You are on page 1of 5

Anatomi Hidung dan Sinus Paranasal

29 Dec

Anatomi Hidung & Sinus Paranasalis


Oleh : Muhammad al-Fatih II
Ada 3 struktur penting dari anatomi hidung, yaitu :

 Dorsum nasi (batang hidung).Septum nasi.Kavum nasi.Dorsum Nasi (Batang Hidung)

.
Ada 2 bagian yang membangun dorsum nasi, yaitu :

1. Bagian kaudal dorsum nasi.


2. Bagian kranial dorsum nasi.

Bagian kaudal dorsum nasi merupakan bagian lunak dari batang hidung yang tersusun oleh
kartilago lateralis dan kartilago alaris. Jaringan ikat yang keras menghubungkan antara kulit
dengan perikondrium pada kartilago alaris.

Bagian kranial dorsum nasi merupakan bagian keras dari batang hidung yang tersusun oleh os
nasalis kanan & kiri dan prosesus frontalis ossis maksila.

Septum Nasi

Fungsi septum nasi antara lain menopang dorsum nasi (batang hidung) dan membagi dua kavum
nasi.

Ada 2 bagian yang membangun septum nasi, yaitu :

1. Bagian anterior septum nasi.


2. Bagian posterior septum nasi.

Bagian anterior septum nasi tersusun oleh tulang rawan yaitu kartilago quadrangularis.
Bagian posterior septum nasi tersusun oleh lamina perpendikularis os ethmoidalis dan vomer.
Kelainan septum nasi yang paling sering kita temukan adalah deviasi septi.

Kavum Nasi

Ada 6 batas kavum nasi, yaitu :

1. Batas medial kavum nasi yaitu septum nasi.


2. Batas lateral kavum nasi yaitu konka nasi superior, meatus nasi superior, konka nasi
medius, meatus nasi medius, konka nasi inferior, dan meatus nasi inferior.
3. Batas anterior kavum nasi yaitu nares (introitus kavum nasi).
4. Batas posterior kavum nasi yaitu koane.
5. Batas superior kavum nasi yaitu lamina kribrosa.
6. Batas inferior kavum nasi yaitu palatum durum.

Sinus Paranasalis

Ada 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu :

 Golongan anterior sinus paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan
sinus maksilaris.
 Golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus ethmoidalis posterior dan sinus
sfenoidalis.

Ostia golongan anterior sinus paranasalis berada di meatus nasi medius.


Ostia golongan posterior sinus paranasalis berada di meatus nasi superior. Pus dalam meatus nasi
medius akan mengalir ke dalam vestibulum nasi. Pus dalam meatus nasi superior akan mengalir
ke dalam faring.

Daftar Pustaka

Prof. Dr. dr. Sardjono Soedjak, MHPEd, Sp.THT, dr. Sri Rukmini, Sp.THT, dr. Sri Herawati,
Sp.THT & dr. Sri Sukesi, Sp.THT. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta :
EGC. 2000.

Technorati Tags: anatomi, hidung, SPN, sinus paranasal


About these ads

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 EMBRIOLOGI TELINGA


Telinga luar dan tengah berasal dari alat brankial, sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda
otika.1
TELINGA LUAR
Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama
dan kedua. Liang telinga berasal dari brankial pertama ektoderm. Membrana timpani mewakili
membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga akhirnya
tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali.1

TELINGA TENGAH
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi udara ini
meluas ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di sekitar tulang-tulang dan
saraf dari telinga tengah dan meluas kurang lebih ke daerah mastoid. Osikula berasal dari rawan
arkus brankialis. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot tensor
timpani yang melekat pada maleus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf
trigeminus cabang mandibularis. Otot stapedius berasal dari arkus kedua dipersarafi oleh suatu
cabang nervus fasialis.1

TELINGA DALAM
Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda ini
kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan otika dan akhirnya terkubur di bawah
permukaan sebagai vesikel otika. Vesikel auditorius membentuk suatu divertikulum yang
terletak dekat terhadap tabung saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus
endolimfatikus. Vesikel otika kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior dan
sakulus inferior. Dari utrikulus kemudian timbul tiga benjolan mirip gelang yang akan menjadi
kanalis semisirkularis. Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbentuk spiral. Secara
filogenetik, organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang
berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus
membentuk makula, dan dalam koklea untuk membentuk organ korti. Organ-organ akhir ini
kemudian berhubungan dengan neuron-neuron ganglion akustikofasialis. 1

II.2 ANATOMI TELINGA


Telinga dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah , dan telinga dalam.
TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga
terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang
rawan pada sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari
tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat
banyak kelenjar serumen (modifikasi kelenjar keringat) dan rambut. Kelenjar keringat terdapat
pada seluruh kulit liang telinga. Pada duapertiga bagian dalam hanya sedikit ditemukan kelenjar
serumen. Kulit pada bagian ini sangat erat melekat ke tulang dengan lapisan subkutan yang padat
membentuk perios.2,3

TELINGA TENGAH
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas :
- Luar : membran timpani
- Depan : tuba eustachius
- Bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
- Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
- Atas : tegmen timpani (meningen/otak)
- Dalam :berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis,
tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan promontorium.2

Membrana timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat
oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Shrapnell),
sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu
bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus
bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah,
yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di
bagian luar dan sirkuler di bagian dalam. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-
belakang. Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus longus
maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus melekat pada
stapes. Stapes melekat pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar
tulang merupakan persendian. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini
terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah dan antrum
mastoid. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah
nasofaring dengan telinga tengah.2

TELINGA DALAM
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi sirkularis.
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah
dan skala media (duktus koklearis) di antaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi
perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Ion dan garam yang terdapat di perilimfa
berbeda dengan endolimfa. Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (membran
Reissner) sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak
membran corti. Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti. Ujung atau puncak koklea disebut
helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani dengan skala vestibuli.
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus, dan kanalis semisirkularis.
Utrikulus berhubungan dengan sakulus melalui suatu duktus sempit yang juga merupakan
saluran menuju sakus endolimfatikus. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi
oleh sel-sel rambut. Menutupi sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus silia,
yang disebut kupula, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang berat jenisnya lebih berat
daripada endolimfe. Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang
melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista.2,3

I1.3 FISIOLOGI PENDENGARAN


Getaran suara pertama kali ditangkap oleh daun telinga dan dihantarkan melalui liang telinga dan
diteruskan ke membrana timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang-
tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran
dan perkalian perbandingan luas membrana timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah
diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membran Reissner
yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membrane basilaris
dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya
defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion
bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius.
Serabut-serabut saraf koklearis berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis. Sebagian
besar serabut dari inti melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus inferior
kontralateral, namun sebagian serabut tetap berjalan ipsilateral. Penyilangan selanjutnya terjadi
pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus inferior. Dari kolikulus inferior , jaras pendengaran
berlanjut ke korpus genikulatum dan kemudian ke korteks pendengaran pada lobus temporalis
(area 39-40).2,3

II.4 FISIOLOGI KESEIMBANGAN


Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya tergantung pada
input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan propioseptif. Gabungan
informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan
keadaan posisi tubuh pada saat itu.
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan pelebaran labirin
membrane yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap pelebarannya terdapat
makula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor keseimbangan. Labirin kinetik terdiri
dari tiga kanalis semisirkularis dimana pada tiap kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan
dengan utrikulus, disebut ampula. Di dalamnya terdapat Krista ampularis yang terdiri dari sel-sel
reseptor keseimbangan dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan cairan endolimfa di
labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan silia akan menyebabkan
permeabilitas membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel yang
menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang penglepasan neurotransmitter
eksitator yang selanjutnya akan meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi
hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan
otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis menjadi energi biolistrik, sehingga
dapat memberi informasi mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau
percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang
berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya dapat
menimbulkan gejala pada system tubuh bersangkutan. Gejala yang timbul dapat berupa vertigo,
rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa bradikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat
dingin.2

You might also like