalis pars
visceralis, tunika albuginea dan tunika vaskulosa. Testis memiliki
lobulus yang dipisahkan oleh septum testis yang dibentuk dari
penebalan tunika albuginea. Setiap lobus pada testis terdiri dari
tubulus seminiferus dan interstitial testis.
Nutrisi testis utamanya dipasok oleh arteri testicularis yang
merupakan cabang dari aorta abdominalis. Cabang-cabang arteri
testikularis ber-anasotomose dengan arteri dari duktus deferens.
Drainase vena dari testis dan epididimis dimulai dari plexus
pampiniformis yang kemudian akan membentuk vena testikularis.
Vena testikularis kanan masuk ke vena cava inferior sedangkan yang
kiri akan bergabung dengna vena renalis kiri. Drainase limfe
mengikuti pembuluh darah testikularis berada didalam spermatic cord
menuju ke nodula limfatik daerah lateral aorta atau lumbal dan pre-
aortic lumbal dua. Testis disarafi oleh plexus testikularis yang berisi
parasimpatis n. vagus, serabut afferent visceral dan serabut simpatis
yang berasal dari segment torakal.
Gambar 1. Anatomi Testis.
1) Histologi Testis
Testis dibungkus oleh tunika vaginalis pars parietalis dan
tunika vaginalis pars visceralis yang dipisahkan oleh celah berisi
cairan serosa jaringan pengikat ini dilapisi mesotel sedangkan tunika
albuginea memiliki jaringan pengikat padat fibrosa. Tunika albuginea
ini adalah lapisan yang langsung menempel pada parenkim testis dan
menebal membentuk septum yang memisahkan lobulus testis. Di
sepanjang septulum terdapat tunika vaskulosa yang berasal dari
jaringan pengikat longgar yang berbentuk anayaman dari pembuluh –
pembuluh darah yang nantinya akan berlanjut sebagai jaringan
interstitial. Interstitial testis ini berisi makrofag, fibroblas, mastosit
dan sel mesenkim. Terdapat juga sel leydig yaitu sel endokrin pada
testis yang berfungsi sebagai produksi hormon kelamin laki – laki atau
biasa disebut sebagai hormon testosteron.
Tubulus seminiferus memiliki bentuk seperti pipa berkelok –
kelok memiliki diameter 150 – 250 μm dan berfungsi sebagai pars
sekretori dari kelenjar sitogenik. Dinding tubulus seminiferus
memiliki epitel yang berlapis yaitu 4 sampai 8 lapis. Terdapat sel
spermatogenik yaitu spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit
sekunder, spermatid, spermatozoa, terdapat juga sel penyokong yaitu
sel sertoli yang berfungsi menyokong pemberian nutrisi untuk proses
spermatogenesis dan terdapat membrana basalis. Lamina propianya
terdapat sel – sel mesenkhim dari jaringan interstitial dan sel myoid
yang terdiri dari epiteloid dan jaringan kontraktil.

Gambar 2. Bagan histologi testis.

Gambar 3. Histologi Tubulus Seminiferus


Gambar 4. Histologi Spermatogenesis pada tubulus seminiferus dan
sel sertoli.
2) Fisiologi Testis
Testis memiliki fungsi ganda, yaitu untuk memproduksi
hormon yaitu androgen, testosteron dan dihidrotestosteron, dan untuk
memproduksi spermatozoa. Sekitar 80% dari massa testis terdiri dari
tubulus seminiferus. Proses pembentukan spermatozoa disebut
spermatogenesis. Spermatozoa dibentuk dari sel germinal primitif di
sepanjang dinding tubulus seminiferus. Di dalam tubulus seminiferus
juga terdapat sel Sertoli yang memiliki fungsi membantu sel germinal
dalam memelihara suasana agar sel tersebut dapat berkembang dan
menjadi dewasa, mengirimkan sinyal untuk memulai spermatogenesis
dan mempertahankan perkembangan spermatid, mengatur fungsi
kelenjar pituitari sekaligus mengontrol spermatogenesis.
Di antara tubulus seminiferus terdapat sel Leydig yang memproduksi
testosteron dan dihidrotestosteron keduanya adalah suatu hormon
steroid yang berasal dari prekursor kolestrol. Hormon ini akan
disekresikan ke dalam aliran darah terutama dalam bentuk terikat ke
protein plasma menuju ketempat kerjanya. Sebgaian dari testosteron
yang baru dibentuk mengalir ke lumen tubulus seminiferus tempat
hormon ini berperan penting dalam produksi sperma.
Efek testosteron dapat dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu (1)
Efek sebelum lahir, untuk memaskulinisasi saluran reproduksi dan
genetalia eksterna, serta mendorong turunnya testis ke dalam skrotum,
(2) Efek pada jaringan spesifik seks setelah lahir, untuk mendorong
pertumbuhan dan pematangan sistem reproduksi saat masa pubertas
serta proses spermatogenesis dan memelihara saluran reproduksi
sepanjang masa dewasa, (3) Efek terkait reproduksi lainya, untuk
membentuk dorongan seks saat pubertas dan mengontrol sekresi
hormon gonadotropin, (4) Efek pada karakteristik seks sekunder,
untuk memicu pertumbuhan rambut pria contohnya janggut serta
menyebabkan suara lebih berat karena menebalnya lipatan pita suara
dan mendorong pertumbuhan otot yang membentuk pola tubuh pria,
(5) Efek non-reproduktif, untuk efek anabolik protein, mendorong
pertumbuhan tulang saat pubertas, menutup lempeng epifisis setelah
diubah menjadi estrogen oleh aromatase dan memicu perilaku agresif.
Pada testis tubulus-tubulus seminiferus akan bergabung
membentuk duktus yang lebih besar yang disebut tubulus rektus.
Tubulus rektus akan membentuk rete testis yang akan berakhir
membentuk duktus efferen. Di dalam tubulus - tubulus tersebut
mengalir cairan seminalis yang mengandung sperma dari testis
menuju ke epididimis. Dari epididimis spermatozoa memasuki vas
deferens lalu duktus ejakulatorius dan terakhir menuju ke urethra.
Testis normal berada di dalam kantung yang disebut skrotum,
berfungsi untuk melindungi testis dan menjaga agar suhu testis sekitar
1,5 – 2 ºC dibawah suhu tubuh.

Testis memiliki fungsi ganda, yaitu untuk memproduksi


hormon yaitu androgen, testosteron dan dihidrotestosteron, dan untuk
memproduksi spermatozoa. Sekitar 80% dari massa testis terdiri dari
tubulus seminiferus. Proses pembentukan spermatozoa disebut
spermatogenesis. Spermatozoa dibentuk dari sel germinal primitif di
sepanjang dinding tubulus seminiferus.16 Di dalam tubulus
seminiferus juga terdapat sel Sertoli yang memiliki fungsi membantu
sel germinal dalam memelihara suasana agar sel tersebut dapat
berkembang dan menjadi dewasa, mengirimkan sinyal untuk memulai
spermatogenesis dan mempertahankan perkembangan spermatid,
mengatur fungsi kelenjar pituitari sekaligus mengontrol
spermatogenesis.
b. Definisi
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis
(buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau
menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (Wim de Jong,
2011). Kanker testikuler, yang menempati peringkat pertama dalam
kematian akibat kanker diantara pria dalam kelompok umur 20 sampai
35 tahun, adalah kanker yang paling umum pada pria yang berusia 15
tahun hingga 35 tahun dan merupakan malignansi yang paling umum
kedua pada kelompok usia 35 tahun hingga 39 tahun. Kanker yang
demikian diklasifikasikan sebagai germinal atau nongerminal. Kanker
germinal timbul dari sel-sel germinal testis (seminoma,
terakokarsinoma, dan karsinoma embrional); kanker germinal timbul
dari epithelium.

c. Etiologi
Penyebab kanker testis belum diketahui dengan pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan
kejadian kanker testis, antara lain maldesensus testis, trauma testis,
atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon.
Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai
resiko lebih tinggi terjadinya tumor testis ganas. Walaupun
pembedahan kriptorkismus pada usia muda mengurangi insidens
kanker sedikit, resiko terjadinya kanker tetap tinggi. Kriptorkismus
merupakan suatu ekspresi disgenesia gonad yang berhubungan dengan
transformasi ganas. Penggunaan hormon dietilstilbestrol yang terkenal
sebagai DES oleh ibu pada kehamilan dini meningkatkan resiko
kanker maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.
d. Tanda dan Gejala
Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
o Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
o Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah - Ginekomastia
o Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.
Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali.
Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan
pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada
skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit pinggang (akibat
perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat
badan, dan kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis.
Pembesaran testis tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang
signifikan.
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah
pemeriksaan testis mandiri. Suatu bagian penting dari promosi
kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan mandiri.
Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting
untuk deteksi dini penyakit ini.

e. Epidemiologi
Usia puncak sesorang mengidap kanker testis adalah 15-35
tahun. Insiden meningkat perlahan setelah 40 tahun. Tumor testis
hampir seluruhnya ganas dan termasuk tumor ganas yang derajat
keganasannya tinggi. Kebanyakan penderita berumur antara 24- 34
tahun dengan frekwensi tumor testis kira – kira 2 % daripada seluruh
tumor ganas pada pria atau kira – kira 10 % daripada tumor ganas
tractus urogenitalis .Bentuk tumor bermacam – macam dan mengenai
klasifikasinya berdasarkan klasifikasi Friedman , Moore dan Dixon
dikemukakan bahwa 95,5% tumor testis berasal dari sel epitel
germinativum dan dibagi atas 5 golongan yaitu :

a. Seminoma
b. Embryonal carcinoma
c. Teratoma
d. Teratocarcinoma
e. Choriocarcinoma
Sedangkan berdasarkan ” The Testicular Tumor Panel and
Registry of the Pathological Society of Great Britain and Ireland ”
th 1964 membagi tumor testis sebagai berikut :
1) Seminoma
2) Teratoma berdasarkan keganasannya dibagi lagi menjadi :
a) Teratoma differentiated
b) Malignant Teratoma intermediate
c) Malignant Teratoma anaplastic
d) Malignant Teratoma tropoblastic

f. Patofisiologi
Mula-mula tumor berupa benjolan / tonjolan pada testis yang
kadang – kadang terasa nyeri. Tumor dapat menyebabkan timbulnya
cairan jernih dalam tunica vaginalis yang menimbulkan hidrocelle.
Pada stadium lebih lanjut timbul gejala –gejala yang disebabkan oleh
anak sebar / metastase misalnya pembesaran kelenjar getah bening
regional, anak sebar dalam paru – paru , hati dan lain – lain.
Seminoma mempunyai presdiposisi pada testis yang tidak turun
kedalam scrotum, bersifat paling jinak dan walaupun telah terbentuk
anak sebar pada waktu ditemukan , dengan orchidektomi lokal disertai
dengan penyinaran pada rongga abdomen dan regio genitalis
menghasilkan angka kematian kurang dari 10 % dalam waktu dua (2)
tahun . Anak sebar seminoma biasanya hanya sampai pada kelenjar
getah bening regional dan kelenjar – kelenjar sepanjang aorta.
Penderita seminoma yang berumur lebih muda ternyata mempunyai
prognosis lebih baik dari penderita yang lebih tua.
Selain seminoma , tumor – tumor testis cenderung untuk cepat
beranak sebar kealat – alat dalam seperti : paru-paru, hati, sumsum
tulang, ginjal dan otak. Apabila pada waktu pembedahan ternyata
sudah terdapat anak sebar maka kemungkinan hidup selama dua tahun
sangat kecil. Tumor –tumor ini kurang peka terhadap penyinaran
sehingga dengan pembedahan radikal dan penyinaran , 50% penderita
mengalami kematian dalam waktu 2 tahun.

Pada beberapa kasus terutama choriocarsinoma terdapat peninggian


produksi FSH sehingga hormon ini dapat diketukan dalam air kemih.
Peningkatan ini kemungkinan disebabkan oleh karena testis rusak
sehingga hambatan terhadap hipofisis tidak ada.
g. Penunjang Medik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:

 USG skrotum
 Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein),
HCG (human chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic
dehydrogenase).
 Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan
kadar AFP atau beta HCG.
 Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
 CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ
perut)
 Biopsi jaringan.

Human chorionic gonadotropin dan a-fetoprotein adalah


penanda tumor yang mungkin meningkat pada pasien kanker testis.
(Penanda tumor adalah substansi yang disintesis oleh sel-sel tumor
dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam jumlah yang abnormal).
Tehnik imunositokimia yang terbaru dapat membantu
mengidentifikasi sel-sel yang tampaknya menghasilkan penanda ini.
Kadar penanda tumor dalam darah digunakan untuk mendiagnosis,
menggolongkan, dan memantau respon terhadap pengobatan. Uji
diagnostic lainnya mencakup urografi intravena untuk mendeteksi
segala bentuk penyimpangan uretral yang disebabkan oleh massa
tumor; limfangiografi untuk mengkaji keluasan penyebaran tumor ke
sistem limfatik; dan pemindai CT dada dan abdomen untuk
menentukan keluasan penyakit dalam paru-paru dan retroperineum.
h. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung kepada jenis, stadium dan beratnya
penyakit. Setelah kanker ditemukan, langkah pertama yang dilakukan
adalah menentukan jenis sel kankernya, selanjutnya ditentukan
stadiumnya:

o Stadium I: kanker belum menyebar ke luar testis


o Stadium II: kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening
di perut
o Stadium III: kanker telah menyebar ke luar kelenjar getah
bening, bisa sampai ke hati atau paru-paru.
 Ada 4 macam pengobatan yang bisa digunakan:
o Pembedahan: pengangkatan testis (orkiektomi) dan
pengangkatan kelenjar getah bening (limfadenektomi).
o Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau
sinar energi tinggi lainnya, seringkali dilakukan setelah
limfadenektomi pada tumor non-seminoma.
Juga digunakan sebagai pengobatan utama pada seminoma,
terutama pada stadium awal.
o Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin,
bleomycin dan etoposid) untuk membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi telah meningkatkan angka harapan hidup
penderita tumor non-seminoma.
o Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi
telah menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang
penderita.

INDIKASI :

 Tumor seminoma
o Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran
kelenjar getah bening perut
o Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar
getah bening dan kemoterapi dengan sisplastin
o Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi
multi-obat.
 Tumor non-seminoma:
o Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan
dilakukan limfadenektomi perut
o Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi
perut, kemungkinan diikuti dengan kemoterapi
o Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.

Jika kankernya merupakan kekambuhan dari kanker testis


sebelumnya, diberikan kemoterapi beberapa obat (ifosfamide,
cisplastin dan etoposid atau vinblastin).
Kanker testikuler adalah salah satu tumor padat yang dapat
disembuhkan. Tujuan penatalaksanaan adalah untuk menyingkirkan
penyakit dan mencapai penyembuhan. Pemilihan pengobatan
tergantung pada tipe sel dan keluasan anatomi penyakit. Testis
diangkat dengan orkhioektomi melalui suatu insisi inguinal dengan
ligasi tinggi korda spermatikus.
Prosthesis yang terisi dengan jel dapat ditanamkan untuk
mengisi testis yang hilang. setelah orkhioektomi unilateral untuk
kanker testis, sebagian besar pasien tidak mengalami fungsi
endokrin. Namun demikian, pasien lainnya mengalami penurunan
kadar hormonal, yang menandakan bahwa testis yang sehat tidak
berfungsi pada tingkat yang normal. Diseksi nodus limfe
retroperineal (RPLND) untuk mencegah penyebaran kanker
melalui jalur limfatik mungkin dilakukan setelah orkhioektomi.
Meskipun libido dan orgasme normal tidak mengalami
gangguan setelah RPLND, pasien mungkin dapat mengalami
disfungsi ejakulasi dengan akibat infertilitas. Menyimpan sperma di
bank sperma sebelum operasi mungkin menjadi pertimbangan.
Iradiasi nodus limfe pascaoperasi dari diagfragma sampai
region iliaka digunakan untuk mengatasi seminoma dan hanya
diberikan pada tempat tumor saja. Testis lainnya dilindungi dari
radiasi untuk menyelamatkan fertilitas. Radiasi juga digunakan
untuk pasien yang tidak menunjukkan respon terhadap kemoterapi
atau bagi mereka yang tidak direkomendasikan untuk dilakukan
pembedahan nodus limfe.
Karsinoma testis sangat responsive terhadap terapi
medikasi. Kemoterapi multiple dengan sisplantin dan preparat
lainnya seperti vinblastin, bleomisin, daktinomisin, dan
siklofosfamid memberikan persentase remisi yang tinggi. Hasil
yang baik dapat dicapai dengan mengkombinasi tipe pengobatan
yang berbeda, termasuk pembedahan, terapi radiasi, dan
kemoterapi. Bahkan kanker testikuler diseminata sekalipun,
prognosisnya masih baik, dan penyakit kemungkinan dapat
disembuhkan karena kemajuan dalam diagnosis dan pengobatan.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.PENGKAJIAN
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF RUMUSAN MASALAH
Penderita mengeluh nyeri Nyeri tekan pada testis + Nyeri akut
pada scrotum dan testis – Disfungsi seksual
Penderita mengeluhkan Keturunan tidak ada Harga diri rendah
penurunan kemampuan Postur tubuh kurus, tonus Intoleransi aktivitas
ereksi / keinginan otot lemah PK : Kanker ( metastase
melakukan hubungan Hasil pemeriksaan fisik : ke organ vital )
seksual menurun Adanya benjolan pada
-Penderita mengeluhkan testis, hasil pemeriksaan
belum memiliki keturunan lab, hasil pemeriksaan CT
-Penderita mengatakan scan adanya metastase
merasa minder untuk bergaul kanker
dengan tetangga karena
belum memiliki keturunan
Penderita mengeluh merasa
lemas dan merasakan
kelelahan

Dari hasil pengkajian data diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah yaitu :

1. PK ; Kanker ( metastase ke organ vital )


2. Nyeri akut
3. Harga diri rendah
4. Disfungsi seksual
5. Intoleransi aktivitas
2. Diagnosa Keperawatan
Dari rumusan masalah yang timbul pada penderita dengan kanker testis
dapat diangkat diagnosa keperawatan sebagai berikut :

1. PK : Kanker ( Metastase keorgan vital ) .


2. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan testis oleh tumor ditandai
dengan nyeri tekan pada testis
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kerusakan fungsional (
gangguan reproduksi ) ditandai dengan penderita mengeluhkan belum
memiliki keturunan dan merasa minder bergaul dengan tetangga.
4. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi / struktur tubuh
ditandai dengan penurunan kemampuan erektil
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara menyeluruh

3. Rencana Perawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1 PK : -Metastase kanker 1. Kolaborasi dengan dokter -pengawasan
Kanker dapat dicegah / untuk pemeriksaan menyebarnya sel kanker /
bila sudah terjadi penunjang seperti CT timbulnya metastase dan
(metastas metastase dapat di Scan lokasi penyebaran
e ke lokalisir 2. Kolaborasi dengan dokter -Radiasi dan kemoterapi
organ -Penatalaksanaan untuk pemberian terapi merupakan terapi yang
vital ) secara efektif efek radiasi / kemoterapi paling efektif untuk
samping yang kanker stadium II dan III
muncul dalam 3. Observasi keadaan umum -Kemoterapi dan radiasi
pemberian terapi dan vital sign penderita memiliki beberapa efek
radiasi / sebelum, selama dan samping yang perlu
kemoterapi sesudah pemberian terapi penanganan yang tepat.
radiasi dan kemoterapi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
2 Nyeri akut Nyeri dapat 1. Observasi vital Perubahan TD
berhubungan terkontrol , sign menunjukkan bahwa
dengan berkurang atau pasien mengalami nyeri
penekanan bahkan hilang
testis oleh dengan kriteria
Untuk mengetahui
tumor : 2. Kaji skala nyeri (
seberapa tingkat nyeri
ditandai – penderita 0-10)
dan mempermudah
dengan nyeri mengatakan
memberikan intervensi
tekan pada nyeri berkurang
testis / hilang 3. Anjurkan dan
Alat untuk mengontrol
– nyeri tekan – bantu pasien dalam
ketidaknyamana dada
teknik menekan dada
sementara meningktkan
selama episode batuk
keefektifan upaya batuk

4. Beri posisi yang


Meningkatkan relaksasi
nyaman ( sesuai dng
dan pengalihan
kenyamanan pasien)
perhatian

5. Kolaborasi dalam
Dapat mengurangi rasa
pemberian analgetik
nyeri pasien.

3 Harga diri Tumbuh dan o Kaji derajat


 Support / dukungan dari
rendah berkembangnya dukungan yang ada
keluarga, kerabat sangat
situasional persepsi diri untuk pasien
penting untuk
berhubungan yang positive
meningkatkan harga
dg kerusakan dalam berespon
diri pasien.
fungsional ( terhadap situasi
gangguan yang sedang o Diskusikan persepsi
 Pentingnya mengetahui
reproduksi ) terjadi pasien tentang diri
sejauh mana gambaran
ditandai dg dan hubungannya
diri penderita untuk
penderita dengan perubahan
menentukan terapi /
mengeluhkan dan bagaimana konseling yang akan
belum pasien melihat diberikan
memiliki dirinya dalam peran
keturunan dan fungsi yang
dan merasa biasa
minder
bergaul
dengan
tetangga

4 Disfungsi Perubahan  Perhatikan perilaku Untuk mengetahui


seksual fungsi seksual menarik diri, berbicara sejauh mana
berhubungan yang negatif tentang diri perkembangan
dengan diperlihatkan sendiri, dan psikologis penderita
perubahan dapat diterima penyangkalan
fungsi / dan dihargai
struktur oleh pasangan  Diskusikan tersedianya Penderita dapat
tubuh berbagai sumber menentukan jenis terapi
ditandai contoh konseling dan / konseling yang tepat
dengan terapi kejuruan untuk kesembuhannya.
penurunan
kemampuan
erektil  KIE terhadap penderita– Pasien dan
dan pasangannya pasangannya
tentang penyakit, memperoleh
perjalanan penyakit dan pngetahuan yang cukup
kemungkinan yang tentang penyakit dan
dapat terjadi resiko yang dapat
berhubungan dengan muncul kemudian
masalah seksual
penderita
 KIE agar penderita dan– Kesiapan mental
pasangannya siap dan penderita dan
dapat menerima pasangannya untuk
perubahan – perubahan menerima resiko yang
fungsi seksual yang dapat timbul
dapat terjadi – Untuk mengatasi
 Kolaborasi dengan disfungsi seksual yang
dokter untuk pemberian berkaitan dengan
terapi hormonal masalah hormonal
5 Intoleransi Ketersediaan 1. Evaluasi respon pasien – menetapkan kebutuhan
aktivitas energi yang terhadap aktivitas pasien dan
berhubungan cukup secara memudahkan pilihan
dengan fisiologis dan intervensi
kelemahan atau psikologis
secara dalam 2. Berikan lingkungan – menurunkan stress dan
menyeluruh pemenuhan tenang dan batasi rangsangan berlebihan,
aktivitas sehari- pengunjung selama meningkatkan istirahat
hari . fase akut ssi indikasi

3. Bantu aktivitas – meminimalkan


perawatan diri yang kelelahan dan
diperlukan membantu
keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen

4. Berikan nutrisi yang – menyediakan kalori


adekuat yang cukup bagi tubuh
untuk melaksanakan
metabolisme
4. Evaluasi Keperawatan

Penentuan evaluasi dilihat dari tercapai atau tidaknya rencana tujuan yang
telah kita tentukan dalam pembuatan renpra, dalam hal ini evaluasi yang
diharapkan dari perencanaan diatas adalah:
1. Metastase kanker dapat teratasi
2. Nyeri berkurang dan atau hilang
3. Tumbuh dan berkembangnya persepsi diri yang positif
4. Terjalinnya hubungan yang dinamis dengan pasangan dalam mengatasi perubahan
fungsi seksual
5. Tersedianya energi yang cukup secara fisilogis dan psikologis dalam pemenuhan
aktivitas sehari – hari.

III. DAFTAR PUSTAKA


1. Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urologi.Edisi kedua, cetakan ketiga,
CV. Sagung Seto: Jakarta 2007.
2. Carpenito Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta, 2001.
3. Danielle Gale & Jane Charette, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 2000.
4. Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 2007.
5. Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi VI,
Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta, 2006.

You might also like