You are on page 1of 2

Non Farmakologi

Intervensi non farmakologi adalah berupa eprubahan Farmakologi


gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola
makan, meningkatkan aktivitas jasmani dan tentunya Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4
adalah edukasi mengenai pengetahuan dari penyakit yaitu:5
diabetes mellitus beserta komplikasinya dan
dilaksanakan secara terus-menerus.1 a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue):
sulfonilurea dan glinid
Pada pasien dengan DM tipe 2 terlebih sudah ada
komplikasi neuropati mikrovaskuler perlu dilakukan Sulfonilurea menurunkan kadar glukosa darah
intervensi berupa diet DM. pada DM tipe 2 bertujuan dengan cara meningkatkan sekresi insulin oleh sel
mengurangi asupan kalori, penurunan berat badan, beta pankreas. Dari segi efikasinya, sulfonilurea tidak
serta mencegah, memperlambat, dan menurunkan berbeda dengan metformin, yaitu menurunkan A1C ~
risiko mikro-makrovaskuler.5 1,5%. Efek yang tidak diinginkan adalah
hipoglikemia yang bisa berlangsung lama dan
Mengingat pola makan dan pola hidup usia lanjut mengancam hidup. Episode hipoglikemia yang berat
sudah berbeda dengan usia muda, maka terapi diit lebih sering terjadi pada orang tua. Risiko
dan latihan tidak dapat diharapkan sebagaimana hipoglikemia lebih besar dengan chlorpropamide dan
mestinya. Namun demikian, bagaimanapun juga glibenklamid dibandingkan dengan sulfonilurea
kadar glukosa darah kapan saja lebih dari 165 generasi kedua yang lain. Sulfonilurea sering
mg% baik akut maupun kronis akan memudahkan menyebabkan penambahan berat badan ~ 2 kg.
Kelebihan sulfonylurea dalam memperbaiki kadar
timbulnya berbagai gangguan, antara lain
glukosa darah sudah maksimal pada setengah dosis
hemoreologi, vaskular atau neuropati. Oleh karena
maksimal, dan dosis yang lebih tinggi sebaiknya
itu apabila kadar glukosa darah seorang usia lanjut dihindari.
sewaktu atau 2 jam pasca makan melampaui kriteria
konsensus diagnosis diabetes, tentu saja hal ini Obat golongan sulfonilurea merupakan pilihan utama
akan membawa konsekuensi pemberian terapi. untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang,
Menurut Orimo indikasi pengobatan dia• betes usia namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan
lanjut apabila kadar glukosa darah puasa sama atau berat badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia
lebih dari 140 mg%, atau HbAlC sama atau lebih berkepanjangan pada berbagai keadaaan seperti orang
dari 7%, atau kadar glukosa darah 2 jam pasca makan tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta
setinggi 250 mg% dan pasienmemperlihatkan penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan
adanya retinopati diabetik atau mikroalbuminuria. penggunaan sulfonilurea kerja panjang.5
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama
Komposisi bahan makanan terdiri dari komposis dengan sulfonilurea, dengan penekanan pada
makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien terdiri meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan
dari karbohdrat, protein dan lemak. Mikronutrien ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid
terdiri dari vitamin dan mineral. Karbohidrat (derivat asam benzoat) dan Nateglinid (derivat
merupakan nutrien yang paling berpengaruh terhadap fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah
kadar glukosa darah. 90-100% karbohidrat akan pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat
diubah menjadi glukosa dalam waktu 15-90 menit melalui hati. Glinid menstimulasi sekresi insulin akan
setelah makan. Protein 58% akan dirubah menjadi tetapi golongan ini memiliki waktu paruh dalam
glukosa dalam waktu 3-4 jam setelah makan, sirkulasi yang lebih pendek dari pada sulfonylurea
sedangkan lemak membutuhkan waktu yang lebih dan harus diminum dalam frekuensi yang lebih
lama untuk mengubah 10% lemak menjadi glukosa. sering. Golongan glinid dapat merunkan A1C sebesar
Komposisi makanan yang disarankan per hari ~ 1,5 % Risiko peningkatan berat badan pada glinid
adalah:5 menyerupai sulfonylurea, akan tetapi risiko
a. Karbohidrat 50-55%, sukrosa sedang (sampai hipoglikemia nya lebih kecil.6
dengan 10% total kalori)
b. Lemak 30-35% b. Penambah sensitivitas terhadap insulin:
<10% lemak jenuh + asam lemak trans metformin, tiazolidindion
<10% lemak tak jenuh rantai ganda Tiazolidindion (rosiglitazon dan pioglitazon)
>10% lemak tak jenuh rantai tunggal (sampai berikatan pada Peroxisome Proliferator Activated
dengan 20% total kalori) Receptor Gamma (PPAR-γ), suatu reseptor inti di sel
c. Protein 10-15% otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek
menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan
jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan ambilan glukosa di perifer.
Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien
dengan gagal jantung kelas I-IV karena dapat
memperberat edema/retensi cairan dan juga pada
gangguan faal hati. Pada pasien yang menggunakan
tiazolidindion perlu dilakukan pemantauan faal hati
secara berkala.7

c. Penghambat glukoneogenesis
(metformin)
Efek utama metformin adalah menurunkan “hepatic
glucose output” dan menurunkan kadar glukosa
puasa. Monoterapi dengan metformin dapat
menurunkan A1C sebesar ~ 1,5%. Pada umumnya
metformin dapat ditolerir oleh pasien. Efek yang
tidak diinginkan yang paling sering dikeluhkan
adalah keluhan gastrointestinal. Monoterapi
metformin jarang disertai dengan hipoglikemia; dan
metformin dapat digunakan secara aman tanpa
menyebabkan hipoglikemia pada prediabetes. Efek
non glikemik yang penting dari metformin adalah
tidak menyebabkan penambahan berat badan atau
menyebabkan panurunan berat badan sedikit.
Disfungsi ginjal merupakan kontraindikasi untuk
pemakaian metformin karena akan meningkatkan
risiko asidosis laktat; komplikasi ini jarang terjadi
tetapi fatal.7

d. Penghambat absorpsi glukosa: penghambat


glukosidase alfa.
Penghambat α-glukosidase bekerja menghambat
pemecahan polisakarida di usus halus sehingga
monosakharida yang dapat diabsorpsi berkurang;
dengan demikian peningkatan kadar glukosa
postprandial dihambat. Monoterapi dengan
penghambat α-glukosidase tidak mengakibatkan
hipoglikemia. Golongan ini tidak seefektif metformin
dan sulfonilurea dalam menurunkan kadar glukosa
darah; A1C dapat turun sebesar 0,5 – 0,8 %.
Meningkatnya karbohidrat di colon mengakibatkan
meningkatnya produksi gas dan keluhan
gastrointestinal. Pada penelitian klinik, 25-45%
partisipan menghentikan pemakaian obat ini karena
efek samping tersebut.5

You might also like