Professional Documents
Culture Documents
I. KONSEP TEORI
a. Anatomi Testis
Testis berjumlah 2 dengan bentuk ovoid, pipih dengan
ketebalan ± 2,5 cm, berwarna putih, terletak di dalam cavum skroti.
Testis terletak di ekstra abdominal atau di luar perut testis berada pada
kantung scrotum kanan dan kiri pada umumnya testis sebelah kiri
letaknya lebih rendah dibandingkan sebelah kanan. Ukuran testis rata
– rata 4 x 3 x 2,5 cm, dengan berat ± 32gram. Morfologi testis
terdapat 2 permukaan datar disebut facies lateralis medialis dan 2
kutub atau polus yaitu polus superior dan polus inferior. Testis
dibungkus oleh tunika vaginalis pars parietalis, tunika vaginalis pars
visceralis, tunika albuginea dan tunika vaskulosa. Testis memiliki
lobulus yang dipisahkan oleh septum testis yang dibentuk dari
penebalan tunika albuginea. Setiap lobus pada testis terdiri dari
tubulus seminiferus dan interstitial testis.
Nutrisi testis utamanya dipasok oleh arteri testicularis yang
merupakan cabang dari aorta abdominalis. Cabang-cabang arteri
testikularis ber-anasotomose dengan arteri dari duktus deferens.
Drainase vena dari testis dan epididimis dimulai dari plexus
pampiniformis yang kemudian akan membentuk vena testikularis.
Vena testikularis kanan masuk ke vena cava inferior sedangkan yang
kiri akan bergabung dengna vena renalis kiri. Drainase limfe
mengikuti pembuluh darah testikularis berada didalam spermatic cord
menuju ke nodula limfatik daerah lateral aorta atau lumbal dan pre-
aortic lumbal dua. Testis disarafi oleh plexus testikularis yang berisi
parasimpatis n. vagus, serabut afferent visceral dan serabut simpatis
yang berasal dari segment torakal.
Gambar 1. Anatomi Testis.
1) Histologi Testis
Testis dibungkus oleh tunika vaginalis pars parietalis dan
tunika vaginalis pars visceralis yang dipisahkan oleh celah berisi
cairan serosa jaringan pengikat ini dilapisi mesotel sedangkan tunika
albuginea memiliki jaringan pengikat padat fibrosa. Tunika albuginea
ini adalah lapisan yang langsung menempel pada parenkim testis dan
menebal membentuk septum yang memisahkan lobulus testis. Di
sepanjang septulum terdapat tunika vaskulosa yang berasal dari
jaringan pengikat longgar yang berbentuk anayaman dari pembuluh –
pembuluh darah yang nantinya akan berlanjut sebagai jaringan
interstitial. Interstitial testis ini berisi makrofag, fibroblas, mastosit
dan sel mesenkim. Terdapat juga sel leydig yaitu sel endokrin pada
testis yang berfungsi sebagai produksi hormon kelamin laki – laki atau
biasa disebut sebagai hormon testosteron.
Tubulus seminiferus memiliki bentuk seperti pipa berkelok –
kelok memiliki diameter 150 – 250 μm dan berfungsi sebagai pars
sekretori dari kelenjar sitogenik. Dinding tubulus seminiferus
memiliki epitel yang berlapis yaitu 4 sampai 8 lapis. Terdapat sel
spermatogenik yaitu spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit
sekunder, spermatid, spermatozoa, terdapat juga sel penyokong yaitu
sel sertoli yang berfungsi menyokong pemberian nutrisi untuk proses
spermatogenesis dan terdapat membrana basalis. Lamina propianya
terdapat sel – sel mesenkhim dari jaringan interstitial dan sel myoid
yang terdiri dari epiteloid dan jaringan kontraktil.
c. Etiologi
Penyebab kanker testis belum diketahui dengan pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan
kejadian kanker testis, antara lain maldesensus testis, trauma testis,
atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon.
Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai
resiko lebih tinggi terjadinya tumor testis ganas. Walaupun
pembedahan kriptorkismus pada usia muda mengurangi insidens
kanker sedikit, resiko terjadinya kanker tetap tinggi. Kriptorkismus
merupakan suatu ekspresi disgenesia gonad yang berhubungan dengan
transformasi ganas. Penggunaan hormon dietilstilbestrol yang terkenal
sebagai DES oleh ibu pada kehamilan dini meningkatkan resiko
kanker maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.
d. Tanda dan Gejala
Testis membesar atau teraba aneh (tidak seperti biasanya)
o Benjolan atau pembengkakan pada salah satu atau kedua testis
o Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah - Ginekomastia
o Rasa tidak nyaman/rasa nyeri di testis atau skrotum terasa berat.
Tetapi mungkin juga tidak ditemukan gejala sama sekali.
Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan massa atau benjolan
pada testis yang tidak nyeri. Pasien dapat mengeluh rasa sesak pada
skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam. Sakit pinggang (akibat
perluasan nodus retroperineal), nyeri pada abdomen, penurunan berat
badan, dan kelemahan umum dapat diakibatkan oleh metastasis.
Pembesaran testis tanpa nyeri adalah temuan diagnostik yang
signifikan.
Satu-satunya metode deteksi dini yang efektif adalah
pemeriksaan testis mandiri. Suatu bagian penting dari promosi
kesehatan untuk pria harus mencakup pameriksaan mandiri.
Pengajaran tentang pemeriksaan mandiri adalah intervensi penting
untuk deteksi dini penyakit ini.
e. Epidemiologi
Usia puncak sesorang mengidap kanker testis adalah 15-35
tahun. Insiden meningkat perlahan setelah 40 tahun. Tumor testis
hampir seluruhnya ganas dan termasuk tumor ganas yang derajat
keganasannya tinggi. Kebanyakan penderita berumur antara 24- 34
tahun dengan frekwensi tumor testis kira – kira 2 % daripada seluruh
tumor ganas pada pria atau kira – kira 10 % daripada tumor ganas
tractus urogenitalis .Bentuk tumor bermacam – macam dan mengenai
klasifikasinya berdasarkan klasifikasi Friedman , Moore dan Dixon
dikemukakan bahwa 95,5% tumor testis berasal dari sel epitel
germinativum dan dibagi atas 5 golongan yaitu :
a. Seminoma
b. Embryonal carcinoma
c. Teratoma
d. Teratocarcinoma
e. Choriocarcinoma
Sedangkan berdasarkan ” The Testicular Tumor Panel and
Registry of the Pathological Society of Great Britain and Ireland ”
th 1964 membagi tumor testis sebagai berikut :
1) Seminoma
2) Teratoma berdasarkan keganasannya dibagi lagi menjadi :
a) Teratoma differentiated
b) Malignant Teratoma intermediate
c) Malignant Teratoma anaplastic
d) Malignant Teratoma tropoblastic
f. Patofisiologi
Mula-mula tumor berupa benjolan / tonjolan pada testis yang
kadang – kadang terasa nyeri. Tumor dapat menyebabkan timbulnya
cairan jernih dalam tunica vaginalis yang menimbulkan hidrocelle.
Pada stadium lebih lanjut timbul gejala –gejala yang disebabkan oleh
anak sebar / metastase misalnya pembesaran kelenjar getah bening
regional, anak sebar dalam paru – paru , hati dan lain – lain.
Seminoma mempunyai presdiposisi pada testis yang tidak turun
kedalam scrotum, bersifat paling jinak dan walaupun telah terbentuk
anak sebar pada waktu ditemukan , dengan orchidektomi lokal disertai
dengan penyinaran pada rongga abdomen dan regio genitalis
menghasilkan angka kematian kurang dari 10 % dalam waktu dua (2)
tahun . Anak sebar seminoma biasanya hanya sampai pada kelenjar
getah bening regional dan kelenjar – kelenjar sepanjang aorta.
Penderita seminoma yang berumur lebih muda ternyata mempunyai
prognosis lebih baik dari penderita yang lebih tua.
Selain seminoma , tumor – tumor testis cenderung untuk cepat
beranak sebar kealat – alat dalam seperti : paru-paru, hati, sumsum
tulang, ginjal dan otak. Apabila pada waktu pembedahan ternyata
sudah terdapat anak sebar maka kemungkinan hidup selama dua tahun
sangat kecil. Tumor –tumor ini kurang peka terhadap penyinaran
sehingga dengan pembedahan radikal dan penyinaran , 50% penderita
mengalami kematian dalam waktu 2 tahun.
USG skrotum
Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein),
HCG (human chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic
dehydrogenase).
Hampir 85% kanker non-seminoma menunjukkan peningkatan
kadar AFP atau beta HCG.
Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
CT scan perut (untuk mengetahui penyebaran kanker ke organ
perut)
Biopsi jaringan.
INDIKASI :
Tumor seminoma
o Stadium I diobati dengan orkiektomi dan penyinaran
kelenjar getah bening perut
o Stadium II diobati dengan orkiektomi, penyinaran kelenjar
getah bening dan kemoterapi dengan sisplastin
o Stadium III diobati dengan orkiektomi dan kemoterapi
multi-obat.
Tumor non-seminoma:
o Stadium I diobati dengan orkiektomi dan kemungkinan
dilakukan limfadenektomi perut
o Stadium II diobati dengan orkiektomi dan limfadenektomi
perut, kemungkinan diikuti dengan kemoterapi
o Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkiektomi.
1.PENGKAJIAN
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF RUMUSAN MASALAH
Penderita mengeluh nyeri Nyeri tekan pada testis + Nyeri akut
pada scrotum dan testis – Disfungsi seksual
Penderita mengeluhkan Keturunan tidak ada Harga diri rendah
penurunan kemampuan Postur tubuh kurus, tonus Intoleransi aktivitas
ereksi / keinginan otot lemah PK : Kanker ( metastase
melakukan hubungan Hasil pemeriksaan fisik : ke organ vital )
seksual menurun Adanya benjolan pada
-Penderita mengeluhkan testis, hasil pemeriksaan
belum memiliki keturunan lab, hasil pemeriksaan CT
-Penderita mengatakan scan adanya metastase
merasa minder untuk bergaul kanker
dengan tetangga karena
belum memiliki keturunan
Penderita mengeluh merasa
lemas dan merasakan
kelelahan
Dari hasil pengkajian data diatas dapat dirumuskan masalah keperawatan sesuai
dengan prioritas masalah yaitu :
3. Rencana Perawatan
5. Kolaborasi dalam
Dapat mengurangi rasa
pemberian analgetik
nyeri pasien.
Penentuan evaluasi dilihat dari tercapai atau tidaknya rencana tujuan yang
telah kita tentukan dalam pembuatan renpra, dalam hal ini evaluasi yang
diharapkan dari perencanaan diatas adalah:
1. Metastase kanker dapat teratasi
2. Nyeri berkurang dan atau hilang
3. Tumbuh dan berkembangnya persepsi diri yang positif
4. Terjalinnya hubungan yang dinamis dengan pasangan dalam mengatasi perubahan
fungsi seksual
5. Tersedianya energi yang cukup secara fisilogis dan psikologis dalam pemenuhan
aktivitas sehari – hari.