You are on page 1of 32

6

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga

Pada bagian ini akan dibahas tentang defenisi, tipe keluarga, struktur,

fungsi, peran, tahap perkembangan dan mekanisme koping keluarga.

2.1.2 Definisi Keluarga

Menurut Mubarak (2011), keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih

yang diikat oleh hubungan darah, perkawainan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.

Menurut Depkes RI dikutip dari Harnilawati (2013), keluarga adalah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang

yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.

Menurut UU Nomor 10 tahun 1992 dalam Harnilawati (2013) keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami istri dan analnya atau

ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya.

Menurut Sigmund Freud, keluarga adalah sekumpulan orang (rumah

tangga) yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan

terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif

keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan (dikutip oleh

Lestari, 2012).

Dari keempat definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang memiliki peran masing-masing anggota


7

keluarga dengan adanya ikatan perkawinan atau hubungan darah yang tinggal

bersama dalam satu atap.

2.1.2 Tipe Keluarga

Menurut Sussman dan Maclin ( dikutip oleh Efendi & Makhfudli, 2009) tipe

keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Tipe Keluarga Tradisional

1) Keluarga Inti ( Nuclear Family ) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak-anak.

2) Keluarga Besar ( Exstended Family ) adalah keluarga inti di tambah dengan

sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan

sebagainya atau keluarga yang mencakup tiga generasi

3) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri atas suami dan istri saja.

4) Keluarga dengan orang tua tunggal atau single parent adalah satu orang

sebagai kepala keluarga, biasanya bagian dari konsekuensi perceraian.

5) Lajang tinggal sendirian

6) Jaringan keluarga besar

7) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia

b. Tipe Keluarga Non Tradisional

1) The Unmarriedteenege mother. Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama

ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.

2) Institusional. Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti

3) The Stepparent Family. Keluarga dengan orang tua tiri.

4) Unmarried parent and child. Ibu dan anak yang pernikahannya tidak

dikehendaki dan kemudian anaknya di adopsi.


8

5) Three Generation. Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah

6) Communal. Satu rumah terdiri atas dua tau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama berbagi fasilitas.

7) The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family. Keluarga yang hidup

bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui pernikahan.

8) Gay And Lesbian Family. Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup

bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).

9) Cohabitating Couple. Dua orang atau satu pasangan yang bersama tanpa

pernikahan.

10) Group-Marriage Family. Satu rumah terdiri atas orang tua dan keturunannya

di dalam satu kesatuan keluarga

11) Group Network Family. Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai,

hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan

barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab

membesarkan anaknya.

12) Foster Family. Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga

atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu

mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

13) Homeless Family. Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai

perlindungan yang permanent karena krisis personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

14) Gang. Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang

mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi

berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.


9

2.1.3 Struktur Keluarga

Menurut Harnilawati (2013), struktur keluarga terdiri atas:

1) Patrilineal. Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal. Keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara dalam

berbagai generasi dimana hubungan itu menurut garis keturunan

ibu.

3) Patrilokal adalah pasangan suami istri,tinggal bersama atau dekat

keluarga sedarah suami.

4) Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat

dengan sedarah istri.

5) Keluarga Kawin. Hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi

bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.1.4 Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah sebagai berikut:

a. Fungsi Afektif: Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu

untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain,

fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi dan penempatan social : Fungsi pengembangan dan tempat

melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk

berhubungan dengan orang lain di luar rumah.


10

c. Fungsi Reproduksi : Fungsi untuk mempertahankan generasi menjaga

kelangsungan keluarga.

d. Fungsi Ekonomi : Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga

secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi Perawatan atau pemeliharaan kesehatan : Fungsi untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di

bidang kesehatan.

Tugas keluarga dalam kesehatan menurut Bailon dan Maglaya (2010)

yaitu

a. Mengenal masalah kesehatan.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

d. Memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

e. Merujuk pada fasilitas kesehatan masyarakat.

2.1.5 Peran Keluarga

Menurut Setiadi (2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga

adalah sebagai berikut :

a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
11

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkunmgan.

b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan

untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

2.1.6 Tahap Perkembangan Keluarga

Menurut Santun dan Dermawan (2008), tahap perkembangan keluarga

terdiri dari:

a. Pasangan pemula atau pasangan baru menikah

Tahapan ini dimulai saat dua insan mengikat janji melalui pernikahan dengan

landasan cinta dan kasih sayang. Tugas pada tahapan ini adalah saling memuaskan

antar pasangan, beradaptasi dengan keluarga besar dari maisng-masing pihak,

merencanakan dengan matang jumlah anak, dan memperjelas masing-masing

peran pasangan.

b. Keluarga dengan kelahiran anak pertama

Tahap ini dimulai saat ibu hamil dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut

sampai anak pertama berusia 30 bulan. Tugas keluarga pada tahap ini antara lain

mempersiapkan biaya persalinan, mempersiapkan mental calon orang tua dan

mempersiapkan kebutuhan anak. Apabila anak sudah lahir tugas keluarga antara

lain memberikan ASI sebagai kebutuhan utama bayi, mensosialisasikan kepada


12

keluarga besar tentang kehadiran anggota keluarga yang baru, memberikan kasih

sayang serta mempererat hubungan dalam rangka memuaskan pasangan.

c. Keluarga dengan anak pra sekolah

Dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5

tahun. Tugas yang dimiliki keluarga dengan anak pra sekolah diantaranya

menanamkan nilai dan norma kehidupan, memenuhi kebutuhan bermain anak,

membantu anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, menanamkan

tanggung jawab kepada anak, memperhatikan dan memberikan stimulus bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak pra sekolah.

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

Dimulai saat anak usia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia 12 tahun. Tugas

yang dimiliki keluarga antara lain memenuhi kebutuhan sekolah anak, membantu

anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar.

e. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai saat anak berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 20 tahun.

Pada tahap ini sering ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dengan

anak. Pada tahap ini tugas keluarga adalah memberikan perhatian lebih kepada

anak, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah atau kegiatan diluar

sekolah, memberikan kebebasan dalam batasan tanggung jawab, mempertahankan

komunikasi dua arah.

f. Keluarga dengan melepas anak ke masyarakat

Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai olehanak

pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan “rumahkosong”,

ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atauagak
13

panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yangmasih

tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapandari dan

oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.

g. Keluarga dengan tahapan berdua kembali

Tugas keluarga setelah ditinggal pergi anak-anaknya untuk memulai

kehidupan baru antara lain menjaga keintiman pasangan, merencanakan kegiatan

yang akan datang, menjaga komunikasi dengan anak, serta mempertahankan

kesehatan masing-masing.

h. Keluarga dengan masa tua

Masa tua bisa dihinggapi perasaan kesepian, tidak berdaya, sehingga tugas

keluarga pada tahap ini adalah saling memberi perhatian, memperhatikan

kesehatan masing-masing, serta merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua.

2.1.7 Proses dan koping keluarga

a. Stresor yang dialami oleh keluarga yang berkaitan dengan ekonomi dan sosial,

apakah keluarga ini bisa memastikan lamanya dan kekuatan dari stresor yang

dialami oleh keluarga, apakah keluarga mampu menghadapi stresor tersebut

dan ketegangan setiap harinya.

b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian yang objektif dan

realistis terhadap situasi yang mendukung stress.

c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang mendukung stress, strategi

koping bagaimana tindakan yang diambil oleh keluarga, apakah setiap anggota

keluarga memiliki koping yang berbeda-beda dalam cara menghadapi stress.


14

2.2. Konsep Dasar Asam Urat (Gout Arthritis)

Pada bagian ini akan dibahas tentang defenisi, etiologi, patofisiologi, tanda

dan gejala, penatalaksanaan dan pathway dari asam urat (Gout Arthritis)

2.2.1 Definisi Asam Urat (Gout Arthritis)

Penyakit asam urat atau radang sendi sudah dikenal sejak zaman Yunani

Kuno. Penyakit tersebut dikenal sebagai penyakit Gout atau pirai. Kata gout

berasal dari latin guttan yang berarti tetesan. Gout adalah jenis radang

sendi/arthritis yang disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat pada sendi.

Asam urat merupakan produk pemecahan dari purin yang merupakan bagian dari

makanan yang kita makan. Kelainan dalam menangani asam urat dan kristalisasi

dari senyawa ini dalam sendi dapat menyebabkan serangan radang sendi yang

menyakitkan.

Menurut Mutia Sari (2010) asam urat merupakan akibat tingginya kadar

asam urat di tubuh. Silvia S (2009) berpendapat bahwa asam urat adalah asam

yang berbentuk kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin

(bentuk turunan nukeloprotein) yaitu salah satu komponen asam nukleat yang

terdapat pada inti sel-sel tubuh.Sedangkan Khomsan (2008) mengatakan asam

urat ialah terjadinya penumpukan kristal asam urat pada daerah persendian.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan asam urat merupakan bagian

metabolisme purin. Dalam keadaan normal dan jika tidak berlangsung normal

asam urat akan menumpuk dalam jaringan tubuh. Akibatnya, terjadi penumpukan

kristal asam urat pada daerah persendian sehingga menimbulkan rasa sakit yang

luar biasa.
15

2.2.2 Etiologi

Menurut Possmore dan Eastwood (Yenrina, 2011) faktor-faktor yang

berpengaruh sebagai penyebab gout antara lain:

a. Gout primer yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan

b. Gout sekunder yang dosebabkan oleh adanya komplikasi dengan penyakit lain

seperti hipertensi dan artherosklerosis.

Penyebab utama gout adalah gangguan metabolisne sejak lahir (in born error

of metabolism), gangguan metabolisme menyebabkan kadar asam urat dalam

serum menjadi tinggi. Kadar asam urat juga tergantung beberapa faktor yaitu

kadar purin dalam makanan, berat badan, jumlah alkohol yang diminum, obat

diuretik atau analgetik, faal ginjal, dan volume urin per hari.

2.2.3 Patofisiologi

Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah

satunya yang telah diketahui peranannya adalah kosentrasi asam urat dalam darah.

Mekanisme serangan gout akut berlangsung melalui beberapa fase secara

berurutan.

a. Presipitasi kristal monosodium urat

Presipitasi monosodium urat dapat terjadi di jaringan bila kosentrasi dalam

plasma lebih dari 9 mg/dl. Presipitasi ini terjadi di rawan, sonovium, jaringan

para- artikuler misalnya bursa, tendon dan selaputnya. Kristal urat yang

bermuatan negatif akan dibungkus (coate) oleh berbagai macam protein.

Pembungkusan dengan IgG akan merangsang netrofil untuk berespon terhadap

pembentukan kristal.

b. Respon leukosit polimorfonukuler (PMN)


16

Pembentukan kristal menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan

respon leukosit PMN dan selanjutnya akan terjadi fagositosis kristal oleh leukosit.

c. Fagositosis

Kristal difagositosis olah leukosit membentuk fagolisosom dan akhirnya

membram vakuala disekeliling kristal bersatu dan membram leukositik

lisosom.

d. Kerusakan lisosom

Terjadi kerusakan lisosom, sesudah selaput protein dirusak, terjadi ikatan

hidrogen antara permukan kristal membram lisosom, peristiwa ini

menyebabkan robekan membram dan pelepasan enzim-enzim dan oksidase

radikal kedalam sitoplasma.

e. Kerusakan sel

Setelah terjadi kerusakan sel, enzim-enzim lisosom dilepaskan kedalam cairan

sinovial, yang menyebabkan kenaikan intensitas inflamasi dan kerusakan jaringan.

Awitan (onset) serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar

asam urat serum, meninggi ataupun menurun. Pada kadar asam urat serum yang

stabil, jarang mendapat serangan. Pengobatan dini dengan alopurinol yang

menurunkan kadar urat serum dapat mempresipitasi serangan gout akut.

Pemakaian alkohol berat pada pasien gout dapat menimbulkan fluktuasi

konsentrasi urat serum. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan

Kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding).

Pada beberapa pasien gout atau yang dengan hiperurisemia asimptomatik

Kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumnya

tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout seperti


17

juga pseudogout, dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Terdapat

peranan temperature, pH, dan kelarutan urat untuk timbul seranga gout akut.

Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperature lebih rendah pada sendi

perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa Kristal MSU

diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan Kristal

MSU pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma

ringan yang berulang- ulang pada daerah tersebut. Peradangan atau inflamasi

merupakan reaksi penting pada arthritis gout terutama pada gout akut. Reaksi inni

merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan

jaringan akibat agen penyebab. Peradangan pada arthritis gout akut adalah akibat

penumpukan agen penyebab yaitu Kristal monosodium urat pada sendi.

Mekanisme peradangan ini belum diketahui secara pasti. Hal ini diduga oleh

peranan mediator kimia dan selular. Pengeluaran berbagai mediator peradangan

akibat aktivasi melalui berbagai jalur, antara lain aktivitas komplemen (C) dan

selular.

2.2.4 Tanda dan Gejala

Menurut Mutia Sari (2010 : 33) biasanya asam urat mengenai sendi ibu

jari, tetapi bisa juga pada tumit, pergelangan kaki dan tangan atau siku.

Kebanyakan asamurat muncul sebagai serangan kambuhan Penyakit ini

timbul dari kondisi hiperurikemi, yaitu keadaan di mana kadar asam urat dalam

darah di atas normal.


18

Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5 - 7 mg/dL, sedangkan pada

wanita 2,6 - 6 mg/dL. Serangan asam urat biasanya timbul secara

mendadak/akut, kebanyakan menyerang pada malam hari. Jika asam urat

menyerang, sendi-sendi yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit

diatasnya terasa panas disertai rasa nyeri yang sangat hebat, dan persendian sulit

digerakan. Serangan pertama asam urat pada umumnya berupa serangan akut

yang terjadi pada pangkal ibu jari kaki, danseringkali hanya satu sendi yang

diserang. Namun, gejala-gejala tersebut dapat juga terjadi pada sendi lain seperti

pada tumit, lutut, siku dan lain-lain.

Asam urat yang berlebih kemudian akan terkumpul pada persendian

sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak. Kadang-kadang, kita pun sering

merasa nyeri atau pegal-pegal dan sejenisnya. Anda bisa memastikan apakah anda

terkena asam urat atau tidak dengan cara mengetahui gejala-gejala asam urat.

Adapun gejala-gejalanya, yaitu:

a. Kesemutan dan linu.

b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.

c. Sendi yang terkena asam urat akan terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan

nyeri luar biasa pada malam dan pagi.

d. Terasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang kali.

e. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit,

pergelangan tangan serta siku.

f. Pada kejadian kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat akan

bergerak

2.2.5 Penatalaksanaan Umum


19

Tujuan pelaksanaan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin,

mencegah serangan berulang, dan pencegahan komplikasi (Mutia Sari, 2010)

a. Sendi diistirahatkan (imobilisasi pasien)

b. Kompres hangat

c. Diet rendah purin dan rendah lemak

d. Terapi farmakologi (Analgesic dan antipiretik)

e. Diet tinggi karbohidrate

f. Perbanyak asupan cairan

g. Kompres jahe

h. Olahraga

2.2.6 Pathways

Gambar 2.1 Pathway Artritis Gout


20

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga.

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan data yang perlu dikaji pada proses perawatan

keluarga dengan masalah Asam Urat menurut Friedman (2010) meliputi data

dasar keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan

koping keluarga dan fungsi perawatan kesehatan.

a. Data dasar keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: nama keluarga, alamat

dan nomor telepon, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya

(etnis), identifikasi religi, status kelas keluarga, aktivitas rekreasi dan waktu

senggang keluarga.

b. Data lingkungan keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: karakteristik

rumah, karakteristik dan lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar,

mobilitas geografi keluarga, perkumpulan dan interaksi keluarga dengan

masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga.

c. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini. Tahap perkembangan keluarga

ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.


21

Contoh: Keluarga bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama

berumur 7 tahun dan anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A

berada pada tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh

keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing

anggota keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap pencegahan

penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa

digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan

kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami

dan istri.

d. Struktur keluarga yang terdiri dari:

1) Pola komunikasi keluarga: data yang harus dikaji adalah observasi seluruh

anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain, apakah komunikasi

dalam keluarga berfungsi atau tidak, seberapa baik setiap anggota keluarga

menjadi pendengar, jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap

komunikasi dan interaksi, apakah keluarga melibatkan emosi atau tidak

dalam penyampaian pesan.


22

2) Struktur kekuatan keluarga: yang perlu dikaji antara lain: siapa yang

mengambil keputusan dalam keluarga, siapa yang mengambil keputusan

penting seperti anggaran keluarga, pindah kerja, tempat tinggal, mengatur

disiplin dan aktivitas anak serta proses dalam pengambilan keputusan

dengan concerisus tawar- menawar dan sebagainya.

3) Struktur peran keluarga: data yang dapat dikaji dalam peran formal adalah

peran dan posisi formal setiap anggota keluarga tidak ada konflik dalam

peran, bagaimana perasaan terhadap perannya. Jika dibutuhkan dapatkah

peran berlaku fleksibel. Jika ada masalah dalam peran siapa yang

mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang memberikan mereka

penilaian tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran dan tekhnik

komunikasi.

4) Peran informal: peran informal dan peran yang tidak jelas apa yang ada di

dalam keluarga. Bagaimana anggota keluarga melaksanakan perannya,

apakah sudah sesuai posisi keluarga dengan peran yang dilaksanakannya,

apabila peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang biasanya melaksanakan

peran tersebut sebelumnya dan apa pengaruhnya.

5) Nilai dan budaya, data yang dapat dikaji adalah nilai-nilai yang dominan

yang dianut oleh keluarga, nilai keluarga seperti siapa yang berperan

dalam mencari nafkah, kemauan dan penguasaan lingkungan, orientasi

masa depan, kegemaran-kegemaran keluarga, apakah ada kesesuaian

antara nilai-nilai keluarga dan komunitas yang lebih luas, apakah ada

kesesuaian antara nilai- nilai keluarga dan nilai-nilai sub sistem keluarga,

bagaimana pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga, apakah keluarga


23

menganut nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik

nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai

mempengaruhi kesehatan keluarga.

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif, atau yang dapat dikaji antara lain: pola kebutuhan keluarga

dan respon, apakah anggota keluarga merasakan keutuhan individu lain

dalam keluarga, apakah orang tua/pasangan mampu menggambarkan

kebutuhan persoalan lain dan anggota yang lain, bagaimana sensitifnya

anggota keluarga dengan melihat tanda-tanda yang berhubungan dengan

perasaan dan kebutuhan orang lain, apakah anggota keluarga mempunyai

orang yang dapat dipercayainya saling memperhatikan, sejauh mana

anggota keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka

sating mendukung, apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara

lingkungan hubungan keluarga, sebaik apa hubungan anggota keluarga

dengan anggota yang lain, apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga

dengan anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan,

bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota

keluarga, apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di keluarga dengan

tahap perkembangan di keluarga.

2) Fungsi ekonomi, data yang perlu dikaji adalah: Hal yang perlu dikaji

mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah: Sejauh mana keluarga

memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dan sejauh mana

keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat dalam upaya

peningkatan status kesehatan keluarga


24

3) Fungsi sosialisasi atau peran membesarkan anak/fungsi anak, apakah

fungsi tersebut dipikul bersama, bagaimana cara pengaturannya,

bagaimana anak-anak dihargai oleh keluarga kebudayaan yang dianut

dalam membesarkan anak, apakah keluarga merupakan resiko tinggi

mendapat masalah dalam membesarkan anak, faktor resiko apa yang

memungkinkan, apakah lingkungan memberikan dukungan dalam

perkembangan anak seperti tempat bermain dan istirahat (kamar tidur

sendiri).

4) Fungsi reproduksi, data yang perlu dikaji, berapa jumlah anak, bagaimana

keluarga merencanakan jumlah anak, metode apa yang digunakan keluarga

dalam pengendalian jumlah anak.

5) Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan lima tugas

kesehatan keluarga, hal yang perlu dikaji meliputi :

a) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data yang perlu

dikaji, pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan asam urat

yang meliputi pengertian, faktor penyebab, tanda dan gejala dan

persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang

tepat untuk mengatasi masalah asam urat, hal yang perlu dikaji adalah

kemampuan keluarga tentang pengertian, sifat dan luasnya masalah

asam urat, apakah masalah dirasakan keluarga. apakah keluarga pasrah

terhadap masalah, apakah keluarga akut dan akibat tindakan

penyakitnya, apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap


25

masalah kesehatan, apakah ada informasi yang salah terhadap tindakan

dalam menghadapi masalah.

c) Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan asam urat, data yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga

mengetahui keadaan penyakit, bagaimana sifat dan perkembangan

perawatan yang dibutuhkan, bagaimana pengetahuan keluarga tentang

fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, apakah keluarga

mengetahui sumber-sumber yang ada, sikap keluarga terhadap sakit.

d) Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang

sehat, hal yang perlu dikaji adalah pengetahuan keluarga tentang

sumber-sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana keluarga melihat

keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana

keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi, keluarga mengetahui

upaya pencegahan penyakit, bagaimana sikap atau pandangan keluarga

terhadap hygiene sanitasi, sejauh mana kekompakan keluarga.

e) Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan, hal

yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan

fasilitas kesehatan, keuntungan-keuntungan dari fasilitas kesehatan,

tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan atau fasilitas

kesehatan, ada pengalaman yang kurang baik terhadap petugas

kesehatan, fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh keluarga,

f. Stress dan koping keluarga hal yang perlu dikaji, stressor jangka pendek dan

jangka panjang, kemampuan keluarga berespon dalam masalah,strategikoping


26

yang digunakan, strategi adaptasi difungsional dan pemeriksaan fisik

dilakukan secara head to head.

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di

gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik

klinik.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap

petugas kesehatan yang ada.

2.3.2 Tahap Diagnosa

a. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang

didapatkan pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan

berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan

keluarga. Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:

1) Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari

gangguan kesehatan.

2) Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan. Misalnya

lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat,

stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.

3) Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial


27

Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan

keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa keperawatan potensial

(sejahtera) boleh tidak menggunakan etiologi.

b. Menetukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (menurut Ballon dan

Maglaya,).

No. Kriteria Skor Bobot


1. Sifat Masalah
Skala:
- Aktual (Tidak/Kurang sehat) 3
- Ancaman kesehatan 2 1
- Keadaan Sejahtera 1

2. Kemungkinan Masalah
Skala:
- Mudah 2
- Sebagian 1 2
- Tidak dapat 0

3. Potensial Masalah untuk Dicegah


Skala:
- Tinggi 3
- Cukup 2 1
- Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah
Skala:
- Masalah berat harus segera ditangani 2
- Ada masalah, tapi tidak perlu 1
ditangani 1
- Masalah tidak dirasakan
0

Skoring:

 Tentukan skor untuk setiap kriteria.

 Skor dibagi dengan angkat tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.

Catatan : skor dihitung bersama-sama dengan keluarga.

Skor/Angka tertinggi x bobot


28

c. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas:

Kriteria 1:

Sifat masalah, bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena

yang pertama memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan

oleh keluarga.

Kriteria 2:

Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya

faktor2 sebagai berikut:

a. Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani

masalah.

b. Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.

c. Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, ketrampilan dan waktu

d. Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat:

dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan sokongan

masyarakat.

Kriteria 3:

Potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah:\

a. Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau masalah.

b. Lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada

c. Tindakan yang sedang di jalankan adalah tindakan2 yang tepat dalam

memperbaiki masalah.

d. Adanya kelompok “high risk” atau kelompok yang sangat peka menambah

potensi untuk mencegah masalah.


29

Kriteria 4:

Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga

melihat masalah kesehatan tersebut. Nilai Skor yang tertinggi yang terlebih

dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Menurut Friedman (2010) dan NANDA (2006), antara lain:

a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat. Tujuan : setelah

dilakukan pertemuan selama 3 kali tatap muka diharapkan masalah mobilitas

fisik dapat dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga dan penderita mampu

merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat.

a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asam urat.

b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab asam urat.

c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.

d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah asam urat.

a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan

masalah asam urat.

b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan mengenai masalah asam

urat.

c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.


30

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah asam

urat.

a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan

masalah asam urat.

b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

c) Beri reinforcement jika jawaban benar.

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga

dengan masalah asam urat.

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman

bagi penderita asam urat.

b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita asam urat.

c) Motivasi kembali agarkeluarga menerangkan kembali penjelasan yang

telah disampaikan.

5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas kesehatan.

a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang

ada.

b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta

menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan yang ada.

c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat

fasilitas kesehatan.

d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar

b. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal anggota

keluarga dengan masalah asam urat.


31

Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap muka diharapkan masalah

nyeri akut dapat dimimalkan dengan kriteria hasil : keluarga dan penderita mampu

merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat (nyeri akut).

a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asam urat.

b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab asam urat.

c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.

d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah asam urat

(nyeri akut).

a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan

masalah asam urat (nyeri akut).

b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan mengai masalah asam urat.

c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah asam

urat (nyeri akut).

a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan

masalah asam urat (perubahan perfusi jaringan).

b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

c) Beri reinforcement jika jawaban benar.

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota

keluarga dengan masalah asam urat (nyeri akut).

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman

bagi penderita asam urat.


32

b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita asam urat.

c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan kembali penjelasan yang

telah disampaikan.

d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar.

5) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang

ada.

b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta

menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan yang ada.

c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat

fasilitas kesehatan.

c. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan asam urat. Tujuan : setelah dilakukan

pertemuan selam 30 menit tatap muka diharapkan masalah dapat dimimalkan

dengan kriteria hasil : keluarga dan penderita mampu mengenal anggota keluarga

dengan masalah asam urat.

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah asam urat (kurang

pengetahuan).

a) Menjelaskan pada keluarga mengenai asam urat.

b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab asam urat.

c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.

d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah asam urat

(kurang pengetahuan).
33

a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan

masalah asam urat (kurang pengetahuan).

b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan mengenai masalah asam

urat.

c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah asam

urat (kurang pengetahuan).

a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan

masalah asam urat (kurang pengetahuan).

b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

c) Beri reinforcement jika jawaban benar.

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota

keluarga dengan masalah asam urat (kurang pengetahuan).

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman

bagi penderita asam urat.

b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita asam urat.

c) Motivasi kembali agarkeluarga menerangkan kembali penjelasan yang

telah disampaikan. Beri reinforcement positif jika jawaban benar.

5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas kesehatan.

a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang

ada.

b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta

menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan yang ada.


34

c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat

fasilitas kesehatan.

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan dengan ketidakmampuan keluarga

merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat. Tujuan: setelah

dilakukan pertemuan selam 3 kali tatap muka diharapkan masalah gangguan

kebersihan diri dapat dimimalkan dengan kriteria hasil: keluarga dan penderita

mampu merawat anggota keluarga dengan masalah asam urat.

1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kebersihan diri kurang

berhubungan dengan asam urat.

a) Menjelaskan pada keluarga mengenai kebersihan diri kurang.

b) Mendiskusikan dengan keluarga tentang penyebab kebersihan diri kurang.

c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada keluarga.

d) Beri reinforcement positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah kebersihan

diri kurang.

a) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dengan tindakan

masalah kebersihan diri kurang.

b) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan mengai masalah

kebersihan diri kurang.

c) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

3) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah

kebersihan diri kurang

a) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan anggota keluarga dengan

masalah kebersihan diri kurang.


35

b) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan

c) Beri reinforcement jika jawaban benar.

4) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota

keluarga dengan masalah kebersihan diri kurang.

a) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang nyaman

bagi penderita asam urat.

b) Modifikasi lingkungan keluarga untuk penderita asam urat.

c) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan kembali

penjelasan yang telah disampaikan.

d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar.

5) Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas kesehatan.

a) Diskusikan dengan keluarga tempat – tempat pelayanan kesehatan yang

ada.

b) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta

menyarankan supaya datang ke pelayanan kesehatan yang ada.

c) Evaluasi kembali tentang penjelasan yang telah diberikan tentang manfaat

fasilitas kesehatan.

d) Beri reinforcement positif jika jawaban benar

2.3.4 Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan

perencanaan mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan

keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara:


36

1) Memberikan informasi

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan

cara:

1) Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit,

dengan cara:

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

menjadi sehat, dengan cara:

1) Menemukan sumber2 yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, dengan

cara:

1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

2..3.5 Tahap Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan penilaian

untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana


37

baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan

dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap

sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional:

S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : keluarga mengatakan nyerinya

berkurang.

O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan

intervensi keperawatan, misalnya : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.

A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang

terkait dengan diagnosis.

P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada

tahapan evaluasi .

Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi

formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan keperawatan,

sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

You might also like